Anda di halaman 1dari 117

PETUNJUK SKILL LAB

MODUL REPRODUKSI

Bagian Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran UNISSULA
Semarang
DAFTAR ISI

1. Anamnesis Kehamilan…………..…………………………………………………………………… 3
2. Pemeriksaan Obstetri……………………………………………………………………………….. 13
3. Pemeriksaan VT Obstetri………………………………………………………………………….. 23
4. Asuhan Persalinan Normal………………………………………………………………………… 33
5. Partograft………………….………………………………………………………………………………. 45
6. Episiotomi dan repair…….…………………………………………………………………………. 61
7. Pemeriksaan Ginekologi…………………………………………………………………………… 69
8. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Keganasan Payudara…………................... 80

2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

ANAMNESIS KEHAMILAN

Penyusun :
dr. Yulice Soraya, Sp. OG

3
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :1
Topik ketrampilan : Anamnesis Kehamilan

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan ANAMNESIS pada kasus kehamilan
2. Mampu mengaplikasikan keterampilan tentang komunikasi dan pemantapan hubungan
interpersonal untuk melakukan Anamnesis pada Ibu Hamil.
3. Mahasiswa mampu menuliskan apa yang telah didapatkan dari anamnesis ke dalam catatan
medik pasien
4. Mahasiswa mampu menemukan masalah baik fisiologis maupun patologis (RISTI) dalam
kehamilan dan melakukan tatalaksana dengan baik sesuai dengan kompetensi dokter umum.
5. Mahasiswa memahami bahwa Anamnesis yang sistematik dan akurat sangat diperlukan
dalam penegakan diagnosis sebagai salah satu tahap dalam menangani pasien

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum 2 × 2 jam ( 1 jam = 50 Menit)
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
anamnesis pada kasus kehamilan sesuai check list
(30 menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan
anamnesis pada kasus kehamilan dengan berpasang-
pasangan (60 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur anamnesis pada kasus kehamilan sesuai
check list (30 menit)
2. Mempraktekkan anamnesis kasus kehamilan dengan
berpasang-pasangan (60 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

4
C. Dasar Teori
Salah satu tugas utama profesi Dokter adalah menolong pasien sehubungan dengan kondisi
kesehatannya. Untuk menentukan tindakan atau pengobatan (terapi) harus
ditegakkan/ditentukan dahulu diagnosa dan prognosa dari kasus yang dialami oleh pasien. Ada
ungkapan “ the most important thing in medicine is the DIAGNOSIS” untuk menentukan /
menegakkan diagnosis maka harus dilakukan pemeriksaan pada pasien, yang meliputi :
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang

Anamnesis :
Definisi : berusaha memperoleh INFORMASI dengan cara bertanya kepada pasien maupun
orang lain yang mengetahui keadaan pasien (Autoanamnesis/ Alloanamnesis)
Tujuan : wawancara dengan pasien untuk memperoleh informasi – informasi yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis dan memprediksi prognosa dari masalah yang dialami/derita
pasien

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Tujuan memperoleh data - data melengkapi informasi yang telah didapatkan pada Anamnese,
untuk menentukan / menegakkan DIAGNOSIS/PROGNOSIS.

Oleh karena itu melakukan Anamnesis haruslah dilakukan dengan sistematik dan akurat,
sehingga diperlukan pengetahuan / ilmu dasar fissiologis dan patologis yang berkaitan dengan
masalah yang dialami oleh pasien.

KEHAMILAN merupakan Kodrat biologis yang dialami WANITA dalam rangka / proses
REPRODUKSI manusia, yang meliputi :
 Proses kehamilan
 Proses persalinan dan pasca persalinan

Wanita hamil bukan orang sakit (bukan penyulit)

Hal – hal ini haruslah diperhatikan oleh dokter yang menangani Ibu hamil yang memeriksakan
dirinya.

5
D. PROSEDURAL
1. IDENTITAS berkaitan dengan Identitas Ibu Hamil : (khusus pasien ibu hamil)
Tanyakan nama Ibu hamil (Ny / Nn) dan nama suami, umur, alamat mungkin ada
pengaruhnya pada kondisi biologis / kesehatan dari pasien, pekerjaan dan pendidikan
terakhir.
Nomor registrasi perawatan dicatat dengan baik
Anamnesis dapat dikerjakan Auto anamnesis atau Alloanamnesis

Alasan ditanya nama suami: siapa yang bertanggung jawab pada proses kehamilan &
persalinan & pasca persalinan
Tidak ada suami tidak apa apa, tapi tetep ditanya yg nemenin, ngawasin di rumah sama
pas persalinan nanti siapa keluarga terdekat/nama yang bertanggung jawab

2. KELUHAN UTAMA
Tanyakan mengenai alasan utama ibu hamil tersebut datang untuk memeriksakan
kehamilannya
Dalam bidang KEBIDANAN akan berkaitan dengan:
- Kontrol kehamilan (ANC) untuk tau perkembangan janin, untuk tau apakah
persalinan bisa normal atau tidak (prediksi)wajib
- Mengalami gangguan / patologi pada kehamilannya.
(pendarahan, tak merasakan gerak anaknya dsb)
- Pasien rujukan. Perhatikan bila penderita merupakan kasus rujukan pasien dalam
keadaan tidak baik biasanya (di
Contoh keluhan utama :
 Kenceng kenceng kontraksi cukup umur belum kehamilannya patologis (HIS
palsu) atau fisiologis (HIS asli)
 Keluar darah dari jalan lahirkeguguran (abortus) usia kehamilan <20 minggu,
kalo >20minggu ?
- Flek
- Merah darah keluar banyak segar
- Merah darah + lendir

6
 Keluar air dari jalan lahir ketuban pecah (amnion) dini apa bukan? air kayak
apa? Ngerembes atau ngepyok (kayak balon ditusuk jarum)
 Gerak janin sudah tidak terasa kematian janin (intra uterine fetal death/IUFD)
 Bengkak pada kaki preeklamsia atau bisa juga pas normal
Pasien yang datang untuk kehamilan UMUM-nya dalam keadaan hamil yang normal untuk
mengetahui / kontrol kehamilannya. Pemeriksaan anamnesisnya mengarah kepada gejala
dan tanda tidak pasti dan tanda pasti kehamilan. :
- amenore. HPHT. Mual, muntah, test kehamilan dsb.
(mengarah bahwa Ibu ini memang hamil).
Amenore primer & sekunder
- ada gerakan janin umur kehamilan 8
- bunyi jantung 2 (djj) kehamilan 8 minggu
- usg gestasional sac (GS) ada isi jadi bayi, kalo tidak jadi bayi BO

HCG bukan tanda tidak pasti kalo ada tumor, ektopik bisa meningkat dari urin
ada 2 garis buat mastiin hamil atau tidak

Jika pasien datang karena mengalami komplikasi, atau pasien rujukan, maka tanyakan
RIWAYAT PENYAKITNYA. secara sistematis.
Berkaitan dengan HPHT nanti untuk menentukan umur kehamilan, perkiraan partus,
perkembangan janin, juga untuk mengetahukan apakah kehamilan post date / serotinus dan
juga untuk menjadwal kapan pasien harus kontrol lagi

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


a. Riwayat Menstruasi :
 Menarche : pada usia berapa tahun
 Siklus teratur/tidak berapa hari? normal 28-30 hari, durasi 5-7 hari masih normal
 Lama/durasi
 HPHT
Hari pertama haid terakhir  hari pertama mulai haid acuan buat kehamilan
Contoh: 10-15 sept hpht 10 sept
 Ada dysmenorrhea atau tidak

Disminore: nyeri haid sampe gabisa apa apa (samsek)


7
Kalo disminore asli  organ repro ada masalah (kombinasi hormonal & anatominya)

Menarche ke hormonal

Pencatatan haid ini sangat penting untuk memperkirakan tanggal persalinan dan
menentukan umur kehamilan menggunakan rumus NAEGLE, yaitu :
hari + 7 bulan -3 tahun +1 selain januari -maret
HPL= hari +7, bulan+9, tahun tidak berubah  januari-maret
Hal ini dapat memberi gambaran mengenai alat reproduksi dan fungsinya. apakah normal
atau tidak. Apabila normal maka petunjuk – petunjuk para ahli (misalnya : naegele, leopod
dsb dapat diikuti / dimanfaatkan)

b. Riwayat perkawinan :
- Berapa kali, jumlah anak? dengan suami sekarang berapa tahun jumlah anak ?
- dikaitkan dengan fertilitas pasangan, sehingga merupakan bahan pertimbangan dalam
menghadapi kasus “Anak Mahal”  bayi tabung
pasangan infertile minimal 1 bulan dengan syarat hub sex rutin= 12 bulan

c. Riwayat obstetri/kehamilan
 Ditanyakan jumlah kehamilan, jumlah anak, dan berapa kali keguguran
 Ditanyakan asuhan antenatal, persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
 Cara persalinan : spontan, vakum, forceps, SC?
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
 Berat badan lahir
 Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
Riwayat obstetri dapat member informasi mengenai faktor – faktor yang berkaitan
degan fungsi / proses reproduksi Ibu, misal fertilitas, panggul, dsb yang berguna dalam
rangka kegiatan ANC
Contoh :
Seorang wanita G4 P2 A1, anak pertama laki – laki, lahir di bidan, spontan, BBL : 3500gr
PB : 49 cm, saat ini usia 8 tahun sehat
gravid ke-4 (kehamilan), Partus ke 2 (pernah melahirkan 2 kali), abortus 1x (proses
keguguran 1 kali), M1 (meninggal 1)
Abortus belum sempat lahir
8
Meninggal pas sudah lahir
Hamil kedua ibu tersebut mengalami keguguran pada bulan ketiga kehamilan dikuret di
Rumah sakit oleh dr Sp OG
Hamil ketiga lahir anak perempuan di Rumah sakit dengan vakum atas indikasi peringan
kala 2 karena ibu mengalami kenaikan tekanan darah tinggi oleh dr SpOG BB : 4200 , saat
ini usia 4 tahun, sehat
Hamil yang keempat
Pada penulisan dalan catatan medik :
G4 P2 A1
1. ♂, bidan, spontan, BB : 3500gr, PB : 49 cm, 8 tahun, sehat
2. Abortus, 4 bulan, dikuret, SpOG
3. ♀, SpOG, Vakum a.i pre eklamsi, BB : 4200gr, 4 tahun, sehat
4. Hamil ini

d. Riwayat Ante Natal Care


 Apakah melakukan A.N.C. ? teratur? terakhri ?
 Apada ada nasihat ?
 menapat imunisasi T.T?
 Obat?
Tujuan utama A.N.C adalah mengawal / menghantarkan Ibu dapat mencapai hamil
aterm kemudian melahirkan dengan selamat dengan bayi / anak nya juga selamat

e. Menanyakan riwayat Keluarga Berencana


 Menanyakan jenis kontrasepsi yang digunakan sebelumnya,
 Lama pemakaian
 Adakah efek samping yang dikeluhkan
(dikaitkan dengan jarak kelahiran anak – anaknya, apakah termasuk kasus “resiko
tinggi”).

4. MENANYAKAN RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


 Meliputi riwayat penyakit sistemik yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
oleh kehamilan HT atau DM DM nanti bayi besar jalan lahir sempit sectio
 Riwayat operasi berkaitan dengan organ repro
 Riwayat penyakit pada organ reproduksi
a. Hal–hal yang mungkin mempengaruhi proses kehamilan &/persalinan

9
- pernah mengalami operasi
- Penyakit D.M. Hypertensi, astma dsb.
- kembar, penyakit keturunan dsb.
Kembar tidak normal itungannya
b. Menanyakan riwayat nifas sebelumnya
Adakah kelainan / penyakit yang dialami selama masa nifas pada kehamilan
sebelumnya, contoh perdarahan dan infeksi
 bisa lahir normal kalo pertama section, kalo jaraknya jauh. Kalo 1-2 tahun bisa
bikin rupture uteri= ibu yang diselamatkan

5. MENANYAKAN RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


 Riwayat penyakit sistemik
 Riwayat penyakit pada organ reproduksi (penyakit keturunan, kembar)

6. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI DAN GIZI


 meliputi pola makan sehari – hari dan pekerjaan serta penghasilan
 memberi gambaran /informasi adanya factor yang dapat mempengaruhi kehamilan
ataupun persalinan.

E. KRITERIA RUJUKAN IBU HAMIL

10
 Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 1 bila ditemukan keadaan di bawah ini:
1. Hiperemesis
2. perdarahan per vaginam atau spotting
3. Trauma
 Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 2 bila ditemukan keadaan di bawah ini:
1. Gejala yang tidak diharapkan
2. Perdarahan pervaginam atau spotting
3. Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl
4. Gejala preeklampsia, hipertensi, proteinuria
5. Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan pertumbuhan janin)
6. Ibu tidak merasakan gerakan bayi
 Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 3 bila ditemukan keadaan di bawah ini:
1. Sama dengan keadaan tanda bahaya pada semester 2 ditambah
2. Tekanan darah di atas 130 mmHg
3. Diduga kembar atau lebih

KESIMPULAN:
Manfaat pemeriksaan Anamnesis antara lain : mengarahkan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk
menegakkan Diagnosis dan Prognosis
Menutup dan menyimpulkan hasil interview
Mencatat secara tersruktur di dalam rekam medik

F. SKENARIO
Seorang wanita, 25 tahun datang ke praktek dokter umum untuk melakukan pemeriksaan
antenatal.
Lakukan anamnesis pada wanita tersebut sesuai prosedur yang benar!

