Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di
berbagai penjuru dunia menimbulkan adanya era globalisasi. Keadaan tersebut
menunjukkan adanya perubahan zaman secara serentak dan meluas. Arus
perubahan tersebut lebih cenderung nampak ke arah bersifat negatif, seperti
main game online, tawuran, melawan orang tua maupun gurunya. Kegiatannya
lebih cenderung melupakan aktivitas tugas pokoknya sebagai pelajar. Oleh
karena itu, menuntut upaya untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan
itu. Upaya tersebut dilakukan supaya manusia mampu mengendalikan dampak
dari perubahannya.
Salah satu upaya penyesuaiannya, yaitu dengan pendidikan yang
memadai. Hanya dengan pendidikan, seseorang akan memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang unggul dan beda sehingga mampu menghadapi
perkembangan zaman. Sejalan dengan ini, kebijakan pemerintah terhadap
pendidikan tertuang pada UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan
negara.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas menegaskan bahwa tingkat


pendidikan yang memadai diharapkan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketermpilan
yang di perlukannya. Bagaimanapun, sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal memiliki tujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensinya secara optimal. Hal itu menyebabkan bersangkutan mampu
menyesuaikan diri dengan memadai, baik terhadap dirinya sendiri maupun

1
2

lingkungannya. Oleh karena itu, sekolah memberikan tiga pelayanan


pendidikan sebagaimana tertera pada gambar berikut.
Wilayah Manajemen Manajemen
dan Kepemimpinan Supervisi

Pembelajaran/ Bidang
Wilayah Pembelajaran Studi Tujuan Perkembangan
yang Mendidik Bimbingan dan Optimal Peserta Didik
konseling
Wilayah Bimbingan
dan Konseling

Gb. 1.1
Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
(Sumber: Kemendikbud, 2014:50)

Gambar di atas menunjukkan upaya sekolah untuk mengejar mutu


pendidikan suatu bangsa. Oleh karena itu, out put sekolah dikatakan bermutu,
jika mampu membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya secara
optimal. Pada kenyataannya, masih menunjukkan adanya masalah terhadap
ketiga wilayah itu, baik wilayah supervisi, pembelajaran, maupun bimbingan
konseling belum memadai. Hal tersebut merupakan cerminan kualitas layanan
pendidikan masih rendah. Peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu
memiliki kecenderungan akan mampu mengatasi segala permasalahan layanan
pendidikan secara rasional.
Mutu pendidikan di sekolah harus dicapai dan untuk mencapainya
minimal harus memenuhi delapan standar nasional pendidikan. Menurut
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang BSNP dalam bab II pasal
2 yang menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
1. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan merupakan serangkaian kualifikasi yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Satuan pendidikan dasar
dan menengah menggunakan standar kompetensi lulusan sebagai pedoman
3

dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar ini memuat kompetensi


lulusan minimal mata pelajaran dan kelompoknya.
Peraturan yang berkaitan dengan standar kompetensi lulusan ini,
yaitu: Permendiknas nomor 23 tahun 2006, Permendiknas nomor 24 tahun
2007, Permendikbud nomor 54 tahun 2013, dan Permendikbud nomor 20
tahun 2016. Semua permendiknas/bud tersebut sebagai upaya pemerintah
untuk meningkatkan mutu lulusan.
2. Standar Isi
Standar isi merupakan serangkaian kualifikasi mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan kalender pendidikan.
Peraturan yang berkaitan dengan standar ini, diantaranya:
Permendiknas nomor 22 tahun 2006, Permendikbud nomor 64 tahun 2013,
dan Permendikbud nomor 21 tahun 2016. Ketiga permendikbud/nas
mengatur muatan pendidikan supaya sesuai dengan standar yang diharapkan
oleh pemerintah demi tercapainya kualitas yang memiliki daya saing.
3. Standar Proses
Standar proses merupakan serangkaian kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Kegiatan tersebut berlangsung secara aktif, interaktif,
kreatif, empatif, dan menyenangkan. Inti dari kegiatannya yaitu
pembelajaran.
Tahapan kegiatan pembelajaran meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan tindak lanjut untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif,
efisien, produktif, dan akuntabel. Peraturan yang berkaitan dengan
standar proses ini, diantaranya: Permendiknas nomor 41 tahun 2007,
Permendikbud nomor 65 tahun 2013 dan Permendikbud nomor 22 tahun
2016.
4

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan serangkaian
kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental
serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi. Kualifikasi akademik merupakan tingkat
pendidikan minimal sarjana/S1 (strata satu) yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat yang
relevan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya,
kompetensi pendidik meliputi: kompetensi pribadi, sosial, pedagogik, dan
profesional.
Banyak peraturan yang berkaitan dengan standar pendidik dan
tenaga kependidikan. Peraturan tersebut, diantaranya: Permendiknas nomor
12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah, Permendiknas
nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah. Selanjutnya
Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru, Permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang standar
tenaga administrasi sekolah, dan Permendiknas nomor 25 tahun 2008
tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.Terakhir, Permen-
diknas nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Standar sarana dan prasarana merupakan serangkaian kriteria sarana
dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan, mencakup: media, buku
sumber, buku pedoman guru dan siswa, dan lain-lain yang menunjang
proses pembelajaran. Selanjutnya, prasarana pendidikan, mencakup: ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat kreasi dan rekreasi,
perpustakaan, laboratorium, serta sumber belajar lain yang menunjang
proses pembelajaran.
Peraturan yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga kepen-
didikan ini, diantaranya: Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang
5

