Anda di halaman 1dari 10

Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt)

https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/j-healt/
______________________________________________________________

Application of nursing care in patients with fluid and electrolyte needs in


hemodialisa room, labuang baji makassar’s hospital

St. Suarniati

Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar


______________________________________________________________
___________________________
Keywords :
Nursing Care, fluid and electrolyte needs
Abstrak
___________________________
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal
untuk menjalankan fungsinya dengan baik yang menyebabkan
Kontak : menurunnya filtrasi glomerulus secara bertahap sehingga harus
St. Suarniati menjalani terapi hemodialisa. Penyakit GGK menduduki
Email : sittisuarniati@yahoo.com peringkat ke 12 tertinggi angka kematian. Tahun 2013, Sulawesi
Akademi Keperawatan Muhammadiyah Selatan berada pada peringkat ke tiga dengan prevalensi 0,3%.
Makassar Penanganan upaya penurunan volume cairan dengan cara
pembatasan cairan mempengaruhi kelangsungan hidup pasien.
___________________________ Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan
pada pasien Tn. N dengan GGK dalam pemenuhan kebutuhan
Vol 2 No 1 September 2019 cairan di Ruang Hemodilisa RSUD Labuang Baji Makassar,
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Hasil penelitian menunjukkan kelebihan volume cairan ditandai
DOI: https://doi.org/10.31605/jhealt.v2i1 dengan edema grade 2 pada ekstremitas, merasa sesak ketika
___________________________ tidak mengikuti terapi HD, haus, olguria, anemia dan azotemia.
©2019J-Healt Penerapan asuhan keperawatan dilakukan untuk memantau
ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawahintake output dan pembatasan cairan sehingga tidak terjadi
licenci CC BY-NC-4.0 kelebihan volume cairan,sehingga disimpulkan bahwa
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/
pemantauan intake output dan pembatasan cairan pada pasien
GGK yang menjalani HD efektif dapat menurunkan derajat
edema dan berat badan. Disarankan kepada perawat untuk
memantau intake output selama 24 jam dan memberikan
edukasi untuk pelaksanaan perawatan di rumah dalam
mencegah kelebihan volume cairan.

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) is a failure of kidney function


so that it is unable to run its function properly, causing
decreased glomerular filtration gradually, thus undergoing
hemodialysis therapy. According to the WHO in 2017 which
states that GGK disease ranked 12th highest mortality rate. And
according to the results of riskesdas in 2013, South Sulawesi is
ranked third with a prevalence of 0.3%. Handling efforts to
decrease the volume of fluid by means of fluid restriction affects
the patient's survival. This study aims to describe nursing care
in patients. N with GGK in fulfillment of fluid requirement in
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

Hemodilisa Room of RSU Labuang Baji Makassar, using


descriptive method with case study approach. The results of this
study indicate excess fluid volume characterized by grade 2
edema in the extremities, abdominal bloating and frequent
burping, thirst, olguria, anemia and azotemia. The application
of nursing care is done to monitor the intake output and fluid
restriction so that no excess fluid volume can be concluded that
monitoring of intake output and fluid restriction in GGK
patients undergoing HD can effectively decrease the density of
edema and weight. It is advisable to the nurse to monitor the
patient's intake output for 24 hours and provide education for
the implementation of home care
in preventing excess fluid volume.
52

distensi vena jugularis, auskultasi paru,


observasi berat badan.Karena berdasarkan
hasil penelitiannya bahwa dengan melakukan
PENDAHULUAN
hal tersebut maka terjadi penurunan derajat
Ginjal merupakan organ utama dalam edema dari grade 3 menjadi edema grade 1,
menjaga keseimbangan cairan (Pranata, asites berkurang, balance cairan negatif dan
2013). Terganggunya fungsi ginjal akan tidak terjadi penambahan berat badan dari
menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang hari sebelumnya.
dapat mengakibatkan komplikasi seperti
perikarditis, hipertensi, anemia, osteodistrofi Tujuan penelitian ini untuk membantu
ginjal, gagal jantung dan impotensi penderita Gagal Ginjal Kronik dalam
(Muhammad, 2010). pemenuhan kebutuhan cairan