11
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H, Prof, dr, DSOG, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono P, Jakarta, 1997
2. Brandon J. dkk, The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetris 2nd edition, The
Johns Hopkins University Department (Producer) By Lippincott Williams & Wilkins
Publishers, May 2002
3. Wenstrom D.K., MD. Williams Obstetris, 22 nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc.
USA.2005

Contoh:
Ibu dewi
Karyawan bank
Alamat: banyumanik
Sudah menikah
Nama suami: dito (diluar kota)
Keluhan:
- hamil 16 minggu,
- ada flek darah keluar baru tadi pagi
- ada mules-mules
- pas pipis keluar prongkolan darah menggumpal
- nyeri tadi pagi
- setelah prongkolan keluar  nyeri berkurang
- haid terakhir 10 mei
- haid nya lancar, teratur jarak antar haidnya
- ngga pernah disminore, nyeri tapi masih bisa kerja biasanya
- menikah sudah 6 bulan yang lalu
- pernikahan pertama
- belum pernah berobat
- biasanya kontrol ke bidan di 2 minggu yang lalu
- pernah USG pas awal kehamilan
- ini kehamilan pertama (belum pernah hamil sebelumnya)
- gapernah pake alat kontrasepsi
- tidak ada Riwayat dm ht
- tidak merokok
- tidak minum alcohol
- tidak punya penyakit kelamin
- setia pasangan

12
H. CEKLIST

ANAMNESIS PADA KEHAMILAN

SKOR
NO ASPEK
0 1 2
I Aspek Keterampilan Membina Sambung Rasa (Komunikasi)
1 Mengucapkan salam kepada pasien
Memperlihatkan respon empatik kepada pasien
Mempersilahkan duduk dan memperkenalkan diri
II Aspek Keterampilan Mengumpulkan Informasi
2 Menggunakan bahasa verbal dan non verbal yang mudah dipahami
III Aspek Keterampilan Menjaga Proses Anamnesis
3 Menjadi pendengar yang baik
Penampilan baik dan ramah dan berperilaku sopan dan santun
IV Aspek Medis
4 Tanyakan Identitas pasien (nama, umur, agama, pendidikan terakhir
pekerjaan, status perkawinan, pendidikan terakhir, nama suami)
5 Menanyakan keluhan Utama : Jabarkan berdasarkan sacred seven
6 Menanyakan riwayat penyakit / riwayat kehamilan sekarang
Menanyakan riwayat menstruasi
a. HPHT
b. Siklus berapa hari, teratur/tidak, dismenorhea
7 Menanyakan riwayat perkawinan (berapa kali, jumlah anak)
8 Menanyakan Riwayat Obstetri/kehamilan (berapa kali hamil, anak yang
dilahirkan dijabarkan jenis kelamin, BB, PB, ditolong?, spontan, usia,
keadaan sekarang, riwayat keguguran pada usia berapa bulan,
dikuret/tidak.
9 Riwayat ANC : berapa kali, dimana? Adakah pesan2 khusus, TT, Obat?
10 Menanyakan riwayat KB
11 Menanyakan riwayat penyakit dahulu (riwayat penyakit sistemik yang
mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan, persalinan,
riwayat operasi)
12 Menanyakan riwayat nifas sebelumnya
13 Menanyakan riwayat penyakit keluarga (penyakit keturunan, kembar,
menular)
14 Menanyakan riwayat gizi, sosial/ekonomi, penghasilan
15 Menutup dan menyimpulkan hasil interview dan mencatat secara
tersruktur di dalam rekam medik
TOTAL

13
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

PEMERIKSAAN OBSTETRI

Penyusun :
dr. Yulice Soraya, Sp. OG

14
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :2
Topik ketrampilan : Pemeriksaan obstetri

SASARAN BELAJAR
1. Mampu mengaplikasikan keterampilan tentang komunikasi dan pemantapan hubungan
intrapersonal dalam pemberian informed consent sebelum melakukan tindakan .
2. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan palpasi leopold
4. Mahasiswa mampu menilai His
5. Mahasiswa mampu melakukan auskultasi janin
6. Mahasiswa mampu menganalisis gawat janin
7. Mahasiswa mampu menghitung taksiran berat janin dengan rumus Johnson
8. Mahasiswa mampu menganalisis kehamilan resiko tinggi dan mampu merujuk pasien
dengan kehamilan resiko tinggi

RENCANA PEMBELAJARAN

Waktu praktikum 2 × 2 jam (1 jam = 50 Menit)


Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
pemeriksaan Leopold, menilai his dan auskultasi
denyut jantung janin sesuai check list (30 menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan
pemeriksaan Leopold, menilai his dan auskultasi
denyut jantung janin pada manekin secara
bergantian (60 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
pemeriksaan Leopold, menilai his dan auskultasi
denyut jantung janin sesuai check list (30 menit)
2. Mempraktekkan pemeriksaan Leopold, menilai his
dan auskultasi denyut jantung janin pada manekin
secara bergantian (60 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

15
DASAR TEORI
Diagnosis meliputi :
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan fisik generalis (status internus)
 Keadaan Umum
 Tanda Vital
 Kepala
 Leher
 Thorax (Cor dan Pulmo)
 Ekstremitas, dsb
o Pemeriksaan obstetri
Perhatikan hal-hal berikut ini:
 Hadirkan saksi
 Informed consent
 Ibu diposisikan di tempat tidur kaki difleksikan
 Tutupi bagian yang tidak perlu dengan selimut
 Hangatkan tangan pemeriksa
Hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan obstetri:
 Inspeksi:
Pada kehamilan trimester II-III→ perut membesar, tampak membujur/
melintang, pigmentasi linea alba dan striae (+/-), sikatriks (+/-), terlihat gerak
anak (+/-)
 Palpasi :
Leopold I-IV
Hiss
 Auskultasi DJJ
 Pemeriksaan dalam vagina (akan dipelajari di skills VT Obstetri)

PEMERIKSAAN PALPASI DALAM KEHAMILAN


Pada umur kehamilan < 24 minggu kita bisa menilai adanya ballottement (+).
Pada umur kehamilan > 24 minggu bisa dilakukan pemeriksaan Leopold
Taksiran berat janin berdasarkan TFU (tinggi fundus uteri) dihitung dalam ukuran cm (bukan jari),
contoh: TFU …cm dibawah processus xyphoideus sesuai dengan usia kehamilan … minggu.

16
Pemeriksaan Leopold

Leopold I
- Pemeriksa menghadap ke muka ibu
- Menentukan tinggi fundus
- Meraba bagian janin yang terletak di fundus dengan kedua telapak tangan.
- Apakah teraba tahanan memanjang (punggung) atau besar, bulat, keras (kepala) atau besar,
bulat, lunak (bokong) atau bagian kecil-kecil (ekstremitas)
- Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada Leopold I akan teraba besar, bulat,
lunak (bokong)

Leopold II
- Pemeriksa masih menghadap ke muka ibu
- Meraba bagian janin yang terletak di sebelah kanan ataupun kiri uterus
- Apakah teraba tahanan memanjang (punggung) atau besar, bulat, keras (kepala) atau besar,
bulat, lunak (bokong) atau bagian kecil-kecil (ekstremitas)
- Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada Leopold II akan teraba tahanan
memanjang pada salah satu sisi dan bagian kecil-kecil pada sisi yang lain

Leopold III
- Pemeriksa masih menghadap ke muka ibu
- Meraba bagian janin yang terletak di bawah / atas simfisis pubis sementara tangan yang lain
menahan fundus untuk fiksasi
- Apakah teraba tahanan memanjang (punggung) atau besar, bulat, keras (kepala) atau besar,
bulat, lunak (bokong) atau bagian kecil-kecil (ekstremitas)
- Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada Leopold III akan teraba bagian besar,
bulat, keras (kepala)

17
Leopold IV
- Pemeriksa menghadap ke kaki ibu
- Menentukan dan mengkonfirmasi apakah bagian terbawah janin sudah masuk / melewati
pintu atas panggul (PAP).
- Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus paling
bawah. Ujung-ujung jari tangan kanan dan kiri pemeriksa berada di tepi atas simfisis pubis.
- Perhatikan sudut yang tebentuk oleh jari-jari pemeriksa: bertemu (konvergen) berarti bagian
terbawah belum masuk PAP atau tidak bertemu (divergen) berarti bagian terbawah janin
sudah masuk PAP atau sejajar berarti setengah bagian terbawah janin sudah masuk PAP

Bila kesulitan, dapat dibantu dengan langkah berikut:


- Perasat Knebel pada Leopold I:
Satu tangan melakukan fiksasi bagian janin di supra simfisis dan tangan lain menggoyangkan
bagian janin di fundus.
- Perasat Budin pada Leopold II:
Fundus uteri ditekan ke bawah sehingga bagian punggung janin akan lebih mudah teraba
- Perasat Ahfeld pada leopold III:
Bagian sebelah kanan uterus ditekan agar bagian terbawah janin terbawa ke kiri sehingga mudah
dipalpasi
- Pemeriksaan dalam
- USG
- X photo BNO/ FPA

 Catatan:
Pemeriksaan Leopold pada kehamilan kembar 2 akan teraba minimal 3 bagian besar

Osborn Test
Pemeriksaan Osborn dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan dari luar tentang kemungkinan
adanya cephalopelvic disproportion.  untuk ukur diameter pelvis normal atau tidak
Caranya sebagai berikut :
1. Kepala janin dipegang dan diupayakan untuk dapat masuk PAP
2. Jika tidak dapat masuk PAP karena masih tinggi harus diukur dengan jari untuk mengetahui
seberapa tingginya dari simpisis pubis
3. Jika tingginya sekitar 3 jari diatas simpisis atau lebih disebut Osborn positif yang berarti ada
kemungkinan cepalopelvic disproportion

18
RUMUS JOHNSON
Pada letak kepala dapat dihitung taksiran berat badan janin (TBJ) dengan rumus :
TBJ = (TFU-n) x 155
n=11, bila kepala sudah masuk PAP
n=12, bila kepala belum masuk PAP
taunya dari Leopold III/IV
Cara :
- Pastikan tidak ada kontraksi selama penilaian tinggi fundus uteri
- Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen
- Ukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita pengukur dari mulai tepi atas simpisis pubis
sampai puncak fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis abdomen

KONTRAKSI UTERUS/ HIS


Cara pemeriksaan:
 Letakkan tangan dengan hati-hati diatas uterus dan merasakan kontraksi yang terjadi dalam
kurun waktu 10 menit
 Tentukan apakah kontraksinya adekuat, tentukan interval(frekuensi), hitung durasi(lama
kontraksi,)
 Diantara dua kontraksi dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi
 Catatan :
Pada fase aktif his yang adekuat minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama
kontraksi 40 detik, diantara kontraksi ada relaksasi

DENYUT JANTUNG JANIN


Cara pemeriksaan:
 Meletakkan stetoskop Laennec di daerah punggung janin (sudah ditentukan pada
pemeriksaan Leopold)
 Tentukan punctum maximum
Pada hamil tunggal punctum maksimum ada 1
Pada hamil kembar dua punctum maksimum ada 2
 Dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan
dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit (yang ideal adalah denyut jantung janin
dihitung seluruhnya selama satu menit).
Frekuensi normal = 120-160 x/ menit
<120= bradikardi

19
>160= takikardi

Alat yang digunakan:


- Stetoskop laenec mulai usia kehamilan 16 minggu

- Fetal phone mulai usia kehamilan 12 minggu

- USG mulai hamil 8 minggu

Perhatikan adanya tanda-tanda gawat janin (fetal distress):


- DJJ <100 atau >180 x/ menit
- Frekuensi tidak teratur, dapat dilihat dari perbedaan lebih dari 1 perhitungan setiap 5 detik,
misalnya 10-12-11
- Keluar mekonium pada letak kepala
- pH darah kepala janin <7,2

20
SKENARIO

Seorang wanita hamil 38 minggu (G1P0A0) berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan keluar lendir darah (bloody show) 3 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa kenceng-
kenceng sering dan teratur sejak 2 jam yang lalu.
Kondisi janin: Gerak anak masih dirasakan.
Riwayat ANC: teratur di bidan.
Riwayat obstetri : kehamilan pertama dan belum pernah keguguran
Pemeriksaan fisik:
KU: kesadaran: compos mentis
Tanda vital. T: 120/90mmHg, N: 80x/mnt, RR: 24x/mnt, t: 36,50C aksiler.
Lakukan pemeriksaan obstetri dengan bimbingan instruktur anda!

21
CEK LIST PEMBELAJARAN :

PEMERIKSAAN OBSTETRI

No Aspect of value Bobot Score


0 1 2
ATTITUDE
1 - Hadirkan saksi saksi minimal 17 tahun (dewasa)
Saksi dari pihak dokter & pasien
- Informed consent  px untuk mengetahui kondisi janin ibu, bersedia?
Bila bersedia
- Ibu diposisikan di tempat tidur kaki difleksikan agar otot di uterus
relaksasi
Litotomi untuk VT, kalo px fisik tidak perlu litotomi
- Tutupi bagian yang tidak perlu dengan selimut
- Hangatkan tangan pemeriksa
PEMERIKSAAN OBSTETRI
2. Inspeksi :
Pada kehamilan trimester II-III→ membesar (harus cembung), tampak
membujur/ melintang, pigmentasi linea alba (pigmentasi yg muncul khusus di
ibu hamil, posisi umbilicus menonjol keluar) dan striae (pelebaran pembuluh
darah di kanan kiri perut) (+/-), sikatriks (bekas operasi/seccio) (+/-), terlihat
gerak janin (+/-)  tidak ada curiga IUFD
Metode seccio
- metode dari umbilicus ke bawah sama kyk laparotomi
- metode irisan melintang kecil dan pendek untuk penutupan luka tidak
terlihat secara kasat mata menarik kepala bayi agak sedikit dipaksa
tapinya

baju yg tutupi daerah perut tidak ada


posisi dokter di sebelah kanan pasien (lege artis)
3. Pemeriksaan Leopold: harus urut
Kalo dari leopold 123  sudah bisa tentukan posisi janin sungsang
leopold 4 gausah pantat gabisa masuk PAP

Leopold I
- Pemeriksa menghadap ke muka ibu
- Menentukan tinggi fundus uteri bisa untuk ukur BB janin 0 nya di
simfisis
Dari puncak fundus uteri pakai meteran lewati umbilicus sampai
simfisis pubis syarat= tidak ada kontraksi/HIS seperti papan

22
- Meraba bagian janin yang terletak di fundus dengan kedua telapak
tangan.  pakai jari untuk palpasinya jari lebih peka dari telapak
tangan
- Apakah teraba tahanan memanjang (punggung) atau besar, bulat,
keras (kepala) atau besar, bulat, lunak (bokong) atau bagian kecil-
kecil (ekstremitas)
Presentasi bokong/sungsang  bokong di bawah
Presentasi kepala normal kepala di bawah
Presentasi lintang

- Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada Leopold I akan


teraba besar, bulat, lunak (bokong)
 Tidak pakai handscone
 Kalo sungsang nanti leopold 4 ngga perlu dilakukan (dibilangin)
Ngga perlu hitung TBJ juga lintang juga ngga perlu

Leopold II  untuk tentukan punggung kanan atau kiri (untuk tentukan


punctum max DJJ searah kepala & punggung)  tentukannya dari posisi
pasien
- Pemeriksa masih menghadap ke muka ibu
- Meraba bagian janin yang terletak di sebelah kanan ataupun kiri uterus
- Apakah teraba tahanan memanjang (punggung) atau besar, bulat,
keras (kepala) atau besar, bulat, lunak (bokong) atau bagian kecil-
kecil (ekstremitas)
Bagian kecil kecil berlawanan dengan punggung
- Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada Leopold II akan
teraba tahanan memanjang pada salah satu sisi dan bagian kecil-kecil
pada sisi yang lain
Tangan kanannya diraba, kiri diam, dan sebaliknya (palpasi)

Leopold III
- Pemeriksa masih menghadap ke muka ibu
- Meraba bagian janin yang terletak di bawah / atas simfisis pubis
sementara tangan yang lain menahan fundus untuk fiksasi (tangan
kanan di cengkram)
- Apakah teraba tahanan memanjang (punggung) atau besar, bulat,
keras (kepala) atau besar, bulat, lunak (bokong) atau bagian kecil-
kecil (ekstremitas)
- Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada Leopold III
akan teraba bagian besar, bulat, keras (kepala)
Sungsang sempurna ada yg bilang masih bisa lahir secara
pervagina syaratnya banyak tapi

