Oleh :
Ni Made Dian Kurniasari, S.KM, MPH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
Februari 2017
DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikannya
tulisan yang berjudul Backpacker dan Kesehatan Pariwisata di Pulau Bali.
Setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali
meningkat secara signifikan, termasuk jumlah wisatawan backpacker. Tren
tersebut juga diikuti dengan peningkatan morbiditas terkait perjalanan wisata
dan aktivitas wisata di daerah tujuan. Backpackers adalah wisatawan yang
berwisata seorang diri atau dengan kelompok kecil dengan pembiayaan minim
dan umumnya tinggal di akomodasi murah (wisma, homestay, berkemah, dan
lainnya). Backpackers lebih berisiko mengalami morbiditas bahkan mortalitas
dibandingkan wisatawan yang berwisata dengan agen perjalanan wisata,
karena backpackers cenderung lebih muda, suka bertualang, mencoba wisata
ekstrim, menyewa kendaraan yang murah serta berkendara yang tidak aman.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas perilaku pencarian informasi
terkait masalah kesehatan di daerah tujuan wisata oleh wisatawan
backpackers.
Demikian tulisan ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri
kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
Penulis
ii
1.1. Latar belakang
juta orang, meningkat sejumlah sekitar 8 juta wisatawan dari tahun 2010.2 Tren
ini juga terjadi di Bali sebagai salah satu tujuan wisata favorit dunia. Sekitar 40%
akomodasi murah (wisma, homestay, berkemah, dan lainnya).4 Data dari BPS
menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah tamu asing pada hotel non bintang
dari tahun ke tahun terutama di Provinsi Bali. Pada tahun 2013 terdapat 1,5 juta
wisatawan menginap di hotel non bintang, meningkat sekitar 700 ribu dari tahun
2008.3
Tren peningkatan jumlah wisatawan juga diikuti oleh peningkatan morbiditas dan
1
murah serta berkendara yang tidak aman.6 Beberapa penelitian di negara asal
yang dilakukan pada wisatawan yang baru saja kembali dari berwisata di suatu
menderita penyakit, infeksi pada kulit dan menunjukkan gejala penyakit tertentu
informasi risiko dan masalah kesehatan yang tepat dan akurat, sebelum dan
segera setelah mereka tiba di daerah tujuan wisata. Meskipun banyak wisatawan
yang datang ke Bali, namun saat ini masih sedikit informasi yang menunjukkan
muncul akibat perjalanan wisata dan aktivitas wisata yang dilakukan. Selain itu
Bali.
1.2. Backpackers
Backpackers adalah istilah untuk wisatawan yang berwisata seorang diri atau
anak muda atau yang berumur 15 sampai 30 tahun, mereka mandiri, suka
2
berpetualang, menggunakan ransel untuk membawa barang pribadi, makan di
ke tempat satu dengan lainnya dan kunjungan wisatanya jauh lebih lama
menekan biaya wisata dengan mencari biaya perjalanan wisata dan akomodasi
yang lebih murah dan mereka mencari kegiatan wisata yang lebih menantang
akomodasi, tips dan perjalanan wisata dengan anggaran yang minim dan
jaringan antar wisatawan, hal ini tentunya membuka peluang bagi anak muda
untuk tidak ragu melakukan aktivitas wisata mandiri tanpa bantuan agen
perjalanan wisata.4
mencakup wilayah yang masih berada pada satu negara. Sebagai contoh,
perjalanan wisata yang dilakukan dari Maluku ke Bali, atau sebaliknya. Sebagai
3
negara kepulauan, dengan karakteristik penyakit yang berbeda-beda antar satu
sejenisnya.
ke Indonesia. Wisata jenis ini memiliki karakteristik khusus terkait dengan risiko
kesehatan yang mungkin dialami oleh wisatawan yang akan melakukan aktivitas
penyakit dari luar negeri untuk kemudian disebarkan pada penduduk lokal di
Indonesia.
Wisata outbound, merupakan jenis wisata yang dilakukan oleh orang Indonesia
ke luar negeri. Hampir sama dengan inbound tour, wisatawan Indonesia memiliki
mungkin ada di tempat yang akan dikunjungi. Demikian juga risiko wisatawan
tujuan nantinya.