Menurut World Health Organization (WHO,


2017), penyakit Gagal ginjal kronik
menduduki peringkat ke 12 tertinggi, dan
diperkirakan sebanyak 36 juta orang di dunia
meninggal akibat GGK. Di Indonesia
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal METODE
ginjal kronik. Desain Penelitian ini merupakan studi kasus
dengan menggunakan pendekatan proses
Salah satu terapi yang bisa diberikan untuk keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
penderita gagal ginjal kronik adalah terapi intervensi, implementasi dan evaluasi yang
hemodialisis (Bare & Smeltzer 2002 dalam berfokus pada gangguan kebutuhan cairan
Hutagaol, 2017). Faruq (2017) dalam pada pasien GGK stadium V. Penelitian
tulisannya menjelaskan perlunya upaya dilakukan di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
penurunan kelebihan volume cairan dengan Umum Daerah Labuang Baji Makassar pada
cara pembatasan cairan.Angraini dan Putri Tanggal 8 s/d 15 Mei 2018. Subjek studi kasus
(2016) menambahkan bahwa penderita GJK adalah satu orang pasien dengan gangguan
Stadium V memerlukan juga pemantauan kebutuhan cairan pada GGK stadium V,
intake output cairan dengan cara mencatat dengan kriteria inklusiyang menjalani terapi
jumlah cairan yang diminum dan jumlah hemodialisa dengan frekuensi 3 kali
urine setiap harinya pada chart/tabel serta seminggu.SementaraPasien yang mengalami
memberikan intervensi observasi tekanan clothing pada saat hemodialisa berlangsung di
darah, status mental, observasi adanya eksklusi.

53
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

ekstremitas bawah, CRT < 3 detik.


Haluaranurin selama 24 jam sebanyak ±
HASIL 600 cc.
Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut :
Dari pemeriksaan penunjang dan
1. Pengkajian
laboratorium terakhir tanggal 12 Maret
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2018 untuk didapatkan data : HBG : 10,0
2018 pada jam 07.35 WITA, pada pasien g/dL, HCT : 30,7 %, RBC : 3,37.10 6/µL
Tn. N , usia 54 tahun, jenis kelamin dengan kesan anemia. ureum kreatinin
lakilaki, suku bugis Makassar, pekerjaan diperiksa pada tanggal 12 Maret 2018,
karyawan swasta, pendidikan terakhir didapatkan ureum : pre HD 95 mg/dL dan
SMA, beralamat di Jalan Muh. Jufri Lr. 1, post HD 43 mg/dL, kreatinin : pre HD
No. 1 Makassar. Nomor Rekam Medik 8,96 mg/dL dan post HD 4,53 mg/dL
29.36.47, dengan diagnosa medis GGK dengan kesan azotemia.
stadium V.
2. Diagnosa keperawatan
Hasil pengkajian diperoleh data: keluhan
Diagnosa keperawatan yang muncul
utama bengkak pada kaki, mengeluh
adalah kelebihan volume cairan
sering haus dan merasa sesak ketika tidak
berhubungan dengan disfungsi ginjal yang
melakukan cuci darah. bengkak pada kaki
ditandai dengan : edema derajat 2 pada
bawah. Berat Badan post HD yang lalu
ekstremitas bawah, terjadi peningkatan
adalah 59 kg,klien menjalani terapi
berat badan dari post HD sebelumnya
Hemodialisa 3 kali/minggu dengan durasi
yaitu 59 kg menjadi 62 kg. Klien
4 jam. Edukasi yang sering diberikan oleh
mengeluh sering merasakan haus. merasa
dokter dan perawat mengenai pembatasan
sesak ketika tidak melakukan cuci darah.
cairan, natrium dan kalium.
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan
data, HBG : 10,0 g/dL, HCT :30,7 %,
Klien menderita hipertensi sejak berusia
RBC : 3,37.106/µL kesan klien mengalami
23 tahun dan mengkonsumsi obat anti
anemia. Ureum : pre HD 95 mg/dL dan
hipertensi secara teratur. Klien pernah di
post HD 43 mg/dL, kreatinin : pre HD
rawat karena penyakit jantung dan
8,96 mg/dL dan post HD 4,53 mg/dL
mengkonsumsi obat jantung sebanyak 16
dengan kesan klien mengalami azotemia.
macam secara teratur. Setelah beberapa
bulan tepatnya pada awal bulan oktober
3. Intervensi
2016, komplikasi dari penyakitnya itu
berujung ke penyakit gagal ginjal kronik Intervensi yang akan dilakukan adalah
sehingga mengharuskan klien menjalani untuk mengatasi kelebihan volume cairan
terapi hemodialisa seumur hidup. yang berhubungan dengan disfungsi
ginjal, bertujuan selama 3x4 jam,
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik Kelebihan volume cairan dapat dikurangi,
diperoleh data, keadaan umum baik, yang dibuktikan oleh keseimbangan
tingkat kesadaran composmentis, TTV : cairan, keparahan overload cairan minimal
TD : 140/90 mmHg, N : 72 x/mnt, S : dan indikator fungsi ginjal yang adekuat.
36,5 °C, P : 22 x/mnt. Berat badan 62 kg,
Dengan berat badan kering 59 kg. tidak Intervensi yang disusun adalah : (1)
terjadi peningkatan vena jugularis, tidak Pemantauan elektrolit : observasi hasil
terdapat sesak dan sputum, tidak terjadi lab, observasi hasil EKG, Observasi
orthopnea, terdapat edema derajat 2 pada tanda-tanda terjadinya kelebihan atau

