Nama Kelompok :
1. Muhammd Khoirun Najib (18230021)
2. Anjarika Dini Triutami (18230010)
3. Rizky Widiyatno Nugroho (18230009)
4. Meylinda Amdrey (17230089)
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Ini tidak heran, mengingat sepakbola di Eropa adalah suatu bisnis, suatu hiburan, dan suatu
Industri. Banyak yang terlibat disana, misalkan saja para sponsor, pemain, pendukung,
manajemen klub, dll. Mengingat perputaran uang yang begitu besar dan mereka rata-rata
bermain di klub-klub besar Eropa, Mungkin mereka wajar di hargai semahal itu. Tapi tetap
saja ini terasa tidak adil menurut saya, jika dikaitkan dengan bagaimana perekonomian di
negara-negara berkembang, sangat jauh gap nya. Ini tidak lepas dari sistem ekonomi
kapitalis, yang selalu mengeksploitasi apapun yang menghasilkan uang.
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai
ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini,
sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan,
olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas
penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang
melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai
ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil
berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk
sekaligus pengguna produk. Contoh nilai ekonomi dalam olahraga antara lain:
1. Studi di austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat
menghasilkan pendapatan nasional sebesar aud $4,8 milyar pertahun, aud $ 4 milyar
dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang aud$
1,2 milyar terhadap gop (pereira,2004).
2. Seperti olympiade los angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan
sebesar $ 223 juta dolar.
Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era
industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi
olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan olahraga
sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan.
1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religius atau keagamaan.
2. Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab, tidak ada
lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
3. Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin
berkarier di olahraga, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus
pilihannya. Bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
4. Karakteristik keempat adalah terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya dunia
olahraga, dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan pertandingan
berjalan baik.
5. Karakteristik kelima berkaitan dengan birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi
berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai
tingkat dunia.
6. Dengan makin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba
melakukan kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan. Itu merupakan karakteristik
keenam, dan menjadi daya tarik unik olahraga yang membedakannya dari peristiwa
kesenian atau budaya lainnya.
7. Karakteristik ketujuh menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat,
lebih tinggi, dan lebih baik sangat didambakan seorang atlet.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata
aktivitas fisik.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi
maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti.
Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris,
Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama
dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan
atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian
bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
2.1.2 Olahraga dan Bisnis (Olahraga Komersil)
Sejauh ini, olahraga komersil telah mengglobal dan akan terus berkembang seiring
dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia. Olahraga komersil merupakan bisnis
yang unik. Pemilik dan sponsor adalah orang yang sukses dalam bisnis di mana mereka
mampu membayar atlet berikut timnya sementara. Olahraga komersial nampak telah
menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Perkembanganya dipadukan dengan urbanisasi,
industrialisasi, pengingkatan transportasi, dan teknologi komunikasi.
Olahraga komersial juga telah mengakses para atlet memasuki panggung hiburan,
para atlet dapat menghangatkan suasana ajang pertandingan berkaitan dengan hak-hak dan
penghasilan menjadi penting. Dalam olahraga profesional isu mengenai hak-hak pemain
telah menjadi perhatian utama. Hak mereka terangkat gajipun meningkat. Gaji mereka
akan semakin bertambah dari televisi yang menyiarkan pertandingan mereka
Bisnis adalah sebuah dunia yang berkaitan dengan aspek profit. Sementara olahraga
adalah sebuah kegiatan yang pertama-tama berhubungan dengan masalah bagaimana
membina manusia agar secara fisik dan mental menjadi lebih sehat dan baik. Bisnis dan
olahraga, dengan demikian, adalah dua hal yang berbeda dan tidak saling berkaitan. Itu
adalah sebuah pandangan dahulu.
Anggapan demikian tentu kini tidak lagi berlaku. Bisnis dan olahraga (sport) telah
menjadi dua hal yang saling berdekatan dan saling mendukung. Kedekatan dan saling
hubungan ini justru menjadi semakin kuat. Itu terbukti dari fakta bahwa pemasaran sebagai
bagian penting dalam bisnis sering memanfaatkan setiap momentum dalam kegiatan
olahraga tertentu sebagai ajang untuk berpromosi. Dunia olahraga lalu berdampingan
dengan dunia bisnis. Hubungannya tidak lagi berjauhan dan terpisah, tetapi berdekatan dan
saling membutuhkan.
Kenyataan seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk bisa dimengerti. Dari sisi
dunia olahraga dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis olahraga, apalagi untuk jenis-
jenis olahraga yang amat populer seperti sepakbola, tinju, basket, tenis, voli – sekedar
menyebut beberapa – merupakan kegiatan yang paling banyak menarik perhatian publik.
