Anda di halaman 1dari 37

LBM 1

STEP 1

 Serumenolitik
Cairan serum yang diberikan pada telinga seseorang yang serumennya penuh. Dibagi menjadi 2:
akuosa dan organic
Contoh: carbogliserin obat tetes, dipakai 5x1

 Refered pain
Nyeri alih yang bisa didapatkan jika ada kelainan di organ lain sesuai dengan dermatomnya

 Serumen
-Sekret dari kelenjar sebasea dan apokrin pada kartilago liang telinga. 2 tipe: basah dan kering
- dihasilkan oleh kelenjar seruminosa dan epitel kulit yang terlepas

STEP 2

1. Bagaimana anatomi dan histology dari telinga?


2. Bagaimana fisiologi dari pendengaran?
3. Mengapa pasien datang dengan keluhan sakit telinga kiri dan gangguan pendengaran, dan pada
saat penderita menelan?
4. Mengapa dokter memberi serumenolitik sebelum dilakukan irigasi telinga, serta antibiotic dan
analgetik oral?
5. Apa saja macam- macam serumen?
6. Apa hubungan 2 hari yang lalu mengorek telinga dg cotton bud dengan sakit pada telinga
pasien?
7. DD
8. Mengapa dokter memeriksa adanya furunkel dan jamur?
9. Apa penatalaksanaannya?
10. Mengapa dokter menanyakan adanya batuk dan pilek?
11. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang dari diagnosis?
12.

STEP 3

1. Bagaimana anatomi dan histology dari telinga?


ANATOMI
Terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani. 1/3 lateral kartilago dan
2/3 medial tulang. Dilapisi kulit dan kelenjar seruminase (modifikasi kelenjar keringat).
Struktur :
a. Auricular  terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
b. Meatus Acuticus Externus, terdiri dari :
 Pars cartilage : 1 cm
 Pars ossea : 2 cm
Persarafan telinga luar :
a. Nervus auriculotemporalis
b. Nervus occipitalis minor
c. Nervus auricularis major
d. Ramus auricularis nervi vagi
e. Nervus facialis
Perdarahan telinga luar :
a. Arteri temporalis superficial
b. Ramus auricularis profundus arteri maxillaries
c. Arteri auricularis posterior
A. Telinga tengah
Dipisahkan dengan telinga luar oleh membrane tympani.
Batas-batas :
a. Batas luar : membrane tympani
b. Batas depan : tuba eustachii
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum (lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid), kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam : dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Organ-organ yang terdapat di telinga tengah :
a. Membrane tympani
Memisahkan cavum tympani dengan meatus acisticus externum (m.a.e)
 Membrane tipis, semitransparan, oval, kedudukan miring caudomedial, 50 derajat
terhadap m.a.e.
 Terdiri dari pars flaccid/membrane Shrapnell (superior) dan pars tensa/membrane
propria (inferior)
 Dilekati oleh manubrium malei pada permukaan medialnya.

 Bayangan penonjolan bagian bawah maleus disebut Umbo.


 Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah, yaitu pukul 7
untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
 Reflex cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani, yaitu
serabut sirkuler dan radier. Secara klinis reflex ini dapat dinilai, misalnya bila reflex
cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachii.
 Membrane timpani dibagi menjadi 4 kuadran :
o Antero-superior
o Postero-superior
Untuk menyatakan letak perforasi
o Antero-inferior
o Postero-inferior
Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian postero-inferior,
sesuai dengan arah serabut
b. Cavum tympani
Rongga berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis.
Struktur : memiliki 4 dinding, atap dan dasar.
DINDING
Terdiri dari dinding lateral, medial, anterior dan posterior
Dinding lateral
Terisi membrane tympani dan cincin tulang tempat perlekatan membrane tympani, pars
squamosa os temporalis.
Terdapat bangunan chorda tympani, yang menyilang pars flaccid
Dinding medial
Memisahkan cavum tympani dengan telinga dalam, terdapat beberapa bangunan :
 Fenestra vestibule, menuju telinga dalam
o Lateral : basis stapedius
o Medial : perilymphe vestibuli
 Fenestra cochlearis, medial, perilymphe dari ujung saluran cochlea
 Promontorium : dibentuk dari tonjolan bagian cochlea dan mengandung serabut
saraf dari plexus tympanicus.
 Tonjolan dari canalis nervus facialis.
Dinding anterior
Terdapat bangunan :
 Tuba auditiva (eustachii), fungsi untuk menyamakan tekanan telinga tengah dan
faring
 Canalis untuk M. tensor tympanicus
 Cabang-cabang arteri carotis interna
Dinding posterior
Terdapat bangunan :
 Aditus dan antrum mastoideum
 Eminentia pyramidalis (M. stapedius)
ATAP
Tegmen tympani (bagian dari os petrosum), memisahkan cavum tympany dengan fosa
crania media
DASAR
Memisahkan cavum tympany dari A. carotis interna dan V. jugularis interna
Dibentuk oleh :
 Lamina tympanica (os petrosum)
 Fossa jugulare
 Canalis caroticus
 Nervus Jacobsen (cabang tympanica N.IX)

c. Ossicula auditiva
Malleus
Bagian-bagian :
 Caput : bersendi dengan incus
 Leher (collum mallei)
 Manubrium
o Tempat insertion M. tensor tympanicum
o Melekat pada membrane tympani
 Processus anterior : berhubungan dengan fissure petrotympanicum
 Processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrane tympani
Incus
Bagian-bagian :
 Corpus : bersendi dengan caput mallei
 Crus longum : bersendi dengan caput stapedii
 Crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus
Stapes
 Caput : bersendi dengan incus
 Collum : tempat insertion M. stapedius
 Crus : menghubungkan collum dengan basis
 Basis : melekat pada fenestra ovalis
Persendian ossicula auditiva : articulation synovial
Fungsi : menghantarkan getaran suara ke telinga dalam