23
Leopold IV
- Pemeriksa menghadap ke kaki ibu
- Menentukan dan mengkonfirmasi apakah bagian terbawah janin sudah
masuk / melewati pintu atas panggul (PAP).
- Meletakkan (menyusuri/menjembatani) ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada lateral kiri dan kanan uterus paling bawah. Ujung-ujung
jari tangan kanan dan kiri pemeriksa berada di tepi atas simfisis pubis.
- Perhatikan sudut yang tebentuk oleh jari-jari pemeriksa: bertemu
(konvergen) berarti bagian terbawah belum masuk PAP atau tidak
bertemu (divergen) berarti bagian terbawah janin sudah masuk PAP
atau sejajar berarti setengah bagian terbawah janin sudah masuk PAP
Mengetahui hodge?
Sudah masuk PAP & ada kontraksi masuk proses persalinan ada
penurunan janin sampai keluar
Kalo ada penyulit pakai vacuum/forcep
Sudah sampai hodge 4 dibantu pake forcep/vacuum
Hodge 3+ hanya ada di consensus hampir 99.9% bisa lahir secara
pervagina
Hodge3 bisa lahir secara vagina atau tidak

 pindah ke leopold4 aja untuk tau sudah masuk PAP apabelum


kepalanya digoyang goyangin trus gerak= belum masuk PAP, kalo
digoyangin ga gerak= dah masuk PAP

Catatan :
Pemeriksaan Leopold pada kehamilan kembar 2 akan teraba minimal 3 bagian
besar

4. Menilai kontraksi uterus


- Letakkan tangan dengan hati-hati diatas uterus dan merasakan kontraksi
yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit  di fundus uteri
- Tentukan apakah kontraksinya adekuat, tentukan interval (frekuensi),
hitung durasi(lama kontraksi,)
HIS adekuat Perut seperti papanKetika janin tidak bisa teraba
- Diantara dua kontraksi dinding uterus melunak kembali dan mengalami
relaksasi

Catatan :
- Pada fase aktif his yang adekuat minimal terjadi dua kontraksi dalam
waktu 10 menit, lama kontraksi 40 detik, diantara kontraksi ada relaksasi

5. Auskultasi denyut jantung janin


- Meletakkan stetoskop Laennec di daerah punggung janin (sudah
ditentukan pada pemeriksaan Leopold)
- dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian
dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. (yang
ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit).

Laennecnya dilepas, jangan dipegang

24
DAFTAR PUSTAKA
 William Obstetris

Interpretasi pemeriksaan obstetri


Wanita 25th G1P0A0 aterm janin tunggal/satu hidup intrauterine, presentasi kepala, pu ka/ki, sdh
msk PAP/belum msk PAP, HIS adekuat/tidak adekuat, DJJ xx
Atau
Wanita (usia) GxPxAx hx/aterm

Usia kehamilan boleh ditulis boleh ngga

 kalo gemelli Wanita h38/aterm janin 2 hidup intrauterine


DJJ1 xx, DJJ2 xx
Taksiran berat janin gausah ditulis
2/5 janinH3
3/5 janin H3+

25
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

PEMERIKSAAN VT OBSTETRI

Penyusun :
Dr. Muslich Ashari, Sp.OG

26
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :3
Topik ketrampilan : Pemeriksaan VT Obstetri

A. SASARAN BELAJAR
1. Mampu mengaplikasikan keterampilan tentang komunikasi dan pemantapan hubungan
intrapersonal dalam pemberian informed consent sebelum melakukan tindakan .
2. Mahasiswa mengetahui indikasi dan kontra indikasi VT
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan VT obstetri
4. Mahasiswa mampu menentukan presentasi janin
5. Mahasiswa mampu menentukan point of direction pada persalinan
6. Mahasiswa mampu menuliskan temuan yang didapatkan dari VT obstetri
7. Mahasiswa mampu menganalisis hasil temuan pada pemeriksaan VT obstetri sehingga dapat
membantu menegakkkan diagnosis obstetri sesuai dengan kompetensi dokter umum.
8. Mahasiswa mampu menganalisis kasus obstetri, tepat mengambil tindakan, maupun merujuk
pasien

B. RENCANA PEMBELAJARAN

Waktu praktikum 2 × 1 jam (1 jam = 50 Menit)


Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur VT
obstetri sesuai check list (20 menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan VT
obstetri pada manekin secara bergantian (20 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur VT obstetri sesuai check list (20 menit)
2. Mempraktekkan prosedur VT obstetri pada manekin
secara bergantian (20 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

27
A. DASAR TEORI
Pemeriksaan Dalam Vagina
Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan
 Pemeriksaan dari luar tidak jelas
 Ibu hamil yang belum pernah melahirkan bayi aterm (premature terus/abortus terus)
 Curiga kesempitan panggul (normal = ginekoid)
TB <145 cm dengan panggul android masih bisa melahirkan secara normal
Laki-laki lebih rata
 Pada primigravida 36 minggu, kepala belum masuk pintu atas panggul  aterm
<35 minggu bisa aja berubah presentasi nya
>36 minggu sudah aterm, sudah tidak bisa berubah presentasinya
 Pada semua kelainan letak untuk mencari penyebab kelainan letak
 Pada riwayat obstetri jelek
 Pada saat akan melakukan tindakan versi luar/BNO/USG versi luar sudah tidak
dianjurkan kalo bayi sungsang, diputar dari luar nanti bisa risiko perdarahan
Kehamilan aterm 36-42 atau 37-42 minggu
Kehamilan: proses tertanamnya sperma ke sel ovum sampai inpartu (masuk persalinan)
Tanda inpartu:
- Kontraksi
- BS (bloddy show)/darah lendir  ada dilatasi dari serviks (ada pembukaan)

Indikasi vaginal toucher pada kasus persalinan


 Semua indikasi pada kehamilan
 Pada saat akan memilih dan melakukan tindakan
 Partus berjalan tidak seperti yang diharapkan
 Pecah ketuban, bagian bawah janin masih tinggi
Persalinan: dari kala I – kala IV

Kontra Indikasi vaginal toucher


 Pasien hamil dengan usia kehamilan > 20 minggu dengan perdarahan  plasenta previa
(pendarahan lebih banyak), solution plasenta (perdarahan banyak tapi terjebak di dalam)
 Adanya infeksi pada daerah genitalia

B. PROSEDUR PEMERIKSAAN
 Pemeriksa melakukan cuci tangan dengan air mengalir.
28
 Pakai sarung tangan steril dengan betul untuk tangan kanan.
 Pemeriksa berdiri di sisi kanan di depan vulva menghadap ke muka pasien
 Dengan tangan kanan ambil kapas steril yang sudah dibasahi dengan cairan
sublimat/desinfektan. Lakukan desinfeksi daerah vulva, dimulai dari sisi kanan
dengan usapan dari atas ke bawah kemudian sisi sebelah kiri
 Perhatikan cairan yang keluar lewat vagina apakah air, lendir darah (tanda inpartu),
mekoneum, atau darah segar (darah segar merupakan kontra indikasi untuk VT
obstetri)
VT obs: di sarung tangan ada darah segar KI (bukan mutlak)
KI mutlak: gapunya jari
Syarat VT obs kalo perdarahan: di ruang operasi jadi nanti bisa persiapan untuk
kondisi yg terburuk (ada transfuse set, dll)
Kalo ada darah segar: kondisi kehamilan ada masalah kalo di VT akan
memperberat
VT: 14 cm dari jempol sampe telunjuk
 Masukkan jari tengah secara perlahan dan agak ditekan ke arah Commissura
posterior, kemudian disusul jari telunjuk sejajar jari tengah, menyusuri dinding
vagina sampai meraba portio.  untuk merelaksasi muskulus di sekitar introitus
vagina
VT obs: nilai porsio
VT gyn: cek ada tumor/tdk

 Tangan kiri pemeriksa diletakkan dengan posisi jari telunjuk dan ibu jari
menghadap ke mons veneris untuk memfixir bagian bawah janin.
 Dengan kedua jari yang berada di dalam, ditentukan pembukaan serviks, dengan
merentangkan jari tengah dan jari telunjuk, perkirakan jaraknya dalam cm.

29
Kalo 2 jari: ke tepi tepi: 3cm
Kalo blm ada pembukaan: sudah ada porsio??
Yang diraba tepi dalamnya: gunakan perkiraan
Kalo pembukaan lengkap: jari buka full biasanya

 Tentukan penipisan serviks, dengan variasi antara 50% saat inpartu dan 100%
saat kala II. Yang dicek disitu penipisannya
(nentuinnya)

 Raba apakah masih terasa adanya kulit ketuban yang masih intak, dan apakah
teraba benda lain seperti tali pusat (teraba berdenyut) atau tangan (teraba jari).
Amniotomy boleh kalo udah kala II (pembukaan lengkap)
Tali pusat menumbung: kk belum pecah
Tali pusat terkemuka: kk sudah pecah
Kalo infus: ke vena

30
 Tentukan bagian terbawah / presentasi janin: kepala (teraba bulat, dan keras,
teraba sutura), bokong (teraba bulat dan lunak, teraba sakrum), lintang (teraba
ketiak dan tulang rusuk).

31
 Tentukan station atau penurunan bagian bawah janin pada bidang Hodge I-IV.
Hodge III+ bayi bisa lahir

 Tentukan bagian terbawah janin (Point of Direction),


Letak belakang kepala (p.o.d. ubun-ubun kecil), pastikan posisinya kiri depan,
kanan depan, kiri belakang, kanan belakang, melintang kiri/ kanan atau belakang
 normal
Letak puncak (p.o.d. ubun-ubun besar)
Letak dahi (p.o.d. glabella)
Letak muka (p.o.d. mentum), tentukan mentum depan/ belakang  KI bisa
patah soalnyaa
Letak sungsang (p.o.d. sakrum)
Letak lintang (p.o.d. aksilla), tentukan menutup kekiri atau kanan

32
 Setelah selesai, tarik kedua jari secara perlahan perhatikan discharge yang
menempel di sarung tangan
 Catat hasil pemeriksaan dalam rekam medis

33
VT Obs: dalam kondisi hamil
VT Gyn: sudah bukan kondisi hamil
Wanita 20 thn G1P0A0 datang dengan bleeding, darah segar disertai prengkol prengkol.
Dokter akan melakukan VT VT Gyn= kasus abortus (ada prengkol prengkol)  untuk tau
kelainan anat ada atau tidak

Wanita 20 thn G1P0A0 aterm inpartu kala II, dokter akan melakukan VT VT Obs= karena
masih hamil

C. SKENARIO

Seorang wanita hamil 39 minggu (G1P0A0) berusia 29 tahun datang ke puskesmas


dengan keluhan keluar lendir darah (bloody show) 1 jam yang lalu. Keluhan
disertai kenceng-kenceng sering dan teratur sejak 3 jam yang lalu.  sudah inpartu
Kondisi janin: Gerak anak masih dirasakan.
Riwayat ANC: teratur di bidan.
Pemeriksaan fisik :
KU: kesadaran: composmentis
Tanda vital: TD: 120/90mmHg, N: 80x/mnt, RR: 24x/mnt, t: 36,50C aksiler
Status generalis : dalam batas normal
Status Obstetri:
Inspeksi : Perut membuncit membujur
Palpasi Leopold : LI : TFU 3 cm dibawah proxesus xyphoideus, teraba bagian
bulat, besar, lunak (aterm, bokong)
LII : teraba bagian kecil-kecil di sebelah kanan, dan teraba
tahanan memanjang di sebelah kiri
LIII : teraba bagian bulat, besar, keras
LIV : posisi tangan divergen
His : Adekuat, Interval setiap 10 menit terdapat 3 kontraksi, durasi
40``, diantara kontraksi terdapat relaksasi
DJJ : 12-12-12

Tugas Mahasiswa:
1. Apakah diagnosis kasus di atas?
G1P0A0, janin hidup, tunggal, intrauterine, LI aterm presentasi kepala, sudah masuk PAP
2. Apakah sikap yang harus dilakukan?
Phantom persalinan (sikap persalinan), opsinya:
- Menunggu (sambil diamati) bukan G1 dia buka 1 cm
- VT obs
- Pimpin mengejan
- Terminasi kehamilan seccio
3. Lakukan VT obstetri dengan bimbingan instruktur anda!

34
D. CEK LIST

PEMERIKSAAN VT OBSTETRI

NO KEGIATAN BOBOT NILAI


0 1 2
1 Mengucapkan salam
2 Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan
Meminta pasien untuk buang air kecil (BAK) dahulu
3 Pasien diminta untuk melepaskan pakaian bawah dan celana
dalamnya.
Tidur pada posisi telentang kaki ditekuk pada lutut.
Bila orangnya gemuk diminta kedua tumit didekatkan .
Tutup bagian bawah perut dengan selimut.
BISMILLÃHIRROHMÃNIRROHÎM
4 Pemeriksa melakukan cuci tangan dengan air mengalir.
Pakai sarung tangan steril dengan betul untuk tangan kanan.
5 Pemeriksa berdiri di sisi kanan di depan vulva menghadap ke muka
pasien
6 Dengan tangan kanan ambil kapas steril yang sudah dibasahi dengan
cairan sublimat/desinfektan. Lakukan desinfeksi daerah vulva, dimulai
dari sisi kanan dengan usapan dari atas ke bawah kemudian sisi
sebelah kiri
Satu kali swab satu arah
7 Perhatikan cairan yang keluar lewat vagina apakah air, lendir darah,
mekoneum, atau darah segar.
8 Masukkan jari tengah secara perlahan dan agak ditekan ke arah
Commissura posterior, kemudian disusul jari telunjuk sejajar jari
tengah, menyusuri dinding vagina sampai meraba portio.
9 Tangan kiri pemeriksa diletakkan dengan posisi jari telunjuk dan ibu
jari menghadap ke mons veneris untuk memfixir bagian bawah janin.
10 Dengan kedua jari yang berada di dalam, ditentukan pembukaan
serviks, dengan merentangkan jari tengah dan jari telunjuk, perkirakan
jaraknya dalam cm.
11 Tentukan penipisan serviks, dengan variasi antara 50% saat inpartu
dan 100% saat kala II.
12 Raba apakah masih terasa adanya kulit ketuban yang masih intak, dan
apakah teraba benda lain seperti tali pusat (teraba berdenyut) atau
tangan (teraba jari).
13 Tentukan bagian terbawah / presentasi janin: kepala (teraba bulat, dan
keras, teraba sutura), bokong (teraba bulat dan lunak, teraba sakrum),
lintang (teraba ketiak dan tulang rusuk).
14 Tentukan station atau penurunan bagian bawah janin pada bidang
Hodge I-IV
15 Tentukan bagian terbawah janin (Point of Direction),
Letak belakang kepala (p.o.d. ubun-ubun kecil), pastikan posisinya
kiri depan, kanan depan, kiri belakang, kanan belakang, melintang
kiri/ kanan atau belakang
Letak puncak (p.o.d. ubun-ubun besar)
Letak dahi (p.o.d. glabella)
Letak muka (p.o.d. mentum), tentukan mentum depan/ belakang
Letak sungsang (p.o.d. sakrum)
35
Letak l.intang (p.o.d. aksilla), tentukan menutup kekiri atau kanan
16 Setelah selesai, tarik kedua jari secara perlahan perhatikan discharge
yang menempel di sarung tangan darah, lendir, mekoneum (feses
janin)
17 Ucapkan terima kasih pada pasien atas kesediaannya diperiksa
18 Lepas sarung tangan taruh di tempat yang telah disediakan
19 Catat hasil pemeriksaan dalam rekam medis
20 Hamdalah