54
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

kekurangan elektrolit meliputi kalium dan cc. jumlah urine dalam 24 jam sebanyak
natrium, pantau makanan yang 500-600 cc.
dikonsumsi klien. (2) Manajemen
elektrolit : berikan edukasi tentang Pada hari kamis, tanggal 10 Mei 2018,
pembatasan kalium dan natrium. (3) hasil dari implementasi keperawatan
Pemantauan cairan : tentukan lokasi dan adalah BB pre HD 63 kg. turgor kulit
derajat edema, kaji komplikasi pulmonal kering, tidak ada peningkatan vena
atau kardivaskuler, pantau lingkar jugularis, terdapat edema derajat 1. tidak
abdomen dan atau ekstremitas, observasi sesak, tidak ada suara bunyi napas
adanya tanda-tanda perdarahan selama tambahan. TD dalam batas tidak normal
HD. (4) Manajemen cairan : timbang berat yaitu 150/80 mmHg, Nampak gelisah.,
badan setiap hari, kaji turgor kulit dan klien sering tidak patuh pada makanan
derajat edema, kaji adanya distensi vena yang mengandung natrium dan kalium
leher, CVP atau tekanan kapiler paru, seperti sayuran buah dan garam. TTV pre
pantau TD, denyut nadi dan irama, hitung HD : TD 120/80 mmHg, N 94 x/mnt, S
keseimbangan cairan, pantau kecepatan 37,5 °C, P 24 x/mnt. TTV Intra HD :
QB pada saat HD, antau lama HD, batasi Pukul 08.33 WITA, TD 120/80 mmHg, N
masukan cairan, identifikasi sumber 90 x/mnt, S 37,5 °C, P 2 x/mnt dengan
potensial cairan seperti medikasi dan Heparin 1 cc. Pukul 09.33 WITA : TD
cairan yang digunakan untuk pengobatan 140/70 mmHg, N 78 x/mnt, S 37,5 °C, P
oral dan intravena serta makanan. (5) 24 x/mnt dengan heparin 1 cc. Pukul
Manajemen hipervolemia : jelaskan pada 10.33 WITA : TD 140/80 mmHg, N 80
pasien dan keluarga alasan pembatasan x/mnt, S 37,5 °C, P 24 x/mnt. Pukul 11.33
cairan. (6) Manajemen eliminasi urine. WITA : TD 160/90 mmHg, N 84 x/mnt, S
37,5 °C, P 24 x/mnt dengan heparin 1 cc.
4. Implementasi Pukul 12.33 WITA, TTV post HD :
140/80, N 84 x/mnt, 37,5 °C, P 24 x/mnt.
Pada hari Selasa, tanggal 8 Mei 2018 Pukul 11.20 WITA, menghitung
pukul 07.30 WITA, hasil dari tindakan keseimbangan cairan. Hasil : Intake –
keperawatan yang dilakukan BB pre HD Output (urine + IWL + Feses) = 1709 –
62 kg, terdapat edema derajat 2 pada 739,38 = 969,62 cc. jumlah cairan yang
ekstremitas bawah.Tidak ada komplikasi diminum oleh pasien sebanyak 50 cc
pulmonal atau kardiovaskuler yang ditambah dengan cairan yang masuk pada
dialami oleh klien seperti sesak. turgor saat priming volume dan aff HD
kulit tampak kering. TTV pre HD : TD masingmasing 40 cc, total cairan yang
140/90 mmHg, N 72 x/mnt, S 36,5 °C, P masuk ke dalam tubuh pasien adalah 130
22 x/mnt. TTV Intra HD : Pukul 08.30 cc. klien mengatakan jumlah cairan yang
WITA, TD 130/90 mmHg, N 72 x/mnt, S diminum selama 24 jam sebanyak ± 600-
36,5 °C, P 24 x/mnt dengan Heparin 1 cc. 700 cc. klien mengatakan, volume urine
Pukul 09.30 WITA : TD 130/90 mmHg, sebanyak 500-600 cc/hari.
N 82 x/mnt, S 36,5 °C, P 20 x/mnt .
Intake – Pada hari sabtu, tanggal 12 Mei 2018, tindakan
Output (urine + IWL + Feses) = 1767 – keperawatan yang diberikan adalah : pukul
838,75 = 928,25 cc. selama proses HD 07.35 WITA, manajemen cairan : menimbang
berlangsung, cairan yang masuk ke dalam berat badan. Hasil : BB post HD yang lalu 59,5
tubuh pasien sebanyak 100 cc ditambah kg sedangkan BB pre HD saat ini 62 kg. Pukul
pada saat priming volume dan aff HD 07.36 WITA, mengkaji turgot kulit. Hasil :
masing-masing sebanyak 40 cc, total 180 terjadi penurunan turgor kulit. Pukul 07.37