standar sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Permen-


diknas nomor 40 tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
6. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan merupakan serangkaian kriteria mengenai
pengelolaan pendidikan. Kegiatan pengelolaan, mencakup: perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat agar
penyelenggaraan berlangsung secara efektif dan efisien. Peraturan yang
berkaitan dengan standar pengelolaan ini, diantaranya: Permendiknas nomor
19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan oleh satuan
pendidikan dasar dan menengah.
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar pembiayaan pendidikan merupakan serangkaian kriteria dan
komponen standar pembiayaan pendidikan. Pembiayaan operasional satuan
pendidikan berlaku selama satu tahun. Peraturan yang berkaitan dengan
standar pengelolaan ini, diantaranya: Permendiknas nomor 69 tahun 2009
tentang standar biaya nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK, SDLB, SMPLB, SMALB.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidikan merupakan serangkaian kriteria
mengenai penilaian pendidikan. Kriteria tersebut mencakup: prosedur,
mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah dasar dan menengah dilakukan
oleh satuan pendidikan.
Kegiatan Penilaian ini berupa ulangan semester dan ujian sekolah,
kabupaten/kota berupa ujian sekolah berstandar nasional, serta pusat berupa
ujian nasional. Peraturan yang berkaitan dengan standar penilaian ini,
diantaranya: Permendiknas nomor 20 tahun 2007, Permendikbud nomor 66
tahun 2013, dan Permendikbud nomor 23 tahun 2016.
6

Peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu melalui permendiknas


No. 18 tahun 2007 dan permendikbud No. 29 tahun 2016 tentang sertifikasi
guru dalam jabatan. Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan
profesionalisme guru sehingga menjadi lebih fokus dalam membantu peserta
didik mengembangkan potensinya. Dengan kata lain memenuhi tuntutan
manajemennya secara efisien dan efektif.
Selain, dengan meningkatkan kesejahteraan guru, pemerntah juga
berupaya memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilannya dalam
melakasankaan fungsi dan perannya, baik dengan melalui MGMP maupun blok
grant agar pendidikan bermutu tinggi. Sejalan dengan ini Kemendikbud,
(2015:99) menegaskan bahwa:
‘....peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalitas guru dan
pendidik lainnya serta tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar,
dan menengah, serta pendidikan masyarakat…”

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh David D.Van Fleet (1984:9)


Manajement can be defined as a set of activities directed at the efficient and
effective utilization of resources in the persuit one or more goals.Manajemen
mengandung arti serangkaian kegiatan yang diarahkan pada pemanfaatan
sumber daya yang efektif dan efisien untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan
Manajemen pendidikan memposisikan diri sebagai suatu keseluruhan
lainnya melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan,
dan kepemimpinan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Hal ini merupakan komponen integral dan tidak terpisahkan dari
proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu alasan jika tanpa manajemen
ada kecenderungan tujuan pendidikan dapat terwujud secara kurang efektif dan
efisien. Mulyasa ( 2007:19) menyatakan bahwa:
Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses
kerjasama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Istilah manajemen berdasarkan pada pendapat di atas, mengacu pada


proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan
7

mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya untuk mencapai


tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Banyak komponen yang terlibat
dalam manajemen pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Komponen tersebut, meliputi orang (man), uang (money), cara (manner),
metode (methode), dan pasar (market),
Guru sebagai orang (man) memiliki peranan sentral dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Tugas pokok guru sebagai ujung
tombak membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya secara
optimal. Guru sebagai tenaga profesional memiliki empat kompetensi, yaitu
kepribadian, pedagogik, sosial dan profesional. Di sekolah, guru bimbingan
konseling atau konselor yang memiliki tujuan untuk membantu peserta didik
dalam memahami diri, memahami lingkungan dan merencanakan
kehidupannya di masa mendatang supaya memperoleh kemandirian dalam
kehidupannya. Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor. Bimbingan dan Konseling menyatakan
bahwa konselor profesional adalah konselor yang memiliki ketersediaan untuk
mengembangkan pribadi dan profesionalitasnya secara berkelanjutan.
Di sekolah, selain ada kegiatan bimbingan konseling, juga ada kegiatan
pembelajaran sebagai kegiatan utama dalam satuan pendidikan. Konsep dasar
kegiatan pembelajaran merupakan suatu prinsip dasar yang fundamental harus
dipahami oleh guru dalam melaksanakan kegiatannya. Dengan memahami
konsep dasar tersebut, diharapkan tercapainya suatu tujuan dari kegiatan
pembelajaran yang bermutu sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi guru sebagai pendidik dalam rangka memahami dan
membantu peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal sesuai
dengan karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa.
Sependapat dengan ini, Siregar, Evaline dan Nara, Hartini (2010:5)
menjelaskan bahwa:
Pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja,
terarah, dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali
dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.
8

Definisi pembelajaran tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam


proses pembelajaran bermutu terjadi interaksi antara semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam pembelajaran baik guru, murid, sarana, materi,
metode, dan lain-lain. Hal tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses tersebut, guru menyampaikan
pesan-pesan berupa materi pembelajaran yang harus dipahami siswa sesuai
dengan tujuan.
Kepala sekolah berdasarkan pernyataan di atas dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam mengkoordinasikan, menyediakan fasilitas, alokasi biaya
operasional layanan, pengadaan dan pengembangan kuantitas serta kualitas
layanan dan mengawasi pelaksanaan layanan peserta didik. Penyelenggaraan
layanan kepemimpinan kepala sekolah menjadi suatu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan dari program layanan lainnya.
Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) meskipun telah ada wakil kepala
sekolah,pembantu kepala sekolah bagian kurikulum, pembantu kepala sekolah
bagian humas, dan pembantu kepala sekolah bagian sarana dan prasarana akan
tetapi sifatnya koordinatif dan administratif. Mereka bertugas mewakili kepala
sekolah dalam hal memadukan rencana serta mengkoordinasikan
penyelenggaraan pembinaan di sekolah sebagai tanggung jawab tenaga
kependidikan.
Kepemimpinan kepala sekolah yang bermutu dalam menjalankan
tugasnya menduduki peran yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar peserta didik yang bermutu di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah memiliki lima kompetensi, sebagaimana termuat dalam
Permendiknas No.13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah
mencakup kompetensi, yaitu: peribadi, sosial, manajerial, supervisi, dan
kewirausahaan.
Pengejaran terhadap mutu pendidikan sebagai suatu alasan untuk
mencapai keunggulan kompetitif. Karena hal itu sebagai faktor utama yang
9

menentukan pilihan terhadap suatu produk atau jasa oleh pelanggannya.