B. Telinga dalam
TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.
LABYRINTH OSSEA
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Didalamnya terdapat labyrinth membranaceae yang terdiri dari
3 bagian :
Vestibulum
 Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang).
 Isi
o Sacculus
o Utriculus
o Sebagian dari ductus endolymphaticus
Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
 Berbentuk konus (seperti rumah keong)
 Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti spiralis
 Isinya ductus cochlearis
 Membrane basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala tympani dan
scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya
 Membrane vestibularis
Diantara membrane vestibularis dan membrane basilaris terdapat spiral organ atau
organ dari Corti.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dan
skala vestibuli. Koklea terdiri dari:
i. Skala vestibuli: berisi perilimfe
ii. Skala media : berisi endolimfe
iii. Skala timpani: berisi perilimfe

Canalis semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetic
Terdiri dari 3 buah canalis
 Anterior
 Posterior
 Lateral
 Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan lain,
dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
 Semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
 Pada satu ujungnya melebar membentuk ampula
2. Bagaimana fisiologi dari pendengaran?

JAWAB :
Struktur Letak Fungsi

Telinga luar Samping kiri kanan di Mengumpulkan dan


bawah temporal. memindahkan gelombang suara
ke telinga tengah.
Pinna (daun telinga) Lempeng tulang rawan Mengumpulkan gelombang
yang terbungkus kulit dan suara ke memban timpani
terletak di kedua sisi mengandung rambut-rambut
kepala. penyaring dan menyekresikan
kotoran telnga untu menangkap
partikel-partikel asing.
Meatus auditorius Saluran dari ekterior Bergetar secara sinkron dengan
ekternus (liang melalui tuang temporalis ke gelombang suara
telinga) membran timpani. yangmengenainya
menyebabkan tulang-tulang
pendengaran telinga tengah
bergetar.
Telinga tegah Rangkaian tulang yang Memindahkan getaran
dapat bergerak yang membran timpani ke cairan di
berjalan melintasi rongga koklea,dalam prosesnya
telinga tegah,maleus memperkuat energi suara.
melekat ke membran
timpani dan stapes melekat
pada jendela oval.
Maleus, inkus, Membran tipis di pintu Bersilia secara sinkron dengan
stapes masuk koklea,memisahkan getaran membran timpani,serta
telinga tengah dengan skala menimbulkangetaran seperti
vestibule gelombang di perlimfa koklea
dengan frekuensi yang sama.
Telinga dalam: Kompartemen atas koklea Tempat sistem sensorik untuk
koklea dan kompartemen bawah mendengar
koklea.
Jendela oval Kompartemen tengah Bergetar bersama dengan
koklea. getaran stpes yang melekat
padanya. Gerakan jendela oval
menyebabkan perlimfa koklea
bergerak.
Skala vestibuli, skala Membentuk lantai duktus Mengandung perlimfa yang
timpani koklearis. dibuat bergerak oleh gerakan
jendela oval yang didorang oleh
getaran tulang-tulang telinga
tengah.
Duktus koklearis Terletak di bagian atas dan Memgandung endolimfa:
(skala media) di sepanjang membran tempat membran basilaris.
basilaris.

Membran basilaris Membran stasioner yang Mengandung endolimfe: tempat


tergantung di atas organ membran basilaris.
korti dan tempat sel-sel
rambut reseptor Mengandung sel rambut,
permukaan tertanam di reseptor untuk suara, yang
dalamnya. mengeluarkan potensial
reseptor sewaktu terbekuk
akibat cairan di koklea.

Organ korti Membran tipis yang Tempat rambut sel-sel reseptor


memisahkan skala timpani tertanam di dalamnya menekuk
dari telinga tengah. dan membentuk potensial
reseptor ketika membrane
basilaris bergetar terhadap
membran tektorial yang
stasioner.
Membran tectorial Tiga saluran semisirkuler Bergerak bersama dengan
yang tersusun tiga dimensi getaran cairan di perilimfe untuk
dalam bidang-bidang yang meredam tekanan di dalam
tegak lurus satu sama lain koklea, tidak berperan di dalam
di dekat  korteks jauh di penerimaan suara.
dalam tulang temporalis.

Jendela bundar Struktur seperti kantong Tempat sistem sensoris untuk


rongga antara koklea dan keseimbangan dan memberikan
kanalis semisirkularis. masukan yang penting untuk
mempertahankan postur dan
keseimbangan.

Telinga dalam Terletak disamping Mendeteksi: akselarasi


(aparatus utrikulus (percepatan) deselarasi
vestibularis) (perlambatan) rotasional atau
angular.

Kanalis semi Mendeteksi: 1) perubahan posisi


sirkularis kepala menjauhi sumbu vertikal,
2) mengarahkan akselarasi dan
deselerasi linear secara
horizontal.
Utrikulus Mendeteksi: 1) perubahan posisi
kepala menjauhi sumbu
horizontal, 2) mengarahkan
Sakulus akselarasi dan deselerasi linear
secara vertikal.

pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn bentuk dan dimensinya,
dpt sangat memperbesar suara dlm rentang 2 – 4 kHz.
Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara ( lingk.kita) dan cairan
( telinga dalam)
Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan telinga tengah ke
telinga dalam
Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran timpani
Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar agar seimbang
Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg naso faring
Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan diluar
Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat cukup oksigen / airasi.
cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala timpani untuk dianalisa
dan dibawa ke otak
vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)

ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke cochlea  menggetarkan membrane
timpani  telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong  Energi getar yang
telah diamplifikasi  ke stapes  Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar
dari tingkat oval menimbulkan getaran pada  perilimfa pada skala vestibule
bergerak  getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa  menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan
membrane tektoria (Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel) menimbulkanproses
depolarisasi sel rambut melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis 
potensial aksi pada saraf auditorius  dilanjutkan ke nucleus auditorius  ke
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Buku ajar ilmu kesehatan THT kepala leher,FKUI,Edisi kelima

Energi Bunyi
Auricula Membrane tympani Telinga tengah

Mallei & incus


Reissner Perilimfe Stapess amplification

Rangsang mekanik Defleksi Stereosilia Pelepasan ion bermuatan listrik dr


badan sel
Dr badan sel
saraf auditorius rambut

Nucleus auditorius Korteks Pendengaran


(Lobus temporalis)

Fisiologi Pendengaran Normal

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membrana timpani sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-
tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya, stapes menggerakkan
foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan
melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfe dan membrana basalis ke arah bawah.
Perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah
luar (Tortora dan Derrickson, 2009). Menurut Ismail, pada waktu istirahat, ujung sel rambut
Corti berkelok dan dengan terdorongnya membrana basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus.
Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium
dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang nervus vestibulokoklearis. Kemudian
meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada
di lobus temporalis.

Fisiologi Gangguan Pendengaran


Gangguan pada telinga luar, tengah, dan dalam dapat menyebabkan ketulian. Tuli dibagi atas
tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campur. Tuli konduktif terjadi akibat kelainan telinga
luar, seperti infeksi, serumen atau kelainan telinga tengah seperti otitis media atau otosklerosis
(Kliegman, Behrman, Jenson, dan Stanton, 2004).
Tuli sensorineural melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Salah satu
penyebabnya adalah pemakaian obat-obat ototoksik seperti streptomisin yang dapat
merusak stria vaskularis. Selain tuli konduksi dan sensorineural, dapat juga terjadi tuli
campuran. Tuli campuran adalah tuli baik konduktif maupun sensorineural akibat
disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang (Lassman, Levine dan Greenfield,
1997).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf

Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran suara ke telinga bagian dalam yaitu :
Suara ditangkap oleh daun telinga dan alirkan melalui liang telinga untuk menggetrkan membran
timphani, dan getaran tersebut diulajutkan ke tulang maleus,lalu ke inkus dan ke stapes sehingga
menimbulakn suatu gelombang di membrana basilaris dan organ corti dengan menggerkkan perilimfe
dan endolimfe sehingga terjadi potensial aksi pada serabut – serabut saraf pendengaran , disini
gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia lalu ditransmisikan ke saraf cranialis VIII
dan meneruskannya ke pusat saraf sensorik pendengaran di otak (area 39 – 40) melalu saraf pusat yang
ada di lobus temporalis
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus,
dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan getaran dari
membran timpani ke jendela oval yang menghubungkan ke telinga dalam. Tulang-tulang pendengaran
itu yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. (6) Energi tulang yang telah diamplifikasi akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antar membran basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan
rangsangan mekanik yang mnyebabkan terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius.(8)

Gambar 1.4 Anatomi Telinga Dalam


1. Telinga luar
Auricula
Mengumpulkan suara yang diterima
Meatus acusticus extemus:
Menyalurkan / meneruskan suara ke kanalis auditorius externus
Canalis auditorius extorius:
Meneruskan suara ke membran timpani
Membran timpani :
Sebagai resonator mengubah gelombang udara gel. Mekanik
2. Telinga tengah
Tuba auditorius (eustachii)
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring
yang berfungsi sebagai:
 Proteksi : melindungi dari kuman
 Drainase : mengeluarkan cairan
 Aerofungsi : menyamakan tekanan luar dan dalam
Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya
terdiri dari tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal
dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan
adalah 17,5 mm
Tulang pendengaran : maleus, inkus, stapes
Memperkuat gerakan mekanik dari membran timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada
koklea, sehingga perilimfe pada skala vestibule akan berkembang.
3. Telinga dalam
Reseptor pendengaran
Koklea
 Skala vestibule : mengandung perilimfe
 Skala media : mengandung endolimfe
 Skala timpani : mengandung perilimfe
Organon Corti
Mengandung sel-sel yang merupakan reseptor pendengaran di membran basilaris.
Berawal dari pengumpulan getaran udara oleh auricular dan diteruskan ke membrana tympani yang
akan melakukan reflek tympani yaitu penyesuaian transmisi atau frekuensi suara yang dapat diterima
pada reseptor – reseptor saraf dalam telinga dalam (N. VIII / N. koklearis) dan diteruskan ke batang otak