55
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

WITA, mengkaji adanya distensi vena leher, teratasi/belum teratasi) P : Planning


CVP atau tekanan kapiler paru. Hasil : Tdak (rencana tindak lanjut).
terjadi peningkatan vena jugularis.Pukul 07.20
WITA, pemantauan cairan : memantau derajat Pada hari Selasa, 15 Mei 2018. evaluasi
edema. Hasil : tidak terjadi edema. tidak sesak yang dilakukan yaitu, data subjektif : klien
tidak ada suara bunyi napas tambahan. Klien mengatakan bengkak pada kaki sudah
sudah mulai mengurangi asupan garam yang hilang, akan tetapi klien mengeluh kram
dikonsumsi akan tetapi tidak bisa dan gatal pada lengan yang terpasang
menghilangkan sayur dari daftar makanannya cimino. Data objektif : edema hilang,
sehari-hari karena menganggap itu adalah TTV : TD : 140/80 mmHg, nadi : 86
kebutuhan tubuhnya. klien mengatakan, sayur x/menit, suhu : 36 °C, pernapasan : 20
yang dikonsumsi bisa dibatasi akan tetapi tidak x/menit. BB post HD saat ini : 59 kg.
bisa dihilangkan karena dia merasa lemas Assesment : Masalah belum teratasi.
ketika tidak mengkonsumsi sayur selama satu Planning :
hari. jumlah cairan yang diminum oleh pasien Lanjutkan intervensia,b,c,d.
sebanyak 100 cc ditambah dengan cairan yang
masuk pada saat priming volume dan aff HD
masingmasing 30 cc, total cairan yang masuk PEMBAHASAN
ke dalam tubuh pasien adalah 160 cc. klien 1. Pengkajian
mengatakan jumlah cairan yang diminum
selama 24 jam sebanyak ± 600-700 cc. volume Berdasarkan hasil penelitian studi kasus
urine sebanyak 500-600 cc/hari. yang terjadi pada Tn. N didapatkan data
sebagai berikut :
Pada hari selasa, tanggal 15 Mei 2018, hasil a. Terdapat edema derajat 2 (grade 2)
implementasi keperawatan yang diberikan BB pada ekstremitas bawah
pre HD saat ini 62 kg, terjadi penurunan turgor
kulit, Tdak terjadi peningkatan vena jugularis, Edema terjadi akibat penumpukan
tidak terjadi edema. tidak sesak dantidak ada cairan karena berkurangnya tekanan
suara bunyi napas tambahan. Klien sudah osmotik plasma dan retensi natrium
mulai mengurangi asupan garam yang serta air. Akibat peranan dari gravitasi,
dikonsumsi akan tetapi tidak bisa cairan yang berlebih tersebut akan
menghilangkan sayur dari daftar makanannya lebih mudah menumpuk di tubuh
sehari-hari karena menganggap itu adalah bagian perifer seperti kaki, sehingga
kebutuhan tubuhnya. jumlah cairan yang edema perifer akan lebih cepat terjadi
diminum oleh pasien sebanyak 100 cc dibanding gejala kelebihan cairan
ditambah dengan cairan yang masuk pada saat lainnya pada kasus gagal ginjal kronik
priming volume dan aff HD masingmasing 30 stadium v. Itu disebabkan karena
cc, total cairan yang masuk ke dalam tubuh terjadinya penurunan fungsi ginjal
pasien adalah 160 cc. jumlah cairan yang dimana ginjal tiak mampu
diminum selama 24 jam sebanyak ± 600-700 mengekskresikan cairan yang berlebih
cc. volume urine sebanyak 500-600 cc/hari. (Aisara, Azmi, & Yanni, 2018). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
5. Evaluasi oleh Muhammad Hanif
Faruq (2017)
Evaluasi dilakukan dengan metode SOAP
yaitu S : Subjektif (Klien mengatakan) O : b. Terjadi peningkatan berat badan
Objektif (klien terlihat/hasil pemeriksaan
perawat) A : Assesment (masalah Peningkatan berat badan pada pasien GGK
stadium v dikarenakan terjadinya

