Alhamdulillahirobbil alamin washolatu wassalamu ala asrofil ambiyai walmursalin waala alihi
wasohbihi ajmain ammabadu.
Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, di siang yang cukup cerah ini, yang
pertama dan utama tentunya, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah
SWT, yang mana berkat nikmat dan karunia-Nya jualah, kita semua yang ada di sini dapat
berkumpul, bertatap muka dan bermuwajahah di tempat yang sangat mulia ini. Shalawat dan
salam, marilah kita sanjungkan keharibaan junjungan besar kita, nabi agung, nabi mulia, nabi
akhir zaman, sayyidul anbiya’i wal mursalin, nabi Muhammad SAW.
Lalu Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur'an dan As Sunnah. Berikut beberapa di
antaranya:
Kedua: Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat), maka
balasannya adalah surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ُْس لَهُ َجزَا ٌء إِالَّ ْال َجنَّة
َ َو ْال َحجُّ ْال َم ْبرُو ُر لَي
“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773
dan Muslim no. 1349). An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada
balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya
dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk surga." (Syarh
Shahih Muslim, 9/119)
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka
dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).
ث ْال َح ِدي@ ِد َ َوب َك َم@@ا يَ ْنفِى ْال ِك@@ي ُر َخب َ ُ@ر َوال@ ُّ@ذنَ @@ان ْالفَ ْق
ِ @َتَابِعُوا بَي َْن ْال َحجِّ َو ْال ُع ْم َر ِة فَإِنَّهُ َم@@ا يَ ْنفِي
ُإِالَّ ْال َجنَّة ٌُور ِة ثَ َواب
َ ْس لِ ْل َح َّج ِة ْال َم ْبر
َ ض ِة َولَيَّ ِب َو ْالف َّ َو
ِ َالذه
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa
sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada
pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad
1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)
Dari Ibnu 'Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
يل هَّللا ِ َو ْال َحاجُّ َو ْال ُم ْعتَ ِم ُر َو ْف ُد هَّللا ِ َدعَاهُ ْم فَأ َ َجابُوهُ َو َسأَلُوهُ فَأ َ ْعطَاهُ ْم ِ ْالغ
ِ َِازى فِى َسب
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu
Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka
meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
1. Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk
melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
2. 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam
memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian
berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina,
sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
3. Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga
Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam
Muzdalifah.
4. 10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk
melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu
pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian
rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan
melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
5. 11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
6. 12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
7. Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf
perpisahan).
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah
SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul
wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram
untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah.
Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak
melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
· Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal
ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-
nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai,
maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Itu tadi tentang Ibadah Haji yang saya sampaikan dan begitu luar biasa pahala dari berhaji.
Semoga kita pun termasuk orang-orang yang dimudahkan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya
di rumah-Nya. Semoga kita dapat mempersiapkan ibadah tersebut dengan kematangan, fisik
yang kuat, dan rizki yang halal.
Wassalamu’alaikum wr.wb