KELOMPOK 3
KELAS B1
Disusun oleh:
1. Rima Melati Iskandar 03120170005
2. Nur Alfiah Dwiyanti 03120170037
3. Atha Fakhira Abd.Walid 03120170100
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I : pendahuluan
Latar belakang
Rumusan masalah
4. Bab II: pembahasan
Pengertian Al-Qur’an
Kehujanan Al-Qur’an sebagai landasan hukum islam
Sifat hukum yang terdapat didalam Al-Qur’an
Bukti ayat-ayat hukum didalam Al-Qur’an
Pengertian Sunnah/Hadist
Kehujahan Sunnah/Hadits sebagai landasan hukum Islam
Hubungan Sunnah/Hadits dengan hukum didalam Al-Qur’an
5. Bab III : Penutup
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan
hukum yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan
hukum memiliki sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha
Sempurna, yang disampaikan melalui Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, yakni Al
Qur’an Al Kariim. Kemudian sumber hukum agama islam selanjutnya adalah
Sunnah atau yang kita kenal dengan Hadits. Al Qur’an dan Hadits merupakan dua
hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan hidup demi
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kelak.
Rumusan Masalah
A. Bagaimana pengertian Al-Qur’an ?
B. Bagaimana kehujahan Al-Qur’an sebagai landasan hukum Islam ?
C. Bagaimana sifat hukum yang terdapat didalam Al-Qur’an ?
D. Bagaimana bukti ayat-ayat hukum didalam Al-Qur’an ?
E. Bagaimana pengertian Sunnah/Hadits ?
F. Bagaimana kehujahan Sunnah/Hadits sebagai landasan hukum Islam ?
G. Bagaimana Hubungan Sunnah/Hadits dengan hukum didalam Al-Qur’an ?
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Bukti bahwa Al-Qur’an itu adalah hujjah terhadap orang, dan hukum-
hukum Al-Qur’an itu merupakan undang-undang yang wajib bagi orang
mengikutinya. Al qur’an juga adalah rujukan pertama dan utama dalam islam yang
tidak boleh ada yang bertentangan dengannya. Sebagaimana dalam Qur’an surah
ke 4 ayat 105 : ِين َخصِ ي ۭ ًما َ اس ِب َمٓا أَ َر ٰى
َ ك ٱهَّلل ُ ۚ َواَل َت ُكن لِّ ْل َخٓا ِئن ِ ب ِب ْٱل َح ِّق لِ َتحْ ُك َم َبي َْن ٱل َّن
َ ْٟك ْٱل ِك َت َ َإِ َّنٓا أ
َ نز ْل َنٓا إِلَي
Ada pula banyak bukti bukti yang meyakinkan bahwa Al-Qur’an itu
datangnya dari Allah SWT. Sebagai contoh, tidak ada satu pun syair di jazirah arab
yang kuasa melawan tantangan Al-Qur’an, sebagaimana yang tercantum dalam
surah Al-Baqarah (2) ayat 23:
ِ ب ِم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَا فَأْتُوا بِسُو َر ٍة ِم ْن ِم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا ُشهَدَا َء ُك ْم ِم ْن د
ُون هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم ٍ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي
َصا ِدقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang memang benar”
Keseluruhan Al-Qur’an sudah sangat sempurna, dan tak terdapat sedikit pun
kesalahan didalamnya, dan syariatnya pun juga sempurna, sebagaimana yang
dijeleskan Allah dalam Al-Maidah ayat (5): 3.
يت لَ ُك ُم اإْل ِ ْساَل َم ِدينًا
ُ ض ُ م َوأَ ْت َم ْمwْ ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك
ِ ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر ُ ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل
“hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai islam itu jadi agama
bagimu”
Sebagaimana yang kita ketahui, dalil-dalil atau landasan pokok didalam
Islam adalah Al-Qur’an, As sunnah, ijma’, dan qiyas, semua itulah yang akan
menjelaskna Al-Qur’an, awalnya As-Sunnah, lalu Ijma’ dan yang terakhir Qiyas.
Keseluruhan landasannya berasal dari Al-Qur’an
Jadi kesimpulan tentang sifat-sifat hukum yang terkandung dalam Al-
Qur’an, mayoritas hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an itu kulli (umum, garis
besar, global) tidak membicarakan soal yang terperinci (juz’i).