Dalam dunia pendidikan, kualitas berkenaan dengan delapan standar nasional
pendidikan, yang mencakup mutu kelulusan, proses pembelajaran atau latihan
dan atau bimbingan konseling, isi atau materi, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian.
Kelemahan dari kedelapan komponen standar nasional berujung pada
mutu lulusan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya prestasi belajar
peserta didik sebagai alat ukur kelulusan pada akhir masa pendidikan formal
tertentu. Sebagaimana data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun
pelajaran 2016/2017 tentang hasil ujian nasional peserta didik jenjang SMP/
MTs kota/kabupaten Karawang sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Hasil Ujian Nasional SMP/MTs Kota/
Kabupaten Karawang Tahun Pelajaran 2016/2017
J
MATA PELAJARAN JUM-
NILAI LAH
B. INDO- B. ING- MATEMA- I
NESIA GRIS TIKA IPA
Kategori C C C C C
Rata-rata 67,54 61,35 61,93 59.29 250,11
Terendah 40,0 34,0 20,0 25,0 44,0
Tertinggi 100,0 100,0 100,0 97,5 386,5
Std 9,33 8,28 7,44 8,29 24,66

Berdasarkan pada tabel di atas rata-rata hasil ujian nasional terendah


terdapat pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan nilai 59,29,
rata-rata tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan nilai 67,54,
nilai terendah terdapat pada mata pelajaran matematika dengan nilai 20,0 dan
nilai tertinggi terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
dan matematika dengan nilai 100,0 dengan rerata-ratanya 62,53. Sementara
rata -rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) SMP/MTs di kabupaten
Karawang 70 (Tujuh puluh).
Peningkatan kualitas prestasi belajar pada suatu sekolah ditunjang oleh
berbagai faktor, diantaranya sistem, pedoman, prosedur, petunjuk yang jelas
10

dan lengkap, juga keterlibatan fungsi kepala sekolah yang efektif, efisien,
produktif, dan akuntabel yang menjamin pelaksanaan pengelolaan dan
pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pendidik
dan tenaga kependidikan dalam rangka mengembangkan kapasitas dan
profesionaliasmenya sehingga prestasi belajar peserta didik menjadi berku-
alitas dan berkelanjutan. Komponen-komponen yang terlibat dalam proses
belajar mengajar dapat dilihat pada gambar di bawah ini;
Metode,
teknik Program
media tugas
guru
dan lain-
Kapasitas lain bahan
(IQ) - sumber
instrumental input ( Sarana)
Bakat khusus -
PBM
Expected
motivasi out put Perilaku
( Ach) - kognitif
Raw (Hasil bel- -Perilaku
input ajar yang afektif
minat - (peserta diharap- perilaku
didik) kan) psikomo-
tor
kematangan environmental input
kesiapan - (lingkungn)
fisik
Sikap
Kebiasaan
dan lain-lain - dll
sosial kultural

Gb. 1.2
Komponen-komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
(Sumber: Makmun, Abin Syamsuddin, 2012: 165)

Keberhasilan prestasi belajar peserta didik berdasarkan gambar di atas,


sering didukung oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal, disebut dengan raw input yang meliputi kemampuan
dasar atau IQ, bakat khusus, minat, kematangan/kesiapan, sikap, kebiasaan,
11

dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal berupa instrumental input dan


environmental input. Instrumental input meliputi: guru, metode, teknik, media,
bahan, sumber, program tugas, manajemen layanan peserta didik, dan lain-lain.
Sedangkan environmental input meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Guru seyogyanya menguasai berbagai metode mengajar untuk
membantu peserta didik agar mau, mampu, dan memiliki keterampilan belajar
yang baik sehingga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara
memadai. Dalam hal ini, guru memperkaya proses pembelajaran dengan
berbagai pendekatan, seperti pendekatan konstruktivisme, multiple
intelligences, dan kontekstual dalam mempersiapkan bahan pengajaran kepada
peserta didik. Dengan pendekatan ini, diharapkan guru lebih kreatif, efektif,
efisien, dan produktif dalam membantu perkembangan optimal potensi peserta
didik.
Berdasarkan pada gambar 1.2 faktor-faktor yang mempengaruhi atau
ikut menentukan terhadap pencapaian prestasi belajar yang optimal pada
kenyataannya hambatan dan rintangan selalu ada. Misalnya (1) kemampuan
dasar (IQ) sebagai faktor yang menetukan keberhasilan prestasi belajar. Akan
tetapi jika yang bersangkutan memikiki IQ di bawah rata-rata sebagai suatu
hambatan utama. (2) Bakat khusus. Seorang peserta didik akan mencapai
percepat prestasi belajar yang cemerlang, jika bakat khususnya mendukung
terhadap prestasi belajarnya; (3) Manajemen layanan bimbingan konseling,
pembelajaran, dan kepemimpinan kepala sekolah yang bermutu akan
mendukung terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik, akan tetapi jika
kurang bermutu akan menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi
menurun. (4) Sarana dan prasana pendidikan yang memadai akan mendukung
terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik. akan tetapi jika sebaliknya
potensi peserta didik kurang berkembang secara optimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik antara


