STEP 1
Serumenolitik
Cairan serum yang diberikan pada telinga seseorang yang serumennya penuh. Dibagi menjadi 2:
akuosa dan organic
Contoh: carbogliserin obat tetes, dipakai 5x1
Refered pain
Nyeri alih yang bisa didapatkan jika ada kelainan di organ lain sesuai dengan dermatomnya
Serumen
-Sekret dari kelenjar sebasea dan apokrin pada kartilago liang telinga. 2 tipe: basah dan kering
- dihasilkan oleh kelenjar seruminosa dan epitel kulit yang terlepas
STEP 2
STEP 3
c. Ossicula auditiva
Malleus
Bagian-bagian :
Caput : bersendi dengan incus
Leher (collum mallei)
Manubrium
o Tempat insertion M. tensor tympanicum
o Melekat pada membrane tympani
Processus anterior : berhubungan dengan fissure petrotympanicum
Processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrane tympani
Incus
Bagian-bagian :
Corpus : bersendi dengan caput mallei
Crus longum : bersendi dengan caput stapedii
Crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus
Stapes
Caput : bersendi dengan incus
Collum : tempat insertion M. stapedius
Crus : menghubungkan collum dengan basis
Basis : melekat pada fenestra ovalis
Persendian ossicula auditiva : articulation synovial
Fungsi : menghantarkan getaran suara ke telinga dalam
B. Telinga dalam
TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.
LABYRINTH OSSEA
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Didalamnya terdapat labyrinth membranaceae yang terdiri dari
3 bagian :
Vestibulum
Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang).
Isi
o Sacculus
o Utriculus
o Sebagian dari ductus endolymphaticus
Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
Berbentuk konus (seperti rumah keong)
Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti spiralis
Isinya ductus cochlearis
Membrane basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala tympani dan
scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya
Membrane vestibularis
Diantara membrane vestibularis dan membrane basilaris terdapat spiral organ atau
organ dari Corti.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dan
skala vestibuli. Koklea terdiri dari:
i. Skala vestibuli: berisi perilimfe
ii. Skala media : berisi endolimfe
iii. Skala timpani: berisi perilimfe
Canalis semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetic
Terdiri dari 3 buah canalis
Anterior
Posterior
Lateral
Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan lain,
dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
Semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
Pada satu ujungnya melebar membentuk ampula
2. Bagaimana fisiologi dari pendengaran?
JAWAB :
Struktur Letak Fungsi
pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn bentuk dan dimensinya,
dpt sangat memperbesar suara dlm rentang 2 – 4 kHz.
Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara ( lingk.kita) dan cairan
( telinga dalam)
Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan telinga tengah ke
telinga dalam
Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran timpani
Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar agar seimbang
Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg naso faring
Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan diluar
Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat cukup oksigen / airasi.
cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala timpani untuk dianalisa
dan dibawa ke otak
vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)
ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke cochlea menggetarkan membrane
timpani telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong Energi getar yang
telah diamplifikasi ke stapes Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar
dari tingkat oval menimbulkan getaran pada perilimfa pada skala vestibule
bergerak getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan
membrane tektoria (Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel) menimbulkanproses
depolarisasi sel rambut melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
potensial aksi pada saraf auditorius dilanjutkan ke nucleus auditorius ke
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Buku ajar ilmu kesehatan THT kepala leher,FKUI,Edisi kelima
Energi Bunyi
Auricula Membrane tympani Telinga tengah
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membrana timpani sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-
tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya, stapes menggerakkan
foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan
melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfe dan membrana basalis ke arah bawah.
Perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah
luar (Tortora dan Derrickson, 2009). Menurut Ismail, pada waktu istirahat, ujung sel rambut
Corti berkelok dan dengan terdorongnya membrana basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus.
Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium
dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang nervus vestibulokoklearis. Kemudian
meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada
di lobus temporalis.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf
Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran suara ke telinga bagian dalam yaitu :
Suara ditangkap oleh daun telinga dan alirkan melalui liang telinga untuk menggetrkan membran
timphani, dan getaran tersebut diulajutkan ke tulang maleus,lalu ke inkus dan ke stapes sehingga
menimbulakn suatu gelombang di membrana basilaris dan organ corti dengan menggerkkan perilimfe
dan endolimfe sehingga terjadi potensial aksi pada serabut – serabut saraf pendengaran , disini
gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia lalu ditransmisikan ke saraf cranialis VIII
dan meneruskannya ke pusat saraf sensorik pendengaran di otak (area 39 – 40) melalu saraf pusat yang
ada di lobus temporalis
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus,
dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan getaran dari
membran timpani ke jendela oval yang menghubungkan ke telinga dalam. Tulang-tulang pendengaran
itu yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. (6) Energi tulang yang telah diamplifikasi akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antar membran basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan
rangsangan mekanik yang mnyebabkan terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius.(8)
Mekanisme lebih jelas dimulai dari telinga luar yang mengumpulkan gelombang suara dan
menghantarkannya ke membrane tymphani.Kemudian tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan
stapes dalam telinga tengah (sebelah dalam membrane tymphani) bertindak sebagai pengungkit dan
menghantarkan suara ke foramen ovale yang merupakan bagian dari telinga dalam.Telinga dalam yang
berisi cairan encer dan susunannya sedemikian rupa mengubah getaran udara yang besar tetapi lemah
menjadi getaran kecil tapi lebih keras.Mekanisme inilah yang disebut impedance matching. Mekanisme
Impedance Matching ini sendiri merupakan mekanisme ungkit dan mekanisme hidrolik yang akan
memperbesar impuls suara menjadi 18,2 kali (setara dengan 25 dB). Dari mekanisme ungkit antara
manubrium malei dan krus longus inkudis dengan perbandingan luas 1,3 : 1 akan memperbesar impuls
suara pada membrane tymphani sebesar 1,3 kali pada foramen ovale. Sedangkan dari mekanisme
hidrolik perbandingan luas membrane tymphani dan foramen ovale adalah 20 : 1, akan tetapi yang
efektif menghantarkan suara adalah pars tensa yang merupakan 2/3 bagian dari luas membrane
tymphani sehingga perbandingan efektifnya menjadi 14 : 1 dan total penguatan suara menjadi 1,3 x 14 =
18, 2 kali
Telinga tengah yang berisi udara dan berhubungan dengan nasofaring melalui tuba auditorius (tuba
eustachius) yang dalam keadaan normal tertutup, namun sewaktu menelan akan terbuka. Sewaktu
terbuka tekanan di sebelah dalam dari membrane tymphani menjadi sama dengan tekanan di luar. ini
penting karena membrane tymphani baru akan bergetar baik kalau tekanan pada kedua sisinya sama.
Kalau tidak sama maka akan timbul ketulian. ini bisa juga disebabkan karena tersumbatnya tuba
auditorius misalnya oleh mucus pada influenza
Getaran dalam cairan telinga diubah menjadi impuls saraf di cochlea.Cochlea terdiri dari serangkaian
pipa melingkar membentuk 2¾ gulungan yang bersumbu tengah.Struktur keseluruhan menyerupai
rumah siput.Foramen ovale yang merupakan awal dari pipa pertama disebut skala vestibule.Pipa ini
berisi cairan yang disebut perilymph yang komposisinya mirip dengan cairan cerebrospinal.Skala
vestibuli dipisahkan oleh membrane dari skala media. Skala media berisi cairan endolymph yang mirip
dengan cairan pada sel dan mempunyai kadar kalium yang tinggi. Skala media dipisahakan dari pipa
ketiga, skala tymphani oleh membrane basilaris
Getaran suara dalam cairan skala vestibule diteruskan ke cairan dalam skala media, membrane basilaris,
dan ke cairan dalam skala tymphani. Bila membrane ovale bergerak ke dalam maka membrane
rotundum akan bergerak ke luar dan sebaliknya. Getaran dari membrane basilaris ini yang akan
menghasilkan impuls saraf dalam nervus auditorius. Di bagian pangkal dekat membrane ovale,
membrane basilaris adalah pendek, kearah ujung panjangnya bertambah dan mencapai maksimum di
apeks.Ujung – ujung saraf dijumpai di dasar sel rambut dari organ corti.Bagian ini terletak di atas dari
membrane basilaris.Rambutnya sendiri terbenam dalam membrane tektoria. Suara berfrekuensi rendah
menyebabkan seluruh membrane basilaris bergetar
Di telinga dalam, untuk bisa ditransmisikan ke N. VIII, gelombang suara mekanis harus diubah menjadi
energy elektro kimia. Terjadinya peristiwa listrik pada organ corti ini dikenal dengan proses transduksi.