56
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

penumpukan cairan dalam tubuh secara Hal ini sejalan dengan peneitian yang
berlebih. Peningkatan berat badan secara dilakukan oleh Ambarwati (2014
signifikan dalam rentang beberapa hari dalam Faruq, 2017) mengatakan bahwa
mengindikasikan adanya kelebihan cairan mekanisme haus itu terjadi karena
dalam tubuh pasien. penurunan perfusi ginjal merangsang
Menurut Levea (2003, dalam pelepasan renin, yang akhirnya
Sepdianto, Suprajitno, & usmiati, 2017) menghasilkan angiotensin II.
mengatakan bahwa penyebab meningkatnya Angiotensin II merangsang
berat badan pada pasien GGK stadium v hipotalamus untuk melepaskan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal substraneuron yang bertanggung jawab
dan eksternal, dimana internal seperti rasa meneruskan rasa haus.
haus yang berlebih sedangkan faktor
eksternal seperti jumlah intake cairan yang
d. Klien merasa sesak ketika
berlebih, dimana garam dan intake cairan
tidak
selama periode interdialisis adalah faktor
melakukan cuci darah
penyebab penambahan berat badan antar
dialysis. Natrium asupan makanan adalah
Penyebab timbulnya sesak pada pasien
faktor yang merangsang rasa haus yang
GGK yang tidak menjalani HD, dapat
paling banyak.
dikarenakan oleh ketidakmampuan
ginjal untuk mencuci darah dan cairan
c. Klien sering merasakan haus tubuh yang seharusnya dikeluarkan dan
Pada saat dilakukan penelitian, klien akhirnya menumpuk di dalam tubuh.
mengatakan rasa haus meningkat. Rasa Ekspansiparutdkmaksimalsehinggaoksi
haus muncul ketika mengkonsumsi natrium gen yang dihirupmenjadisedikit. Sesak
yang tinggi, semakin tinggi natrium yang napasdapatjuga terjadi peningkatan
dikonsumsi, semakin tinggi pula rasa haus kreatinin dalam darah yang akan
yang dirasakan oleh klien. Menurut menyebabkan kemampuan darah dalam
Septianingsih (2011 dalam Sepdianto, mengantarkan oksigen dengan baik.
Suprajitno, & usmiati, 2017) mengatakan Kondisi gangguan pada darah ini akan
bahwa selain dari makanan yang memicu menyebabkan tubuh menjadi
timbulnya rasa haus pada pasien GGK kekurangan oksigen, sehingga tubuh
stadium v juga dikarenakan aktifitas yang akan mengkompensasi dengan cara
berlebih dilakukan oleh pasien sehingga bernapas dengan cepat seperti halnya
dapat memicu rasa haus. Rasa haus terjadi orang yang sesak (Satrio, 2017).
dimulai dari peningkatan osmolalitas cairan
ekstra sel, kemudian gnjal melepas renin e. Terjadinya penurunan produksi urine
yang mengakibatkan produksi angiotensin (oliguria)
II yang merangsang hipotalamus kemudian
menghasilkan rasa haus (Saputra, 2013 Pada pasien GGK, terjadi penurunan
dalam Sari, 2016). Haus juga dapat fungsi ginjal, jumlah nefron yang
disebabkan oleh nefron yang menerima sudah tidak berfungsi menjadi
kelebihan natrium yang menyebabkan GFR meningkat, maka ginjal tidak akan
menurun dan dehidrasi, sehingga mampu dalam menyaring urine.
menimbulkan rasa haus (Muttaqin 2011 Kemudian dalam hal ini, glomerulus
dalam Sari, akan kaku dan plasma tidak dapat di
2016). filter dengan mudahnya lewat tobulus
sehingga terjadi retensi natrium dan
cairan yang mengakibatkan ginjal tidak