Indonesia sekitar 10,4 juta orang, meningkat sejumlah sekitar 8 juta wisatawan
4
dari tahun 2010.2 Tren ini juga terjadi di Bali sebagai salah satu tujuan wisata
2009-2014
Seperti terlihat dari tabel, tren peningkatan perjalanan wisata terutama wisata
mancanegara terus terjadi. Mengingat tren linear yang ada maka, jumlah
wisatawan inbound yang akan datang ke Indonesia dan ke Bali pada khususnya
5
Dengan telah berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan meluasnya
backpacking yang datang ke Bali. Dari data Badan Pusat Statistik, pada tahun
2013 terdapat 1,5 juta wisatawan menginap di hotel non bintang di Bali,
Wisatawan adalah salah satu populasi yang berisiko untuk terpapar penyakit di
daerah wisata atau kecelakaan akibat aktivitas wisata yang dilakukan karena
mereka memiliki mobilitas yang tinggi dan berpindah-pindah dari satu destinasi
Wisatawan memiliki pola interaksi yang dinamis dengan mikroba dan tempat-
berisiko menularkan patogen melalui darah atau cairan tubuh yang lainnya.
6
berisiko, terlibat dalam aktivitas wisata yang ektrim, bersepeda, mendaki gunung
Adapun contoh masalah kesehatan dan penyakit yang dapat dialami oleh
perjalanan antar ruang dan wilayah dan aktivitas dinamis dari wisatawan
saat tidur, terutama jika mereka menginap pada hotel kelas non bintang
c. Influensa
e. Virus Ebola
f. Rabies
7
penelitian adalah bahwa dari setiap 100.000 wisatawan yang berkunjung ke
negara berkembang:
• 1 akan meninggal
8
Gambar 2. Surveilans Geosentinel, penyakit pada wisatawan yang
Backpackers memiliki risiko mengalami masalah kesehatan yang lebih tinggi dari
dalam waktu yang cukup lama, lebih banyak melakukan aktivitas wisata dan
lebih sering berpindah-pindah daerah tujuan tanpa dibantu oleh agen perjalanan
wisata.6 Karena keuangan adalah hal utama yang perlu diperhatikan oleh
Backpackers, sebagian besar dari mereka akan menekan biaya akomodasi dan
mereka memiliki risiko yang tinggi mengalami diare dan infeksi saluran
9
pernafasan.4 Dari penelitian yang dilakukan oleh Peach dan Bath di Queensland
akibat digigit serangga, digigit ular, diare, infeksi kulit, pusing dan terbakar sinar
matahari.6
Backpackers juga memiliki risiko yang tinggi tertular rabies, demam berdarah dan
yang endemis atau dimana anjing dan kucing liar sangat banyak ditemukan.11
3.6% backpackers berisiko tertular rabies karena pernah dijilat oleh anjing atau
termasuk HIV akibat aktivitas seksual yang tidak aman. Sebuah penelitian di
menunjukkan bahwa hanya 1/5 dari mereka membawa kondom dan hanya
seksual.12
10
Bali sebagai daerah tujuan wisata favorit di Bali tentunya akan banyak menarik
wisatawan mancanegara dan lokal untuk datang ke Bali. Sekitar 40% wisatawan
11
Tabel 1. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2010-
20158
wisata kuliner, rekreasi keluarga, rekreasi dengan risiko sedang hingga berat,
kesehatan yang mungkin timbul adalah seperti rabies, diare, demam berdarah,
risiko cidera ringan sampai berat akibat aktivitas wisata. Hal tersebut tentunya
dapat dicegah apabila wisatawan sadar dan berprilaku sehat sebelum, sesaat
12
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh wisatawan backpacker saat berwisata
vaksinasi
d. Jenis penginapan
perlu dilakukan oleh wisatawan yang dapat berupa vaksinasi, obat-obatan yang
Bali adalah
• Hepatitis A,
• Hepatitis B,
• Tipoid,
• Tetanus,
• Rubela dan
13
• Cacar air.
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah proses hasil dari tahu dan terjadi
penciuman, rasa dan raba terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari indra mata dan telinga. Pengetahuan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah proses hasil dari tahu remaja putri tentang
1. Umur
Umur individu dihitung dari saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin
2. Informasi
3. Pendidikan
14
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan yang diberikan oleh
seseorang pada orang lain (Wawan dan Dewi, 2011). Semakin tinggi
dimilikinya.
4. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat di daerah tempat tinggal
menerima informasi.
mereka akan menderita rabies bila digigit anjing atau kucing yang terinfeksi
rabies, namun hanya 59% yang tau bahwa dijilat binatang yang terinfeksi juga
dapat menularkan rabies. Selain itu 40% berfikir bahwa digigit binatang (anjing,
kucing, monyet) yang tampak sehat tidak akan berisiko tertular rabies.11
15
bahwa malaria dapat dicegah dengan pengobatan antimalaria, padahal
sudah banyak penelitian yang melaporkan kegagalan obat itu dalam mencegah
penyakit malaria.14
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu objek. Menurut Purwanto dalam Wawan dan Dewi (2011) sikap dapat
bersifat positif dan negatif. Sikap positif memiliki kecenderungan tindakan seperti
Sikap adalah suatu reaksi atau respon terhadap hal tertentu. Sikap memiliki tiga
Menurut teori Health Belief Model komponen sikap adalah Perceived Suseptibility
yaitu seberapa jauh seseorang merasa dirinya berisiko terhadap penyakit yang
16
yang akan diperoleh dari kegiatan yang dilakukan untuk mencegah ancaman
kegiatan dan Self-Efficacy yaitu perilaku kesehatan akan berjalan dengan sukses
berwisata ke daerah hutan hanya 54%nya yang menggunakan obat anti nyamuk
17
bahkan 17% tidak pernah sama sekali menggunakan obat anti nyamuk.
risiko malaria masih rendah, 35% masih percaya bahwa malaria dapat ditularkan
melalui makanan dan minuman yang kotor.14 Penelitian lain di Thailand (2010)
paling banyak diperoleh oleh backpackers dari berbagai penelitian adalah klinik
Wisata
18
Secara teoritis, pelaku pariwisata seperti tour guide dan agen perjalanan wisata
datang sebelum mengunjungi suatu wilayah harus memiliki jaminan bahwa dia
berkunjung ke daerah Saudi Arabia. Selain itu konsultan wisata juga dapat
– penyakit tertentu. Misalnya, saat terjadi wabah rabies di Bali, maka agen0agen
mesti dilakukan jika tergigit atau tercakar binatang yang berpotensi menularkan
wisatawan yang berisiko tertular suatu penyakit, tetapi bisa dicegah dengan
dapat membantu memberikan saran terkait situasi kesehatan yang mungkin ada
di suatu wilayah pada waktu-waktu tertentu. Pada saat kasus demam berdarah
19
berada atau beraktivitas di luar ruangan. Selain itu mereka juga bisa berperan
wisata.
yang melakukan konseling (p=0,03). Pemilik atau manajer APW cenderung lebih
peneliti (OR = 7.25; 95% CI: 1.64–32.06). Peningkatan rujukan cenderung lebih
tinggi dilakukan oleh APW yang sudah lama beroperasi, yang memiliki jam kerja
Pada penelitian terhadap 145 APW di Western Australia8 didapatkan bahwa 56%
yang sudah mendiskusikan masalah kesehatan spesifik. Lebih dari 80% APW
memiliki pengetahuan yang baik terutama mengenai yellow fever, malaria, dan
20
kurang mengenai demam berdarah dan altitude sickness, atau penyakit yang
bahwa 81% responden yakin kalau APW dapat berperan penting dalam upaya
kesehatan setempat secara reguler, dan 28% lebih suka mencari informasi
Akan tetapi, hal tersebut akan lebih sulit diperoleh oleh Backpacker karena
Agar dapat memberikan informasi yang tepat pada wisatawan, maka perlu
21
a. Pengetahuan wisatawan terhadap isu-isu penting terkait risiko kesehatan
yang ada di Bali. Isu-isu yang dapat digali yaitu terkait: rabies, demam
wisata air dan wisata alam, penyakit kulit, dan penyakit menular seksual.
kesehatan.
benefits)
barriers)
maupun setelah tiba didaerah wisata dan upaya yang dilakukan untuk
22
d. Informasi yang diharapkan didapatkan oleh responden terkait kesehatan
pertama).
diakses
diketahui masalah yang ada untuk kemudian disusun suatu upaya untuk
23
DAFTAR PUSTAKA
3. Statistics Indonesia. Jumlah Tamu Asing pada Hotel Non Bintang Menurut
Provinsi Tahun 2003-2015. Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017;
Available from: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1378.
4. Leggat PA, Shaw MTM. Travel Health Advice for Backpackers. J Travel
Medicine 2003;10:340-345
6. Peach HG, Bath NE. Health and Safety Problems and Lack of Information
among International Visitors Backpaking Through North Queensland. J
Travel Medicine 2000;7:234-238.
7. Yoeti OA. Tours and Travel Marketing. Jakarta: Pradnya Paramita; 2003.
10. Reid D, Keystone JS, Cossar JH. Health Risks Abroad: General
Considerations. In: DuPont HL, Steffen R, editors. Textbook of Travel
Medicine and Health. Hamilton, London: B.C Decker Inc.; 2001. page 3–9.
24
11. Piyaphanee W, Shantavasinkul P, Phumratanaprapin W, et.al. Rabies
Exposure Risk among Foreign Backpackers in Southeast Asia.
Am.J.Trop.Med.Hyg.,2010;82(6):1168-1171.
12. Worm AM, Lillelund H. Condoms and Sexual Behaviour of Young Tourist in
Copenhagen. AIDS Care 1989;1:93-96.
25