E. DAFTAR PUSTAKA
 William Obstetris

36
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

37
BUKU PANDUAN SKILL LAB

FK UNISSULA

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


DAN
PARTOGRAF

Penyusun :
dr. Rini Aryani, Sp.OG

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :3
Topik ketrampilan : Asuhan Persalinan normal

A. SASARAN BELAJAR
1. Menjelaskan tanda-tanda pasti dan semu persalinan normal
2. Melakukan ketrampilan manajemen persalinan normal kala 2 dan 3 pada manekin

B. RENCANA PEMBELAJARAN

38
Waktu praktikum 2 × 2 jam (1 jam = 50 Menit)
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
Asuhan persalinan normal sesuai check list (30
menit
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan prosedur
Asuhan Persalinan normal pada manekin secara
bergantian (60 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur Asuhan persalinan normal sesuai check list
(30 menit)
2. Mempraktekkan Asuhan Persalinan normal pada
manekin secara bergantian (60 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

C. DASAR TEORI
Lihat buku asuhan persalinan normal

D. PROSEDURAL
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan / vaginanya
 Perineum menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi  siapkan:
 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
 Alat penghisap lendir
 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:

39
 Menggelar kain di perut bawah ibu
 Mematahkan ampul oksitosin 10 unit
 Alat suntik steril sekali pakai dalam partus set
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik bersih yang tidak tembus cairan dan
sepatu boot
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian mengeringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering satu kali pakai
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam (tangan kanan yang akan digunakan untuk VT)
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi.
 Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dengan cara menyekanya dari depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang tersedia.
 Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5%  langkah 9. Pakai sarung tangan DTT/steril
untuk melaksanakan langkah lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali per menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan fisik
dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
40
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
MENERAN
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
 Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu serta janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan-temuan.
 Jelaskan kepada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat kepada ibu dan meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau
kontraksi yang kuat. Pada kondisi tersebut, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi
lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat:
 Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Mendukung dan memberi semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat pada ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada
primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam waktu 60 menit.
Menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat diantara kontraksi

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
41
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian sebagai alas di bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, letakkan tangan yang lain
menahan belakang kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala perlahan-lahan. Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau
bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :
 Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala
bayi
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem tali pusat di dua tempat, dan
potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara biparietal
(tempatkan kedua telapak tangan di masing-masing sisi muka bayi). Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan ke
arah atas dan ke distal untuk melahirkan bahu posterior
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (selipkan jari telunjuk di antara kedua kaki
dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas):

42
(a) Apakah bayi cukup bulan?
(b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
(c) Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua
tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
Pemberian Oksitosin IM
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan pada sekitar 5 cm
dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat
dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain
untuk mendorong isi tali pusat kea rah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada
sekitar 2 cm distal klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi
benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi
sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola mamae ibu.
 Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi
 Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-
60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu

43
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan kanan kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi kembali prosedur di atas.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata diikuti
dengan pergeseran tali pusat kea rah distal, maka lanjutkan dorongan ke arah kranial
hingga plasenta dapat dilahirkan.
 Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat
terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar lantai-atas).
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
 Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika kandung kemih penuh
 Memberikan edukasi kepada keluarga dan menyiapkan rujukan
 Mengulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
 Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT /
steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal
44
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase (pemijatan), letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
 Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, Kompresi Aorta
Abdominalis, Tampon Kondom-Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah rangsangan taktil/masase.

IX. MENILAI PERDARAHAN


39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan dengan
lengkap (kotiledon dan selaput ketuban). Masukan ke dalam kantong plastik atau tempat
khusus yang tersedia.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
 Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
42. Pastikan kandung kemih kosong
Evaluasi
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan,
kemudian keringkan dengan handuk.
44. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksakan nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit)
Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

45
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DDT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai
memakai pakaian bersih dan kering.
51. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minum dan makanan yang diinginkannya.
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih / DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K 1 1 mg IM
di paha kiri bawah lateral dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Periksa pernafasan bayi
(normal 40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5-37,5oC) setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat
disusukan.
58. Lepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV persalinan
 Pantau tekanan darah, nadi, dan kandung kencing setiap 15 menit selama satu jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

SKENARIO
Seorang wanita, G2P1A0 datang ke Puskesmas dengan keluhan keluar lendir darah sejak 2 jam
yang lalu. Anamnesis didapatkan ibu merasakan kenceng- kenceng sejak 4 jam yang lalu,
kenceng-kenceng mulai sering dan teratur sejak 2 jam yang lalu. Tidak ada keluar cairan jernih
dari jalan lahir, dari pemeriksaan fisik didapatkan status obstetri: janin 1 hidup intra uterin,

46
letak kepala punggung kanan, DJJ 140 kali/menit reguler. Pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 10, kepala turun di H3+ KK utuh, tidak ada bagian yang menumbung.
Lakukan Asuhan Persalinan kala 2, 3 dan 4 pada pasien tersebut!

47
CHECK LIST

CEKLIS ASUHAN PERSALINAN NORMAL

NILAI
No. KEGIATAN
0 1 2
KALA II
1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan
• Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan / vaginanya
• Perineum menonjol
• Vulva dan sfingter ani membuka

Pasien dipersilahkan BAB/BAK dulu kalo feses keluar pas ngejan: harus
dibersihkan segera
Multipara: jalan lahir sdh terbentuk bisa cepat
Kalo G1: biasanya lama
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik dan sepatu boot + APD khusus
pandemic kalo itu
4. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril (tangan kanan)
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkannya kembali
di partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dari depan ke belakang dengan kasa yang
sudah dibasahi air DTT
Cara bersihkan: dari atas ke bawah (dari labia mayor kanan trus baru ke kiri) 
kassanya diperas swab dari atas ke bawah
Pas pindah ke labia mayor kiri ganti kassa baru
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi. =>VT obs
Kalo ketuban masih intak: amniotomy
KK+ intak= belum pecah
KK di kalaI
Kala I:
laten (1-4 jam/1-3 jam)
G1= 1cm/jam, G>1= 0.5cm/jam
Aktif  5-10 jam pecah KK kalo + amniotomy

KPD: <inpartu atau blm aterm


Ketuban Pecah awal: pecah ketuban saat fase laten kala I

Perhatikan feses bayinya (mekoneum) tanda fetal distress


Mekoneumnya bisa sumbat di sal napas

9. Periksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)


Pas kontraksi, perut seperti papan gabisa teraba janin
10. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
48
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Suami diminta untuk naik tidak wajib
Pimpin mengejan (4P)
11. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, dan
kain yang bersih dilipat 1/3 bagian sebagai alas di bawah bokong ibu
12. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
13. Laksanakan bimbingan meneran/mengejan pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat
Kalo ada kontraksi mengejan seperti BAB tapi tahan napas
14. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang
lain menahan belakang kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi
Pada G1 dilakukan episiotomy daripada perineum robek pas bayi keluar 
rupture tdak beraturan pas repair jelek dan tidak maksimal  kalo kena
muskulus sfingter ani internus dan eksternus nanti gabisa kerja  harus dirujuk

 Bersihkan wajah bayi dulu


15. Saat kepala keluar, periksa lilitan tali pusat di leher, renggangkan bila ada
Kalo lilitannya 2 gabisa diregangkan langsung gunting
Kalo lilitan 1 putar: masih bisa diregangkan
16. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Gaboleh narik bayi nanti bisa fraktur
17. Pegang kepala bayi secara biparietal (tempatkan kedua telapak tangan di masing-
masing sisi muka bayi). Gerakkan kepala bayi ke arah bawah dan distal hingga
bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas
dan ke distal untuk melahirkan bahu posterior
 turun untuk bahu atas, naik bahu bawah
 tangan yg di atas pindah ke punggung sampe dapet kaki, trus ditangkep dua
duanya

18. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
19. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki bayi

20. Asuhan Bayi Baru Lahir  pas modul tumbang


Lakukan penilaian (selintas), keringkan tubuh bayi dan letakkan di perut bagian
bawah ibu (IMD).  bayi nangis apa ngga bisa dibantu tepuk

 kalo diklem dulu habis itu jg gapapa (real life) tapi berdasar ceklis soalnya yg
bantuin persalinan banyak, ya manut ceklis aja
KALA III
21. Pemberian Oksitosin IM
Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal)
22. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
23. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
49
24. Setelah 2 menit sejak bayi lahir, klem tali pusat pada pada 3 cm dan 5 cm dari
pusar bayi. Lindungi perut bayi, gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut, ikat.
Klem yg 3cm dulu tali pusat didorong, darah tidak ada klem yg 5 cm
gunting tali pusat di antara klem
Biar darahnya ngga muncrat pas di gunting jadi di urut dulu
25. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan
26. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi, selimuti dan
inisiasi menyusu dini
27. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
28. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan
tali pusat  bukan ditarik  nanti kalo ditarik: ada perdarahan plasenta re….
 risiko yg mengancam ibu
29. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan kanan kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-
kranial). Pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
30. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Putar biasa untuk lepaskan bagian kantung yg nempel di Rahim
Putar kek mainan digoyangin agar perlekatan selaputnya terpilin trus lahir
31. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase (pemijatan)
pada fundus uteri  untuk rangsang kontraksi uterus nanti pendarahan bisa
berhenti
PPH salah satu penyebabnya atonia uteri (uterus tidak mau kontraksi) tidakan
biar perdarahan berhenti: dimassage
32.. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan
dengan lengkap (kotiledon  kayak ada cuilan kalo ngga lengkap dan selaput
ketuban ceknya ditemukan ujung ujung selaputnya kalo diselimuti ngga
ketutup semua ada yg ketinggalan kemungkinan). Masukan ke dalam kantong
plastik atau tempat khusus yang tersedia.
Kalo ada yg ketinggalan selaput plasentanya: bimanual caranya tangan
pemeriksa masuk ke vagina: trus diraba trus ditarik
Tangan kiri tahan di fundus uteri kanan masuk ke vagina
Kalo kotiledon ada yg hilang darah dari plasenta ada yg mengalir
Kalo ada yg ketinggalan (retensio plasenta) gabisa kontraksi uterus
33. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
KALA IV
34. Bersikan dan rapikan, tempatkan seluruh alat dalam larutan dekontaminasi,
tempatkan sarung tangan pada tempatnya.
35. Melakukan evaluasi tekanan darah, nadi, dan kandung kencing setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan. Melengkapi partograf

Senam: bisa buat bantu perkuat otot, kalo bantu penurunan: ngga semua orang bisa
Kalau memilin putting ibu: hasilkan oksitosin alami
Kalo presbo Tarik kaki dua duanya risiko fraktur juga tapi

DAFTAR PUSTAKA
50
1. Wiknjosastro H, Prof, dr, DSOG, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono P, Jakarta, 1997
2. JNPK-KR, Buku Acuan Asuhan persalinan Normal, revisi 5, edisi 2008
3. Wenstrom D.K., MD. Williams Obstetris, 22 nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. USA.2005

51
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :4
Topik ketrampilan : Partograf
Pemateri : dr. Rini Aryani, Sp.OG.

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengisi partograf dengan benar.
2. Mahasiswa memahami tujuan pengisian partograf
3. Mahasiswa mampu memanfaatkan data pada partograf dalam mengambil tindakan yang
tepat dalam proses persalinan.

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum 2 × 2 jam ( 1 jam = 50 Menit)
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
pengisian partograf (40 menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan prosedur
pengisian partograf dengan benar (50 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur pengisian partograf (40 menit)
2. Mempraktekkan pengisian partograf dengan benar
(50 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

C. DASAR TEORI
Definisi
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001). Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan
dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin
tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002). Hasil
52
rekaman ini lebih efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran pictogram
terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang segera harus dilakukan
terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.
Nilai suatu partograf meliputi :
- Pencatatan yang jelas
- Urutan waktu yang jelas
- Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang abnormal
- Memudahkan saat penggantian staf atau gilliran dinas
- Untuk pendidikan
- Untuk penelitian.
Aturan Pencatatan dalam Partograf
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1. Denyut jantung janin, dicatat setiap 1 jam
2. Air ketuban, warna air ketuban dicatat setiap melaksanakan pemeriksaan vagina
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
4. Pembukaan mulut rahim/ serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x)
5. Penurunan kepala
6. Waktu, yang menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
7. Jam, dicatat jam tindkaan
8. Kontraksi, dicatat setiap ½ jam
9. Oksitosin, dicatat banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan dalam tetesan per
menit, jika menggunakan oksitosin
10. Obat yang digunakan, dicatat semua obat lain yang diberikan
11. Nadi, dicatat setiap 30 – 60 menit dan diberi tanda titik besar (Ÿ).
12. Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah
13. Suhu badan dicatat setiap 2 jam
14. Protein, aseton dan volume urin dicatat setiap kali ibu berkemih
Pencatatan Kemajuan Persalinan
Temuan yang menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I meliputi :
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan, fase aktif
(dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada)
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan yang menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I meliputi :
1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten

53
2. Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama persalinan fase
aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada)
3. Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Pencatatan Kemajuan Kondisi Janin
Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 120 atau lebih dari 160 denyut per
menit) dicurigai adanya gawat janin. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan
verteks fleksi sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi. Jika didapatkan
kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama maka perlu ditangani penyebab
tersebut (Saifuddin, 2002). 
Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga
kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebabagi catatan persalinan. Nilai
dan catatn asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala IV
persalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan
membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk
membuat keputusan klinik (misalnya pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain
itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh
mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
a. Data atau informasi umum
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir
f. Kala IV

54
D. BAGIAN-BAGIAN PARTOGRAF
I. Identitas meliputi :
- Tanggal – Hari pertama haid terakhir
- Gravida – Taksiran parrtus
- Para – Nomor regisster
- Abortus – Pecah ketubaan janin
- Nama
II. Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik
(jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
III. Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai dari awal persalinan
sampai pembukaan serviks 3 cm.
2. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm – pembukaan lengkap
(10 cm). Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit, dilanjutkan
setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih
sering pada pasien yang persalinannya sudah berjalan lebih jauh, terutama pasien
multipara.
 Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda “X”.
 Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda “X” diletakkan pada garis
waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda “X”.
 Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten
kemudian masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda
“X” dipindahkan ke garis waspada.
 Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus sampai pada garis waspada
dan diberi tanda “Tr”.
Dinilai pada kala I
Partus macet langsung stop memang dari awal tidak jalan
Partus tidak maju kondisi waspada, kondisinya ga jalan

55
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga panggul,
digunakan

Bidang HODGE (H) sebagai berikut :


 H I : Sama dengan pintu atas panggul
 H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis
 H III : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
 H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar atau melepasnya
porsio.
IV. Waktu
Waktu 0 dianggap pada saat pasien masuk rumah sakit bukan pada saat timbulnya persalinan.
V. Air Ketuban
Air ketuban bisa :
- Utuh (U)
- Jernih (J)
- Campur mekonium (M)
- Kering (K)

56
VI. Moulage (penyisipan tulang tengkorak janin) ditandai dengan :

merasakan tulang tengkoraknya sudah saling nempel atau belum, kalau terpisah jalan
lahirnya susah
0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
+ : Tulang tengkorak saling berdekatan
++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
+++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata.  siap dilakukan persalinan kalo
tetep gabisa  distorsi kepala panggul (DKP)
Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.

