https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/j-healt/
______________________________________________________________
St. Suarniati
Abstract
53
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
54
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
kekurangan elektrolit meliputi kalium dan cc. jumlah urine dalam 24 jam sebanyak
natrium, pantau makanan yang 500-600 cc.
dikonsumsi klien. (2) Manajemen
elektrolit : berikan edukasi tentang Pada hari kamis, tanggal 10 Mei 2018,
pembatasan kalium dan natrium. (3) hasil dari implementasi keperawatan
Pemantauan cairan : tentukan lokasi dan adalah BB pre HD 63 kg. turgor kulit
derajat edema, kaji komplikasi pulmonal kering, tidak ada peningkatan vena
atau kardivaskuler, pantau lingkar jugularis, terdapat edema derajat 1. tidak
abdomen dan atau ekstremitas, observasi sesak, tidak ada suara bunyi napas
adanya tanda-tanda perdarahan selama tambahan. TD dalam batas tidak normal
HD. (4) Manajemen cairan : timbang berat yaitu 150/80 mmHg, Nampak gelisah.,
badan setiap hari, kaji turgor kulit dan klien sering tidak patuh pada makanan
derajat edema, kaji adanya distensi vena yang mengandung natrium dan kalium
leher, CVP atau tekanan kapiler paru, seperti sayuran buah dan garam. TTV pre
pantau TD, denyut nadi dan irama, hitung HD : TD 120/80 mmHg, N 94 x/mnt, S
keseimbangan cairan, pantau kecepatan 37,5 °C, P 24 x/mnt. TTV Intra HD :
QB pada saat HD, antau lama HD, batasi Pukul 08.33 WITA, TD 120/80 mmHg, N
masukan cairan, identifikasi sumber 90 x/mnt, S 37,5 °C, P 2 x/mnt dengan
potensial cairan seperti medikasi dan Heparin 1 cc. Pukul 09.33 WITA : TD
cairan yang digunakan untuk pengobatan 140/70 mmHg, N 78 x/mnt, S 37,5 °C, P
oral dan intravena serta makanan. (5) 24 x/mnt dengan heparin 1 cc. Pukul
Manajemen hipervolemia : jelaskan pada 10.33 WITA : TD 140/80 mmHg, N 80
pasien dan keluarga alasan pembatasan x/mnt, S 37,5 °C, P 24 x/mnt. Pukul 11.33
cairan. (6) Manajemen eliminasi urine. WITA : TD 160/90 mmHg, N 84 x/mnt, S
37,5 °C, P 24 x/mnt dengan heparin 1 cc.
4. Implementasi Pukul 12.33 WITA, TTV post HD :
140/80, N 84 x/mnt, 37,5 °C, P 24 x/mnt.
Pada hari Selasa, tanggal 8 Mei 2018 Pukul 11.20 WITA, menghitung
pukul 07.30 WITA, hasil dari tindakan keseimbangan cairan. Hasil : Intake –
keperawatan yang dilakukan BB pre HD Output (urine + IWL + Feses) = 1709 –
62 kg, terdapat edema derajat 2 pada 739,38 = 969,62 cc. jumlah cairan yang
ekstremitas bawah.Tidak ada komplikasi diminum oleh pasien sebanyak 50 cc
pulmonal atau kardiovaskuler yang ditambah dengan cairan yang masuk pada
dialami oleh klien seperti sesak. turgor saat priming volume dan aff HD
kulit tampak kering. TTV pre HD : TD masingmasing 40 cc, total cairan yang
140/90 mmHg, N 72 x/mnt, S 36,5 °C, P masuk ke dalam tubuh pasien adalah 130
22 x/mnt. TTV Intra HD : Pukul 08.30 cc. klien mengatakan jumlah cairan yang
WITA, TD 130/90 mmHg, N 72 x/mnt, S diminum selama 24 jam sebanyak ± 600-
36,5 °C, P 24 x/mnt dengan Heparin 1 cc. 700 cc. klien mengatakan, volume urine
Pukul 09.30 WITA : TD 130/90 mmHg, sebanyak 500-600 cc/hari.
N 82 x/mnt, S 36,5 °C, P 20 x/mnt .
