Anda di halaman 1dari 3

KERIANGAN DAN KERINGANAN

Ternyata ciri seorang murid sejati Kristus adalah semakin hari akan semakin
diwarnai keringanan dan keriangan. Dua kata yang tidak dapat dipisahkan dalam konteks
hidup orang percaya. Keriangan yang sejati akan muncul oleh keringanan, sebaliknya
tidak akan ada keringanan tanpa keriangan. Keriangan dan keringanan adalah bahasa
hidup orang percaya yang berjalan di jalan Tuhan. Inilah sebenarnya yang dimaksud
dengan kemerdekaan dalam Tuhan. Kemerdekaan yang diambakan setiap insan. Dalam
Tuhan Yesus kita diajar untuk memiliki dua hal ini.
Keringanan disini adalah hidup tanpa beban yang menekan. Beban yang
diakibatkan oleh keinginan yang tidak terkendali terhadap segala sesuatu yang dapat
dilihat. Dari satu benda atau fasilitas hidup di dunia ini ke fasilitas hidup yang lain. Dari
satu jumlah uang ke jumlah yang lain. Masalahnya bukan terletak pada benda itu atau
uang itu tetapi pada keinginan yang tidak diarahkan kepada Tuhan. Sebab keinginan kita
harus dilokalisir dan diarahkan. Selama kita belum dapat melokalisir keinginan dan
menundukkan dibawah kekuasan Tuhan maka kita tidak pernah menemukan keringanan.
Keriangan disini adalah sukacita rohani. Sukacita inilah yang dijanjikan Tuhan
yang sama dengan “kelegaan”. Kelegaan ini sama dengan apa yang dimaksud oleh
manusia pada umumnya yaitu kebahagiaan. Tuhan menghendaki kita memilikinya
dengan penuh itulah sebabnya Tuhan berkata: ”Bersukacitalah kamu, dalam segala
keadaan bersukacitalah kamu”.
Menikmati keriangan dan keringanan merupakan panggilan yang kita penuhi.
Panggilan ini termuat dalam ucapan Tuhan di Ibrani 12:1 :”… marilah kita
menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita. Kalimat ini dalam
Alkitab terjemahan lama diterjemahkan:”… maka hendaklah kita membuangkan tiap-
tiap pikulan yang berat, dan dosa yang mudah menjerat kita.. Dalam terjemahan bahasa
Inggris versi King James diterjermahkan: “, let us lay aside every weight, and the sin
which doth so easily beset us.
Mari kita perhatikan kalimat:” Marilah kita menangalkan beban”. Beban atau
pikulan yang berat inilah yang membuat hidup kita tertekan dan tidak ada keringanan.
Tidak ada keringanan maka tidak ada keriangan pula. Beban inilah yang sebenarnya juga
belenggu. Itulah sebabnya dalam terjemahan lain diterjemahkan:” … let us rid ourselves
of everything that gets in the way. Menanggalkan beban adalah perintah. Langkah atau
tindakan yang harus kita lakukan. Bukan Tuhan yang melakukannya tetapi kita. Kitalah
yang harus bertanggung jawab.
Ketika Tuhan Yesus berkata:” Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Sebenarnya dalam hal ini Tuhan
hendak memperkenalkan kepada kita pola kehidupan baru yang harus dikenakan
orang percaya. Kata kelegaan disini dalam teks aslinya “anapauso” yang bisa berarti
perhentian dari keletihan (rest) bisa berarti pula kesegaran (refresh). Pola hidup inilah
pola hidup dalam kemerdekaan, hidup dalam keringanan dan keriangan. Untuk ini Tuhan
berkata belajarlah padaKu. Jadi tidak otomatis dapat kita miliki, tetapi harus dipelajari.
Kita harus berlajar. Bila dikaitkan dengan Yohanes 8:31-32. untuk dapat memiliki
kemerdekaan harus “tetap dalam Firman”. Tetap dalam Firman adalah proses pemuridan
yang harus terlenggara dengan serius dan ketat, diman akita dipanggil untuk proaktif.
Kalau kita aktif dan memberi diri diajar Tuhan Yesus maka kemerdekaan yang sejati itu
kita alami.
Jadi jika kita mengiring Tuhan Yesus hal ini bukan karena kita hendak sekedar
melepaskan beban ekonomi, beban sakit penyakit, beban rumah tangga dan masalah-
masalah dunia lain, tetapi melepaskan beban keterikatan kita dengan dunia. Jadi jika
orang ke gereja hanya karena beban hidup maka ia masih belum mengerti bahwa Allah
adalah Bapa. Dalam Matius 6:31-32 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata:
Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan
kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi
Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Selebaran-selebaran
KKR yang menjanjikan berbagai pemulihan sebenarnaya hanya ditujukan kepada orang
yang belum mengerti bahwa Allah adalah Bapa kita. Bagi yang sudah mengerti Allah
adalah Bapa dating kebaktian untuk belajar bagaimana terleps dari ikatan dunia ini.