Mekanisme lebih jelas dimulai dari telinga luar yang mengumpulkan gelombang suara dan
menghantarkannya ke membrane tymphani.Kemudian tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan
stapes dalam telinga tengah (sebelah dalam membrane tymphani) bertindak sebagai pengungkit dan
menghantarkan suara ke foramen ovale yang merupakan bagian dari telinga dalam.Telinga dalam yang
berisi cairan encer dan susunannya sedemikian rupa mengubah getaran udara yang besar tetapi lemah
menjadi getaran kecil tapi lebih keras.Mekanisme inilah yang disebut impedance matching. Mekanisme
Impedance Matching ini sendiri merupakan mekanisme ungkit dan mekanisme hidrolik yang akan
memperbesar impuls suara menjadi 18,2 kali (setara dengan 25 dB). Dari mekanisme ungkit antara
manubrium malei dan krus longus inkudis dengan perbandingan luas 1,3 : 1 akan memperbesar impuls
suara pada membrane tymphani sebesar 1,3 kali pada foramen ovale. Sedangkan dari mekanisme
hidrolik perbandingan luas membrane tymphani dan foramen ovale adalah 20 : 1, akan tetapi yang
efektif menghantarkan suara adalah pars tensa yang merupakan 2/3 bagian dari luas membrane
tymphani sehingga perbandingan efektifnya menjadi 14 : 1 dan total penguatan suara menjadi 1,3 x 14 =
18, 2 kali
Telinga tengah yang berisi udara dan berhubungan dengan nasofaring melalui tuba auditorius (tuba
eustachius) yang dalam keadaan normal tertutup, namun sewaktu menelan akan terbuka. Sewaktu
terbuka tekanan di sebelah dalam dari membrane tymphani menjadi sama dengan tekanan di luar. ini
penting karena membrane tymphani baru akan bergetar baik kalau tekanan pada kedua sisinya sama.
Kalau tidak sama maka akan timbul ketulian. ini bisa juga disebabkan karena tersumbatnya tuba
auditorius misalnya oleh mucus pada influenza
Getaran dalam cairan telinga diubah menjadi impuls saraf di cochlea.Cochlea terdiri dari serangkaian
pipa melingkar membentuk 2¾ gulungan yang bersumbu tengah.Struktur keseluruhan menyerupai
rumah siput.Foramen ovale yang merupakan awal dari pipa pertama disebut skala vestibule.Pipa ini
berisi cairan yang disebut perilymph yang komposisinya mirip dengan cairan cerebrospinal.Skala
vestibuli dipisahkan oleh membrane dari skala media. Skala media berisi cairan endolymph yang mirip
dengan cairan pada sel dan mempunyai kadar kalium yang tinggi. Skala media dipisahakan dari pipa
ketiga, skala tymphani oleh membrane basilaris
Getaran suara dalam cairan skala vestibule diteruskan ke cairan dalam skala media, membrane basilaris,
dan ke cairan dalam skala tymphani. Bila membrane ovale bergerak ke dalam maka membrane
rotundum akan bergerak ke luar dan sebaliknya. Getaran dari membrane basilaris ini yang akan
menghasilkan impuls saraf dalam nervus auditorius. Di bagian pangkal dekat membrane ovale,
membrane basilaris adalah pendek, kearah ujung panjangnya bertambah dan mencapai maksimum di
apeks.Ujung – ujung saraf dijumpai di dasar sel rambut dari organ corti.Bagian ini terletak di atas dari
membrane basilaris.Rambutnya sendiri terbenam dalam membrane tektoria. Suara berfrekuensi rendah
menyebabkan seluruh membrane basilaris bergetar
Di telinga dalam, untuk bisa ditransmisikan ke N. VIII, gelombang suara mekanis harus diubah menjadi
energy elektro kimia. Terjadinya peristiwa listrik pada organ corti ini dikenal dengan proses transduksi.
Terjadinya proses tranduksi dimulai dari bersentuhannya ujung silia atau rambut sel sensoris pada organ
corti dengan membrane tektoria. Pergerakan sel rambut ini akan menimbulkan reaksi biokimiawi pada
sel sensorik sehingga timbul muatan listrik negatif pada dinding sel. Ujung N. VIII yang menempel pada
sel sensorik akan menampung mikroponik yang terbentuk. Lintasan impuls auditorik selanjutnya menuju
ganglion spiralis corti, N. VIII, nucleus cochlearis di medulla oblongata, kolikulus superior, korpus
genikulatum medial, dan korteks auditori di lobus temporalis serebri

3. Mengapa pasien datang dengan keluhan sakit telinga kiri dan gangguan pendengaran, dan pada
saat penderita menelan?
JAWAB :
GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan Pendengaran

Definisi Gangguan Pendengaran


Menurut Khabori dan Khandekar, gangguan pendengaran menggambarkan kehilangan
pendengaran di salah satu atau kedua telinga. Tingkat penurunan gangguan pendengaran
terbagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat, dan sangat berat.

Klasifikasi Derajat Gangguan Pendengaran

Klasifikasi derajat gangguan pendengaran menurut International Standard Organization (ISO)


dan American Standard Association (ASA)
Derajat Gangguan ISO ASA
Pendengaran
Pendengaran Normal 10-25 dB 10-15 dB
Ringan 26-40 dB 16-29 dB
Sedang 41-55 dB 30-44 dB
Sedang Berat 56-70 dB 45-59 dB
Berat 71-90 dB 60-79 dB
Sangat Berat Lebih 90 dB Lebih 80 dB

Jenis Gangguan Pendengaran


Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran. Menurut
Centers for Disease Control and Prevention pada gangguan pendengaran konduktif terdapat
masalah di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran
sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan, tuli
campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Menurut WHO-
SEARO (South East Asia Regional Office) Intercountry Meeting (Colombo, 2002) faktor penyebab
gangguan pendengaran adalah otitis media suppuratif kronik (OMSK), tuli sejak lahir,
pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.

Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif

Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga
dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga
luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan
tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada
telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).
Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:

1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.
2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi
kepala.
3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice)
khususnya pada penderita otosklerosis.
5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal
telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal
telinga luar atau selaput gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis
terdapat gangguan pada rantai tulang pendengaran.
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara
bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah.
Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai
hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke arah yang
sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach memanjang
(Soepardi dan Iskandar, 2001).

Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural


Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang ditemui pada gangguan
pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita
biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal.
Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan
pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis.
2. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana
gaduh dibanding suasana sunyi.
3. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik,
ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, kanal
telinga luar maupun selaput gendang telinga tampak normal. Pada tes fungsi pendengaran,
yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima
meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan).
Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes
Weber ada lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.