Terjadinya proses tranduksi dimulai dari bersentuhannya ujung silia atau rambut sel sensoris pada organ
corti dengan membrane tektoria. Pergerakan sel rambut ini akan menimbulkan reaksi biokimiawi pada
sel sensorik sehingga timbul muatan listrik negatif pada dinding sel. Ujung N. VIII yang menempel pada
sel sensorik akan menampung mikroponik yang terbentuk. Lintasan impuls auditorik selanjutnya menuju
ganglion spiralis corti, N. VIII, nucleus cochlearis di medulla oblongata, kolikulus superior, korpus
genikulatum medial, dan korteks auditori di lobus temporalis serebri
3. Mengapa pasien datang dengan keluhan sakit telinga kiri dan gangguan pendengaran, dan pada
saat penderita menelan?
JAWAB :
GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan Pendengaran
Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga
dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga
luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan
tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada
telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).
Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.
2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi
kepala.
3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice)
khususnya pada penderita otosklerosis.
5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal
telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal
telinga luar atau selaput gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis
terdapat gangguan pada rantai tulang pendengaran.
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara
bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah.
Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai
hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke arah yang
sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach memanjang
(Soepardi dan Iskandar, 2001).
4. Mengapa dokter memberi serumenolitik sebelum dilakukan irigasi telinga, serta antibiotic dan
analgetik oral?
5. Apa saja macam- macam serumen? Bagimana proses produksi serumen
Kelenjar cerouminous terdapat di dinding superior dan bagian kartilago external auditory canal.
Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut
membentuk serumen.Cerumen membentuk lapisan pada kulit external auditory canal bergabung
dengan lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada permukaan yang
mempunyai sifat antibakteri. Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi
cerumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah serumen sedikit sedangkan lainnya cenderung
terbentuk massa serumen yang secara periodik menyumbat liang telinga. (Bannon, 2004) 2.2.2.
Klasifikasi Cerumen Cerumen secara umum dibagi menjadi: (1).. Tipe Basah, terdiri dari dua sub-
tipe yaitu Cerumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila diirigasi dan Serumen
coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket; (2). Tipe Kering. Cerumen gelap/ hitam, sifatnya
keras, biasanya erat menempel pada dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga
menimbulkan gangguan pendengaran. (Pray, 2005). External auditory canal memiliki banyak
struktur yang berperan dalam produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar ceruminous yang
berjumlah 1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat
apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide, padahal kelenjar sebasea
terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi asam lemak rantai
panjang tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol. (Pray, 2005)
2.2.3. Fisiologi Cerumen
11
Cerumen memiliki banyak manfaat. Cerumen menjaga external auditory canal dengan barier
proteksi yang akan melapisi dan membasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap
benda asing, menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan, dan
serangga. Cerumen juga mempunyai pH asam (sekitar 4-5), pada situasi pH seperti ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi pada external
auditory canal (Pray,2005). Selain di telinga, sel epitel yang sudah mati dan keratin dilepaskan
dengan gesekan. Karena hal ini tidak mungkin terjadi dalam pada external auditory canal migrasi
epitel squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel
stratum korneum dalam membran timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran
timpani secara lateral sepanjang permukaan dalam pada external auditory canal. Sel berpindah terus
ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilago telinga luar dan akhirnya dilepaskan,
ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta keberadaan membran basal halus memfasilitasi
pergerakan epidermis dari meatus ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal
memberikan mekanisme pembersihan alami dalam pada external auditory canal, dan bila terjadi
disfungsi akan menyebabkan infeksi. (G.B. dkk., 2001)
2.2.4. Fungsi Cerumen
Fungsi cerumen adalah: (1). Membersihkan external auditory canal yang terjadi sebagai hasil dari
proses yang disebut “conveyor belt” process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
seperti rahang (jaw movement). Cerumen pada external auditory canal juga membawa kotoran, debu,
dan partikel-pertikel yang dapat ikut keluar; (2). Sebagai lubricant untuk mencegah gatal dan iritasi;
dan (3). Sebagai antibakterial, antifungal dan antiviral. Cerumen ditemukan efektif menurunkan
kemampuan hidup bakteri antara lain Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat
dengan signifikan oleh cerumen. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak
tersaturasi lisozim dan khususnya pH yang relatif rendah pada cerumen. (Roeser & Roland, 1992).
6. Apa hubungan 2 hari yang lalu mengorek telinga dg cotton bud dengan sakit pada telinga
7. Mengapa dokter memeriksa adanya furunkel dan jamur?
8. Mengapa dokter menanyakan adanya batuk dan pilek?
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek
yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius,
mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar
saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah
putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah
nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan
lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan
tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang
menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan
dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan
daya tahan tubuh yang kurang baik.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI
PATOGENESIS
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik
terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba
eustachii enzim dan antibody.
