Anda di halaman 1dari 24

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Manajemen

Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan

oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut

dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno, yaitu

menagement, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan melaksanakan.

Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya perencanaan,

pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk

mencapai sasaran secara efisien dan efektif.

Menurut (Handoko, 2003), ada tiga alasan utama mengapa manajemen

diperlukan dalam sebuah organisasi :

- Manajemen diperlukan agar tujuan pribadi dan organisasi dapat tercapai

- Manajemen juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-

tujuan, sasaran, dan kegiatan, yang saling bertentangan dari pihak yang

punya kepentingan dalam organisasi.

- Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja

organisasi

Sebuah organisasi yang sedang berkembang membutuhkan manajemen

dalam beberapa hal; mencakup manajemen mutu, manajemen strategi, manajemen

sumber daya manusia, manajemen produksi, pemasaran, dan manajemen lainnya.


2.1.2 Mutu

Menurut Ali Gufran (2007) istilah mutu memiliki banyak penafsiran yang

mungkin berbeda-beda, ketika ia digunakan untuk menggambarkan sebuah produk

atau pelayanan tertentu. Bisa saja beberapa orang mengatakan bahwa sesuatu

dikatakan bermutu tinggi ketika sesuatu tersebut dianggap lebih baik, lebih cepat,

lebih cemerlang,lux, lebih wah dan biasanya lebih mahal dibandingkan produk atau

layanan yang mutunya dianggap lebih rendah. Hal ini tentu tidak sepenuhnya benar.

Beberapa orang mengartikan layanan kesehatan bermutu adalah layanan yang

memuaskan pelanggan. Padahal layanan yang diberikan tidak memenuhi standar

pelayanan medis profesional.

Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan, bila mutu rendah merupakan

hasil dari ketidaksesuaian. Mutu tidak sama dengan kemewahan. Suatu produk atau

pelayanan yang sesuai dengan segala spesifikasinya akan dikatakan bermutu,

apapun bentuk produknya. Diakui bahwa ada korelasi erat antara biaya dan mutu.

Mutu harus dapat dicapai, dapat diukur, dapat memberi keuntungan dan untuk

mencapainya diperlukan kerja keras. Suatu system yang berorientasi pada

peningkatan mutu akan dapat mencegah kesalahan-kesalahan dalam penilaian.

Kata kunci mutu: kerjakan sesuatu dengan benar sejak awal dan kerjakan tugas

yang benar dengan baik (Emiliana, 2003).

2.1.3 Mutu Layanan

Pengertian mutu layanan adalah kecocokan penggunaan layanan untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan pengguna. Sedangkan Garvin (1998)

menyebutkan mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

14
produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Salah satu tolak ukur penentu

mutu layanan berbasis akreditasi berjalan dengan baik adalah dengan melihat

seberapa besar tingkat kepuasan pasien yang menggunaan jasa layanan puskesmas.

Strategi besar pelayanan kesehatan ini bertumpu pada peningkatan akses

pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, regionalisasi, penguatan Dinkes,

dukungan lintas sektor, dan peningkatan akses baik secara fisik, informasi, maupun

jangkauan (Trimurthy, 2008).

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat

kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik

profesi (Azwar, 1996).

Standar-standar mutu layanan terdiri dari kesesuaian dengan spesifikasi,

kesesuaian dengan tujuan dan manfaat, tanpa cacat (Zero Defects), dan selalu

memikirkan standar pengguna yang terdiri dari memenuhi kepuasan pengguna,

memenuhi kebutuhan pengguna, dan menyenangkan pengguna. Pelayanan yang

baik akan memberikan kepuasan pada pengguna yang akhirnya akan dimanfaatkan

secara ulang-ulang dan merekomendasikan pada orang di sekitarnya.

2.1.4 Dimensi Mutu Layanan

Menurut Lori di Prete Brown ada 8 dimensi mutu pelayanan yang dikutip

oleh (Wijono, 2000) yaitu :

1. Kompetensi teknis yaitu merupakan keterampilan, kemampuan dan

penampilan petugas, manajer dan staf pendukung. Kompetensi teknis

15
berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standart pelayanan

yang telah ditetapkan dalam hal: kepatuhan, ketepatan (accuracy),

kebenaran (reliability), dan konsistensi.