Gangguan Pendengaran Jenis Campuran


Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis konduktif dan
gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini adalah
jenis hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan
sensorineural. Dapat pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural,
lalu kemudian disertai dengan gangguan hantaran (misalnya presbikusis), kemudian terkena
infeksi otitis media. Kedua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma
kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam (Miyoso, Mewengkang
dan Aritomoyo, 1985).
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala gangguan
pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi
tanda-tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis
sensorineural. Pada tes bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada
jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah
maupun nada tinggi. Tes garputala Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat.
Schwabach memendek (Bhargava, Bhargava and Shah, 2002).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf

4. Mengapa dokter memberi serumenolitik sebelum dilakukan irigasi telinga, serta antibiotic dan
analgetik oral?
5. Apa saja macam- macam serumen? Bagimana proses produksi serumen

Kelenjar cerouminous terdapat di dinding superior dan bagian kartilago external auditory canal.
Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut
membentuk serumen.Cerumen membentuk lapisan pada kulit external auditory canal bergabung
dengan lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada permukaan yang
mempunyai sifat antibakteri. Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi
cerumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah serumen sedikit sedangkan lainnya cenderung
terbentuk massa serumen yang secara periodik menyumbat liang telinga. (Bannon, 2004) 2.2.2.
Klasifikasi Cerumen Cerumen secara umum dibagi menjadi: (1).. Tipe Basah, terdiri dari dua sub-
tipe yaitu Cerumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila diirigasi dan Serumen
coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket; (2). Tipe Kering. Cerumen gelap/ hitam, sifatnya
keras, biasanya erat menempel pada dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga
menimbulkan gangguan pendengaran. (Pray, 2005). External auditory canal memiliki banyak
struktur yang berperan dalam produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar ceruminous yang
berjumlah 1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat
apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide, padahal kelenjar sebasea
terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi asam lemak rantai
panjang tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol. (Pray, 2005)
2.2.3. Fisiologi Cerumen
11
Cerumen memiliki banyak manfaat. Cerumen menjaga external auditory canal dengan barier
proteksi yang akan melapisi dan membasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap
benda asing, menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan, dan
serangga. Cerumen juga mempunyai pH asam (sekitar 4-5), pada situasi pH seperti ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi pada external
auditory canal (Pray,2005). Selain di telinga, sel epitel yang sudah mati dan keratin dilepaskan
dengan gesekan. Karena hal ini tidak mungkin terjadi dalam pada external auditory canal migrasi
epitel squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel
stratum korneum dalam membran timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran
timpani secara lateral sepanjang permukaan dalam pada external auditory canal. Sel berpindah terus
ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilago telinga luar dan akhirnya dilepaskan,
ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta keberadaan membran basal halus memfasilitasi
pergerakan epidermis dari meatus ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal
memberikan mekanisme pembersihan alami dalam pada external auditory canal, dan bila terjadi
disfungsi akan menyebabkan infeksi. (G.B. dkk., 2001)
2.2.4. Fungsi Cerumen

Fungsi cerumen adalah: (1). Membersihkan external auditory canal yang terjadi sebagai hasil dari
proses yang disebut “conveyor belt” process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
seperti rahang (jaw movement). Cerumen pada external auditory canal juga membawa kotoran, debu,
dan partikel-pertikel yang dapat ikut keluar; (2). Sebagai lubricant untuk mencegah gatal dan iritasi;
dan (3). Sebagai antibakterial, antifungal dan antiviral. Cerumen ditemukan efektif menurunkan
kemampuan hidup bakteri antara lain Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat
dengan signifikan oleh cerumen. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak
tersaturasi lisozim dan khususnya pH yang relatif rendah pada cerumen. (Roeser & Roland, 1992).

6. Apa hubungan 2 hari yang lalu mengorek telinga dg cotton bud dengan sakit pada telinga
7. Mengapa dokter memeriksa adanya furunkel dan jamur?
8. Mengapa dokter menanyakan adanya batuk dan pilek?

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek
yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius,
mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar
saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah
putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah
nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan
lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan
tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang
menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan
dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan
daya tahan tubuh yang kurang baik.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI
PATOGENESIS
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik
terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba
eustachii enzim dan antibody.
Seperti yang diketahui bahwa OMA dapat terjadi karena infeksi saluran nafas atas yang menginvasi
telinga tengah melalui tuba Eustachii. Pada bayi, makin sering bayi terserang infeksi saluran nafas atas
makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar dan agak horizontal letaknya.
Pada OMA terjadi keadaan yang patologis di mukosa yang melapisi tuba Eustachii, telinga tengah, dan
sel mastoid, di mana terkumpul sekret, terjadi proses supurasi, terjadi kerusakan silia sehingga tidak
dapat mengalirkan sekret menuju tuba Eustachii. Adanya kumpulan mukopus dalam telinga tengah
mengakibatkan tekanannya meningkat, membran timpani meradang dan menonjol. Tekanan yang tinggi
akan mempengaruhi pembuluh darah dalam membran timpani. Selanjutnya timbul nekrosis iskemik
pada membran timpani, sehinga terjadi perforasi dan keluar pus. Dengan adanya perforasi ini gejala
klinis seperti sakit telinga dan demam akan berkurang. Proses yang terjadi di telinga tengah adalah
akumulasi, dekomposisi, dan iritasi. Mukosa menjadi rusak, terjadi desintegrasi periosteum, terjadi
trombosis arteri yang berakibat berkurangnya aliran darah ke mukosa periosteum dan tulang telinga.
Pada OMA yang tidak diobati dengan baik dan adekuat, bisa terjadi otitis media perforata kronik, dapat
meluas ke otak melalui tegmen timpani, terutama jika disertai denagn kerusakan mukosa, tulang dan
jaringan sekitarnya.
9. DD

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah , tuba eustachius , antrum
mastoid, dan sel mastoid.

Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif (= otitis media serosa = otitis media
sekretoria = otitis media musinosa = otitis media efusi)
Masing – masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis , yaitu otitis media supuratif akut (Otitis
Media Akut= OMA) dan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi
menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis ) dan otitis media serosa kronis . Selain itu
terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis
media adhesiva.
3.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF

Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik
terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa dan tuba
eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius
merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsinya terganggu, pencegahan muasi
hormon ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Pencetus lain adalah infeksi saluran nafas
atas.
Otitis media supuratif terbagi 2 :
1.OM Supuratif Akut (OMA)
2.OM. Supuratif Kronis (OMSK)
Penyebab keduanya adalah bakteri golongan coconus.

3.1.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT


Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius meriupakan
penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke telinga tengah dan terjadi peradangan.
Pencetus OMA ialah infeksi saluuran napas atas.
Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas atas maka makin besar kemungkinan
terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar,
dan agak horizontal letaknya.
3.1.1.1 Patologi
Kuman penyebab utama adalah sterptococus hemoliticfus, staphilococus aureus, pneumococus. kadang
ditemukan haemofillus influenza, e.coli, sterptococus anhaemoliticus, proteus vulgaris, dan
pseudomonas aeruginosa.
H. Influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun
3.1.1.2 Stadium OMA
Perubahan nukosa telinga tengah sebagai akibat infejsi dapat dibagi atas 5 stadium :

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga
tengah, karena adanya absorpsi udara.
Kadang membran timpani terlihat normal atau berwarmna keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi , tapi tidak dapat dideteksi
Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi
2. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran timpani tampak
hipermeis serta edema.
Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga suikar dilihat
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tenagh dan hancurnya sel epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang menyebakan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah telinga luar
Pasien tampak sangat sakit, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar membran timpani
akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar. Dann bila ruptur, maka lubang tempat ruptur
( perforasi ) tidak akan menutup kembali
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani
5. Stadium Resolusi

3.1.1.3 Gejala Klinik OMA

Gejala tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.


Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utamanya adalah rasa nyeri didalam telinga dan panas
yang tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya,.
Pada anak yang sulebih besar/ pada dewasa, disamping rasa nyeri juga terdapat gangguan pendengaran
berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 C (pada stadium
supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba – tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang, dan kadang –
kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir
ke liang telinga , suhu tubuh turun anak tertidur tenang

3.1.1.4 Terapi
Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya.
Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,
sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin
0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk
anak > 12 tahun dan pada orang dewasa.
Sumber infeksi harus diobati
Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin (ampicillin)..

Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin
intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi
mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian
antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau
amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara
berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari
serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7 – 10 hari
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan
perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi
membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah.
Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah
pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tenagh lebih dari 3 minggu, mka keadaan ini
disebut OMS subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka
keadaan ini disebut OMSK

3.1.1.5 Komplikasi
Sebelum adanya antibiotika, , OMA dapat menimbulkan yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi
yang berat (meningitis dan abses otak)

3.1.1.6 MIRINGOTOMI

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars lensa membran timpani , agar terjadi drainase sekret dari
telinga tengah ke liang telinga luar.

Istilah ini sering dikacaukan dengan parasintesis, dimana parasintesis adalah pungksi membran timpani
untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit atau jarum khusus)
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan terseebut
harus secara a-vue(dilaihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai, sehingga membran timpani
dapat terlihat dengan baik.
Lokasi miringotomi adalah di kuadran postero-inferior
Untuk tindakan ini memerlukan lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, memakai corong telinga
yang sesuai dwengan besar liang telinga, dan pisau parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan
steril

Komplikasi miringotomi
 Pendarahan akibat trauma pada liang telinga luar
 Dislokasi tulang pendengaran
 Trauma pada fenestra rotundum
 Trauma pada n. fasialis
 Trauma pada bulbus jugulare

Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk emlakukan miringotomi dengajn
narkose umum dan memakai mikroskop
Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk menghisap sekret
dari telinga tengah sebanyak – bayanknya. Hany dengan cara ihi biayanya lebih mahal
Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sbetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan , kecuali bila jelas
tampak adanya nanah di telinga tengah.
Komplikasi parasentesis kurang lebih sama dengan komplkasi miringotomi
3.1.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Dulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari – hari adalah congek. otitis media
supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus – menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah.

3.1.2.1 Perjalanan Penyakit


Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif
sub akut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
1. Terapi yang terlambat diberikan.
2. Terapi yang tidak adekuat.
3. Virulensi kuman yang tinggi.
4. Daya tahan tubuh pasien rendah (kurang gizi).
5. Higiene buruk.
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe OMSK. Perforasi membrana
timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

3.1.2.2 Jenis OMSK


OMSK dibagi atas 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe “Benigna” (tipe aman), 2. OMSK tipe “Maligna” (tipe
bahaya). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang, OMSK
aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari capung cavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK
tenang adalah yang keadaan cavum timpani terlihat basah / kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai
tulang, perforasi terletak di sentral, umumnya tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, juga tidak terdapat kolestaetom
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai oleh kolestaetom, jenis ini dikenal dengan
OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang, perforasi terletak di marginal atau atik, kadang –kadang
terdapat juga koleteatom pada OMSK dengan perforasi sub total, sebagian besar komplikasinya
berbahaya dan fatal.

3.1.2.3 Gejala Klinis


Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berhahaya, maka perlu
ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun
beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu :
1. Perforasi pada marginal atau pada atik, tanda ini biasanya tanda dini dari OMSK tipe
maligna, sedangkan kasus yang sudah lanjut dapat terlihat.
2. Abses atau fistel retro – auriguler (belakang telinga).
3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah.
4. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom).
5. Terlihat bayangan kolesteatom pada poto rontgen mastoid.