Pola hidup yang baru tidak otomatis kita miliki tanpa sungguh-sungguh belajar
menjadei murid. Transformasi terjadi terus menerus kalau ada usaha dari pihak kita untuk
diubah dan diperbaharui terus menerus. Oleh sebab itu menjadi orang Kristen harus mau
dimuridkan, dididik dan dilatih untuk mencapai kelegaan dalam Tuhan. Ke gereja bukan
sekedar mencari jalan keluar dari kesulitan hidup tetapi belajar menjadi murid yang baik.
Itulah sebabnya berkali-kali ditegaskan bahwa Gereja harus menjadi sekolah Alkitab.
Mengenai melepaskan beban, jangan diartikan sekedar keluar dari beban
kemiskinan, beban rumah tangga atau persoalan rumah tangga, persoalan kesehatan,
persoalan bisnis. Beban disini adalah keterikatan kita dengan dunia. Ini yang Tuhan
sendiri tidak dapat melepaskannya kalau kita tidak melepaskan diri sendiri dengan
serius. Ketika Tuhan berkata kepada seseorang dalam Markus 10:21 "Hanya satu lagi
kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-
orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari
dan ikutlah Aku.". Tuhan memanggil orang tersebut dari ikatan dunia ini, tetapi ia
berkeberatan. Ia menolak. Mengapa hal ini terjadi Alkitab katakana sebab ia banyak
hartanya. Alkitab berkata :”Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi
dengan sedih, sebab banyak hartanya.” (Mark 10:22).
Mengapa orang tersebut kecewa? Sebab ia pikir ia dapat mengiring Tuhan dengan
caranya sendiri. Ia dapat menikmati keringanan dan keriangan tanpa membayar
syaratnya. Kata “kecewa” dalam teks aslinya “lupeomenos” dari akar kata “lupeo” yang
bisa berarti ini."to distress; be in heaviness” keadaan tertekan dan berat. Ia tidak
mengalami keringanan sebab ia tidak mau melepaskan diri dari ikatan dengan dunia ini.
Orang ini pada dasarnya mau menikmati keriangan tanpa keringan. Menikmati sukacita
Tuhan tanpa melepaskan diri dari ikatan dunia. Dalam hal ini rumusunya ditulis dalam
1Timotius 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu
uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka. Orang yang terikat dengan dunia tidak akan menikmati “kelegaan”.
Berbeda dengan Zakheus yang menyambut Tuhan Yesus dalam rumahnya. Tanpa
paksaaan ia telah melepaskan diri dari ikatan hidupnya yang membelenggu dia selama
ini. Zakheus berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin
dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali
lipat." (Lukas 19:8). Inilah yang membuat Abraham menjadi sahabat Tuhan, yaitu
kesediaannya meninggalkan Urkasdim. Ia berani tidak terikat dengan Urkasdim.
Alkitab berkata:” Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu,
bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa
hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. (Yak 4:4).
Pada akhirnya Tuhan hanya mau berurusan dengan mereka yang sungguh-
sungguh mengingini Tuhan. Mereka adalah orang yang memiliki kehausan atau ketidak
puasan yang suci. Kalau kita berperkara dengan Tuhan atau berurusan dengan hanya
karena masalah-masalah dunia ini mak itu bukanlah visi dan bisnis Tuhan. Hendaknya
kita tidak seperti orang yang datang kepada Tuhan hanya untuk mengurusi soal warisan.
Ditulis dalam Lukas 12: 13-15 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus:
"Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." Tetapi
Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi
hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah
dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah
hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu. Setelah itu Tuhan
Yesus menjelaskan mengenai orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri tetapi
ia tidak kaya dihadapan Tuhan.
Ketidak puasan yang suci sama artinya haus dan lapar akan kebenaran. Orang-
orang seperti ini akan terhindar dari “tipu daya kekayaan” srta “kekuatiran dunia ini”.
Tetapi sebaliknya orang yang tidak memiliki ketidak puasan yang suci ini akan terjerat
oleh percintaan dunia dan kekuatiran dunia ini. Inilah beban, tidak adanya keringanan dan
keriangan hidup.Kringanan dan keriangan seperti ini digambar kan dalam Habakuk 3:17-
19 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku
akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan
aku..
Jalan kebenaran sudah dibukakan dimata kita, sekarang tergantung apakah kita
mau melakukanya atau menolak.

Anda mungkin juga menyukai