2. Akses terhadap pelayanan adalah pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh

keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan

bahasa.

3. Efektivitas adalah kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas

yang menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai

standart yang ada.

4. Efisiensi adalah Pelayanan yang efisien pada umumnya akan memberikan

perhatian yang optimal kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan

memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki.

5. Kontinuitas adalah Pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang

lengkap yang dibutuhkan tanpa mengulangi prosedur diagnosa dan terapi

yang tidak perlu.

6. Keamanan merupakan dimensi untuk mengurangi resiko cidera, infeksi atau

bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan pelayanan

melibatkan petugas dan pasien

7. Hubungan antar manusia adalah interaksi antara petugas dan pasien yang

baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,

menjaga rahasia, menghormati, responsive, dan memberikan perhatian.

8. Kenyamanan adalah pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung

dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan

16
bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh

pelayanan berikutnya. Amenities juga berkaitan dengan penampilan fisik

dari fasilitas kesehatan, personil,dan peralatan medis maupun non medis.

2.1.5 Mengukur Mutu Layanan

Dalam (Pohan, 2007) mutu pelayanan kesehatan dapat diukur melalui tiga

cara yaitu:

1. Pengukuran Mutu Prospektif

Pengukuran mutu prospektif adalah pengukuran terhadap mutu layanan

kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh sebab

itu, pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau masukan layanan

kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber daya

tertentu agar dapat menghasilkan suatu layanan kesehatan yang bermutu.

2. Pengukuran Mutu Retrospektif

Pengukuran mutu retrospektif adalah suatu pengukuran terhadap mutu

layanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggraan layanan kesehatan

selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa

kegiatan seperti: penilaian rekam medis, cakupan program, target produk yang

dihasilkandan penyelenggaraan pertemuan.

3. Pengukuran Mutu Konkuren

Pengukuran mutu konkuren adalah pengukuran terhadap mutu layanan

kesehatan, yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau

diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan

kadang-kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada rekam medic, wawancara

17
dengan pasien/keluarga/petugas kesehatan, dan mengadakan pertemuan dengan

pasien/ keluaraga/ petugas kesehatan.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan

Menurut Gerson (2004) yang dikutip dari (Budiman & Herlina, 2010) Aspek-

aspek mutu pelayanan dapat diklasifikasikan dengan beberapa komponen yaitu :

1. Struktur

Yaitu sarana fisik, perlengkapan dan peralatan, organisasi dan menejemen

keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lain.

2. Proses

Yaitu semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya dalam interaksi

profesional dengan pasien.

3. Outcome (Keluaran)

Yaitu hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya

terhadap pasien.

Menurut Donabedian (1966) ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) muti

yaitu ada 3 aspek :

2.2.1 Faktor Input atau struktur

Input atau Struktur Input (struktur), ialah segala sumber daya yang

diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat,

fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan

kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.

Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan penggerakan

pelaksanaan pelayanan kesehatan.

18
1. Ketersedian Petugas kesehatan

Petugas kesehatan merupakan unsur yang berpengaruh besar dalam

menentukan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pelayanan kesehatan. Fungsi

utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu

sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu pengetahuan

dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan kepada pasien dan

rumah sakit. Donabedian (1988) mengatakan bahwa perilaku tenaga kesehatan

dalam aspek teknis manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen

psikologi manajemen kontinuitas, koordinasi kesehatan dan penyakit harus

mencakup beberapa hal :

a. Ketepatan diagnosis

b. Ketepatan dan kecukupan terapi

c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap

d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga.

Pelayanan perawatan di pusat layanan kesehatan merupakan bagian integral

secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan pencapaian

tujuan dari puskesmas, rumah sakit, klinik dan fasilitas kesehatan lainnya bahkan

sering menjadi faktor penentu citra di mata masyarakat.

