Anda di halaman 1dari 13

Daftar Isi

Daftar Isi......................................................................1
A. Malaria....................................................................2
A.1. Definisi ........................................................................................2

A.2. Jenis Malaria dan Plasmodiumnya................................................2

A.3. Gejala ..........................................................................................3

A.4. Daur Hidup Plasmodium..............................................................4

A.5. Tindakan dan Pengobatan...........................................................5

A.6. Tindakan-tindakan Pencegahan...................................................5

B. Demam Berdarah Dengue (DBD)...........................6


B.1. Definisi ........................................................................................6

B.2. Tanda Dan Gejala........................................................................6

B.3. Pengobatan dan Penatalaksanaan...............................................7

B.4. Pencegahan ................................................................................8

C. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides).................10


C.1. Acaris Lumbricoides...................................................................10

C.2. Gejala........................................................................................11

C.3. Siklus hidup...............................................................................11

C.4. Cara diagnosis...........................................................................12

C.5. Pengobatan................................................................................12

Daftar Pustaka............................................................13

1
A. Malaria
A.1. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan hepatosplenomegali yang dapat berlangsung
akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut
Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan
memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah. Plasmodium yang
menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
knowlesi. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk
Anopheles betina, terutamanya Anopheles sundaicus di Asia dan Anopheles
gambiae di Afrika.
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang banyak diderita oleh
penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit tersebut semula banyak
ditemukan di daerah rawa-rawa dan dianggap disebabkan oleh udara rawa yang
buruk, sehingga dikenal sebagai malaria (mal = jelek; aria=udara).

A.2. Jenis Malaria dan Plasmodiumnya


Penyakit Malaria memiliki empat jenis dan disebabkan oleh spesies
parasit (plasmodium) yang berbeda. Jenis-jenis malaria dan plasmodiumnya
adalah:
1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan Plasmodium
vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala
pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).
2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau
disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini

2
sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan
kematian.
3. Malaria kuartana yang disebabkan Plasmodium malariae, memiliki
masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika;
gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala
dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria
yang berat.

A.3. Gejala
Secara keseluruhan gejala yang sering muncul adalah sakit kepala,
nyeri otot, lesu, diare, meriang (panas, dingin dan menggigil) serta demam
berkepanjangan sehingga sering juga disebut demam kura-kura karena
membuat penderitanya meringkuk karena menggigil. Gejala serangan
malaria ini terdiri dari beberapa jenis berupa gejala klasik yang sering
menyerang penderita tanpa imunitas dan baru pertama kali terserang dengan
tanda menggigil 15-60 menit diikuti demam 2-6 jam dengan suhu 37,5 – 400C
bahkan lebih, kemudian berkeringat selama 2-4 jam akibat gangguan
metabolisme tubuh yang menyebabkan peningkatan keringat dan gejala
berikutnya penderita biasanya merasa enak setelah berkeringat.
Gejala berulang tiap 48-72 jam sesuai dengan peluruhan sel darah
merah. Pada malaria yang lebih parah terdapat anemia dan kuning.
Plasmodium falciparum bisa menyebabkan kejang, penurunan kesadaran, gagal
ginjal, koma, bahkan kematian dengan serangan yang paling sering meluas ke
berbagai organ tubuh lain serta memunculkan komplikasi. Selain itu juga
dikenal gejala malaria berat yang dapat meliputi gangguan kesadaran, kejang,
warna kuning pada mata - tubuh dan urin, panas yang sangat tinggi, sesak
hingga perdarahan hidung, gusi dan saluran pencernaan serta rasa lumpuh.
Bila mengenai jaringan otak yang disebut dengan malaria serebral, akan
terjadi kerusakan otak yang biasanya fatal.