Seperti yang diketahui bahwa OMA dapat terjadi karena infeksi saluran nafas atas yang menginvasi
telinga tengah melalui tuba Eustachii. Pada bayi, makin sering bayi terserang infeksi saluran nafas atas
makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar dan agak horizontal letaknya.
Pada OMA terjadi keadaan yang patologis di mukosa yang melapisi tuba Eustachii, telinga tengah, dan
sel mastoid, di mana terkumpul sekret, terjadi proses supurasi, terjadi kerusakan silia sehingga tidak
dapat mengalirkan sekret menuju tuba Eustachii. Adanya kumpulan mukopus dalam telinga tengah
mengakibatkan tekanannya meningkat, membran timpani meradang dan menonjol. Tekanan yang tinggi
akan mempengaruhi pembuluh darah dalam membran timpani. Selanjutnya timbul nekrosis iskemik
pada membran timpani, sehinga terjadi perforasi dan keluar pus. Dengan adanya perforasi ini gejala
klinis seperti sakit telinga dan demam akan berkurang. Proses yang terjadi di telinga tengah adalah
akumulasi, dekomposisi, dan iritasi. Mukosa menjadi rusak, terjadi desintegrasi periosteum, terjadi
trombosis arteri yang berakibat berkurangnya aliran darah ke mukosa periosteum dan tulang telinga.
Pada OMA yang tidak diobati dengan baik dan adekuat, bisa terjadi otitis media perforata kronik, dapat
meluas ke otak melalui tegmen timpani, terutama jika disertai denagn kerusakan mukosa, tulang dan
jaringan sekitarnya.
9. DD
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah , tuba eustachius , antrum
mastoid, dan sel mastoid.
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif (= otitis media serosa = otitis media
sekretoria = otitis media musinosa = otitis media efusi)
Masing – masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis , yaitu otitis media supuratif akut (Otitis
Media Akut= OMA) dan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi
menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis ) dan otitis media serosa kronis . Selain itu
terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis
media adhesiva.
3.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF
Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik
terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa dan tuba
eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius
merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsinya terganggu, pencegahan muasi
hormon ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Pencetus lain adalah infeksi saluran nafas
atas.
Otitis media supuratif terbagi 2 :
1.OM Supuratif Akut (OMA)
2.OM. Supuratif Kronis (OMSK)
Penyebab keduanya adalah bakteri golongan coconus.
3.1.1.4 Terapi
Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya.
Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,
sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin
0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk
anak > 12 tahun dan pada orang dewasa.
Sumber infeksi harus diobati
Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi
Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin (ampicillin)..
Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin
intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi
mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian
antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau
amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari
Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara
berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari
serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7 – 10 hari
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan
perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi
membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah.
Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah
pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tenagh lebih dari 3 minggu, mka keadaan ini
disebut OMS subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka
keadaan ini disebut OMSK
3.1.1.5 Komplikasi
Sebelum adanya antibiotika, , OMA dapat menimbulkan yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi
yang berat (meningitis dan abses otak)
3.1.1.6 MIRINGOTOMI
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars lensa membran timpani , agar terjadi drainase sekret dari
telinga tengah ke liang telinga luar.
Istilah ini sering dikacaukan dengan parasintesis, dimana parasintesis adalah pungksi membran timpani
untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit atau jarum khusus)
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan terseebut
harus secara a-vue(dilaihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai, sehingga membran timpani
dapat terlihat dengan baik.
Lokasi miringotomi adalah di kuadran postero-inferior
Untuk tindakan ini memerlukan lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, memakai corong telinga
yang sesuai dwengan besar liang telinga, dan pisau parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan
steril
Komplikasi miringotomi
Pendarahan akibat trauma pada liang telinga luar
Dislokasi tulang pendengaran
Trauma pada fenestra rotundum
Trauma pada n. fasialis
Trauma pada bulbus jugulare
Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk emlakukan miringotomi dengajn
narkose umum dan memakai mikroskop
Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk menghisap sekret
dari telinga tengah sebanyak – bayanknya. Hany dengan cara ihi biayanya lebih mahal
Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sbetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan , kecuali bila jelas
tampak adanya nanah di telinga tengah.
Komplikasi parasentesis kurang lebih sama dengan komplkasi miringotomi
3.1.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Dulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari – hari adalah congek. otitis media
supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus – menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
yang keluar terus – menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 202 3 % selama 3 – 5
hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung AB dan kortikosteorid. Obat tetes telinga sebaiknya jangan diberikan secara terus
menerus lebih dari 1 atau 2 Minggu atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes sebanyak yang
bersifat ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan ampisilin, atau eritromisin. Pada infeksi yang
dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat.