Bedasarkan beberapa hasil penelitian tentang kepuasan masyarakat yang

berobat di Puksesmas menunjukan masih adanya petugas yang selalu marah marah

begitu ada pasien, yang datang, administrasi yang lama, petugas yang sering

19
terlambat dan pulang cepat, selalu menjadi keluhan masyarakat sehingga

menyebabkan masyarakat sering berobat ke pengobatan alternatif

2. Sistem Informasi Kesehatan

Dalam upaya mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi, Dinas

Kesehatan Provinsi mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas

yang berbasis Teknologi Informasi. Prototipe SIK yang dikembangkan mengacu

kepada kebutuhan informasi untuk pengelolaan klien dan unit pelayanan di tingkat

puskesmas, SP2TP, Indikator SPM.

Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang dapat menyajikan informasi

secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan

puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem

kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien,

unit dan sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas

Kesehatan kepada masyarakat.

Penerapan Sistem informasi kesehatan Puskesmas yang terintegrasi dari

semua unit pelayanan. Demikian pula dapat menyajikan informasi secara cepat,

tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat

dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan

berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan

sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.

3. Pelatihan atau Training

Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan

perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja

20
tenga kerja(Simamora, 2006). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun

2003. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,

meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,

sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan

jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pelatihan Iebih terarah pada

peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan

jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini

(current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan

adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.

Saat ini petugas kesehatan harus bekerja sesuai dengan tuntutan untuk

memiliki standar-standar yang baru Sedangkan dengan adanya pelatihan atau

training dalam lingkungan kerja dapat meningkatkan kinerja berupa kompetensi

yang baik dan berkualitas.

4. Alat Kesehatan

Berdasarkan Menteri Kesehatan RI. no. 220/Men.Kes/Per/IX/1976

tertanggal 6 September 1976 adalah Barang, instrumen aparat atau alat termasuk

tiap komponen, bagian atau perlengkapan yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan

untuk digunakan dalam penelitian dan perawatan kesehatan, diagnosis

penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan

atau gejalanya pada manusia. Berdasarkan fungsinya alat kesehatan dapat

digolongkan menjadi beberapa penggolongan antara lain fungsinya, sifat

pemakaiannya, Kegunaannva, umur peralatan, macam & bentuknya, kepraktisan

penyimpanan.

21
Para ahli berasumsi ada beberapa faktor yang mendorong buruknya kualitas

pelayanan di negara-negara skala menengah ke bawah (Low Midle Countries-LMICs)

yakni berasal dari ketersediaan yang tidak memadai dari komponen structural

seperti fasilitas, dan peralatan pemeriksaan. Sarana pelayanan kesehatan yang

menjadi tolak ukur yang mempengaruhi kepuasan pasien saat berada di berada

dipusat layanan kesehatan, dimana terdapat hubungan ketersediaan

fasilitas/sarana pelayanan terhadap peruwujudan mutu pelayanan kesehatan

(Gamrin & Joeharno, 2008)

1. Prasarana

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 dinyatakan bahwa

salah satu prinsip penyelenggaraan Puskesmas adalah pemerataan dimana dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesmas harus dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Berdasarkan data ASPAK

Kemenkes RI 2018 didapatkan informasi bahwa terdapat 33,34 % puskesmas yang

belum memenuhi standard

6. Obat-obatan

Dalam rumah sakit, puskesmas atau pun pusat layanan kesehatan lainnya

obat merupakan sarana yang mutlak diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab

atas pengawasan dan kualitas obat. Meskipun sebagian besar tugas puskesmas

adalah pencegahan, namun sebagian besar masyarakat masih menggunakan

puskesmas sebagai tempat berobat. bukan hanya karena biayanya yang murah,

namun juga karena puskesmas merupakan pelayanan kesehatan pratama yang

22
langsung menjangkau masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan obat yang bermutu

sangat penting di puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian Rumbay (2015) bahwa salah satu penyebab

terjadinya kekosongan obat dipuskesmas adalah perencenaan obat yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan belum sesuai tehnis dan kurangan informasi antara petugas

farmasi dengan Dinas kesehatan.