57
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

mampu dalam mengkonsentrasikan


atau mengencerkan urine secara normal Hal ini sejalan dengan penelitian Siraid
sehingga terjadi oliguria (Muttaqin, dan Sari (2017) yang menyatakan
2011 dalam Sari, 2016).Hal ini sejalan bahwa gagal ginjal menyebabkan ginjal
dengan penelitian yang dilakuan oleh tidak dapat bekerja seperti biasanya.
Muhammad Hanif Faruq (2017) yang Dapat terjadi penurunan sintesis
menyatakan bahwa pada pasien gagal eritropoetin akibat bahan baku yang
ginjal kronik terjadi penurunan fungsi kurang atau ginjal yang rusak..
renal. Produksi akhir metabolisme eritropoetin berfungsi sebagai salah
protein tertimbun dalam darah dan satu bahan untuk memproduksi sel
terjadilah uremia yang mempengaruhi darah merah sehingga jumlah sel darah
setiap sistem tubuh. Retensi natrium merah menjadi berkurang. Hal inilah
dan cairan mengakibatkan ginjal tidak yang mendasari terjadinya anemia pada
mampu dalam mengkonsentrasikan pasien GGK.
atau mengencerkan urine secara normal
sehingga terjadi penurunan produksi
g. Klien mengalami azotemia
urine.
Pasien mengalami azotemia karena
f. Klien mengalami anemia
penimbunan sampah dan cairan dalam
tubuh klien yang berlebih akibat
Ginjal pasien GGK tidak mampu
kegagalan ginjal untuk
menghasilkan eritropoetinAnemia
mengekskresikan zat toksin (ureum dan
merupakan salah satu masalah utama ada
kreatinin) dalam tubuh. Pada pasien
pasien GGK, tinggi rendahnya LFG
gagal ginjal kronik untuk pemeriksaan
mempengaruhi kejadian anemia pada GGK.
kadar ureum keratinin itu meningkat.
Anemia disebabkan oleh defisiensi
Ureum meningkat disebabkan oleh
erytaropoietic stimulatin factors (ESF).
ekskresi ureum yang terhambat oleh
Dalam keadaan normal, 90% eritropoetin
kegagalan fungsi ginjal. Sedangkan
(EPO) dihasilkan di ginjal yang diproduksi
keratinin dalam darah meningkat
oleh hati. Keadaan anemia terjadi karena
apabila fungsi renal berkurang (Faruq,
defisiensi eritropoetin dan sebagai respon
2017).
hipoksia lokal akibat pengurangan
parenkim ginjal fungsional. Pada pasien
GGK, produksi eritropoetin terganggu KESIMPULAN
akibat penurunan fungsi ginjal, dimana
salah satu fungsi ginjal adalah Masalah kelebihan volume cairan padapasien
memproduksi EPO, dan EPO membantu GGK berhubungan dengan disfungsi
membantu sumsung tulang untuk ginjal.Tindakan hemodialysis
pemebentukan sel darah merah sehingga membantudalammenurunkankelebihan volume
apabila fungsi ginjal menurun maka cairan.Intervensi keperawatan berfokus pada :
produksi pemantauan elektrolit, manajemen elektrolit,
pemantauan cairan, manajemen cairan,
EPO juga menurun dan dapat
manajemen hypervolemia, manajemen
mengakibatkan anemia. Faktor lain yang
dapat menyebabkan anemia pada GGK eliminasi
adalah defisiensi besi, defisiensi vitamin, urine.Setelahpelaksanaanasuhankeperawatanse
lama 3x24 jam masalah belum teratasi karena
penurunan masa hidup eritrosit yang
belum mampu melakukan pembatasan cairan
menggalami hemoliisis, dan akibat
secara optimal. Tetapi pada hari terakhir
perparahan (Azmi, Hidayat, & Pertiwi,
penelitian, edema hilang dan berat badan
2016).