VII. Kontraksi Uterus


Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :
 Kurang 20 detik : Titik - titik
 20-40 detik : Dengan arsiran
 Lebih 40 detik : Dihitamkan
VIII. Oksitosin
Hal yang diperhatikan :
 Jumlah unit per 500 cc
 Jumlah tetesan per menit
IX. Nadi dan Tekanan Darah Ibu
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih sering bila ada
indikasi (edema, hipertensi).
X. Urin
Yang diukur :
 Volume
 Albumin
 Glukosa

E. PROSEDURAL
Lihat pada buku asuhan persalinan normal

57
F. SKENARIO
Ny Rina, 23 tahun, G1P0A0 datang ke Puskesmas Genuk, Rt 03 Rw 04 Kelurahan Genuk Indah,
Kecamatan Semarang Utara pada tanggal 1 November 2010 pukul 13.00. Ia mengatakan kepada
dokter Tegar bahwa ia sudah merasakan adanya kontraksi sejak pukul 05.00

1. Dokter Tegar melakukan anamnesis dengan seksama dan melakukan pemeriksaan fisik (pukul
13.00), ia menemukan :

· Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), dengan penurunan


kepala janin 4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlang -
sung 18 detik, dan DJJ 124 kali/menit.
· Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
§ Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperatur tubuh 36,8°C.
· lbu herkemih 200 ml sebelum pemeriksaan dalam, tidak ditemui protein dan aseton
dalam urin.

2. Dokter Tegar kembali melakukan pemeriksaan pukul 17.00. Ibu Rina melaporkan bahwa
kontraksinya terasa lebih kuat dan lebih nyeri. Dokter Tegar melakukan pemeriksaan
abdomen dan pemeriksaan dalam yang kedua: Ibu Rina mengalami 4 kontraksi dalam 10
menit, masing-masing lamanya antara 20 sampai 40 detik, DJJ 134 kali/menit, penurunan
bagian terbawah janin 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada penyusupan kepala janin dan
selaput ketubannya masih utuh. Tekanan darah ibu Rina 120/70 mm Hg, nadinya 88, dan
temperatur tubuhnya 37°C. Ia berkemih 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.
· Pukul 17.30 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
80/menit
· Pukul 18.00 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 meni
· t selama 45 detik Nadi 88/menit
· Pukul 18.30 DJJ 140/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
90/menit
· Pukul 19.00 DJJ 134/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
97/menit Suhu 36,8°C Urin 150 ml
· Pukul 19.30 DJJ 128/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit
· Pukul 20.00 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit
· Pukul 20.30 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
58
90/menit Urin 80 ml

3. Pada pukul 21.00, dokter Tegar melakukan periksa ulang abdomen dan panggul. Hasilnya:
DJJ 130 kali/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, masing-masing berlangsung lebih dari 45
detik penurunan kepala janin 1/5. Pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala
janin, selaput ketuban pecah sesaat sebelum pemeriksaan jam 20.45, dan cairan ketuban
jernih. Tekanan darah ibu 120/70 mm Hg, temperatur tubuh 37°C, dan nadinya 80 kali/menit.

4. Pada pukul 21.30, lahir seorang bayi perempuan, berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm.
Bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit
setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan
kehilangan darah kurang lebih 150 ml.
5. Tidak ada penyulit terjadi pada 15 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45). dokter
Tegar menilai keadaan umum dan kondisi kesehatan ibu Rina setiap 15 menit selama jam
pertama setelah lahirnya plasenta. Temuan-temuannya adalah sebagai berikut:

· 21.50: TD 120/70, nadi 80, temperatur tubuh 37,2°C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat,
tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas
normal.
· 22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik
(keras), kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
· 22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik,
kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
· 22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal

6. Selama jam kedua kala empat persalinan, dokter Tegar menilai ibu Rina setiap 30 menit.
Temuannya adalah sebagai berikut :

· 23.05: TD 110/70, nadi 80, temperatur tubuh 37° C, tinggi fundus dua jari di bawah pusat,
tonus uterus baik, ibu Rina berkemih dan produksi urin berjumlah 250 ml, perdarahan
pervaginam dalam batas normal.

· 23.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik,
kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal

G. DAFTAR PUSTAKA

59
1. Usmany DH, Manoe IMS, Manuputty J. Partograf. Bagian Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang,
1995.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr.
I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie
Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar, 1999

Example partograf for normal delivery

60
61
Partograf showing active phase of labor of the old

62
Partograf showing deliveries stalled / blocked

63
64
65
H. SKENARIO
Ny Dina, 25 tahun, G3P2A0 datang ke Puskesmas Genuk, Rt 03 Rw 04 Kelurahan Genuk Indah,
Kecamatan Semarang Utara pada tanggal 20 Desember 2011 pukul 08.00. Ia mengatakan kepada
dokter Rani bahwa ia sudah merasakan adanya kontraksi sejak pukul 02.00

3. Dokter Rani melakukan anamnesis dengan seksama dan melakukan pemeriksaan fisik (pukul
08.00), ia menemukan :

· Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), dengan penurunan


kepala janin 4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlang -
sung 18 detik, dan DJJ 124 kali/menit.
· Pembukaan serviks 2 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
§ Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperatur tubuh 36,8°C.
· lbu herkemih 200 ml sebelum pemeriksaan dalam, tidak ditemui protein dan aseton
dalam urin.

4. Dokter Rani kembali melakukan pemeriksaan pukul 12.00. Ibu Dina melaporkan bahwa
kontraksinya terasa lebih kuat dan lebih nyeri. Dokter Tegar melakukan pemeriksaan
abdomen dan pemeriksaan dalam yang kedua: Ibu Rina mengalami 3 kontraksi dalam 10
menit, masing-masing lamanya antara 20 sampai 40 detik, DJJ 134 kali/menit, penurunan
bagian terbawah janin 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada penyusupan kepala janin dan
selaput ketubannya masih utuh. Tekanan darah ibu Rina 120/70 mm Hg, nadinya 88, dan
temperatur tubuhnya 37°C. Ia berkemih 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.
· Pukul 12.30 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
80/menit
· Pukul 13.00 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit
· Pukul 13.30 DJJ 140/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
90/menit
· Pukul 14.00 DJJ 134/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
97/menit Suhu 36,8°C Urin 150 ml
· Pukul 14.30 DJJ 128/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit
· Pukul 15.00 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
66
88/menit
· Pukul 15.30 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
90/menit Urin 80 ml

7. Pada pukul 16.00, dokter Rani melakukan periksa ulang abdomen dan panggul. Hasilnya:
DJJ 130 kali/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, masing-masing berlangsung lebih dari 45
detik penurunan kepala janin 1/5. Pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala
janin, selaput ketuban pecah sesaat sebelum pemeriksaan jam 20.45, dan cairan ketuban
jernih. Tekanan darah ibu 120/70 mm Hg, temperatur tubuh 37°C, dan nadinya 80 kali/menit.

8. Pada pukul 16.30, lahir seorang bayi perempuan, berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm.
Bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit
setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan
kehilangan darah kurang lebih 150 ml.
9. Tidak ada penyulit terjadi pada 15 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45). dokter
Tegar menilai keadaan umum dan kondisi kesehatan ibu Rina setiap 15 menit selama jam
pertama setelah lahirnya plasenta. Temuan-temuannya adalah sebagai berikut:

· 16.50: TD 120/70, nadi 80, temperatur tubuh 37,2°C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat,
tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas
normal.
· 17.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik (keras),
kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
· 17.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
· 17.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal

6. Selama jam kedua kala empat persalinan, dokter Tegar menilai ibu Rina setiap 30 menit.
Temuannya adalah sebagai berikut :

· 18.05: TD 110/70, nadi 80, temperatur tubuh 37° C, tinggi fundus dua jari di bawah pusat,
tonus uterus baik, ibu Rina berkemih dan produksi urin berjumlah 250 ml, perdarahan
pervaginam dalam batas normal.

· 18.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik,
kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal

67
68
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

EPISIOTOMI
DAN
REPAIR

Penyusun :
dr. Gunawan K., SpOG

69
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :3
Topik ketrampilan : Episiotomi
Repair Episiotomi

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa memahami indikasi dan kontraindikasi prosedur Episiotomi dan Repair Episiotomi
2. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur Episiotomi dan Repair Episiotomi dengan
benar.
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum 2 × 2 jam ( 1 jam = 50 Menit)
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
episiotomi dan repair episiotomi sesuai check list (40
menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan prosedur
episiotomi dan repair episiotomi (50 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur episiotomi dan repair episiotomi sesuai check
list (40 menit)
2. Mempraktekkan prosedur episiotomi dan repair
episiotomi (50 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

C. Dasar Teori
PENDAHULUAN
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak
akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu,
pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada pertimbangan klinik yang tepat dan tehnik
yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. 1
Berdasarkan empiris, banyak kasus-kasus yang dilakukan episiotomi, karena nyeri waktu menjahit luka
menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu singkat akan
memakan waktu yang lebih lama dan kemungkinan kejadian infeksi akan lebih tinggi. Disamping itu
aproksimasi anatomi luka akan lebih sulit dilakukan karena pasien dalam keadaan gelisah, hal ini juga akan
ikut mengganggu penyembuhan luka.
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir
vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan
perineum.

70
INDIKASI
Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. 1,2
Indikasi ibu antara lain adalah:
a. Primigravida umumnya, bukan merupakan tindakan rutin pada kasus ini.
b. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
c. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang, persalinan
dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
d. Arkus pubis yang sempit
Indikasi janin antara lain adalah:
a. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan
pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
c. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat
menumbung.
Ingat : Episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus – kasus :
 Gawat janin
 Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi
vakum)
 Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan
Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah
maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

JENIS EPISIOTOMI3,4
Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan
pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
a. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai
serabut sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
 Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang
relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
 Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau
komplet (laserasi dinding rektum).

b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah
sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang
melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III.
Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot
perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa
sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis
episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan
71
dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu
penderita.

d. Insisi Schuchardt.
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah
lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.

SAAT MELAKUKAN EPISIOTOMI5,6,7


Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka episiotomi bisa
terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka otot-otot dasar panggul sudah
sangat teregang sehingga salah satu tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas banyak penulis menganjurkan episiotomi dilakukan pada saat kepala
janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada waktu his.
Ibu tida kuat ngeden trus epis gapapa
Pada penggunaan cunam beberapa penulis melakukan episiotomi setelah cunam terpasang tetapi
sebelum traksi dilakukan, dengan alasan bahwa bila dilakukan sebelum pemasangan, akan memperbanyak
perdarahan serta memperbesar resiko perluasan luka episiotomi yang tidak terkontrol selama pemasangan
cunam.
Pada persalinan letak sungsang, episiotomi sebaiknya dilakukan sebelum bokong lahir, dengan
demikian luasnya episiotomi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

PENJAHITAN (REPAIR) LUKA EPISIOTOMI4


Tehnik penjahitan luka episiotomi sangat menentukan hasil penyembuhan luka episiotomi, bahkan
lebih penting dari jenis episiotomi itu sendiri. Penjahitan biasanya dilakukan setelah plasenta lahir, kecuali
bila timbul perdarahan yang banyak dari luka episiotomi maka dilakukan dahulu hemostasis dengan
mengklem atau mengikat pembuluh darah yang terbuka.
Beberapa prinsip dalam penjahitan luka episiotomi yang harus diperhatikan adalah sebgai berikut:
a. Penyingkapan luka episiotomi yang adekwat dengan penerangan yang baik, sehingga restorasi anatomi
luka dapat dilakukan dengan baik.
b. Hemostasis yang baik dan mencegah dead space.
c. Penggunaan benang jahitan yang mudah diabsorbsi.
d. Pencegahan penembusan kulit oleh jahitan dan mencegah tegangan yang berlebihan.
e. Jumlah jahitan dan simpul jahitan diusahakan seminimal mungkin.

72
f. Hati-hati agar jahitan tidak menembus rektum.
g. Untuk mencegah kerusakan jaringan, sebaiknya dipakai jarum atraumatik.

D. PROSEDURAL
LIHAT PADA BUKU ASUHAN PERSALINAN NORMAL

73
E. SKENARIO
Seorang wanita, G1 P0 A0 datang ke praktek dokter umum dengan keluhan hendak melahirkan dari
anamnesis didapatkan ibu merasakan kenceng- kenceng sejak 10 jam yang lalu, makin lama makin
sering. 1 jam yang lalu keluar cairan jernih dari jalan lahir, dari pemeriksaan fisik didapatkan status
obstetrius : janin 1 hidup intra uterinletak kepala Puka, pada VT : pembukaan 10, kepala turun di H3+
KK (-), tidak ada bagian yang menumbung, perineum teregang
Lakukan penatalaksanaan Asuhan persalinan pada pasien tersebut.

74
CEK LIST TEKNIK EPISIOTOMI DAN
PENJAHITAN LUKA BEKAS EPISIOTOMI MAUPUN ROBEKAN PERINEUM

NO KEGIATAN NILAI
0 1 2
I. PERSIAPAN
1 Menyiapkan perlengkapan dan bahan –bahan yang diperlukan
2 Jelaskan kepada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan
prosedurnya dengan ibu, berikan alasan rasional pada ibu, bantu ibu merasa
rileks.
II. MEMBERIKAN ANESTESI LOKAL
3 Menggunakan teknik aseptik (mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril)
4 Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epineprin ke dalam tabung suntik steril
ukuran 10 ml, dan jarum ukuran 22 panjang 4 cm/lebih
5 Letakkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum
6 Masukkan jarum di tengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang
tempat yang akan diepisiotomi
7 Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak
berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam tabung
suntik, jangan suntikkan lidokain, t a r i k jarum tersebut keluar.
Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
8 Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml
lidokain. Tarik jarum hingga keluar dari titik asal jarum disuntikkan
III. PROSEDUR EPISIOTOMI
9 Lakukan tindakan episiotomi hanya jika perineum sudah menipis, pucat,
dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
10 Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum.
11 Tempatkan gunting tajam dan steril di tengah-tengah fourchette posterior
dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk me lakukan
episiotomi mediolateral. Pastikan letak sfingter ani eksternal dan arahkan
gunting ke samping untuk menghindari sfingter.
Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan
satu atau dua guntingan yang mantap.
12 Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan
dilapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi
untuk membantu mengurangi perdarahan.
Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah
perluasan episiotomi
IV. MENJAHIT LASERASI PERINEUM ATAU EPISIOTOMI
13 Bantu ibu mengambil posisi litotomi
14 Tempatkan kain steril di bawah bokong ibu, serta hidupkan lampu
sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas
15 Persiapkan peralatan dan bahan-bahan steril untuk penjahitan
16 Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir, pakai
sarung tangan steril dengan cara yang benar
17 Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan
mudah dilihat dan pcnjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan
18 Gunakan kasa steril untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu
dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil
memeriksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan
bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau
dua.

75
Catatan : Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati
dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani.
Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami
laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika
mengalami laserasi serviks
19 Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril baru setelah melakukan
pemeriksaan rektum
20 Berikan anestesi lokal dengan tehnik yang benar : tusukkan jarum ke ujung atau
pojok laserasi/sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi luka. Pastikan obat anestesi
telah bekerja.
21 Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang.
Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Tempatkan jarum pada pemegang jarum
dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum tersebut
Catatan : Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit
menimbulkan reaksi jaringan
Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi
satu dengan mudah.
22 Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam
vagina.
23 Tutup mukosa vagina dan teruskan ke arah bawah menggunakan jahitan jelujur.
Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika
laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua
lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan/atau
mendekatkan jaringan tubuh secara efektif
24 Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan,
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler . Jahitan ini
akan menjadi jahitan lapis ke dua.
25 Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan
sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan
longgar dan laserasi akan membuka
26 Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada
kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam
27 Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada
jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum
enam minggu pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan
jika ada fistula rektovaginal atau jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau
feses), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan
28 Nasehati ibu untuk:
 Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
 Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
 Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga
sampai empat kali per hari
 Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu
harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan
cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut
menjadi lebih nyeri

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H, Prof, dr, DSOG, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono P, Jakarta, 1997
2. JNPK-KR, Buku Acuan Asuhan persalinan Normal, revisi 5, edisi 2008

76
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Penyusun :
dr. H. Sutrisno, Sp.OG

77
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :5
Topik ketrampilan : Pemeriksaan Ginekologi

A. SASARAN BELAJAR
1. Mampu mengaplikasikan keterampilan tentang komunikasi dan pemantapan hubungan
intrapersonal dalam pemberian informed consent sebelum melakukan tindakan .
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan VT ginekologi
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Inspekulo
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Sondase uterus
5. Mahasiswa mampu menuliskan apa yang telah didapatkan dari VT ginekologi, inspekulo
maupun sondase uterus ke dalam catatan medik pasien
6. Mahasiswa mampu menganalisis hasil temuan pada pemeriksaan VT ginekologi, inspekulo
maupun sondase uterus sehingga dapat membantu menegakkkan diagnosis kasus-kasus
ginekologi sesuai dengan kompetensi dokter umum.

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum 2 × 100 Menit
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
pemeriksaan ginekologi sesuai check list (30 menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan prosedur
pemeriksaan ginekologi pada manekin secara
bergantian (60 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur pemeriksaan ginekologi sesuai check list
(30 menit)
2. Mempraktekkan pemeriksaan ginekologi pada
manekin secara bergantian (60 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

C. DASAR TEORI
Pemeriksaan ginekologi yang baik dan anamnesis yang lengkap adalah penting untuk
menegakkan diagnosis kasus-kasus ginekologi. Perlu kerjasama yang baik dengan pasien untuk
memperoleh informasi yang bersifat pribadi tentang riwayat seksual dan kesehatan reproduksi.
Pemeriksa perlu bertindak hati-hati dan halus. Pemeriksaan dilakukan pada ruang yang
tertutup, dan sebaiknya ditemani asisten wanita.

78
Penyakit ginekologi berhub dengan organ repro, ex perdarahan tidak teratur saat haid, ada
benjolan di perut, tidak pernah haid

D. ALAT DAN BAHAN


 Meja peralatan steril :
1. Alat inspekulo-sondase (tampon tang, speculum graves, tenakulum (bentuk seperti
cocor bebek), sonde (besi/logam yg ada ukurannya dalam cm untuk ukur uterus) à
masing-masing 1 biji yang masih baik)
2. Kain linen
3. Kapas bulat (1 kom), kasa steril secukupnya
4. Aqua bides steril
5. Handschoen steril
 Meja peralatan non steril :
1. Jelly untuk melumasi handscoen dan alat
 Lampu ginekologi
 Wastafel + handuk

E. PROSEDURAL
 Memberi informasi kepada pasien akan dilakukan pemeriksaan dalam vagina,dengan
tujuan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan organ genetalia, penderita diminta untuk
BAK (buang air kecil) dahulu
 Periksa kelengkapan peralatan yang akan dipakai
 Pemeriksa cuci tangan dengan air yang mengalir
 Penderita diminta untuk melepas pakaian bawah dan celana dalamnya, kemudian
disarankan tidur dimeja ginekologi dengan posisi litotomi, kedua lututnya ditumpangkan
pada sandaran yang ada

 Tutup perut bagian bawah dengan doek


 Pemeriksa pakai sarung tangan dengan cara yang benar,untuk tangan kanan
 Ambil kasa steril yang sudah dibasahi aqua bides steril.
 Lakukan disinfeksi labia mayora kanan dengan mengoleskan kapas dari arah mons
veneris kearah perineum,lanjutkan hal yang sama untuk labia kiri, buang ke tempat
sampah
 Untuk VT pakailah jari tengah dan telunjuk, pertama masukkan secara perlahan jari
tengah dengan sedikit menekan kearah comissura posterior, kemudian masukkan jari
telunjuk sejajar jari tengah
79
 Dengan kedua jari tersebut susurilah dinding vagina belakang, depan, kiri, kanan sampai
teraba porsio, cermati dan rasakan apakah ada kelainan (ada benjolan ngga? Trus dinilai
benjolannya)
 Setelah teraba porsio lakukan pemeriksaan bimanual dengan bantuan tangan kiri
diletakkan supra simfisis, menekan kearah jari tangan yang ada di vagina, tentukan besar
uterus (analogikan dengan benda sekitar, misal : telur ayam, telur bebek, tinju dewasa,
kepala bayi, dsb) pada primipara sebesar jempol tangan orang dewasa, pada multi
sebesar jempol kaki dewasa, konsistensi (kenyal, keras, kistik, dsb), posisi (ante
(depan)/retro fleksi, dekstro/sinistro posisi) penting untuk saat sondase, ada nyeri
tekan / tidak.
 Periksa pula besarnya porsio, konsistensinya (ada yg berbenjol benjol ngga dsb), oue
tertutup/terbuka dengan memasukkan jari kita, kalo bisa masuk berarti sudah ada
pembukaan
 Kemudian arahkan pemeriksaan bimanual kesisi kanan uterus periksalah adneksa dan
parametrium apakah teraba pembesaran ovarium
bila ada perkirakan besar, konsistensi, nyeri/tidak, mobilitasnya tuba apakah teraba
nyeri, membesar, parametrium apakah teraba infiltrat/kaku. Lakukan hal yang sama
untuk adneksa dan parametrium kiri
 Pemeriksaan cavum Douglasi, tetap dengan bimanual arahkan kedua jari keforniks
posterior, raba dan rasakan apakah teraba menonjol atau datar. Teraba menonjol bila
cavum Douglasi terisi cairan/darah  tangan kanan masuk ke vagina, biasanya tidak
menonjol
 Terakhir tariklah kedua jari secara perlahan, kemudian perhatikan discharge yang
menempel pada sarung tangan
Keputihan bukan tanda kasus hamil

80
Saat vt obs ada benjolan di liang vagina/mau liat perdarahan d jalan lahir di ts3  mau liat
perdarahannya dari mana bisa dilihat pake inspekulo
Tumor/hymen utuh atau terbuka atau imperforate bisa dilihat pake inspekulo
Kalo wanita blm nikah, dokter gaboleh vt obs/vt gyn jadi pake inspekulo soalnya kalo vt
bisa rupture nanti hymennya

 Pakai sarung tangan steril untuk tangan kiri


 Pasang doek steril dibawah pantat penderita
 Ambil spekulum vagina Graves, pastikan dalam keadaan tertutup

 Pemeriksa duduk dikursi didepan vulva


 Hidupkan lampu sorot
 Pegang spekulum dengan jari tengah,telunjuk dan ibu jari secara gentle, olesi ujung
81
spekulum dgn jelly
 Dengan posisi miring masukkkan secara perlahan spekulum vagina, sambil sedikit
ditekan kearah comissura posterior, setelah masuk sekitar 2-3 cm, putar 90 der. Searah
jarum jam, masukkan menyusuri dinding vagina sampai terlihat porsio, kemudian kunci
(muternya ke jam 6)

 Lihat dinding vagina kanan dan kiri (benjolannya?), perhatikan porsio, besarnya,
perlukaan/erosi, polips,kista Nobouti, mioma geburt, benang IUD, OUE tertutup/terbuka,
discharge yang keluar
 Untuk melihat dinding depan /belakang vagina putar spekulum searah jarum jam  pas
diputer itu sakit rasanya
 Ambil kasa steril yang telah dibasahi aqua bides steril (desinfektan) dengan tampon tang,
oleskan pada porsio
 Ambil tenakulum jepit bibir depan porsio, pegang dengan tangan kiri

82
 Ambil dan pegang sonde uterus seperti memegang pensil. Masukkan secara perlahan dengan
posisi sonde sesuai dengan posisi uterus hasil VT, sampai menyentuh fundus uteri
Melengkungnya menyesuaikan posisi uterus (ujungnya nanti)

 Tarik secara perlahan sonde sampai keluar vagina


 Tentukan besarnya uterus dengan melihat bekas discharge yang menempel pada sonde
 Lepas tenakulum,pastikan tidak terjadi perdarahan, kalo ada didesinfeksi
 Untuk melepas spekulum, kendorkan kuncinya, tarik secara perlahan sekitar 2 -3 cm,
kemudian spekulum ditutup, dan ditarik sampai keluar vagina
 Taruhlah alat bekas pakai ditepat yang telah disediakan, kemudian sarung tangan dilepas
 Catat semua hasil pemeriksaan direkam medis

83
F. SKENARIO

1. Wanita P5A0 berusia 47 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan keluar darah segar
pervaginam tidak sakit setiap habis berhubungan suami istri. Pasien juga mengeluh sering
keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk . Dalam beberapa bulan ini dirasakan berat
badan menurun, nafsu makan kurang dan lesu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : KU :
compos mentis, nampak pucat. Tanda Vital : T: 100/70 mmHg, Nadi 100 x/ menit isi dan
tegangan cukup, RR: 20 x/ menit, t : 37 0C. Status generalis dijumpai palpebra anemis.
Apa yang akan saudara lakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasien?

2. Seorang wanita P1A0, 40 tahun, sekarang usia anak 20 tahun, datang ke dokter dengan
keluhan menometroragie, dismenorrhe, dan disertai perut semakin membesar. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan: KU: composmentis, nampak pucat , Tanda Vital : T: 100/70
mmHg, Nadi 100 x/ menit isi dan tegangan cukup, RR: 20 x/ menit, t : 37 0C. Status
generalis dijumpai palpebra anemis.
Apa tindakan dokter selanjutnya?

