Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shalsabilla Arini

Nim : 202210594

Kelas : 1A

Prodi : Sarjana terapan gizi dan dietetika

Matkul : Kesehatan masyarakat

A. SISTEM 5 MEJA POSYANDU

Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (Cessnasari. 2005).

Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006).

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana.(Effendi, Nasrul. 1998: 267).

Tujuan Posyandu
Tujuan posyandu antara lain: 

 Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan
dan nifas.
 Membudayakan NKBS
 Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera.
 Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan
keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

 
Kegiatan Pokok Posyandu

 KIA
 KB
 Imunisasi
 Gizi
 Penanggulangan diare

Sistem 5 meja
Pelaksanaan kegiatan di posyandu dikenal dengan nama “sistem 5 meja”, Sistem 5 meja
tersebut tidak berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaanya, tetapi
kegiatan Posyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan:

 Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui


 Meja 2 Penimbangan balita
 Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan
 Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
 Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit

Kegiatan di meja 1

1. Pendaftaran Balita
 Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita
 Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Minta
KMSnya, namanya dicatat pada secarik kertas. Kertas ini diselipkan di KMS,
kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempat penimbangan.
 Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS
lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anak dicatat
pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta
membawa anaknya ke tempat penimbangan.
2. Pendaftaran ibu hamil
 Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.
 Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4 untuk
mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja
5.
 yang belum menjadi peserta Ibu KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu
menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas kesehatan di meja 5.

Kegiatan di meja 2

 Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas
yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali ke dalam KMS.
 Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja pencatatan.

Kegiatan di meja 3

 Buka KMS balita yang bersangkutan.


 Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.
 Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.
 Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut.
 Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai ingatan
ibunya.
 Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan bulan lahir
anak dan catat.

Kegiatan di meja 4

 Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan
hasil penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu balita diberi penyuluhan.
 Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan
kehamilannya sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas kesehatan atau
bidan
 Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, kapsul iodium/garam
iodiumdan vitamin A.

Kegiatan di meja 5

Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB, imunisasi
sertapemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas.

B. SKDN

Pengertian

SKDN merupakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan balita di
posyandu dalam ruang lingkup kelurahan. SKDN meliputi S adalah jumlah seluruh balita
di wilayah kerja Posyandu; K adalah jumlah balita yang memiliki KMS atau buku KIA di
wilayah kerja Posyandu; D adalah jumlah balita yang datang dan melakukan penimbangan di
wilayah kerja Posyandu, N adalah balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis
pertumbuhan pada KMS naik (KepMenkes RI,2007).

Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan program perbaikan
gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterprestasikan sebagai tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik turunnya N terhadap S dapat diartikan sebagai
keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan program dalam kegiatan UPGK di posyandu.

Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat memberikan informasi
tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu yaitu :
1. Indikator K/S

K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan program. Indikator ini
dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita yang dapat di posyandu dan memiliki KMS
dengan jumlah balita yang ada di wilayah posyandu tersebut dikalikan 100%.

2. Indikator D/S

D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di
posyandu.

3. Indikator N/D

N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam kegiatan UPGK di
posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan indikator lainnya sehingga dapat
digunakan sebagai gambaran dasar gizi balita.

4. Indikator N/S

N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di posyandu.


Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat badannya.

Analisis SKDN

Analisisnya terdiri dari:

1) Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan
menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah
80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan berat badan sangatlah rendah.
2) Tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan
Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus
(K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk
memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak
digunakan atau tidak dapat KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut
mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita yang
seharusnya mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih dalam fase
pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana
yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini
menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu
dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang
ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan
orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk
memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan
Balita.
3) Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat
Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya
semua balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya.
4) Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak
pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan
rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita
ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K
x 100%.

Anda mungkin juga menyukai