Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN DEPRESI DAN PUTUS ASA DENGAN

KEJADIAN BUNUH DIRI PADA REMAJA BERDASARKAN


STUDI LITERATUR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Predikat Sarjana Terapan Keperawatan

Oleh :

NUR APRILISA WULANDARI

NIM P07120217074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN PROGRAM STUDI

DIPLOMA IV KEPERAWATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai
saat ini masih menjadi fenomena global yang tak terselesaikan. Kejadian
bunuh diri di Indonesia tidak mengenal usia, jabatan, status social, jumlah
kekayaan dan jenis kelamin, bunuh diri bisa dilakukan dimana saja dan
oleh siapa saja (Pusdatin 2016).
Pada tahun 2016 WHO menyebutkan bahwa bunuh diri merupakan
penyebab kematian nomor dua terbanyak pada remaja. Aksi bunuh diri
pada remaja dilakukan karena berbagai penyebab, cara dan motif. Baru
baru ini terjadi puluhan kasus bunuh diri dimana sebagian besar dilakukan
oleh remaja yaitu diantaranya remaja laki-laki berinisial ADP 22 tahun
ditemukan tewas gantung diri karena stress dengan tugas akhir
(18/08/2020), kemudian ada remaja berinisial UN 19 tahun tewas gantung
diri dikandang ayam potong (23/07/2020), dan siswa SMK berinisial CL
16 tahun ditemukan tewas gantung diri akibat asmara yang kandas
(detiknews 2020).
Bunuh diri pada remaja seakan menjadi penyelesaian dari segala
masalah dan akhir yang baik, padahal selalu ada kesempatan dan harapan
lebih baik dimasa depan. Terlepas dari banyaknya keinginan ataupun
percobaan bunuh diri, maka dari itu penulis melakukan analisis fakor
penyebab ide bunuh diri dan upaya pencegahan percobaan bunuh diri pada
remaja.
Berdasarkan WHO Global Health Estimates, Estimasi jumlah
kematian akibat bunuh diri diseluruh dunia pada tahun 2016 sejumlah
793.000 kematian atau 10,6 kematian per 100.000 penduduk atau 1
kematian tiap 40 detik dan setiap satu orang meninggal, terdapat 20 kasus
percobaan bunuh diri dimana bunuh diri menempati ranking ke-18
penyebab kematian terbanyak (pusdatin 2019). Angka kematian akibat
bunuh diri tertinggi adalah eropa (15,4%) dan asia tenggara (13,2%)
dengan prevalensi laki-laki lebih tinggi disbanding perempuan (Pusdatin,
2019).
Di Indonesia sendiri angka kematian akibat bunuh diri menurut
WHO global health estimates pada tahun 2016 sebesar 4,8/100.000
penduduk pada laki-laki dan 2,0/100.000 penduduk pada perempuan
dengan rata-rata 3,4/100.000 penduduk dengan presentasi paling tinggi
pada kelompok lanjut usia (>60 tahun), kemudian disusul usia produktif
(20-29 tahun). Kemudian Pada tahun 2018, angka kematian akibat bunuh
diri tidak berubah, yaitu dari 265 juta penduduk, terdapat 9000 kasus
bunuh diri pertahun (pusdatin, 2019).
Saat ini bunuh diri menjadi permasalahan yang intens di kalangan
remaja. Faktor pendorong munculnya ide bunuh diri pada remaja beragam,
mulai dari factor internal seperti gen/keturunan, karakteristik kepribadian,
gangguan kejiwaan, usia, jenis kelamin dan factor eksternal berupa
ekonomi, masalah keluarga/percintaan, kegagalan dll. Ide bunuh diri
kemudia direalisasikan dengan bernagai cara, salah satu yang paling sering
adalah dengan gantung diri, selain itu bisa dengan melompat dari
ketinggian, melukai diri sendiri, dan minum racun.
Dalam jurnal fenomena bunuh diri di kalangan usia muda indonesia
disebutkan angka bunuh diri remaja laki-laki cenderung lebih tinggi
disbanding perempuan. Hal tersebut karena perempuan tidak bersungguh
sungguh dalam melakukan percobaan bunuh diri misalnya dengan
memotong nadi atau minimum racun, berbeda dengan laki-laki yang
cenderung melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari
ketinggian (prasetyo ; 2017).
Percobaan bunuh diri pada remaja harus dicegah sesegera mungkin,
Upaya preventive bunuh diri dapat dilakukan oleh keluarga dan
masyarakat dengan cara mengetahui ciri atau factor risiko indiviidu yang
rentan untuk melakukan bunuh diri / melakukan percobaan bunuh diri.
Mengingat remaja merupakan kelompok usia berisiko tinggi melaukan
bunuh diri, kepekaan, komitmen, pengetahun dan kepedulian merupakan
modal dasar dalam mencegah upaya bunuh diri pada remaja (pusdatin
2019).
Dengan upaya yang tepat, bunuh diri pada remaja dapat dicegah,
Oleh akrena itu penetilian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hubungan depresi dan putus asa dengan kejadian bunuh diri pada remaja
berdasarkan studi literature.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan
maslaah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Depresi Dan
Putus Asa Dengan Kejadian Bunuh Diri Pada Remaja Berdasarkan Studi
Literatur”.

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan
depresi dan putus asa dengan kejadian bunuh diri pada remaja.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengidentifikasi tentang tanda gejala depresi pada remaja
2. Untuk mengidentifikasi tentang tanda gejala putus asa pada remaja
3. Untuk mengidentifikasi tentang kejadian bunuh diri dan factor
pencetus munculnya percobaan bunuh diri pada remaja
4. Untuk menganalisis hubungan depresi dan kejadian bunuh diri
pada remaja
5. Untuk menganalisis hubungan putus asa dengan kejadian bunuh
diri pada remaja

D. Manfaat
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menajdi bahan rujukan dan
sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan jiwa khususnya tentang hubungan gejala depresi dan
putus ada dengan kejadian bunuh diri pada remaja.

2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan menambah
wawasan terhadap ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
dalam mengembangkan ilmu keperawatan jiwa tentang hubungan
deperesi dan putusasa dengan kejadian bunuh dri pad remaja.
b. Bagi remaja
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan
wawasan bagi remaja dalam mengetahui tanda gejala bunuh drir
dan putus asa dengan kejadian bunuh drii pada remaja.
c. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitiam ini diharapkan dapat menambah pustaka dan
memperkaya lmu keperawatan jiwa bagi para mahasiswa dan
tenaga pengajar khususnya tentang hubungan depresi dan putus asa
dengan kejadian bunuh drii pada remaja.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
perbandingan tentang hubungan depresi dan putus asa dengan
kejadian bunuh drri pada remaja dan diharapkan dapat menjadi
referensi atau pustaka yang dapat digunakan oleh peneliti
selanjutnya untuk mengembangkan ilmu keperawatan jiwa yang
memiliki masalah yang sama.

Anda mungkin juga menyukai