Plasenta previa KI vt

84
CEK LIST PEMERIKSAAN VAGINAL TOUCHER GINEKOLOGI,
PEMERIKSAAN INSPIKULO DAN SONDASE UTERUS

NO KEGIATAN BOBOT NILAI


0 1 2
I. PENDAHULUAN
1 Salam
2 Memberi informasi kepada pasien akan dilakukan pemeriksaan dalam
vagina,dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan organ
genetalia, penderita diminta untuk BAK (buang air kecil) dahulu
3 Basmalah
II. PEMERIKSAAN VAGINAL TOUCHER
4 Periksa kelengkapan peralatan yang akan dipakai
5 Pemeriksa cuci tangan dengan air yang mengalir
6 Penderita diminta untuk melepas pakaian bawah dan celana dalamnya,
kemudian disarankan tidur dimeja ginekologi dengan posisi litotomi,kedua
lututnya ditumpangkan pada sandaran yang ada
7 Tutup perut bagian bawah dengan doek
8 Pemeriksa pakai sarung tangan dengan cara yang benar,untuk tangan kanan
9 Pemeriksa berdiri searah kaki kanan penderita, menghadap kearah vulva
10 Lakukan inspeksi pada genetalia aksterna, mulai dari monsveneris, labia
mayora, labia minora, klitoris, orifisium urethrae eksternum, intruitus
vagina, perhatikan discharge yang keluar
11 Ambil kasa steril yang sudah dibasahi aqua bides steril
12 Lakukan disinfeksi labia mayora kanan dengan mengoleskan kapas dari
arah monsveneris kearah perineum,lanjutkan hal yang sama untuk labia kiri,
buang ke tempat sampah
13 Untuk VT pakailah jari tengah dan telunjuk, pertama masukkan secara
perlahan jari tengah dengan sedikit menekan kearah comissura posterior,
kemudian masukkan jari telunjuk sejajar jari tengah
14 Dengan kedua jari tersebut susurilah dinding vagina belakang, depan, kiri,
kanan sampai teraba porsio, cermati dan rasakan apakah ada kelainan
15 Setelah teraba porsio lakukan pemeriksaan bimanual dengan bantuan
tangan kiri diletakkan supra simfisis, menekan kearah jari tangan yang ada
di vagina, tentukan besar uterus (analogikan dengan benda sekitar, misal :
telur ayam, telur bebek, tinju dewasa, dsb) ,konsistensi (kenyal, keras,
kistik, dsb), posisi ante/retro fleksi, dekstro/sinistro posisi, ada nyeri
tekan / tidak.
16 Periksa pula besarnya porsio, konsistensinya, oue tertutup/terbuka
17 Kemudian arahkan pemeriksaan bimanual kesisi kanan uterus periksalah
adneksa dan parametrium apakah teraba pembesaran ovarium, bila ada
perkirakan besar, konsistensi, nyeri/tidak, mobilitasnya tuba apakah teraba
nyeri, membesar, parametrium apakah teraba infiltrat/kaku. Lakukan hal
yang sama untuk adneksa dan parametrium kiri
18 Pemeriksaan cavum Douglasi, tetap dengan bimanual arahkan kedua jari
keforniks posterior, raba dan rasakan apakah teraba menonjol atau datar.
Teraba menonjol bila cavum Douglasi terisi cairan/darah
19 Terakhir tariklah kedua jari secara perlahan, kemudian perhatikan discharge
yang menempel pada sarung tangan
III. PEMERIKSAAN INSPEKULO VAGINA
85
20 Pakai sarung tangan steril untuk tangan kiri
21 Pasang doek steril dibawah pantat penderita
22 Ambil spekulum vagina Graves, pastikan dalam keadaan tertutup
23 Pemeriksa duduk dikursi didepan vulva
24 Hidupkan lampu sorot
25 Pegang spekulum dengan jari tengah,telunjuk dan ibu jari secara gentle,
olesi ujung spekulum dgn jelly
26 Dengan posisi miring masukkkan secara perlahan spekulum vagina, sambil
sedikit ditekan kearah comissura posterior, setelah masuk sekitar 2-3 cm,
putar 90 der. Searah jarum jam, masukkan menyusuri dinding vagina sampai
terlihat porsio,kemudian kunci
27 Lihat dinding vagina kanan dan kiri, perhatikan porsio, besarnya,
perlukaan/erosi, polips,kista Nobouti,mioma geburt, benang IUD, OUE
tertutup/terbuka, discharge yang keluar
28 Untuk melihat dinding depan /belakang vagina putar spekulum searah jarum
jam
IV. SONDAGE UTERUS
29 Ambil kasa steril yang sudah dibasahi aqua bides steril dengan tampon
tang, oleskan pada porsio
30 Ambil tenakulum jepit bibir depan porsio, pegang dengan tangan kiri
31 Ambil dan pegang sonde uterus seperti memegang pensil. Masukkan secara
perlahan dengan posisi sonde sesuai dengan posisi uterus hasil VT, sampai
menyentuh fundus uteri
32 Tarik secara perlahan sonde sampai keluar vagina
33 Tentukan besarnya uterus dengan melihat bekas discharge yang menempel
pada sonde
34 Lepas tenakulum,pastikan tidak terjadi perdarahan
35 Untuk melepas spekulum, kendorkan kuncinya, tarik secara perlahan sekitar
2 -3 cm, kemudian spekulum ditutup, dan ditarik sampai keluar vagina
36 Taruhlah alat bekas pakai ditepat yang telah disediakan, kemudian sarung
tangan dilepas  di larutan klorin (disterilin)
37 KOMUNIKASI DAN ATAU EDUKASI PASIEN
1. mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal non verbal
(ramah, terbuka, kontak mata, salam, empati dan hubungan komunikasi
dua arah, respon)
2. mampu memberikan kesempatan pasien untuk bercerita dan
mengarahkan cerita
3. mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat keputusan klinik,
pemeriksaan klinik.
4. mampu memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah
pasien
38 PERILAKU PROFESIONAL
1. melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri
2. memperhatikan kenyamanan pasien
3. melakukan tindakan sesuai prioritas
4. menunjukan rasa hormat kepada pasien
5. mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau melakukan konsultasi bila
diperlukan
G. DAFTAR PUSTAKA
Bereks and Novak`s Gynecology

86
87
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MODUL REPRODUKSI

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN


FISIK
KEGANASAN PAYUDARA

Penyusun :
Dr. Bambang Sugeng, Sp.B
Dr. Vito Mahendra, M.Si.Med, Sp.B

88
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :5
Modul : Reproduksi
LBM :5
Topik Ketrampilan : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Payudara

SASARAN BELAJAR
 Mampu melakukan anamnesis secara sistematis dan terarah untuk membantu menegakkkan
diagnosis keganasan pada payudara
 Mampu melakukan pemeriksaan fisik secara lege artis untuk membantu menegakkan
diagnosis keganasan pada payudara

RENCANA PEMBELAJARAN

ANAMNESIS PAYUDARA
Waktu praktikum 2 × 2 jam ( 1 jam = 50 Menit)
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
anamnesis keganasan payudara sesuai check list (30
menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan
anamnesis keganasan payudara dengan berpasang-
pasangan (60 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur anamnesis keganasan payudara sesuai
check list (30 menit)
2. Mempraktekkan anamnesis keganasan payudara
dengan berpasang-pasangan (60 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

89
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
Waktu praktikum 2 × 2 jam ( 1 jam = 50 Menit)
Panduan Tutor 1. Membimbing mahasiswa memahami prosedur
pemeriksaan fisik keganasan payudara sesuai check
list (30 menit)
2. Membimbing mahasiswa mempraktekkan
pemeriksaan fisik keganasan payudara dengan
berpasang-pasangan (60 menit)
3. Berdiskusi dengan mahasiswa tentang hal – hal
yang belum dimengerti dan memberikan feed back
terhadap keterampilan yang dilakukan (10 menit)
Tugas Mahasiswa 1. Memperhatikan arahan instruktur skill mengenai
prosedur pemeriksaan fisik keganasan payudara
sesuai check list (30 menit)
2. Mempraktekkan pemeriksaan fisik keganasan
payudara dengan berpasang-pasangan (60 menit)
3. Berdiskusi aktif dan memperhatikan penjelasan
instruktur mengenai hal – hal yang belum
dimengerti (10 menit)

Dasar Teori
1. Anatomi payudara
2. Fisiologi payudara
3. Pemeriksaan payudara sendiri
4. Kelainan pertumbuhan pada payudara
5. Tumor jinak payudara
6. Infeksi pada payudara

90
1. ANATOMI
• Sebagai mahluk menyusui, manusia dilengkapi payudara
• Mammalia : garis susu
• Manusia : 2 buah kelenjar susu yang selalu berubah dari waktu ke waktu
• Perubahan :
 dari kecil à tua
 setiap bulan
 sewaktu hamil à menyusui
• Payudara tdd : kelenjar, jaringan penguat
dan lemak
• 12 sampai 20 lobus. Tiap lobus tdd lobulus
dan tiap lobulus tdd 10 – 100 acinus

91
Aliran limfe / kel limfe regional

2. FISIOLOGI
Perubahan sesuai umur
• Perubahan dari bayi sampai pubertas: penambahan dan pertumbuhan kelenjar
• Menstruasi pertama: menarche
• Setelah menopause: kelenjar berkurang dan digantikan jaringan ikat
• Perubahan sesuai daur haid
• Menjelang menstruasi payudara tegang, nyeri karena pembesaran kelenjar
• Pada saat ini, pemeriksaan payudara sulit karena benjolan tumor sukar dibedakan dg
kelenjar yg sedang besar
• Setelah haid, kelenjar mengecil kembali

Perubahan saat hamil dan menyusui


• Hamil: duktus bertambah, dinding tebal dan besar
• Karena pengaruh hormon prolaktin: kelenjar mengeluarkan air susu
• Setelah 1 - 2 th air susu berkurang, kelenjar mengecil kembali

3. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI / SADARI


• Karena kompleksnya perubahan dan anatomi payudara, sebaiknya dikenali sendiri
• Hampir seluruh tumor ganas payudara ditemukan penderita sendiri
• Hanya sebagian kecil yg ditemukan pada pemeriksaan chek-up / rutin
• Makin kecil ditemukan, makin baik prognosisnya
• Dilakukan dari mulai pubertas, terutama setelah berumur > 30 tahun
• Dilakukan sebulan sekali secara teratur
• Sebaiknya dilakukan di kamar mandi, dengan waktu tetap ( 2-7 hari setelah hari haid
pertama )
• Apabila ada perubahan, segera periksakan ke rumah sakit

92
93
94
Dengan jari 2-3-4 periksa seluruh payuda
Jangan ada yg terlewat
4. KELAINAN PERTUMBUHAN
• Payudara tidak berkembang : amastia
• Payudara lebih dari satu : polymastia
• Kelenjar payudara tambahan, terutama di axilla : mamma accessoria. Bila mengganggu
à operasi

95
Susu tambahan

96
Puting susu tambahan
(dikira andeng2) sepanjang
garis susu : polythelia

Polythelia

Payudara terlalu besar:


macromastia atau
hipertrofi payudara

97
Hipertrofi payudara
sebelum dan sesudah operasi

Payudara terlalu kecil ??

98
99
5. TUMOR JINAK
Fibroadenoma mammae = FAM
• Tumor jinak payudara yang paling sering
• Setelah menopause tidak pernah didapati
• Berasal dari kelenjar dan jaringan ikat
• Teraba sbg benjolan bulat, kenyal padat, simpai
licin, batas tegas, mudah digerakkan
• Tidak terasa nyeri
• Pada masa kehamilan, menyusui dan menjelang
menopause dpt cepat membesar
• Tidak jarang multipel / banyak
• Terapi : operasi
6. KELAINAN FIBROKISTIK
• Nama lainnya: mastitis kronik kistik, hiperplasi kistik, mastopati kistik atau displasia
payudara
• Tumor tidak berbatas tegas, berbenjol
• Nyeri sekali, terutama menjelang haid
• Bila dapat diatasi dg obat-obatan anti nyeri, vit E dan menjelang mens diberikan diuretic.
• Bila tidak menolong, atau ditakutkan suatu keganasan à operasi

7. KISTA AIR SUSU


• Galaktokel disebabkan air susu yg terperangkap dlm kelenjar susu dan membeku
• Terdapat pd wanita menyusui
• Berupa benjolan kistik / lunak, bulat
• Bila tidak bisa keluar, infeksi à mastitis
• Bila masih baru, dilakukan masase atau dikeluarkan dg vakum
• ASI sisi yg sakit tidak boleh diberikan pd bayi
• Bila terjadi infeksi diberi antibiotika
• Bila terbentuk nanah à insisi

100
8. NEKROSIS LEMAK
• Terjadi krn trauma
• Berupa benjolan keras, nyeri
• Biasanya mengecil sendiri

9. INFEKSI
• Mastitis terjadi biasanya pada masa menyusui, yg dpt berkembang menjadi abses
• Bisa juga krn higiene tidak dilakukan dg baik
• Bisa pula infeksi tbc, jamur dll pada payudara

101
10. TUMOR GANAS
• Merupakan keganasan yg sering dijumpai pada
wanita setelah tumor ganas kandungan
• Biasanya datang sudah dalam keadaan lanjut
• Penyebabnya tidak diketahui pasti, tetapi ada
faktor resiko timbulnya tumor ganas payudara

11. FAKTOR RESIKO


• Umur.
• Menarche < 12 th dan menopause lambat > 50 th
• Tidak punya anak
• Hamil pertama umurnya > 30 th
• Tidak menyusukan anaknya
• Dikeluarganya ada penderita tumor payudara
• Banyak makan lemak
• Merokok
• Minum alkohol

12. PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN


• Dimulai dari 1 sel, menggandakan diri
• Setelah lebih dari 1 cm (perlu waktu 8 tahun), tumbuh cepat
• Perlu darah banyak, timbul tukak, busuk
• Menjalar ke jaringan sekitarnya (kulit)

13. KELUHAN YG MEMBAWA PENDERITA PAYUDARA BEROBAT


• 33% keluhan : benjolan pada payudara
• Payudara bertambah besar / asimetris
• Puting : keluar cairan, retraksi
• Ulkus / perubahan warna kulit payudara
• Benjolan pada aksilla
• Sakit / ngilu pada tulang

102
Peau d’orange = kulit jer

Retraksi puting

14. PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN


• Menyebar ke kelenjar getah bening axilla dan kel regional lainnya
• Menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sampai ke liver, tulang,
paru-paru, otak
• Kalau sudah metastasis jauh à tidak mungkin operasi

kambuh metastasis ke tulang

15. PEMERIKSAAN
• Sebagian besar ditemukan sendiri
• Diagnosis pasti dengan biopsi dan pemeriksaan patologi (PA)
103
• Pemeriksaan USG hanya membedakan tumor padat atau kista
• Pemeriksaan radiologi: mammografi

104
• Tx : Tumor primer tdk dpt ditentukan
• Tis : Karsinoma in situ
• T0 : Tidak ada tumor primer
• T1 : Tumor kurang dari 2 cm
• T2 : Tumor > 2 cm tetapi < 5 cm
• T3 : Tumor > 5 cm
• T4 : Tumor dg penyebaran dinding dada, ulkus, peau d’orange, inflamasi
• Nx : Kelenjar regional tidak ditentukan
• N0 : Tidak teraba kelenjar aksilla
• N1 : Kelenjar aksilla homolateral dan tidak melekat
• N2 : Kelenjar aksilla homolateral, melekat satu sama lain / dg jaringan
sekitar
• N3 : Kelenjar mammaria interna homolateral
• Mx : Tidak dapat ditentukan metastasis jauh
• M0 : Tidak ada metastasis jauh
• M1 : Terdapat metastasis jauh, termasuk kelenjar supraklavikula

105
16. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI
• Dengan Frozen Section / FS
• FNA = Fine Needle Aspiration Biopsy
• Needle biopsy / Tru Cut
• Biopsi eksisi

mammografi

US = ultrasonografi

106
17. PENGOBATAN
5 macam cara penanganan:
1. Operasi (tumor / tumor dan payudara)
2. Penyinaran / radiasi
3. Kemoterapi
4. Hormon
5. Terapi biologi / imunologi / monoclonal antibody

• Operasi dilakukan bila tumor masih terbatas pada payudara (stadium I dan II)
• Atau bila busuk, meskipun sudah menyebar agar kualitas hidup baik
• Dilakukan juga pengangkatan kelenjar regional
• Mastektomi :
• Mastektomi radikal
• Modifikasi mastektomi radikal
• Mastektomi simpel,
• BCT / breast conserving treatment

Rekonstruksi payudara

107
18. PENGOBATAN
• Penyinaran dilakukan untuk membunuh sel-sel yg masih tertinggal
• Dilakukan beberapa kali / berulang
• Akibat penyinaran: hitam dan bengkak pada lengan atas
• Obat antikanker diberikan untuk membunuh sel kanker
• diharapkan dpt juga membunuh sel kanker di paru2, tulang dst
• Akibatnya: sel yg normal juga ikut mati à rambut rontok, anemi
• Diberikan per siklus

OBAT ANTIKANKER STANDAR :


• Cyclophosphamide, Methotrexate dan 5-fluoro-uracyl (CMF)
• Cyclophosphamide, Adriamycin dan 5-fluoro-uracil (CAF)
• Pemberian hormon pada wanita yg belum menopause dg hormon laki-laki / testosteron
dan tamoxifen
• Pada wanita yg menopause diberikan hormon wanita
• Berguna untuk mengerem pertumbuhan sel kanker yg dipengaruhi hormon

19. PENCEGAHAN
• Karena penyebabnya tidak diketahui, belum bisa dicegah dg vaksin
• Menghindari faktor resiko
• Menemukan tumor ganas sedini mungkin, antara lain dg SADARI, mammografi pd
wanita resiko tinggi