58
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

menurun. Dengan demikian, pemantauan dari http://eriset.unimus.ac.id. pada


intake dan output cairan serta kepatuhan dalam Tanggal 11 April 2018.
menjalani terapi hemodialisa terbukti efektif
dalam menurunkan derajat edema dan berat Asmadi. (2009). Tehnik
badan. Adapun saran prosedural Keperawatan Konsep dan
penelitianselanjutnyaadalahmenilaiefektivitas Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
tingkat kepatuhan serta pembatasan cairan Jakarta: Salemba Medika.
terhadap derajat edema dan penurunan berat Azmi, S., Hidayat, R., & Pertiwi, D. (2016).
badan yang dialami pasien. Hubungan Kejadian Anemia Dengan
Penykit Gagal Ginjal Kronik. 547.
REFERENSI Diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
Pada Tanggal 23 Mei 2018.
Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018).
Gambaran Klinis penderita Penyakit Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018).
Ginjal Kronik Yang Menjalani Gambaran Klinis penderita Penyakit
Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Ginjal Kronik Yang Menjalani
Andalas , 46. Diakses dari Hemodialisis. Jurnal Kesehatan
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Pada Andalas , 46. Diakses dari
Tanggal 20 Mei 2018. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Pada
Tanggal 20 Mei 2018.
Angraini, F., & Putri, A. F.
(2016). Pemantauan Intake Output Angraini, F., & Putri, A. F.
Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal (2016). Pemantauan Intake Output
Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal
Cairan Jurnal Keperwatan Indonesia Kronik Dapat
Vol. 19 No. 3, 3. Mencegah Overload Cairan Jurnal
Diakses dari Keperwatan Indonesia Vol. 19 No. 3,
https://media.neliti.com.pdf. Pada 3.
Tanggal 21 Februari 2018. Diakses dari
https://media.neliti.com.pdf. Pada
Anita, D. C., & Novitasari, D. (2015).
Tanggal 21 Februari 2018.
Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan
Terhadap Lama Menjalani Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2001). Buku
Hemodialisa. Diakses dari Ajar keperawatan Brunner & Suddarth
http:/media.neliti.com. Pada Tanggal Edisi 8 Volume 2. Jakarta: Buku
11 April 2018. Kedokteran EGC.
Arifin, N. A. (2017). Berat Badan Pasien Bauldoff, G., Burke, K. M., & Lemone, P.
Dialisis. 1. Diakses dari (2015). Buku Ajar
http://ipdijatim.org. Pada Tanggal 24 Keperawatan Medikal bedah Volume 2
Mei 2018 Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Armiati, Y., Chanif, & Yuwono, I. H. (2013).
Pengaturan Kecepatan Aliran Darah Berman, A., ERB, G., Kozier, B., & Snyder, S.
(Quick Of Blood) Terhadap Rasio J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Reduksi Ureum Pada Pasien Penyakit Keperawatan Konsep, Proses
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani dan Praktik Edisi 7 Volume 2. Jakarta:
Hemodialisis RSUD Kota Semarang. Buku Kedokteran EGC.
Prosiding Konferensi Nasional PPNI Black, J. M., & Hawk, J. H. (2014).
Jawa Tengah 2013, 139-141. Diakses Keperawatan Medikal bedah