12

faktor internal dan eksternal saling terkait dan berpengaruh tidak bisa
terpisahkan secara sendiri-sendiri. Dengan adanya kebersamaan antara faktor
insternal dan ekstermnal secara bermutu maka akan mempercepat terhadap
pencapain prestasi belajar peserta didik yang unggul.
Keberhasilan suatu sekolah dalam mengembangkan potensi peserta
didik sangat tergantung pada pencapaian prestasi belajarnya. Oleh karena itu,
segala tindakan guru dalam keseluruhan proses belajar mengajar harus
didasarkan atas pertimbangan kondisi objektif peserta didik.
Pada kenyataannya, masih ada peserta didik yang belum
mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, tugas dan fungsi
yang diperankan oleh guru bimbingan konseling, guru mata pelajaran, dan
kepala sekolah akan menjadi indikator keberhasilan sekolah yang bersangkutan
untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Peningkatan produktivitas dan
pendekatan strategis untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan
optimalnya sehingga tercapainya lulusan yang bermutu melalui kinerja guru.
Manajemen bimbingan konseling (BK) meliputi kegiatan menyusun
program bimbingan konseling (BK), melaksanakan layanan BK,
melaksanakan himpunan data, melaksanakan evaluasi, melaksanakan analisis,
dan menindaklanjuti hasil analisis. Dalam juknis bimbingan konseling
SMP/Tsanawiyah, seorang personil guru BK mempunyai kewajiban menangani
150 atau sebanyak-banyaknya 225 peserta didik. Fakta di lapangan, masih ada
sekolah yang hanya memiliki seorang guru BK yang menangani rata - rata
lebih dari 1000 peserta didik.
Menurut Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu (2012:92) menyatakan
bahwa:
Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu
lulusan, pengajaran, bimbingan, dan latihan dari guru serta
profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan
mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana
dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, iklim
sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak
terkait dengan pendidikan.

Sependapat dengan ini, Untung (2016:128) menegaskan bahwa:


13

Kelemahan guru ada pada kompetensi profesional karena kualifikasi


pendidkan belum S1 dan ketidakfokusannya dalam mendidik karena
memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi tuntutan ekonomi yang
cukup menyita tenaga dan pikiran.

Di sisi lain, Suhadi (2014:4) menegaskan dalam salah satu fokus peneli-
tiannya bahwa guru BK belum bisa menyusun dan memilih instrumen, meng-
analisa, mengaplikasikan, dan mengadmistrasikan, serta menggunakan instru-
men. Selanjutnya, hasil studi pendahuluan penyusun terhadap manajemen
bimbingan konseling yang dilaksanakan di sekolah sampai saat ini dan dalam
websites dinysabila wordpress. com/2014/01/05/ model -dan -pola -layanan-
bimbingan. Kamis, 26 April 2018 pukul 05.36 wib dinyatakan kurang optimal.
Hal ini terjadi disebabkan oleh (1) Kurangnya tenaga bimbingan dan konseling
sehingga pekerjaannya menumpuk dan hasilnya kurang optimal; (2) Ruang
bimbingan dan konseling kurang memadai secara ukuran luasnya; (3)
Perlengkapan bimbingan dan konseling kurang memadai, seperti instru-
men need assesmen. Karena kurangnya kemampuan sekolah untuk meme-
nuhinya; (4) Masih ada guru BK bukan berlatar belakang pendidikan S1
BK,.(5) Masih ditemukan pelayanan BK hanya ditunjukkan kepada peserta
didikyang bermasalah saja; (6) Masih ditemukan konselor lebih aktif dalam
mencari solusi masalah peserta didik; (7) Menganggap hasil pekerjaan BK
harus segera terlihat; (8) Masih ada anggapan bahwa guru BK adalah polisi
sekolah; (9) Belum memiliki sertifikat guru BK professional atau konselor.
Manajemen pembelajaran peserta didik dari guru mata pelajaran sampai
saat ini, berdasarkan studi pendahuluan dan menurut suyono (2011:21) masih
ada guru yang melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya: (1) Tidak
sesuai dengan bidang keahliannya; (2) Belum memiliki sertifikat guru
profesional; (3) Belum memiliki program pengajaran yang memadai, (4)
Menggunakan metode yang sama atau menonton sehingga kurang memancing
kreativitas peserta didik; (5) Tugas/PR yang diterima peserta didik dirasakan
memberatkan.; (6) Pembelajaran hanya terpaku pada satu buku yang ada di
perpustakaan milik pemerintah sehingga kurangnya pendalaman materi
14

tersebut; (7) Kurangnya sumber belajar; (8) Kurangnya kemampuan guru


dalam menilai hasil belajar; (9) Masih rendahnya kemampuan/kompetensi guru
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM); (10) Kurangnya motivasi guru dalam
melaksankan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Kondisi manajemen kepemimpinan kepala sekolah sampai saat ini bisa
dikatakan kurang optimal. Berdasarkan studi pendahuluan dan menurut
Suyono (2011:26) Hal ini terjadi, diantaranya akibat adanya: (1) Adanya rotasi
tugas kepala sekolah dalam jangka waktu yang singkat bisa menyebabkan
kurangnya konsentrasi kerja kepala sekolah; (2) Jarak rumah kepala sekolah ke
tempat tugasnya memakan waktu sehingga mereka terlambat tiba di sekolah
tempat tugasnya; (3) Kehadiran kepala sekolah kurang rutin; (5) Masih
kurangnya wawasan kepala sekolah terhadap kompetensi kepala sekolah; (6)
Kurangnya keterampilan kepemimpinan kepala sekolah.; (7) Kemampuan
komunikasi kepala sekolah dengan personil lainnya masih lemah; (8)
Kemampuan kepala sekolah masih rendah dalam membina hubungan insani;
(9) Kemampuan kepala sekolah masih kurang untuk memotivasi personil
lainnya; (10) Kemampuan kepala sekolah masih kurang dalam menganalisis
masalah dan mencari solusiya; (11) Kemampuan supervisi kepala sekolah dan
tindak lanjutnya terhadap personil lainnya masih lemah.
Kondisi prestasi belajar peserta didik sampai saat ini bisa dikatakan
kurang optimal. Menurut Suyono (2011:24) menegaskan bahwa banyak siswa
yang (1) tidak disiplin, (2) terlibat dalam tindakan kriminal, sek bebas, dan
narkoba, (3) terlambat ke sekolah, dan (4) pakaian seragam dan penampilan
tidak sesuai dengan tata tertib sekolah.
Selanjutnya, hasil tes/ uji kompetensi guru (UKG) nasional pada tahun
2015 rata-rata 53,02 dengan nilai rata-rata kompetensi profesional 54,77 dan
kompetensi pedagogik 48,94 (Kemendikbud, 2015. http//www. Info-
menarik.net/hasil ukg. Senin, 26 Maret 2018 pukul 11.34 wib). Hal ini
menunjukkan masih rendahnya kualitas pendidik terhadap penguasan
kompetensinya, baik guru BK, guru mata pelajaran, maupun kepala sekolah.
Oleh karena itu, suatu permasalahan yang dihadapi peserta didik berkaitan
15