2.2.2 Faktor Proses

Faktor Proses merupakan pengubahan/transformasi berbagai masukan oleh

kegiatan operasi/produksi menjadi keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa.

Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen

(pasien / masyarakat ).

Donabedian (1966) menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu

pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari

kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara keuntungan yang

diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari

pelayanan diseluruh bagian

Untuk perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungannya. Untuk mencapai mutu layanan yang terpadu perlu diperhatikan

beberapa dimensi sebagai berikut :

1. Ketanggapan

Kemampuan petugas kesehatan memberikan pelayanan kepada masyrakat

dengan cepat dan tepat. Dimensi daya tanggap merupakan dimensi yang bersifat

paling dinamis.

23
2. Kehandalan

Keandalan suatu pelayanan jasa kepada masyarakat, yaitu kemampuan

tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan dengan

percaya diri dan akurat.

3. Emphati

Kemampuan untuk membina hubungan, perhatian dan memahami

kebutuhan pelanggan, dalam pelayanan berupa keramahan petugas kesehatan.

Pelayanan yang empatik sangat memerlukan sentuhan/perasaan pribadi. Dimensi

empati ini merupakan penggabungan dari aspek yaitu a. Akses (acces) meliputi

kemudahan memanfaatkan jasa yang ditawarkan, b. Komunikasi

(communication),yaitu merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk

menyampaikan informasi kepada masyarakat, c. Pemahaman pada konsumen

(understanding the customer), meliputi usaha penyedia jasa untuk mengetahui dan

memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Selain itu waktu tunggu pasien merupakan sebagai salah satu dari bidang

prioritas yang perlu ditangani segera di fasilitas kesehatan publik, fasilitas

diharapkan untuk melakukan survei waktu tunggu, membuat dan menerapkan

proses peningkatan pengurangan waktu tunggu dan mengulanginya secara berkala

untuk melacak peningkatan. Signifikansi dari hal ini adalah bahwa karena laporan

yang dihasilkan adalah waktu tunggu rata-rata, bahkan dalam fasilitas yang

tampaknya berjalan baik dalam hal waktu tunggu, ada proporsi yang signifikan dari

pasien yang masih menunggu jauh lebih lama daripada menunggu Nasional yang

direkomendasikan.

24
2.2.3 Faktor Output

Outcome atau output adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga

kesehatan profesional terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome merupakan

evaluasi hasil akhir dari kesehatan atau kepuasan pelanggan, melalui audit medis

pasca tindakan medis, studi kasus/kematian 48 jam,capaian program, review rekam

medis, informed consent ataupun dari keluhan pasien dan keluarganya

(Donabedian, 1988).

Menurut Pohan (2007) Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan

tenaga kesehatan professional terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan

derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka

pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

Kualitas (mutu) pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh PUSKESMAS

(Preventif, Promosi, Kuratif, Rehabilitatif ) yang optimal.

1. Komponen Ouput ini diuraikan kegiatan program-program dan interaksinya

dari pencapaian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang telah

dilaksanakan oleh Puskesmas baik preventif, promosi, kuratif maupun

rehabilitatif yang dinyatakan dalam satuan jumlah persatuan waktu atau

cakupan/hasil kegiatan, kunjungan frekwensi kontak dan lain-lain.

2. Optimal disini menunjukkan pelayanan program-program yang berkisar

antara 80-100% (sebagai contoh) dari semua komponen proses pelayanan

kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh Puskesmas (cakupan dan target).

Dibawah 80 % kualitas pelayanan program pelayanan Puskesmas dikatakan

tidak atau kurang optimal.