3.1.2.4 Terapi OMSK


Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang – ulang. Sekret yang
keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh
satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen.
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang

Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
yang keluar terus – menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 202 3 % selama 3 – 5
hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung AB dan kortikosteorid. Obat tetes telinga sebaiknya jangan diberikan secara terus
menerus lebih dari 1 atau 2 Minggu atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes sebanyak yang
bersifat ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan ampisilin, atau eritromisin. Pada infeksi yang
dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat.
Bila sekret telah kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan, maka
idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya perforasi atau
perusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadi infeksi berulang,
maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat
abses sub periosteal retroaurikuler, maka dilakukan insisi abses, sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
dilakukan mastoidektomi.
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum, oleh
karenanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis dari
rongga mastoid yang dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam
komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna antara lain :
1. Mastoidektomi sederhana.
2. Mastoidektomi radikal.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
4. Miringoplasti.
5. Timpanoplasti.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti.

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom, sarana
yang tersedia, serta pengalaman operator. Kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu sesuai
dengan luasnya infeksi atau kerusakan.

3.1.2.5 Komplikasi
Komplikasi otitis media terjadi bila sawar (barier) pertahanan telinga tengah yang normal
dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya. Pertahanan pertama ialah
mukosa cavum timpani yang menyerupai mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan
mengatasai infeksi.
Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar yang kedua, yaitu dinding tulang cavum timpani dan sel
mastoid. Bila sawar ini masih runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya
periosteum akan menyebabkan terjadinya abses sub periosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak
berbahaya.
Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal dan ke arah kranial relatif berbahaya.
Pada kebanyakan kasus, bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada kasus akut atau suatu eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui
osteotromboflebitis (hematogen). Pada kasus ini, terutama yang kronis penyebaran biasanya melalui
erosi tulang. Cara penyebaran yang lainnya ialah melalui jalan yang sudah ada misalnya fenestra
rotundum, meatus akustikus interna, duktus perilimfatik atau duktus endolimfatik.

3.2 OTITIS MEDIA NON SUPURATIF

Nama lainnya adalah otitis media musinosa , otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media
mucoid (glue ear).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah , sedangkan
membran timpani terlihat utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani yang utuh
tanpa adanya tanda – tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer
disebut otitis media serosa dan apabila kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Ottis media efusi terbatas pada keadaan timpani utuh tanpa ada tanda radang . Bila efusi tersebut
berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda – tanda radang maka disebut otitis media
akut
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh
darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya tekanan hidrostatik, sedangkan pada
otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista
yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang
berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lainnya adalah adenoid hipertropi ,
adenoiditis, sumbing palatum, tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik
atau metabolik. Keadaan alergi sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan dalam
telinga tengah.

Pada dasarnya otitis media serosa dibagi atas dua jenis, yaitu :
3.2.1 Otitis media serosa akut (Barotrauma)
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba – tiba yang disebabkan oleh
gangguan fungsi tuba.
Otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa
3.2.1.1 Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :
 sumbatan tuba, misalnya pada barotrauma
 virus, biasanya infeksi virus saluran napas atas
 alergi pada jalan napas atas
 idiopatik

3.2.1.2 Gejala dan tanda:


 Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang
 Telinga terasa tersumbat
 Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis)
 Kadang terasa ada cairan yang bergerak pada telinga saat posisi kepala berubah.
 Terdapat sedikit nyeri pada telinga saat awal tuba terganggu dimana timbul tekanan negatif
pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma). Setelah sekret terbentuk, tekanan ini pelan –
pelan menghilang.
 Nyeri tidak ada jika penyebabnya virus atau alergi
 Kadang terdapat vertigo, tinitus, pusing
 Pada otoskop, membran timpani terlihat retraksi. Kadang terlihat gelembung udara atau
permukaan cairan pada cavum timpani
 Tuli konduktif dapat terdeteksi dengan garpu tala
3.2.1.3 Pengobatan :
 Medika mentosa
 Yaitu : obat vasokostriktor lokal(tetes hidung), antihistamin
 Pembedahan
 Dilakukan jika dalam 1 atau 2 minggu gejala masih menetap.
 Dilakukan miringotomi, serta pemasangan pipa ventilasi( grommet tube)

3.2.2 Otitis media serosa kronik (glue ear)


Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan
gejala – gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Bila sekret kental seperti lem maka disebut glue ear
Otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak – anak.
Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus dipikirkan
kemungkinan karsinoma nasofaring.
Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh
sempurna , infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan mekanis pada tuba.
3.2.2.1 Gejala dan tanda :
 Tuli lebih menonjol daripada otitis media serosa akut, yaitu 40- 50 dB
 Membran timpani terlihat utuh, retraksi,suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan
3.2.2.2 Pengobatan :
 Jika masih baru, bisa diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamin –
dekongestan per oral.Pengobatan dilakukan selama 3 bulan.
 Jika pengobatan medikamentosa tidak berhasil,maka dilakukan pengeluarkan sekret dengan
miringotomi dan memasang pipa ventilasi (grommet tube)
 Atasi/obati faktor penyebab, seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsil,infeksi hidung atau
sinus

OMA
Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan
otitis media non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut
termasuk dalam bentuk otitis media supuratif. (5) Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang
mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

III.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa
tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Otitis media akut ini bisa terjadi karena pertahanan tubuh ini
terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Sumbatan
juga dapat dikarenakan adanya massa yang menyumbat seperti tumor ataupun akibat pemasangan
tampon.(9) Karena fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Infeksi saluran
napas atas juga alergi dapat menjadi pencetus (gambar1.4). Bayi dan anak-anak memiliki tuba
Eustachius yang lebih horizontal, pendek, dan lebih lebar, hal ini mempermudah terjadinya otitis media
(10)
akut pada anak yang sering terserang infeksi saluran napas (gambar 1.5).

Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
hemoltikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus
influenza yang sering ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun, Escherichia colli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa. (11)
Gambar 1.4. Patogenesis OMA

Gambar 1.5 tuba Eustachius

III.3. Patofisiologi dan Stadium


Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas seperti batuk, pilek, dan
radang tenggorokan. Infeksi menyebar ke telinga tengah melewati tuba Esutachius. Kuman yang masuk
ke tuba Eustachius menyebabkan reaksi radang dan edema di dinding tuba (8) Eustachius, hal ini
menyebabkan fungsi tuba Eustachius sebagai pencegah invasi kuman ke telinga tengah terganggu.
Kuman dapat terus menyebar ke telinga tengah, terjadi proses radang dan edema hebat di telinga
tengah. Terbentuklah sekret yang awalnya serosa lalu berubah menjadi purulen yang makin lama
bertambah banyak yang menyebabkan bulging pada membran timpani dan dapat terjadi perforasi. (12)
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah Gambar 1.6 Patofisiologi
sebagai OMA otitis media akut dapat dibagi
akibat infeksi
(5)
dalam 5 stadium;
Stadium Otitis Media Akut
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang
membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapitidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis
media serosa yang disebabkan oleh virus ataupun alergi.
2. Stadium Hiperemis (Pre-Supurasi)
Pada stadium hiperemis,tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani
atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi
dan suhu meningkat, serta rasa nyeri telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum
timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan neksrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada
membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini
biasanya akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembali sedangkan apabila terjadi
ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tidur dengan tenang,
suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media
akut stadium perforasi.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensikuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun
tanpa pengobatan.

III.4. Gejala Klinik


Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur
penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium
perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)berdasarkan umur penderita, yaitu. (5,12)
Bayi dan anak kecil
- Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39⁰C merupakan tanda khas, sulit tidur, tiba-tiba menjerit
saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.
Anak yang sudah bisa bicara
- Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek
sebelumya.
Anak lebih besar dan orang dewasa
- Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).

III.5. Diagnosis
1.Anamnesis gejala yang didapati pada pasien
2.Pemeriksaan telinga dengan menggunakan lampu kepala
3.Otoskop untuk melihat gambaran membran timpani yang lebih jelas
4.Kultur sekret dari membran timpani yang perforasi untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab
Diagnosis otitis media akut juga ahrus memenuhi 3 hal berikut (10)
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukan tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi
dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut:
 Mengembungnya membran timpani
 Gerakan membran timpani yang terbatas
 Adanya bayangan cairan di belakang membran timpani
 Cairan yang keluar dari membran timpani
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya salah satu
diantara tanda berikut:
 Kemerahan pada membran timpani
 Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Otitis media akut harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang sangat menyeruoai otitis
media akut. Untuk dapat membedakannya perhatikan hal-hal berikut; (10)
Gejala dan Tanda Otitis Media Akut Otitis Media Efusi
Nyeri telinga, demam, gelisah + -
Efusi telinga tengah + +
Membran timpani suram + +/-
Membran timpani bulging +/- -
Gerakan membran timpani +
berkurang +

Tabel 1.7. OMA dan Otitis Media Efusi


III.6. Penatalaksanaan
Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya; (8)
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius dari sumbatan, sehingga tekanan
negatif di telinga tengah menghilang. Diberi obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologik (anak <12 tahun) atauh HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di
atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati Antibiotika
diberikan bila penyebab penyakit adlah kuman, buka oleh virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)
Pemberian antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin. Ampisilin dengan
dosis 50-100mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau amoksisilin 40mg/kgB per hari dibagi
dalam 3 dosis. Bila pasien alergi terhadap penisilin dapat diberi eritromisin dengan dosis
40mg/kgBB per hari. Pemberian antibiotika dianjurkan diberi selama 7 hari. Selain itu dapat
diberikan obat tetes hidung dan analgetika.
3. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan
miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
4. Stadium Perforasi
Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut, sekret yang
banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, oleh karena itu sangat perlu
dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan sekret. Pengobatan yang diberikan adalah
obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
5. Stadium Resolusi
Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui perforasi
membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat dilanjutkan smapai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih terlihat banyak keluar maka
kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. (5)

Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang
dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan dapat dikuasai, sehingga membran
timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior inferior karena
didaerah ini tidak didapatkan tulang pendengaran. Untuk tindakan ini harus menggunakan lampu kepala
yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang
berukuran kecil dan steril (tabel 1.8) (5)

Tabel 1.8. Miringotomi


III.7 Komplikasi
- Otitis media supuratif kronik, yang ditandai dengan keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2
bulan. (5)
- Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, sehingga
dapat timbul mastoiditis, abses-subperiosteal, sampai komplikasi yang menyerang otak seperti
meningitis dan abses otak.(7)
- Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran permanent,
cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta
dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa. (12)

10. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang dari diagnosis?


Inspeksi :
Kelainan congenital
Radang
Abses
Palpasi:
Nyeri tekan tragus
Nyeri tarik auricular
Nyeri ketok daerah mastoid

Otoskopi:
Telinga ditarik keatas dan kebelakang

Penunjang: garpu tala, tes webbler

11. Apa penatalaksanaannya?


Irigasi
Antibiotik
Analgetik

12. Komplikasi dari DD


Tuli akibat penumpukan serumen  rupture membrane timpani

Anda mungkin juga menyukai