dengan program kepesertadidikan yang sangat berpengaruh pada prestasi


belajarnya, yaitu persepsi peserta didik terhadap manajemen layanan
bimbingan konseling, pembelajaran, dan kepemimpinan kepala sekolah,
sehingga guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengkondisikan
situasi dan kondisi yang beriklim pendidikan. Dengan harapan agar peserta
didik dapat mencapai prestasi belajar yang bermutu. Dalam arti prestasi belajar
peserta didik sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai
kategori yang telah ditentukan oleh sekolah. Menurut pendapat
Poerwadarminto (2004 : 768) bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil
belajar yang telah dicapai
Fenomena yang dinyatakan, diatas, menunjukkan adanya kecenderung-
an perilaku peserta didik ke arah kesenjangan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang tengah berlangsung, baik pada manajemen kegiatan belajar
mengajar, bimbingan konseling, maupun kepemimpinan kepala sekolah
sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik di
sekolah. Pengaruh tersebut masih samar. Apakah pengaruh bersifat positif
ataukah bersifat negatif? Meskipun demikian, hendaknya pengaruh tersebut
dikaji secara mendalam dengan tidak memperhatikan salah satu pengaruh
positif ataukah negatif dengan terfokus pada ketiga pengaruh itu.
Mengingat pentingnya data manajemen layanan pembelajaran, layanan
bimbingan konseling, kepemimpinan kepala sekolah, dan prestasi belajar
peserta didik seyogyanya, data tersebut diungkap untuk diketahui secara lebih
jelas agar mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik dari pihak peserta didik
sendiri, orang tua, guru, pelatih, pembimbing, kepala sekolah, maupun
masyarakat sekitarnya. Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan
sebelumnya, penyusun akan melakukan penelitian dalam bentuk disertasi
dengan judul “Kontribusi manajemen layanan bimbingan konseling,
pembelajaran, dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
peserta didik”.(Studi terhadap persepsi peserta didik kelas VIII di SMP Negeri
kabupaten Karawang pada tahun pelajaran 2017/2018).
16

Penelitian pada disertasi ini diharapkan ada nilai tambah dan manfaat,
khususnya bagi tenaga pendidik di sekolah dalam rangka membantu peserta
didik untuk mengembangkan potensinya dengan optimal. Secara umum
penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan untuk
pengembangan ilmu manajemen pendidikan.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Akar masalah dalam penelitian ini adalah belum optimal prestasi
belajar peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Karawang pada tahun
pelajaran 2016/2017 sehingga berpengaruh pada mutu pendidikan jenjang
SMP di wilayah itu. Belum optimal prestasi belajar tersebut selama ini,
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Kemampuan dasar (IQ) merupakan kecerdasan yang bertumpuk pada
kemampuan otak dalam berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal
ini amat penting diperlukan dalam proses belajar peserta didik. Pada
kenyataannya, masih ditemukan 37,16% peserta didik yang memiliki IQ
rata-rata bawah berdasarkan hasil tes oleh Yayasan Bintang Yogyakarta
terhadap peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Karawang.
b. Bakat khusus merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seseorang
sebagai potensi alami atau bawaan sejak lahir yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
Pada kenyataannya, masih ditemukan bakat khusus peserta didik yang
kurang terlatih, akibat kurang fasilitas sehingga menyebabkan prestasi
belajar peserta didik tersebut kurang optimal.
c. Sikap merupakan suatu pikiran atau perasaan seseorang yang mendo-
rong untuk bertingkah laku, baik menyukai ataupun tidak. Pada ke-
nyataannya, masih ditemukan peserta didik memiliki sikap belajar yang
kurang sesuai dengan harapan dewan guru dan keluarganya. Hal ini
17

menyebabkan prestasi belajar peserta didik yang bersangkutan kurang


sesuai dengan harapannya.
d. Persepsi, yaitu: proses masuknya informasi kedalam otak seseorang
sehingga yang bersangkutan mengadakan hubungan dengan lingkungan-
nya. Pada kenyataanya, masih ditemukan peserta didik yang memiliki
persepsi kurang positif terhadap materi belajarnya, sehingga kurang
konsentrasi untuk mengikuti kegiatan belajarnya. Hal ini menyebabkan
prestasi belajarnya kurang sesuai dengan kemampuannya.
e. Kebiasaan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan seseorang secara
berulang-ulang atau terus menerus dalam waktu yang lama. Pada
kenyataannya, masih ditemukan peserta didik yang memiliki kebiasaan
bukan pada penguasaan materi belajarnya, melainkan kebiasaannya
terhadap main game on line melalui hp. Hal ini menyebabkan prestasi
belajar peserta didik yang bersangkutan kurang optimal.
f. Guru merupakan tenaga pendidik yang berhadapan langsung dengan
peserta didik memiliki tugas merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran dan atau bimbingan, mengevaluasi hasil kegiatan
pembelajaran dan atau bimbingan, menganalisis hasil evaluasi, dan
menindaklanjuti hasil analisis. Pada kenyataannya sampai saat ini, masih
ditemukan tenaga pendidik yang belum profesional. Hal ini disebabkan
akibat guru tersebut belum bersertifikat guru profesional atau mereka
mengampu mata pelajaran yang kurang sesuai dengan bidang
keahliannya.
g. Teknik yang dimaksud tentunya teknik pembelajaran, yaitu cara yang
dilakukan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode
pembelajaran. Hal ini turut menentukan terhadap pencapaian prestasi
belajar peserta didik. Kekurangtepatan penerapan teknik menyebabkan
prestasi belajar peserta didik menjadi kurang berkembang.
h. Metode, diartikan sebagai cara yang digunakan seorang guru untuk
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusunnya
dalam bentuk kegiatan yang praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
18