59
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

Manajemen Klinis untuk Hasil yang Proses Keperawatan. Jakarta Selatan:


Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Singapura: Salemba Medika.
Elseiver.
Hutagaol, E. V. (2016). Peningkatan Kualitas
Colvy, J. (2010). Gagal Ginjal Tips Cerdas
Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal
Mengenali dan Mencegah
Kronik Yang Menjalani Terapi
Gagal
Hemodialisa Melalui Psychological
Ginjal. yogyakarta: Dafa Publishing.
Intervention Di Unit Hemodialisa RS
Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun Royal Prima Medan Tahun 2016.
2013. Di akses dari Jurnal Jumantik Volume 2 Nomor 1.
http://www.depkes.go.id pada tanggal Diakses dari http://jurnal.uinsu.ac.id.
22 Februari 2018. Pada Tanggal 11 April 2018.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Muhammad, A. (2010). Serba-Serbi Gagal
Keperawatan. Jakarta Timur: CV. ginjal . Jogjakarta: Diva Press.
Trans Media.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku
Faruq, M. H. (2017). Upaya Penurunan Ajar Asuhan keperawatan
Volume Cairan Pada Pasien Gagal Sistem Perkemihan Pendekatan
Ginjal Kronis. Diakses Nanda, Nic dan Noc. Yogyakarta:
dari http://eprints.ums.ac.id.pdf. Nuha Medika.
Pada Tanggal 22 Februari 2018.
Pranata, A. E. (2013). Cairan dan elektrolit.
Heriana, P. (2014). Buku Ajar Kebutuhan Yogyakarta: Nuha Medika
Dasar Manusia. Tangerang Selatan.
Binarupa aksara. Putri, Y. M., & Wijaya, A. S.. (2013). KMB 1
Keperawatan Medikal Bedah
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan (Keperawatan Dewasa). Jogjakarta:
dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Nuha Medika.
Rendi, M. C., & TH, M. (2012). Asuhan
Keperawatan Medkal bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara.
Saputra, L (2013). Catatan Ringkas
Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang
Selatan: Binarupa Aksara.
Sari, L. R. (2016). Upaya Mencegah
Kelebihan Volume Cairan Pada Pasien Chronic Kidney
Disease. 4. Diakses
dari http://jurnal.usu.ac.id Pada
Tanggal 20 mei 2018.
Satrio. (2017). Cara Mengatasi Sesak Napas Pada
Proses Hemodialisa. 1. Diakses dari
http://alodokter.com. Pada
Tanggal 23 Mei 2018.

60
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301

Sepdianto, T. C., Suprajitno, & Usmiati, E.


(2017). Penambahan Berat Badan Antara
Dua Waktu Hemodialisa Paada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa. 68. Diakses dari
http://media.neliti.com Pada Tanggal 24
Mei 2018.
Madjid, A., & Suharyanto, T. (2009). Asuhan
keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan . Jakarta Timur:
CV. Trans Info Media.
World Health Organization (WHO). (2017).
Gagal Ginjal Kronik Menurut WHO.
Diakses dari http://obatpenyakit.id. 1.
Pada Tanggal 4 April 2018
Wilkson, J. M. (2014). Diagnosis
Keperawatan Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

61

Anda mungkin juga menyukai