3
A.4. Daur Hidup Plasmodium
Pada tahun 1898 Ronald Ross membuktikan keberadaan Plasmodium
pada dinding perut tengah dan kelenjar liur nyamuk Culex. Atas penemuan ini ia
memenangkan Hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 1902, meskipun
sebenarnya penghargaan itu perlu diberikan kepada profesor Italia Giovanni
Battista Grassi, yang membuktikan bahwa malaria manusia hanya bisa
disebarkan oleh nyamuk Anopheles.
Siklus hidup Plasmodium amat rumit. Sporozoit dari liur nyamuk betina
yang mengigit disebarkan ke darah atau sistem limfa penerima. Nyamuk dalam
genus Culex, Anopheles, Culiceta, Mansonia dan Aedes mungkin bertindak
sebagai vektor. Vektor yang diketahui kini bagi malaria manusia (>100 spesies)
semuanya tergolong dalam genus Anopheles. Malaria burung biasanya dibawa
oleh spesies genus Culex. Siklus hidup Plasmodium diketahui oleh Ross yang
menyelidiki spesies dari genus Culex. Dalam daur hidup Plasmodium
mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk.
Dalam tubuh nyamuk, parasit parasit berkembang secara seksual
(sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8-12 hari. Dalam lambung nyamuk,
makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet yang
akan membentuk zigot yang disebut ookista, yang selanjutnya menembus
dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak
sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk kedalam kelenjar
liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ekstrinsik. Kekebalan pada
malaria terjadi apabila tubuh mampu menghancurkan Plasmodium yang masuk
atau menghalangi perkembangbiakannya.

Daur hidup plasmodium

4
A.5. Tindakan dan Pengobatan
1. Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling
lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria.
2. Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi
pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit
dan mencegah penularan selama 10 hari.
3. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah
diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna.
4. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria
seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.

A.6. Tindakan-tindakan Pencegahan


1. Usahakan tidur dengan kelambu (bed net), memberi kawat kasa,
memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain
untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah
endemis malaria.
3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur,
semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing,
kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat
nyamuk bertelur.
5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah
dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman
kering atau pengeringan sawah secara berkala
7. Menyemprot rumah dengan DDT.

5
B. Demam Berdarah Dengue (DBD)
B.1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang penderitanya
mengalami demam tinggi akibat infeksi virus nyamuk Aedes aegypti (senang
bersarang di dalam rumah) maupun Aedes albopictus (nyamuk kebun). Penyakit
ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam,
nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue
Haemoragic Fever ( DHF ).
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok, nyeri otot dan sendi
dan kematian (Cristianti,1995). Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aides
aegepty yang menbawa virus dengue (antropad bone virus) atau disebut arbo
virus.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang
berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi
lebih banyak menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun
disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus
dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990).

Gambar : Nyamuk Aedes aegypti

B.2. Tanda Dan Gejala


Tanda-tanda dan gejala pada penderita DBD: Demam (>380C),
Perdarahan, Hepatomegali (pembesaran hati), Syok, Trombositopeni,

6
Hemokonsentrasi, Gejala-gejala lain (Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare
atau konstipasi serta kejang dan Penurunan kesadaran).
Derajat DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
ialah uji Tourniquet positif.
Derajat 2 :
Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat 3 :
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin,
lembab, dan penderita menjadi gelisah.
Derajat 4 :
Renjatan berat dengan nadi yang tidak diraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

B.3. Pengobatan dan Penatalaksanaan


Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)
bersifat simtomatis dan suport Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak
perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak
memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam
pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu
perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit. Sedangkan penatalaksanaan
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah:
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak air (2 – 2,5 liter/24 jam)
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

7
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
12. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

B.4. Pencegahan
Masyarakat sekarang ini banyak mengandalkan pembrantasan DBD
dengan melalui cara fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan
fogging tersebut diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari PE dan kemudian
pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena
fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering.
Untuk pencegahan penyakit DBD setiap keluarga dianjurkan untuk
melaksanakan "3M (menguras, mengubur, menutup)" di rumah dan halaman
masing-masing dengan melibatkan seluruh keluarga, dengan cara sebagai
berikut :
• Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali
• Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
• Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali
• Mengganti air tempat minum burung
• Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air
• Ikanisasi
• Abatesasi (temephos). Semua tempat penampungan air dirumah dan
bangunan yang ditemukan jentik Aedes Aegypti. Ditaburi bubuk abate
dengan dosisi satu sendok makan (10 gr).
• Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar

8
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu
pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).