Dari sisi bisnis, pemasaran (marketing) merupakan bagian yang sangat penting. Dalam
aktivitas pemasaran, seluruh kemampuan dan daya sepenuhnya terarah pada satu tujuan
yaitu merebut sebanyak mungkin calon konsumen untuk sebuah produk atau jasa yang
ditawarkan. Publik luas lalu menjadi ’medan’ sasaran yang hendak dibidik untuk merebut
calon konsumen tadi. Momen kejuaraan dalam pertandingan sebuah jenis olahraga tertentu
adalah momen yang akbar. Di sanalah perhatian ribuan bahkan jutaan pasang mata tertuju.
Di sana kegiatan olahraga menjadi sebuah fokus sekaligus sebuah daya yang mampu
menarik perhatian jutaan pasang mata. Di sana pula sebuah kesempatan dan peluang bagi
para pebisnis untuk tampil mempromosikan produk atau jasa yang dihasilkan. Cara ini
tentu menjadi sangat efektif bagi dunia bisnis. Dunia olahraga, dengan demikian, dapat
dikatakan sebagai sebuah dunia yang telah dan hampir selalu menjadi hal yang penting
bagi sebuah komunikasi bisnis.
Beberapa aktivitas di dunia olahraga dapat dikemukakan sebagai bukti untuk
mendukung penjelasan di atas. Di tingkat Internasional, sebagai contoh, ajang balap
Internasional Formula 1 digunakan oleh para produsen mobil untuk mensponsori pembalap
yang dipandang dapat merepresentasikan perusahaannya. Contoh yang lain, ajang
pertandingan sepakbola Piala Dunia menjadi sarana bagi perusahaan untuk
mempromosikan berbagai produk seperti minuman penyegar dari berbagai merk, pakaian,
sepatu, dan berbagai jenis perlengkapan olahraga, dst. Di tingkat Nasional, hal serupa –
kerjasama dan hubungan anatra bisnis dan olahraga - juga terjadi. Perusahaan Sampoerna,
yang memproduksi berbagai jenis rokok, telah beberapa kali menggelar turnamen liga bola
Voli Sampoerna Hijau. Bukti adanya korelasi dan saling dukung antara bisnis dan olahraga
tentu saja dapat diperpanjang. Namun kiranya kita cukup menyebutkan beberapa saja.
Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang
diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade. Pada saat ini orang
Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub
dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang
dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan
merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga
dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan
sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng
pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat
diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen
diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena
maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan,
meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga,
meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan
tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk,
pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang
tepat, di tempat strategis. Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi
bisnis:
1. Masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan
jiwa, meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas
kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti
ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya
bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan
kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara
(pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas
peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
3. Para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga.
Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha
bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama
derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan
tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
4. Pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya
tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan
materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.
Peluang semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi,
tidak bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan
televisi menjadi sangat penting.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya
lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial.
Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat besar,
keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga dijadikan
bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membawa atlet
memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup lebih baik,
Penggunaan komputer untuk mencari informasi di bidang olahraga juga sering
dimanfaatkan oleh para pecinta bola di tanah air. Sehingga tidak heran apabila para
masyarakat luas sangat antusias di bidang olahraga, dan juga Seiring dengan pola orientasi
dunia baru yang dicirikan oleh akselerasi perkembangan teknologi yang pesat, terutama
teknologi informasi dan berbagai gaya hidup yang membaur serta trend dunia satu,
globalisasi muncul sebagai keniscayaan yang terjadi di seluruh kehidupan, termasuk aspek
ekonomi dan industri. Dalam era globalisasi ini, muncul sebuah terminologi, sportainment
yang mengkonfirmasikan fakta bahwa olahraga bukan lagi sekedar olah tubuh melainkan
juga sebuah industri hiburan dan bisnis pertunjukan yang mengundang ribuan penonton
(secara langsung) dan jutaan pemirsa (melalui media). Olahraga merupakan lahan bisnis
yang teramat subur bagi para produsen untuk mem- promosikan produk-produk mereka
kepada konsumen, sehingga dalam waktu yang relatif cepat dan mudah dapat diraih
keuntungan finansial yang besar. Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana
yang besar. Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang
memang sangat terbatas, maka dalam hal ini yang bisa mengambil peran sebagaimana
menjadikan olahraga sebagai peluang bisnis bagi para pelaku usaha modal. Agar olahraga
di Indonesia dapat berkembang seperti negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Olahraga Depdiknas, 2003 Kebijakan Pemerintah Di Bidang Olahraga. Makassar. KONI
Daerah Sulawesi Selatan.
Harzuki, 2003. Manajemen Olahraga. Jakarta
Litbang KONI Pusat, 2004. Struktur Berprestasi Tinggi. Jakarta: Penerbit Pusat Penataran Litbang
KONI Pusat.
Noerbai, 2003. Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dari Korban Apapun. Jakarta: Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada.
Suhantoro, 2003. Membangun kembali Olahraga Nasional dengan Pendekatan IPTEK Malang.
Jatim: Makalah seminar Universitas Negeri Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta.