PERTEMUAN 5
NPM : 3112201025
Apabila dilihat dari budaya sosial nya ,kehidupan masyarakat Indonesia berawal
dari kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan dimana hanya mengandalkan apa
yang telah tersedia di dalam hutan. Pada masa ini,mereka telah mengenal kepercayaan
yang dibuktikan dengan adanya upaya penguburan orang yang telah meninggal. Pada
masa beternak dan bercocok tanam, kehidupan masyarakat semakin bertambah maju,
mereka telah dapat mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memiliki
tempat tinggal untuk menetap. Kelompok mereka semakin bertambah besar dan pola
hidup bergotong royong menjadi inti dari kehidupan sosial masyarakatnya. Pada masa
ini mereka telah mengenal sistim perekonomian, walaupun dilakukan melalui system
pertukaran (barter).
Secara fisik, pengertian polis adalah sebuah kota kecil dan desa sekitarnya. Di
dalamnya tinggal penduduk di perumahan yang homogen. Pada abad ke-5 SM,
umumnya polis dikelilingi oleh tembok serta memiliki tempat yang berbukit di tengah
kota yang disebut acropolis, alun-alun di tengah kota, dan pasar terbuka (agora). Di
acropolis terletak kuil, altar, monumen, serta bermacam peralatan yang digunakan untuk
menyembah dewa.
Di bidang arsitektur, ciri yang menonjol adalah keindahannya dan lebih ekspresif
dibanding dengan kebudayaan Hellenik. Salah satu bangunan besar peninggalan
peradaban ini adalah Mercusuar Pharos di Alexandria.Tingginya 400 kaki dengan 8
tiang penyangga lampu di atasnya.
A. Candragupta Maurya
B. Ashoka
Ashoka memerintah kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Mula-mula Ashoka
beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat
itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah
Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan
sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil
mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan
Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi
mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya,
masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai
Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Pembuatan saluran irigasi dan
pembangunan daerah- daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah
Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang
utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain
Pusat Peradaban Kuno Di Afrika
Lembah Sungai Nil yang subur telah melahirkan peradaban Mesir Kuno.
Peradaban tersebut berlangsung sejak sekitar tahun 3500 SM sampai 343 SM. Hal ini
diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh pasukan Prancis
yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Batu tulis tersebut berhasil dipaca oleh
seorang Prancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800 M) sehingga sejak
tahun itu terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 3500 SM. Sungai
Nil bersumber dari suatu mata air yang tertelak jauh di daratan tinggi Afrika Timur.
Sungai Nil mengalir ke utara dan setiap tahun mendatangkan banjir. Banjir inilah yang
mengubah padang pasir menjadi lembah-lembah yang subur. Seorang sejarawan dari
Yunani bernama Herodotus menjuluki daerah Mesir sebagai daerah hadiah dari Sungai
Nil. Di muara Sungai Nil terdapat suatu delta yang luas dan situlah terletah kota-kota
penting, seperti Kairo, Iskandarja, Abusir, dan Rosetta.
Sebagai kawasan yang berbasis pertanian besar, Mesir Kuno dipimpin oleh
seorang Firaun. Di daerah-daerah terdapat 20 provinsi yang masing-masing dipimpin
oleh seorang gubernur. Firaun Mesir Kuno berperan sebagai Raja Dewa (God Kings).
Baru pada tahun 2133 SM, Firaun hanya diakui sebagai "keturunan dewa" saja. Pada
mulanya, Mesir terbagi menjadi dua, yaitu Mesir Bawah (Hilir/Utara) dengan ibu kota di
Memphis dan Mesir Atas (Hulu/Selatan) dengan ibu kota di Thebe. Sejak Firaun Menes
dari Wangsa I (3100-2890 SM) berkuasa, kedua Mesir dapat disatukan. Penyatuan ini
ditandai dengan mahkota yang dikenakan Menes berupa mahkota bersusun dua.
Pehyatuan Menes ini oleh penerusnya dikembangkan dengan ekspansi ke Sudan, Nubia
dan Libya. Pada masa kekuasaan Wangsa lll (2686-2613 SM), pemerintahan dipegang
oleh Firaun Joser. Saat itu, Mesir berhasil menguasai daerah Nubia Hilir. Pada masa
pemerintahan Wangsa IV (2613-2494 SM), ada beberapa Firaun yang menonjol di
antaranya Khufu, Khafre, dan Menkaure. Pada waktu itu, Mesir berperang dengan
Nubia dan Libya. Pada tahun 1674-1567 SM, Mesir diserang dan dikuasai oleh bangsa
Hyksos. Selanjutnya Ahmosis I dari Wangsa XVIII (1567-1320 SM) berhasil mengusir
bangsa Hyksos dan mengembalikan kemerdekaan dan kejayaan Mesir. Firaun
Thutmosis lll memperluas kekuasaan Mesir sampai dengan tepi Sungai Eufrat. Pada
masa pemerintahan Wangsa XX (1200 SM), kejayaan Mesir perlahan-lahan mulai pudar.
Beberapa jajahan Asia melepaskan diri, bahkan tahun 524~04 SM, Mesir dikuasai oleh
Persia. Pada masa pemerintahan Wangsa XXVII (404-398 SM) bangsa Persia dapat
diusir dari Mesir dengan bantuan Yunani. Pada tahun 332 SM, Alexander Macedonia
menyerbu ke Asia dan Mesir. Sejak itu Mesir dikuasai Yunani sampai dengan
pemerintahan Wangsa Ptolomaeus (dengan rajanya yang terkenal, Cleopatra). Mesir
jatuh ke tangan Romawi pada tahun 30 SM.
Kepercayaan bangsa Mesir bersifat politeisme. Dewa-dewa yang disembah bangsa Mesir,
antara lain, Dewa Amon-Ra (Dewa Bulan Matahari), Dewa Osiris (Dewa Pengadilan di
Akhirat), dan Dewa Isis (Dewa Sungai). Mereka juga percaya bahwa jiwa seseorang
yang mati akan tetap hidup selama jasadnya masih tetap- utuh. Untuk itu, mayat
dibalsem atau diawetkan yang disebut mummi. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat Mesir Kuno telah dapat mempelajari dan mengenal tata alam
lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat Mesir Kuno yang hidup dari hasil bercocok
tanam memiliki banyak waktu luang untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan
baik yang bersifat material maupun spiritual. Masyarakat Mesir Kuno percaya bahwa roh
(jiwa) orang yang sudah meninggal akan tetap hidup dan menghuni jasadnya, apabila
jasadnya tidak rusak. Oleh karena itu, pada tubuh orang yang meninggal dimasukkan
bermacam- macam ramuan dan rempah-rempah kemudian dibungkus dengan kain
sehingga berbentuk mummi yang tidak dapat rusak atau membusuk. Mummi para
bangsawan dan orang kaya disimpan dalam kubur di batu- batu karang, yang dihiasi
dengan lukisan-lukisan pahat, sedangkan mummi raja-raja disimpan dalam bangunan
yang sangat megah disebut piramida. Sistem pengawetan dan penguburan jenazah
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Mesir Kuno telah mengenal ilmu pengetahuan
dan teknologi yang tinggi.