Pada kenyataannya, masih ditemukan guru yang kurang wawasan dan


keterampilan dalam menerapkan metode pembelajarannya, Hal ini
menyebabkan kegiatan belajarnya kurang menarik sehingga peserta didik
menjadi bosan atau jenuh sehingga peserta didik kurang semangat dalam
belajarnya. .
i. Pendekatan maksudnya sudut pandang seorang guru terhadap proses
pembelajaran yang menginspirasi dan menguatkan metode pembelajaran
yang diterapkannya dalam kegiatan belajar mengajar, baik berorientasi
kepada peserta didik maupun guru. Pada kenyataannya masih ditemukan
guru yang lebih aktif peserta didik hanya sebagai pendengar saja. Hal
ini menyebabkan kurangnya kreatifitas peserta didik sehingga prestasi
belajar peserta didik kurang baik.
j. Strategi, maksudnya suatu perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan
siswa dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar tertentu. Kesalahan menerapkan strategi
menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi kurang baik.
k. Manajemen layanan pembelajaran, maksudnya suatu proses yang dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
dalam kegiatan pembelajaran terhadap peserta didik. Manajemen ini yang
kurang memadai menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi
kurang berkembang.
l. Manajemen layanan bimbingan konseling, maksudnya suatu proses yang
dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengen-
dalian dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap peserta didik. Pada
kenyataannya, masih ditemukan peran guru BK yang kurang optimal. Hal
ini akibat kurang rasionalnya perbandingan jumlah peserta didik dengan
jumlah guru BK. Setiap sekolah yang jumlah peserta didiknya sekitar
1000 orang jumlah guru BKnya hanya seorang.
m. Manajemen kepemimpinan kepala sekolah, maksudnya suatu proses yang
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
terhadap kegiatan kepemimpinan kepala sekolah mencakup manajerial,
19

kewirausahaan, dan supervisi. Pada kenyataannya masih ditemukan pen-


capaian prestasi belajar peserta didik di bawah KKM.
n. Keutuhan keluarga, maksudnya suatu kondisi keharmonisan keluarga
karena antara seorang laki - laki dan perempuan sebagai pasangan hidup
bersama secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Pada
kenyataannya, ditemukan kegagalan keluarga orang tua atau broken
home menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi turun. Bahkan
drop out.
Terkait dengan hal tersebut di atas, peneliti merumuskan ke dalam
bagan seperti tertera berikut ini:

Kemampuan Dasar (IQ) X1 Prestasi


belajar
Bakat Khusus (X2), Motivasi (X3) peserta didik
Kebiasaan(X4), Minat (X5), Guru (X6), (Y)
Metode (X7), Pendekatan (X8), Strategi
(X9), Teknik (X10)
layanan bimbingan konseling (X11)
Layanan pembelajaran (X12)
Kepemimpinan kepala sekolah (X13)
Keutuhan keluarga (X14)
Tuntutan kedepan (X15)

Gb 1.3. Rumusan Masalah


Kesuksesan manajemen tersebut merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai prestasi
belajarnya. Hal ini sangat membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensinya secara optimal.
2. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan cukup meng-
undang perhatian dan mengkhawatirkan berbagai pihak, khususnya di
kalangan pendidik diantaranya masih ditemukan kecenderungan rendahnya
20

prestasi belajar peserta didik di sekolah. Adapun faktor penyebab


rendahnya prestasi belajar peserta didik, diantaranya, rendahnya manajemen
bimbingan konseling, pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, dan
prestasi belajar.
Pada kesempatan ini penyusun membatasi masalah yang diteliti
mencakup pada manajemen pembelajaran, manajemen bimbingan
konseling, kepemimpinan kepala sekolah dan prestasi belajar. Pembatasan
masalah ini dengan alasan berbagai faktor baik waktu, situasi dan kondisi,
biaya, dan lain-lain yang belum bisa penyusun sebutkan. Pembatasan
masalah penelitian penyusun digambar pada bagan berikut ini:

Layanan bimbingan konseling (X1) Prestasi belajar


peserta didik (Y)
Layanan pembelajaran (X2)
Kepemimpinan kepala sekolah (X3)

Gb. 1.4. Pembatasan Masalah

Mengingat ruang lingkup permasalahan yang begitu luas, maka


penelitian ini di batasi pada berikut :
a. Layanan BK (Bimbingan dan Konseling),
b Layanan pembelajaran,
c. Kepemimpinan kepala sekolah
d Prestasi belajar Peserta Didik
Alur pemikiran ini untuk memudahkan dan memahami, maka dibuat
kerangka berpikir sebagai dasar penelitian ini tampak pada gambar di
halaman berikut:

Manajemen Layanan
Bimbingan Konseling (X1) ɛ
21

r1
Prestasi
Manajemen Layanan Belajar
Pembelajaran (X2) r2 Peserta
Didik (Y)
R

r3
Kepemimpinan Kepala
Sekolah(X3)

Gb 1.5 Paradigma hubungan antar variabel penelitian

Berdasarkan pada paradigma antar variabel penelitian yang


penyusun buat dalam penelitian disertasi ini, maka dapat diajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Seperti apa gambaran manajemen layanan bimbingan konseling
(X1)?
b. Seperti apa gambaran manajemen layanan pembelajaran (X2)?
c. Seperti apa gambaran kepemimpinan kepala sekolah (X3)?
d. Seperti apa gambaran prestasi belajar peserta didik (Y)?
e. Apakah terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara mana-
jemen layanan bimbingan konseling (X1) terhadap prestasi belajar
peserta didik (Y?
f. Apakah terdapat kontribusi yang positif serta signifikan antara
manajemen layanan pembelajaran(X2) terhadap prestasi belajar
peserta didik (Y?
g. Apakah terdapat kontribusi yang positif serta signifikan antara
manajemen layanan kepemimpinan kepala sekolah (X3) terhadap
prestasi belajar peserta didik (Y)?
h. Apakah terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antaralayanan
bimbingan konseling (X1), pembelajaran (X2), dan kepemimpinan
kepala sekolah(X3) terhadap prestasi belajar peserta didik(Y)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
22