E. Bukti ayat-ayat hukum didalam Al-Qur’an
Ada beberapa bukti ayat didalam Al-Qur’an yang secara tegas menjelaskan
tentang hukum islam, baik hukum aqidah maupun muamalah dan sebagainya,
hukum tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Larangan berbuat zhalim, sebagimana yang dijelaskan dalam ayat : Al-Baqarah:
279:
“maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasulul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiyaya dan
tidak (pula) dianiyaya”
َظلَ ُمونْ َُظلِ ُمونَ َواَل ت ْ ب ِّمنَ ٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِهۦ َوإِن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُءوسُ أَ ْم ٰ َولِ ُك ْم اَل ت ٍ ْوا بِ َحر w۟ ُوا فَأْ َذن
۟ ُفَإِن لَّ ْم تَ ْف َعل
2. Larangan memakan riba, seperti dalam Surah Al-Baqarah: 275:
“orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”
ْ ُالَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا الَ يَقُو ُمونَ إِالَّ َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذلِكَ بِأَنَّهُ ْم قَال
وا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا
wَ َِوأَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا فَ َمن َجاءهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه فَانتَهَ َى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى هّللا ِ َو َم ْن عَا َد فَأُوْ لَـئ
ك
َار هُ ْم فِيهَا خَالِ ُدون ِ َّأَصْ َحابُ الن
3. Mengenai larangan minum khamar, dijelaskan dalam Surah Al-Maidah: 90:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”
َان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُونِ َاب َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيط wُ ص َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل َ ْن
4. Larangan berzina, dijelaskan dalam Surah An-Nur: 2:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
۟ ۟
ِ ين ٱهَّلل ِ إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِى ِدwٱل َّزانِيَةُ َوٱل َّزانِى فَٱجْ لِدُوا ُك َّل ٰ َو ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َواَل تَأْ ُخ ْذ ُكم
َاخ ِر ۖ َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَٓائِفَةٌ ِّمنَ ْٱل ُم ْؤ ِمنِين ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َء
5. Larangan mecuri, Al-Qur’an menjelaskan dalam surah Al-Maidah: 38:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
ِ َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا أَ ْي ِديَهُ َما َج َزا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ ع
َزي ٌز َح ِكي ٌم ِ ق َوالس wُ َّار
ِ َوالس
6. Tentang hukum bunuh (qishash) atas pelaku pembunuhan sengaja dann
terencana, dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah: 178:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar
(diat) kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.”
ى بِٱأْل ُنثَ ٰى فَ َم ْن ُعفِ َى لَ ۥهُ ِم ْنwٰ َصاصُ فِى ْٱلقَ ْتلَى ْٱلحُرُّ بِ ْٱلحُرِّ َو ْٱل َع ْب ُد بِ ْٱل َع ْب ِد َوٱأْل ُنث َ ِب َعلَ ْي ُك ُم ْٱلق َ ِوا ُكت۟ ُٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن
َ
ٌيف ِّمن َّربِّ ُك ْم َو َرحْ َمةٌ فَ َم ِن ٱ ْعتَد َٰى بَ ْع َد ٰ َذلِكَ فَلَهۥُ َع َذاب ٌ ِك ت َْخف َ ُِوف َوأَدَٓا ٌء إِلَ ْي ِه بِإِحْ ٰ َس ٍن ٰ َذل
ِ رعْ م ْ
ٱل
َ ِ ب ٌ
ع ۢ اَ ب ِّأَ ِخي ِه َش ْى ٌء فَٱت
أَلِي ٌم
7. Mengencai ancaman hukuman atas pelaku qazaf, yaitu menuduh orang lain
berzina tanpa saksi, Allah jelaskan dalam Surah An-Nur: 4:
“Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan terhormat (berbuat
zina), kemudian itu tidak mengemukakan empat saksi, maka hendaklah mereka
didera delapan puluh kali dera an, dan janganlah diterima ke saksian dari mereka
selama lamanya. Itulah orang-orang fasik.”
م ثَ َمانِينَ َج ْل َدةً َواَل تَ ْقبَلُوا لَهُ ْم َشهَا َدةً أَبَدًا ۚ َوأُو ٰلَئِكَ هُ ُمwُْت ثُ َّم لَ ْم يَأْتُوا بِأَرْ بَ َع ِة ُشهَدَا َء فَاجْ لِدُوه ِ صنَا َ َْوالَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْال ُمح
َْالفَا ِسقُون
8. Tentang sanksi hukum bagi pelaku kejahatan perampokan, disebutkan dalam
Surah Al-Maidah: 33:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar”
أَوْ تُقَطَّ َع أَ ْي ِدي ِه ْمwُصلَّبُوا
َ أَ ْن يُقَتَّلُوا أَوْ يwض فَ َسا ًدا ِ ْاربُونَ هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَ ْس َعوْ نَ فِي األر ِ إِنَّ َما َج َزا ُء الَّ ِذينَ ي َُح
ِ اآلخ َر ِة َع َذابٌ ع
َظي ٌم ِ ي فِي ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِي ٌ ض َذلِكَ لَهُ ْم ِخ ْز ِ ْالف أَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ األر ٍ َوأَرْ ُجلُهُ ْم ِم ْن ِخ
9. Kemudian tentang larangan melakukan kerusakan, terdapat dalam firman Allah
Al-Baqarah ayat: 205:
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.”
ث َوٱلنَّس َْل َوٱهَّلل ُ اَل ي ُِحبُّ ْٱلفَ َسا َد َ ْك ْٱل َحر ِ َْوإِ َذا ت ََولَّ ٰى َس َع ٰى فِى ٱأْل َر
َ ِض لِيُ ْف ِس َد فِيهَا َويُ ْهل
10. Tentang petunjuk untuk tetap bersikap adil meskipun dalam peperangan, Allah
berfirman dalam surah Al-Maidah ayat: 8:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
ُم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى أَاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو أَ ْق َربwْ قَ َّوا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِ ْس ِط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُكwيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا
َلِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون
Masih banyak lagi hukum-hukum yang terkandung didalam Al-Qur’an dan
tidak kesemuanya dijelaskan atau diuraikan didalam makalah ini.
Dan dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketentuan ketentuan hukum
dalam Al-Qur’an sebagai besarnya disampaikan dalam bentuk prinsip-prinsip
dasar, prinsip-prinsip umum dan bersifat global.[9]
F. Pengertian Sunnah/Hadits
Memang dilihat dari sifat Al-Qur’an jika dijadikan sebagai landasan Hukum
Islam masih bersifat global dan umum, maka setelah Al-Qur’an ada Sunnah
sebagai penjelas dari hukum-hukum yang tercantum didalam Al-Qur’an.