25
Komponen Output mencakup hasil pelayanan atau hasil kegiatan yang dapat

berupa cakupan pelayanan, pengadaan barang dan jasa yaitu kualitas (mutu)

pelayanan Kesehatan dasar oleh Puskesmas, baik yang bersifat preventif- Promosi

sebagai pelayanan kesehatan masyarakat maupun bersifat kuratif- rehabilitatif

yang meliputi :

1. Bagian Program Perbaikan Gizi Masyarakat (Gizi )

Perbaikan gizi adalah kegiatan mengupayakan peningkatan status gizi

masyarakat dengan pengelilaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta

dukungan peran serta aktif masyarakat. Program baik berupa Upaya dan

Pencegahan dan penangulangan Perbaikan Gizi di Puskesmas meliputi :

- Upaya perbaikan gizi keluarga.

- Upaya perbaikan gizi Institusi.

- Pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium.

- Pencegahan dan penanggulangan anemia besi pada ibu hamil dan remaja

putri.

- Pencegahan dan penanggulangan kurang kalori energi protein dan kurang

energi kronis.

- Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A.

- Pencegahan dan penanggulangan masalah kekurangan gizi mikro lain.

- Pencegahan dan penenggulangan masalah gizi lebih.

Tujuan program gizi ini untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta

masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang

baik dan benar sesuai dengan gizi seimbang.

26
2. Bagian Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB)

Kesehatan keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan

sejahtera dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (Depkes, 2013).

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh,

bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO, 2014).

Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan

pasangan usia subur dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu

kehamilan serta jarak antara kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional.

3. Bagian Program Kesehatan lingkungan (Kesling )

Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang

pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor

pelayanan kesehatan, faktor genetik dan prilaku. Bahaya potensial terhadap

kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dan bersifat fisik, kimia dan biologi.

Sejalan dengan kebijaksanaan ‘Paradigma Sehat‘ yang mengutamakan upaya-upaya

yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan

sangat penting, Kegiatan-kgiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan

Puskesmas meliputi :

- Penyehatan air

- Penyehatan makanan dan minumam

- Pengawasan jamban sehat

- Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah

- Penyehatan rumah sehat

27
- Pengawasan sanitasi tempat umum

- Pengamanan polusi industri

- Pengamanan pestisida

4. Bagian Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

Kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan terhadap

kesakitan atau kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya secara sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk

perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan

dini. Program dalam bidang ini meliputi ; TB paru dengan kegiatan penemuan

penderita TBC, program malaria dengan angka insiden malaria ( AMI ), program

ISPA dengan frekuensi penemuan dan penanggulangan pneumonia, program diare

meliputi frekuensi penanggulangan diare, pemberantasan P2B2 demam berdarah,

bahkan hipertensi.

5. Bagian Program Promosi Kesehatan (promkes)

Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberikan pengalaman

belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam

berbagai tatanan dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi dan

melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku dengan

melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat

untuk mengenali, menjaga atau memelihara,meningkatkan dan melindungi

kesehatannya.

6 Bagian Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

28
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan, bahwa untuk

melaksanakan Program Indonesia Sehat diperlukan pendekatan keluarga, yang

mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan

masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan

data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (Permenkes, 2016).

Program Indonesia sehat merupakan salah satu sasaran yang ingin di capai dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang di

dukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.

Program Indonesia sehat ini selanjutnya dituangkan dalam bentuk Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Keputusan Menteri kesehatan

R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

2.3 Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional dan fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat bersifat

menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna dan menjadi upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama (primary health care), dengan lebih mengutamakan upaya promotif

29
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,

menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya.

Kunjungan masyarakat pada suatu unit pelayanan kesehatan tidak saja dipengaruhi

oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya:

sumber daya manusia, motivasi pasien, ketersediaan bahan dan alat, tarif dan

lokasi. Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang

amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas

kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatau wilayah kerja (Kemenkes RI, 2017; Kemenkes RI, 2014).

Menurut Kurniati & Efendi (2012) Puskesmas mempunyai wewenang dan

tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang

secara administratif berdomosili di wilayah kerjanya. Bentuk pelayanan kesehatan

yang diberikan puskesmas bersifat menyeluruh (comprehensive health care service)

yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Selanjutnya puskesmas memberikan prioritas pelayanan dalam hal

pelayanan kesehatan dasar (basic health care service) khususnya upaya promosi

dan pencegahan (public health service).