9
C. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

C.1. Acaris Lumbricoides


Ascaris lumbricoides adalah cacing bulat berukuran raksasa yang dapat
mencapai sepanjang 40 cm. Penyakit parasit yang disebabkan oleh
Nemathelminthes Ascaris lumbricoides adalah Askariasis . Askariasis adalah
penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.

Nama Latin : Ascaris lumbricoides


Phylum : Aschelminthes
Sub Phylum : -
Ordo : Ascaroidea
Family : -
Genus : -
Species : Ascaris lumbricoides
Kelas : Nematoda
Nama Daerah : Cacing gelang

Telur-telur cacing gelang keluar dari tubuh manusia bersama dengan


kotoran (feses). Cacing gelang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi feses manusia, misalnya melalui lalat yang
menghinggapi makanan atau sayur yang terkontaminasi telur cacing gelang
yang tidak dicuci dengan bersih.
Hospes atau inang dari askariasis adalah manusia. Di manusia, larva
askaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi akhirnya
bertelur. Penyakit ini sifatnya kosmopolit. Terdapat hampir di seluruh dunia.
Prevalensi askariasis berkisar 70-80 persen. Infeksi cacing ini bisa terjadi juga
melalui lingkungan yang kotor dan makanan. Cacing jantan berukuran sekitar
10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Cacing dewasa hidup pada usus
manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga berkisar 200.000 telur per
harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Telur yang tak
dibuahi, bentuknya lebih besar, berkisar 90 x 40 mikron. Telur yang telah
dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.

10
C.2. Gejala
Gejala atau tanda terinfeksi cacing gelang yaitu perut terasa tidak enak,
lesu, tidak napsu makan, muka pucat, mual, badan kurus, dan perut buncit.
Fesesnya encer, kadang bercampur lendir dan darah, cacing tampak keluar
dalam feses. Larva cacing gelang dapat masuk melalui pembuluh darah atau
limfe, bila menyerang paru-paru dapat menyebabkan radang paru dan batuk.
Sedangkan cacing gelang yang dewasa dapat bermigrasi ke usus buntu hingga
menyebabkan radang usus.

C.3. Siklus hidup

Siklus hidup Ascaris


Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya
dapat mengandung telur askariasis yang telah dibuahi. Telur ini akan matang
dalam waktu 21 hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah
tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja
makan dan menelan telur Ascaris. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan
telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke
pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati,
jantung dan kemudian di paru-paru. Pada paru-paru, cacing akan merusak
alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan
tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi
cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan

11
bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun
akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada
tempatnya.

C.4. Cara diagnosis

Telur Ascaris yang berisi embrio.

Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau
ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.

C.5. Pengobatan
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat seperti:
• Pirantel pamoat,
• Aspirin,
• Paracetamol,
• Decolgen.

12
Daftar Pustaka

Soedarmo SP, Garna H & Hadinegoro SR. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi & Penyakit Tropis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Harijanto PN, Nugroho A & Gunawan CA. 2010. Malaria dari Molekuler ke
Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Effendy, Christanti. 1995. Perawatan Pasien DHF.Jakarta: EGC.
Hadinegoro, sri rejeki. 2002. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Anonim. 2010. Ascaris lumbricoides.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.php?mnu=2&id=15.
Diakses tanggal 22 November 2010 pada pukul 16:30.
Anonim. 2010. Askariasis.
http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis. Diakses tanggal 22 November
2010 pada pukul 16:45.

13

Anda mungkin juga menyukai