Tujuan penelitian ini berdasarkan pada persepsi peserta didik


kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Karawang Tahun Pelajaran 2017/2018
yang telah diuraikan dibagian A. latar belakang, adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah menemukan kontribusi
antara manajemen layanan bimbingan konseling, pembelajaran, dan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
empirik tentang:
1) Gambaran manajemen layanan bimbingan konseling
2) Gambaran manajemen layanan pembelajaran
3) Gambaran kepemimpinan kepala sekolah
4) Gambaran prestasi belajar
5) Adanya kontribusi yang positif dan signifikan antara manajemen
layanan bimbingan konseling terhadap prestasi belajar
6) Adanya kontribusi positif dan signifikan antara manajemen layanan
pembelajaran terhadap prestasi belajar
7) Adanya kontribusi yang positif dan signifikan antara manajemen
layanan kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
8) Adanya kontribusi yang positif dan signifikan antara manajemen
layanan bimbingan konseling, pembelajaran, dan kepemimpinan
kepala sekolah terhadap prestasi belajar
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini berdasarkan pada temuan atau hasil-hasil yang
diperoleh. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis
23

Secara teoritis, dalam penelitian ini minimal mendapatkan data


tentang manajemen layanan bimbingan konseling, pembelajaran,
kepemimpinan kepala sekolah, dan prestasi belajar peserta didik. Hal
ini menjadi bekal penyusun untuk memberikan sumbangan penting dan
memperluas wawasan bagi kajian layanan bimbingan konseling,
pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, dan prestasi belajar
peserta didik sehingga menambah konsep baru yang dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan penelitian yang lebih kompleks bagi
pengembangan ilmu manajemen.
b. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkaan dapat
memberikan manfaat untuk pengembangan profesi.
1) Bagi guru BK memberikan gambaran yang komprehensif untuk
menyempurnakan manajemen layanan bimbingan konseling dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar
2) Bagi guru mata pelajaran memberikan gambaran yang komprehensif
untuk menyempurnakan manajemen layanan pembelajaran dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar
3) Bagi kepala sekolah memberikan gambaran yang komprehensif
untuk menyempurnakan manajemen layanan kepemimpinan kepala
sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
4) Bahan pertimbangan oleh pimpinan pendidikan, baik kepala sekolah
maupun kepala dinas pendidikan kabupaten dan provinsi dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian


1. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah suatu pernyataan yang kebenarannya tidak diragukan
lagi dan tidak memerlukan pengujian lebih lanjut atas masalah yang
dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2006:305),
menyatakan bahwa: “asumsi dapat berupa teori, evidensi, atau pemikiran
24

peneliti sendiri, yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya minimal


dalam kaitan dengan masalah yang diteliti. Asumsi merupakan landasan
bagi hipodisertase dan dirumuskan dalam kalimat deklaratif”.
Adapun yang menjadi asumsi (anggapan dasar) dalam penelitian ini,
adalah:
a. Peserta didik yang dapat memahami, menerima, dan merencanakan
kehidupan di masa mendatang dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
b. Peserta didik yang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
c. Kepala sekolah yang dapat menjalankan roda kepemimpinannya secara
bertanggungjawab, konsisten, dan prouktif berdampak pada peningkatan
prestasi belajar peserta didik.
d. Wilayah kepemimpinan, pembelajaran, dan pembinaan kesiswaan yang
berlangsung dengan tanggung jawab, konsisten, dan produktif berdampak
pada peningkatan mutu pendidikan.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasa-
lahan yang harus masih dibuktikan kebenarannya, artinya suatu pernyataan
yang bersifat hipodisertase belum tentu diterima atau ditolak. Seorang
peneliti harus bersikap obyektif terhadap data yang dikoleksi baik data
tersebut mendukung atau menolak hipodisertase yang ditetapkan. Sejalan
dengan pendapat Sukmadinata (2006:305) bahwa “hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah atau sub masalah yang diteliti,
dijabarkan dari landasan teori tetapi harus diuji kebenarannya”.
Bertitik tolak dari tujuan dan batasan masalah pada penelitian
disertasi, maka diajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
a) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara layanan
bimbingan konseling terhadap prestasi belajar.
25

b) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara layanan


pembelajaran terhadap prestasi belajar.
c) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara layanan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar.
d) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara layanan bimbingan
konseling, pembelajaran, dan kepemimpinan kepala sekolah secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar.

E. Pendekatan, Metoda, Populasi, dan Sampel Penelitian


Pendekatan penelitian dalam disertasi ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian
ini karena data lapangan yang terkumpul berupa angka-angka yang memer-
lukan pengolahan secara statistik. Di sisi lain, pendekatan kualitatif melalui
wawancara dan studi dokumentasi digunakan sebagai penggalian terhadap
sumber data, yaitu kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan guru BK. Selain
itu, juga dipergunakan observasi sebagai triangulasi dalam penelitian ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam disertasi ini adalah metode
deskriptik analitik. Metode deskrisptif memusatkan pada masalah-masalah
yang ada pada masa sekarang. Metode ini dilakukan dengan cara mencari,
mengumpulkan, menginterprestasikan,dan menganalisis data untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Populasi penelitian pada disertasi yang penyusun lakukan, yaitu peserta
didik kelas VIII di SMP Negeri di kabupaten Karawang pada tahun pelajaran
2017/2018. Adapun jumlah SMP Negeri ada 70 sekolah dengan peserta
didik sebanyak 24730 orang
Sampel penelitian dalam disertasi ini terdiri-dari 10 (sepuluh) SMP
Negeri dengan peserta didik sebanyak 361 orang. Responden ini diharapkan
dapat mewakili populasinya secara 100 % dengan harapan supaya terjadi
kebenaran dalam membuat generalisasi. Bila jumlah sampel semakin besar
dalam arti mendekati jumlah populasi maka peluang kesalahan generalisasi
terhadap populasi semakin kecil.
26