2.3.1 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan secara nasional,

yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

30
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujudnya derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (Yunita, 2015).

Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan puskesmas yang

tertera pada peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014

Pasal 2 yang mana tujuan tersebut untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki

perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat,

untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan

bermutu, untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat, untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).

2.3.2 Fungsi Puskesmas

Kemenkes RI (2014) dalam Permenkes RI No 75 Tahun 2014 melaporkan

bahwa puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah.kerjanya dan Upaya

kesehatan mayarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam

menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan;

31
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

g. Memantau pelaksanaaan pembangunan agar berwawasan kesehatan ;

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan; dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

Menurut Trihono (2005) terdapat 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas

selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan

lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya,

sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

b. Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.

c. Upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan.

32
d. Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar

perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk

dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam

memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan

program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial

budaya masyarakat setempat.

e. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

2.3.3 Pelayanan Puskesmas

1. Usaha Kesehatan Perorangan (UKP)

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk

puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap (Kemenkes RI, 2016).

Upaya kesehatan perseoran gan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:

a. Rawat jalan;

b. Pelayanan gawat darurat;

c. Pelayanan satu hari (one day care);

33
d. home care; dan/atau

e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

2. Usaha Kesehatan Masyarat (UKM)

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,

peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta

berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Kemenkes RI, 2014).

UKM meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan

masyarakat pengembangan. UKM esensial sebagaimana dimaksud pada meliputi:

(Kemenkes RI, 2014)

a. Pelayanan promosi kesehatan;

b. Pelayanan kesehatan lingkungan;

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

d. Pelayanan gizi; dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2.4 Akreditasi Puskesmas

Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga

independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah

memenuhi standar Akreditasi PMK No. 46 Tahun 2015 pada Puskesmas, Klinik

Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi,

34
hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja

dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di

Puskesmas.

Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya

peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun

sistem manajemen mutu, penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, dan

sistem pelayanan klinis untuk memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan dan

peraturan perundangan serta pedoman yang berlaku (Kemenkes RI, 2014).

Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu:

Kelompok Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam :

1. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)

2. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)

3. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam:

1. Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)

2. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat (KMUKM)

3. Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam:

1. Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)

2. Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)

3. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Pencapaian terhadap elemen-elemen penilaian pada setiap kriteria diukur

dengan tingkatan sebagai berikut:

35
1) Terpenuhi : bila pencapaian elemen ≥ 80 % dengan nilai 10,

2) Terpenuhi sebagian : bila pencapaian elemen 20 % – 79 %, dengan nilai 5

3) Tidak terpenuhi : bila pencapaian elemen < 20 %, dengan nilai 0.

2.5 Kerangka Teoritis

Pendekatan tentang mutu pelayanan dapat dilihat pada kerangka teori

dibawah ini:

Input Process Output


ss

Perawatan klinis
Karakteristik fasilitas - Pengetahuan dan
- Layanan tersedia kemampuan
- Infrastruktur umum - Jenis Pemeriksaan Status kesehatan
- Ketersediaan obat- - Jenis Pelayanan - Status fungsional
obatan, peralatan, - Penjelasan yang diberikan - Meredakan gejala
panduan
- Perawatan dasar dan Hubungan interpersonal Evaluasi pengguna
komprehensif - Waktu menunggu - Kepuasan
- Privasi,Gambar
& kerahasiaan, - Kesadaran
Karakteristik staf
2.1
- Keramahan staf
- Tenaga yang kompeten - Komunikasi yang baik
- Pelatihan - Kehormatan

Tingkat Akreditasi - Program KIA-KB


- Non akreditas - Program Gizi
- Dasar - Program Kesling
- Madya - Program Promkes
- Utama - Program P2P
- Paripurna - PIS-PK
- Angka Kecelakaan
Pasien

Sumber : (Donabedian, 1988) dan (Permenkes RI)

Gambar 2. 1 Kerangka Teoritis

36

Anda mungkin juga menyukai