20. KESEMBUHAN
• Secara teoritis tidak bisa sembuh, kecuali pada tumor dini yg bisa diangkat semua
• Ukuran kesembuhan adalah rata-rata harapan hidup 5 th, 10 th dan 15 th
• Stadium dini harapan hidup 5 th: 90%
• Stadium lanjut harapan hidup 5 th: < 10%

PROSEDURAL

ANAMNESIS PAYUDARA
 Menanyakan identitas : nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal dan pertanyaan
lain untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi, juga adanya faktor risiko tumor
ganas payudara (umur >35 tahun)
 Menanyakan keluhan utama dengan pertanyaan terbuka
 Menanyakan RPS :
Lokasi (letaknya, di kuadran mana)
Onset (kapan mulai timbul benjolan)
 Kronologis :
Bagaimana bisa diketahui (mungkin dari sadari)
Apakah bertambah besar atau tetap, kalau bertambah besar apakah
bertambahnya dengan cepat
Apakah terasa sakit saat menjelang menstruasi
Apakah puting susu masuk kedalam ? (sebelumnya tidak)

108
Apakah ada keluar darah / cairan dari puting susu
Kalo menyusui tidak terlalu signifikan, soalnya ada yang tetep kena kanker
juga
warna kulit berubah
 Gejala penyerta : apakah disertai demam, badan cepat lelah, stamina turun
drastis
 Menanyakan faktor risiko secara sistematis :
MENARCHE. Menarche yang cepat ( dibawah 11 tahun ) meningkatkan
kemungkinan TGPD
MENOPAUSE. Menopause yang lambat ( lebih dari 54 tahun) meningkatkan
resiko
Adanya penyakit pada payudara sebelumnya (atypical hyperplasia)
Tidak mempunyai anak
Mempunyai anak tetapi TIDAK menyusukan
Hamil pertama sewaktu umur > 30 tahun (primipara tua)
Dikeluarganya (terutama turunan langsung) ada yang sakit TGPD : ibu, nenek,
bibi, kakak, adik
Diit : banyak makanan berlemak, merokok, minum alkohol
Badan gemuk (BMI > 35)
Ikut keluarga berencana berupa hormon : pil, suntik atau pengobatan sulih
hormon
 Menanyakan dengan pertanyaan terarah mencari metastasis :
kelenjar aksilla : apakah ada benjolan pada aksilla
paru-paru : sesak napas, nyeri dada
tulang belakang : nyeri punggung
tulang lain (femur) : nyeri paha, fraktur patologis
liver : cepat lelah, ikterus, lemas
 TIDAK menanyakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan penyakitnya
 Merangkum hasil anamnesis dan menyampaikannya pada penderita secara
sistematis
 Menunjukkan empati kepada penderita akan penyakitnya dan menenangkan
penderita
 Menanyakan apakah ada pertanyaan yang ingin diketahui dari penderita dan
memberikan penjelasan kepada penderita dengan baik
 Melakukan anamnesis secara profesional

PEMERIKSAAN PAYUDARA
 Meminta informed consent untuk dilakukan pemeriksaan payudara
 Meminta penderita melepaskan pakaian dan meminta untuk didampingi saksi
(perawat / suami)
 Melakukan pemeriksaan tanpa sarung tangan dan masker agar tangan lebih
sensitif dan memelihara kontak yang baik dengan penderita

MELAKUKAN INSPEKSI

109
 Posisi : dalam keadaan kedua lengan kebawah inspeksi dilakukan mahasiswa
yang berada di depan tengah penderita / manekin agar bisa membandingkan
edua payudara dengan lebih baik)
 Simetri kedua payudara
apakah besarnya payudara kanan dan kiri sama ?
membandingkan kesegarisan puting susu (ada yang lebih rendah / lebih
tinggi?)
 Perubahan Warna Kulit
warna kulit : sama dengan sekitar, kemerahan / inflamasi
adakah peau d’orange
apakah ada ulkus
 Puting susu :
apakah ada retraksi puting susu
discharge (tanpa manipulasi)
perubahan warna putting susu
Meminta penderita mengangkat kedua lengan ke atas pelalan-lahan
Melihat apakah ada benjolan di bawah kulit yang terlihat bersamaan dengan
gerakan lengan keatas penderita

MELAKUKAN PALPASI

110
 melakukan palpasi mempergunakan ujung jari 2, 3 dan 4 (menghangatkan
tangan terlebih dahulu dengan menggosok-gosokan kedua tangan)
 melakukan palpasi dengan palpasi ringan
 melakukan palpasi secara sistematis sehingga tidak ada bagian yang tertinggal.
sistematis per-kwadran, mulai dari kwadran atas (lateral dan medial),
kemudian kwadran bawah (lateral dan medial)
Catatan : atau melingkar dari luar kedalam diakhiri dengan memencet puting
(seperti lingkaran obat nyamuk)
Boleh pake metode apapun yang penting permukaan terpalpasi semua
 dan diakhiri dengan pemeriksaan puting ( memencet puting susu) keluar
cairan darah atau apa
 Jika terdapat benjolan (mendeskripsikan penemuan benjolan )
site : letak benjolan
shape : bundar/ lonjong, tepi teratur/tidak
size : ..cm
surface : teratur, licin
consistency : padat/kistik/kenyal/keras
warmth : suhu (apakah sama dengan kulit sekitarnya / tidak )
fixation/ mobility : dapat digerakkan/tidak dari kulit dan dasar
(pulsatility) : berdenyut/tidak
pain : nyeri /tidak
 meminta penderita menekan panggul dengan kedua lengan () malangkerik 
agar pemeriksaannya merata
 Dengan menekankan kedua tangan akan menegangkan M pectoralis major
mahasiswa memeriksa kembali apakah benjolan / tumor melekat pada otot
pectoralis atau tidak

111
Melakukan palpasi kelenjar aksilla kanan
 Pemeriksa / mahasiswa berdiri disamping kanan menghadap ke arah penderita
 mahasiswa menopang lengan bawah penderita dengan lengan kanan dan
memeriksa kelenjar aksilla dengan tangan kiri
 meraba / palpasi kelenjar aksilla secara sistematis dan melaporkan :
o teraba kelenjar atau tidak
o jumlah kelenjar
o mobil atau terfiksir / saling melekat
 Lakukan juga yang sebelah kiri
Melakukan palpasi kelenjar supra dan infra clavicula kanan
 pemeriksaan palpasi kelenjar supraclavicula sebaiknya dari arah belakang
penderita (inspeksi dari depan)
 posisi penderita kepala sedikit menunduk agar rongga supraclavicula kendor
 meraba supra dan infraclavicula secara sistematis dan melaporkan :
o apakah teraba kelenjar
o jumlahnya
o saling melekat / mobilitas
 Menyimpulkan hasil pemeriksaan
 Melakukan pemeriksaan secara profesional

SKENARIO

1. Seorang wanita 65 tahun datang kepada anda sebagai dokter umum


dengan keluhan teraba benjolan sebesar telur puyuh. Benjolan tersebut
bertambah besar. Penderita sudah menopause dengan riwayat
menggunakan kontrasepsi hormonal berupa suntik selama 45 tahun. Nenek
penderita meninggal karena kanker payudara. Kembangkan anamnesis
saudara atau belajarlah pemeriksaan fisik untuk membantu menegakkan
diagnosis dengan bimbingan instruktur anda !

2. Seorang wanita 35 tahun datang kepada anda sebagai dokter umum


dengan keluhan teraba benjolan sebesar telur puyuh. Benjolan tersebut
bertambah besar. Penderita menggunakan kontrasepsi hormonal berupa
suntik. Nenek penderita meninggal karena kanker payudara. Kembangkan
anamnesis saudara atau belajarlah pemeriksaan fisik untuk membantu
menegakkan diagnosis dengan bimbingan instruktur anda !

112
CHECK LIST

ANAMNESIS PAYUDARA

Bobot Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2
1 Salam
2 Memperkenalkan diri
3 Melihara ”eye contact” selama anamnesis
4 Menjelaskan maksud anamnesis
Menanyakan identitas : nama, umur, pekerjaan, tempat
5 tinggal dan pertanyaan lain untuk mengetahui tingkat sosial
ekonomi, juga adanya faktor risiko tumor ganas payudara
(umur >35 tahun)
6 Menanyakan keluhan utama dengan pertanyaan terbuka

7 Menanyakan RPS :
Lokasi (letaknya, di kuadran mana)
8 Onset (kapan mulai timbul benjolan)

9 Kronologis :
Bagaimana bisa diketahui (mungkin dari sadari)
Apakah bertambah besar atau tetap, kalau bertambah besar
apakah bertambahnya dengan cepat
Apakah terasa sakit saat menjelang menstruasi
Apakah puting susu masuk kedalam ? (sebelumnya tidak)
Apakah ada keluar darah / cairan dari puting susu
warna kulit berubah

10 Gejala penyerta : apakah disertai demam, badan cepat lelah,


stamina turun drastis
Menanyakan faktor risiko secara sistematis :
11  MENARCHE. Menarche yang cepat ( dibawah 11
tahun ) meningkatkan kemungkinan TGPD
 MENOPAUSE. Menopause yang lambat ( lebih dari
54 tahun) meningkatkan resiko
 Adanya penyakit pada payudara sebelumnya
(atypical hyperplasia)
 Tidak mempunyai anak
 Mempunyai anak tetapi TIDAK menyusukan
 Hamil pertama sewaktu umur > 30 tahun (primipara
tua)
 Dikeluarganya (terutama turunan langsung) ada yang
sakit TGPD : ibu, nenek, bibi, kakak, adik

113
 Diit : banyak makanan berlemak, merokok, minum
alkohol
 Badan gemuk (BMI > 35)
 Ikut keluarga berencana berupa hormon : pil, suntik
atau pengobatan sulih hormon
12 Menanyakan dengan pertanyaan terarah mencari metastasis :
 kelenjar aksilla : apakah ada benjolan pada aksilla
 paru-paru : sesak napas, nyeri dada
 tulang belakang : nyeri punggung
 tulang lain (femur) : nyeri paha, fraktur patologis
 liver : cepat lelah, ikterus, lemas

13 TIDAK menanyakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan


penyakitnya
14 Merangkum hasil anamnesis dan menyampaikannya pada
penderita secara sistematis
15 Menunjukkan empati kepada penderita akan penyakitnya
dan menenangkan penderita
Menanyakan apakah ada pertanyaan yang ingin diketahui
16 dari penderita dan memberikan penjelasan kepada penderita
dengan baik
17 Melakukan anamnesis secara profesional

114
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
Bobot Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
2 1 0

1. Meminta informed consent untuk dilakukan pemeriksaan


payudara
Melakukan pemeriksaan tanpa sarung tangan dan masker
2. agar tangan lebih sensitif dan memelihara kontak yang baik
dengan penderita
3. MELAKUKAN INSPEKSI
Posisi : dalam keadaan kedua lengan kebawah inspeksi
dilakukan mahasiswa dengan posisi duduk sejajar di depan
penderita / manekin agar bisa membandingkan kedua
payudara dengan lebih baik)
Meminta penderita melepaskan pakaian dan meminta untuk
didampingi saksi (perawat / suami)
4. Simetrisitas kedua payudara
Apakah besarnya payudara kanan dan kiri sama?
Apakah tinggi-rendah payudara kanan dan kiri sama?
Bandingkan kesegarisan puting susu (ada yang lebih rendah /
lebih tinggi)
5. Benjolan payudara
Apakah terlihat benjolan pada payudara?
6. Perubahan Warna Kulit
warna kulit : sama dengan sekitar, kemerahan / inflamasi
Adakah peau d’orange
Apakah terdapat ulkus / pernanahan?
7. Pemeriksaan mobilitas payudara
Meminta pasien mengangkat kedua tangan ke atas kepala
Meletakkan kedua tangan ke pinggang/malangkrik dan
membusungkan dada ke depan
Membungkukkan badan ke depan dengan kedua lengan
abduksi ke samping 90o dan nilai adanya retraksi atau fiksasi
8. Puting susu :
Apakah ada retraksi puting susu?
Apakah terdapat discharge (tanpa manipulasi)?
Apakah terdapat perubahan warna putting susu?
9. MELAKUKAN PALPASI
Mempersilakan pasien berbaring terlentang, menekuk siku
dan mengabduksikan sendi bahu di belakang leher

115
Cuci tangan sebelum dan setelah pemeriksaan palpasi
Meletakkan jari telunjuk, tengah dan manis tangan
kanan/kiri (jari 2,3 dan 4) di atas mammae lalu tekan dengan
metode berikut :
 Metode obat nyamuk (melingkar dari luar ke dalam
menuju puting)
 Metode kwadran (lateral atas, medial atas, lateral bawah
dan medial bawah).
Memencet puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kanan dan menyampaikan interpretasi apakah keluar
discharge /cairan (perhatikan cairan yang keluar apakah pus,
darah )
Jika terdapat benjolan (deskripsikan penemuan benjolan )
 site : letak benjolan
 shape : bundar/ lonjong, tepi teratur/tidak
 size : cm
 surface : teratur, licin
 consistency : padat/kistik/kenyal/keras
 warmth : suhu (apakah sama dengan kulit
sekitarnya / tidak )
 fixation/ mobility : dapat digerakkan/tidak dari kulit
dan dasar
 (pulsatility) : berdenyut/tidak
 pain : nyeri /tidak
10. Melakukan palpasi kelenjar aksilla kanan
Pemeriksa / mahasiswa berdiri disamping kanan menghadap
ke arah penderita dan meminta pasien duduk
Letakkan lengan kiri penderita diatas dengan lengan kiri
pemeriksa (posisi ditopang),
Tangan kanan menelusuri / palpasi kelenjar aksilla secara
sistematis dan melaporkan :
 teraba kelenjar atau tidak
 jumlah kelenjar
 ukuran
 konsistensi
 mobilitas / terfiksir
11. Lakukan bergantian pada kelenjar aksilla kiri

12. Melakukan palpasi kelenjar supra dan infra clavicula


kanan
Pemeriksaan palpasi kelenjar supraclavicula sebaiknya dari
arah belakang penderita (inspeksi dari depan) dengan posisi
pemeriksa berdiri
posisi penderita kepala sedikit menunduk agar rongga
supraclavicula kendor
116
Letakkan kedua tangan diatas supraclavicular kanan kiri juga
infraclavikular kemudian raba kelenjar supra dan
infraclavicula secara sistematis dan melaporkan :
 teraba kelenjar atau tidak
 jumlah kelenjar
 ukuran
 konsistensi
 mobilitas / terfiksir
13. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
14. Melakukan pemeriksaan secara profesional

C.DAFTAR PUSTAKA
 Syamsudin `` Buku Ajar Ilmu Bedah``
 Wim de Yong ``Buku Ajar Ilmu Bedah``

117

Anda mungkin juga menyukai