Intake – Pada hari sabtu, tanggal 12 Mei 2018, tindakan
Output (urine + IWL + Feses) = 1767 – keperawatan yang diberikan adalah : pukul
838,75 = 928,25 cc. selama proses HD 07.35 WITA, manajemen cairan : menimbang
berlangsung, cairan yang masuk ke dalam berat badan. Hasil : BB post HD yang lalu 59,5
tubuh pasien sebanyak 100 cc ditambah kg sedangkan BB pre HD saat ini 62 kg. Pukul
pada saat priming volume dan aff HD 07.36 WITA, mengkaji turgot kulit. Hasil :
masing-masing sebanyak 40 cc, total 180 terjadi penurunan turgor kulit. Pukul 07.37
55
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
56
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
penumpukan cairan dalam tubuh secara Hal ini sejalan dengan peneitian yang
berlebih. Peningkatan berat badan secara dilakukan oleh Ambarwati (2014
signifikan dalam rentang beberapa hari dalam Faruq, 2017) mengatakan bahwa
mengindikasikan adanya kelebihan cairan mekanisme haus itu terjadi karena
dalam tubuh pasien. penurunan perfusi ginjal merangsang
Menurut Levea (2003, dalam pelepasan renin, yang akhirnya
Sepdianto, Suprajitno, & usmiati, 2017) menghasilkan angiotensin II.
mengatakan bahwa penyebab meningkatnya Angiotensin II merangsang
berat badan pada pasien GGK stadium v hipotalamus untuk melepaskan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal substraneuron yang bertanggung jawab
dan eksternal, dimana internal seperti rasa meneruskan rasa haus.
haus yang berlebih sedangkan faktor
eksternal seperti jumlah intake cairan yang
d. Klien merasa sesak ketika
berlebih, dimana garam dan intake cairan
tidak
selama periode interdialisis adalah faktor
melakukan cuci darah
penyebab penambahan berat badan antar
dialysis. Natrium asupan makanan adalah
Penyebab timbulnya sesak pada pasien
faktor yang merangsang rasa haus yang
GGK yang tidak menjalani HD, dapat
paling banyak.
dikarenakan oleh ketidakmampuan
ginjal untuk mencuci darah dan cairan
c. Klien sering merasakan haus tubuh yang seharusnya dikeluarkan dan
Pada saat dilakukan penelitian, klien akhirnya menumpuk di dalam tubuh.
mengatakan rasa haus meningkat. Rasa Ekspansiparutdkmaksimalsehinggaoksi
haus muncul ketika mengkonsumsi natrium gen yang dihirupmenjadisedikit. Sesak
yang tinggi, semakin tinggi natrium yang napasdapatjuga terjadi peningkatan
dikonsumsi, semakin tinggi pula rasa haus kreatinin dalam darah yang akan
yang dirasakan oleh klien. Menurut menyebabkan kemampuan darah dalam
Septianingsih (2011 dalam Sepdianto, mengantarkan oksigen dengan baik.
Suprajitno, & usmiati, 2017) mengatakan Kondisi gangguan pada darah ini akan
bahwa selain dari makanan yang memicu menyebabkan tubuh menjadi
timbulnya rasa haus pada pasien GGK kekurangan oksigen, sehingga tubuh
stadium v juga dikarenakan aktifitas yang akan mengkompensasi dengan cara
berlebih dilakukan oleh pasien sehingga bernapas dengan cepat seperti halnya
dapat memicu rasa haus. Rasa haus terjadi orang yang sesak (Satrio, 2017).
dimulai dari peningkatan osmolalitas cairan
ekstra sel, kemudian gnjal melepas renin e. Terjadinya penurunan produksi urine
yang mengakibatkan produksi angiotensin (oliguria)
II yang merangsang hipotalamus kemudian
menghasilkan rasa haus (Saputra, 2013 Pada pasien GGK, terjadi penurunan
dalam Sari, 2016). Haus juga dapat fungsi ginjal, jumlah nefron yang
disebabkan oleh nefron yang menerima sudah tidak berfungsi menjadi
kelebihan natrium yang menyebabkan GFR meningkat, maka ginjal tidak akan
menurun dan dehidrasi, sehingga mampu dalam menyaring urine.
menimbulkan rasa haus (Muttaqin 2011 Kemudian dalam hal ini, glomerulus
dalam Sari, akan kaku dan plasma tidak dapat di
2016). filter dengan mudahnya lewat tobulus
sehingga terjadi retensi natrium dan
cairan yang mengakibatkan ginjal tidak
57
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
58
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
59
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
60
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1) e-
issn : 2621-9301
61