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian


1. Variabel manajemen layanan bimbingan dan konseling (X1)
Manajemen layanan bimbingan dan konseling (BK) adalah suatu
proses layanan dalam kegiatan bimbingan dan konseling yang diterima
peserta didik di sekolah. Unsur yang diukur pada variabel manajemen
layanan bimbingan dan konseling (X1) yaitu pada berikut ini:
Tabel 1.2. IndikatorVariabel LayananBimbingan dan Konseling (X1)

NO DIMENSI INDIKATOR
1. Menerima peserta didik apa adanya

2. Menjelaskan pengertian bimbingan konseling

Pemben- 3. Menjelaskan tujuan bimbingan konseling


1
tukan
4. Menjelaskan tata cara melaksanakan bimbingan
konseling
5. Menjelaskan azas-azas bimbingan konseling

6. Menjelaskan kembali bimbingan konseling

7. Menanyakan kesiapan siswa untuk melaksanakan


2 Peralihan
bimbingan konseling
8. Memberi contoh masalah yang akan dibahas

9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk


menyampaikan masalahnya
10. Menetapkan masalah yang akan dibahas

Kegiatan 11. Menuntaskan masalah yang telah ditetapkan


3
Inti
12. Membangun perasaan terhadap masalah yang
telah ditetapkan itu
13. Membangun perilaku yang tangkas terhadap
masalah yang ditetapkan itu
14. Guru BK Menjelaskan kegiatan bimbingan
konseling akan diakhiri
Pengakhir-
4. 15. Guru BK memberikan kesempatan kepada siswa
an
untuk mengungkapkan pengetahuannya tentang
kegiatan yang telah dilakukan
27

16. Guru BK memberikan kesempatan kepada siswa


untuk mengungkapkan perasaannya tentang
kegiatan yang telah dilakukan
17. Guru BK memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memaparkan kesannya selama mengikuti
kegiatan bimbingan konseling
(Sumber: Sunaryo Kartadinata, dkk. (2014:112-113)
2. Variabel manajemen layanan pembelajaran (X2)
Manajemen layanan pembelajaran adalah suatu proses layanan
kegiatan belajar-mengajar yang diterima peserta didik di sekolah.
Tabel 1.3. Indikator Variabel Layanan Pembelajaran (X2)

NO DIMENSI INDIKATOR
1. Guru menyiapkan peserta didik untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Guru memotivasi peserta didik untuk mengikuti
proses pembelajaran
Kegiatan
1 Pendahu- 3. Guru mengajukan pertanyaan berkaitan antara materi
luan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran saat ini

5. Guru menyampaikan cakupan materi

6. Penyampaian materi pelajaran

7. Guru menggunakan media belajar

kegiatan 8. Siswa terlibat aktif


2
Inti
9. Guru mendampingi siswa yang memerlukan bantuan

10. Gaya mengajar guru

11. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap


materi yang telah dibahas
12.  Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
3 Penutup 13. Guru memberi tugas/PR kepada siswa

14. Guru memberitahukan materi pelajaran pada


pertemuan berikutnya
28

15. Guru menutup pertemuan

(Sumber: Wina Sonjaya, 2006: 125-176)


3. Variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X3)
Manajemen kepemimpinan kepala sekolah adalah suatu proses
layanan kepemimpinan dalam menjalankan tugas tambahannya sebagai kepala
sekolah terutama dalam kompetensi manajerial dan supervisi.
Tabel 1.4. Indikator Variabel Layanan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3)

NO DIMENSI INDIKATOR
1. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada
guru
2. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada kar-
1 Educator
yawan
3. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada
peserta didik
4. Kepala sekolah membuat perencanaan

5. Kepala sekolah mengorganisasikan SDM

6. Melaksanakan perencanaan program


2 Manajerial
7. Evaluasi hasil pelaksanaan program

8. Menindaklanjut hasil evaluasi pelaksanaan program

9. Mengelola administrasi kurikulum

10. Mengelola administrasi peserta didik

Administra- 11. Mengelola administrasi personalia


3
tor
12. Mengelola administrasi sarana dan prasarana

13..Mengelola administrasi kearsipan

4. Supervisor 14. Membuat perencanaan supervisi

15. Melaksanakan perencanaan supervisi

16. Mengevaluasi hasil pelaksanaan supervisi


29

17. Menindaklanjut hasil evaluasi supervisi

18. Membuat laporan hasil supervisi

19. Kepala sekolah menunjukkan kepribadian yang


matang
20. Kepala sekolah menunjukkan pengetahuan yang
luas
5 Leader
21. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan
sesuai dengan konteksnya
22. Kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan
santun
23. Kepala sekolah mampu menunjukkan sikap kreatif
6 Innovator
24. Kepala sekolah mendorong wali kelas untuk
mengatur lingkungan fisik
25. Kepala sekolah mendorong guru untuk mengatur
suasana kerja yang harmonis
7 Motivator
26. Kepala sekolah memberikan hadiah kepada guru
yang disiplin
27. Kepala sekolah memberikan dorongan kepada
peserta didik untuk berprestasi
(Sumber: Mulyasa, 2013:98-122)

4. Variabel prestasi belajar peserta didik (Y)


Prestasi belajar peserta didik yaitu nilai rata-rata hasil belajar dari
aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada mata pelajaran di SMP yang
diperoleh dari nilai ulangan harian pada buku nilai guru mata pelajaran.
Tabel 1.5. Indikator Variabel Prestasi Belajar Peserta Didik (Y)
Mata Aspek Aspek Aspek
No
Pelajaran Kognitif Afektif Psikomotor
1 Pend. Agama Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
2 PKn Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
3 B. Indonesia Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
4 Matematika Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
5 IPA Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
6 IPS Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
7 B. Inggris Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
8 Penjaskes Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
9 S. Budaya Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
10 Prakarya Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
30

11 B. Sunda Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan


(Sumber: Kurikulum SMP Negeri Kab. Karawang 2017/2018)

Anda mungkin juga menyukai