Bila sekret telah kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan, maka
idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya perforasi atau
perusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadi infeksi berulang,
maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat
abses sub periosteal retroaurikuler, maka dilakukan insisi abses, sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
dilakukan mastoidektomi.
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum, oleh
karenanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis dari
rongga mastoid yang dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam
komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna antara lain :
1. Mastoidektomi sederhana.
2. Mastoidektomi radikal.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
4. Miringoplasti.
5. Timpanoplasti.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom, sarana
yang tersedia, serta pengalaman operator. Kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu sesuai
dengan luasnya infeksi atau kerusakan.
3.1.2.5 Komplikasi
Komplikasi otitis media terjadi bila sawar (barier) pertahanan telinga tengah yang normal
dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya. Pertahanan pertama ialah
mukosa cavum timpani yang menyerupai mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan
mengatasai infeksi.
Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar yang kedua, yaitu dinding tulang cavum timpani dan sel
mastoid. Bila sawar ini masih runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya
periosteum akan menyebabkan terjadinya abses sub periosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak
berbahaya.
Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal dan ke arah kranial relatif berbahaya.
Pada kebanyakan kasus, bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada kasus akut atau suatu eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui
osteotromboflebitis (hematogen). Pada kasus ini, terutama yang kronis penyebaran biasanya melalui
erosi tulang. Cara penyebaran yang lainnya ialah melalui jalan yang sudah ada misalnya fenestra
rotundum, meatus akustikus interna, duktus perilimfatik atau duktus endolimfatik.
Nama lainnya adalah otitis media musinosa , otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media
mucoid (glue ear).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah , sedangkan
membran timpani terlihat utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani yang utuh
tanpa adanya tanda – tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer
disebut otitis media serosa dan apabila kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Ottis media efusi terbatas pada keadaan timpani utuh tanpa ada tanda radang . Bila efusi tersebut
berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda – tanda radang maka disebut otitis media
akut
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh
darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya tekanan hidrostatik, sedangkan pada
otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista
yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang
berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lainnya adalah adenoid hipertropi ,
adenoiditis, sumbing palatum, tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik
atau metabolik. Keadaan alergi sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan dalam
telinga tengah.
Pada dasarnya otitis media serosa dibagi atas dua jenis, yaitu :
3.2.1 Otitis media serosa akut (Barotrauma)
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba – tiba yang disebabkan oleh
gangguan fungsi tuba.
Otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa
3.2.1.1 Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :
sumbatan tuba, misalnya pada barotrauma
virus, biasanya infeksi virus saluran napas atas
alergi pada jalan napas atas
idiopatik
OMA
Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan
otitis media non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut
termasuk dalam bentuk otitis media supuratif. (5) Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang
mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
hemoltikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus
influenza yang sering ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun, Escherichia colli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa. (11)
Gambar 1.4. Patogenesis OMA
III.5. Diagnosis
1.Anamnesis gejala yang didapati pada pasien
2.Pemeriksaan telinga dengan menggunakan lampu kepala
3.Otoskop untuk melihat gambaran membran timpani yang lebih jelas
4.Kultur sekret dari membran timpani yang perforasi untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab
Diagnosis otitis media akut juga ahrus memenuhi 3 hal berikut (10)
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukan tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi
dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut:
Mengembungnya membran timpani
Gerakan membran timpani yang terbatas
Adanya bayangan cairan di belakang membran timpani
Cairan yang keluar dari membran timpani
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya salah satu
diantara tanda berikut:
Kemerahan pada membran timpani
Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Otitis media akut harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang sangat menyeruoai otitis
media akut. Untuk dapat membedakannya perhatikan hal-hal berikut; (10)
Gejala dan Tanda Otitis Media Akut Otitis Media Efusi
Nyeri telinga, demam, gelisah + -
Efusi telinga tengah + +
Membran timpani suram + +/-
Membran timpani bulging +/- -
Gerakan membran timpani +
berkurang +
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang
dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan dapat dikuasai, sehingga membran
timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior inferior karena
didaerah ini tidak didapatkan tulang pendengaran. Untuk tindakan ini harus menggunakan lampu kepala
yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang
berukuran kecil dan steril (tabel 1.8) (5)
Otoskopi:
Telinga ditarik keatas dan kebelakang