Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAGEMEN OLHARAGA

EKONOMI DALAM OLAHRAGA

Nama Kelompok :
1. Muhammd Khoirun Najib (18230021)
2. Anjarika Dini Triutami (18230010)
3. Rizky Widiyatno Nugroho (18230009)
4. Meylinda Amdrey (17230089)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Aktivitas olahraga dewasa ini sudah merupakan kebutuhan hidup baik bagi
masvarakat pedesaan maupun perkotaan. Secara tidak disadari melakukan olahraga dapat
mempengaruhi jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot, tulang,  dan psikologis. Selain itu
olahraga juga digunakan sebagai pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi, Pada umumnya
orang melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Olahraga
merupakan kebutuhan \setiap orang, tidak hanya  bagi yang masih muda saja, tetapi bagi
yang lanjut usia (lansia), olahraga juga masih diperlukan. Dengan berolahraga kebugaran
akan terjaga, tetap sehat dan segar, sehingga dapat menikrnati kebahagiaan.
Kondisi tersebut diatas memberikan peluang bisnis yang sangat menarik dan
menjanjikan untuk peningkatan ekonomi. Hal ini melihat kondisi perekonomian kita
dewasa ini yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Melihat realita perekonomian tersebut,
seseorang akan menentukan jenis usaha apapun akan menemukan banyak kendala karena
barang-barang dagangan sering mengalami perubahan harga yang tidak rasional.
Dari fenomena tersebut usaha yang paling menjanjikan dan tidak terlalu banyak
mengandung resiko adalah usaha jasa. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, usaha jasa
secara ekonomi tidak memerlukan modal yang banyak, tetapi satu-satunya modal yang
harus dimiliki adalah harus mempunyai keterampilan tertentu, misalnva menguasai dan
trampil senam aerobik ataupun fitness.  Dengan mengusai hal tersebut sanggar-sanggar
senam ataupun klub – klub kebugaran akan menghubungi untuk menjadi instruktur pada
sanggar atau klub kebugarannya.

1.2    Rumusan Masalah.


a.      Apa Nilai Ekonomi Dalam Olahraga ?
b.      hubungan olahraga dengan ekonomi ?
c. Bagaimana hubungan Olahraga dan Bisnis (Olahraga Komersil) ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Nilai Ekonomi Dalam Olahraga


Olahraga tidak hanya jasmani dan rohani tetapi juga bisa menjamin kesejahteraan
atletnya," bakat dan semangat saja dalam mengembangkan olahraga tidak cukup namun
diperlukan manajemen olahraga yang baik dan benar.
Disaat dunia mengalami krisis keuangan global, disaat kebanyakan masyarakat negara-
negara berkembang seperti Indonesia, dan negara-negara miskin di Afrika mengalami
kelaparan dan kekurangan pangan, ada satu hal yang ingin saya perlihatkan kepada teman-
teman semua, Ini mungkin menarik buat teman-teman yang menggemari olah raga
sepakbola. Saya ingin membahas mengenai gaji para pemain sepakbola Eropa yang
merupakan gaji tertinggi bagi pemain sepakbola di seluruh dunia. Ini adalah daftar 5 gaji
para pemain tersebut yang merupakan gaji bulanan mereka:
1.    Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan / Swedia), dan Ricardo Kaka' (AC Milan / Brazil),
dengan gaji EURO 750.000 atau Rp. 11 Milyar 970 Juta perbulan
2.    Lionel Messi (FC Barcelona / Argentina) dengan gaji EURO 700.000 atau Rp. 11 Milyar
172 juta
3.    John Terry dan Frank Lampard (Chelsea FC dan Inggris) sebesar EURO 631.182 atau
Rp. 10 Milyar 73 juta 664 ribu
4.    Thierry Henry dan Samuel Eto'o (FC Barcelona dan Perancis, Kamerun) sebesar EURO
625.000 atau sama dengan Rp. 9 Milyar 975 juta
5.    Pemain terbaik dunia 2008 versi FIFA, Christiano Ronaldo (Manchester United /
Portugal) sebesar EURO 563.555 atau Rp. 8 Milyar 994 juta 337 ribu.
Melihat gaji diatas, rasanya fantastis dan luar biasa, karena nilai nominal nya yang
begitu besar dan banyak, padahal itu hanya gaji mereka dalam sebulan. Coba bandingkan
disini ?? Berapa rata-rata penghasilan karyawan ?? Bahkan gaji mereka mengalahkan
seorang Presiden. Pemain sepakbola di Indonesia-pun gaji tertingginya, berkisar antara Rp.
100 Juta perbulan (Bambang Pamungkas-Persija Jakarta).

Ini tidak heran, mengingat sepakbola di Eropa adalah suatu bisnis, suatu hiburan, dan suatu
Industri. Banyak yang terlibat disana, misalkan saja para sponsor, pemain, pendukung,
manajemen klub, dll. Mengingat perputaran uang yang begitu besar dan mereka rata-rata
bermain di klub-klub besar Eropa, Mungkin mereka wajar di hargai semahal itu. Tapi tetap
saja ini terasa tidak adil menurut saya, jika dikaitkan dengan bagaimana perekonomian di
negara-negara berkembang, sangat jauh gap nya. Ini tidak lepas dari sistem ekonomi
kapitalis, yang selalu mengeksploitasi apapun yang menghasilkan uang.
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai
ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini,
sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan,
olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas
penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang
melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai
ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil
berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk
sekaligus pengguna produk. Contoh nilai ekonomi dalam olahraga antara lain:
1.    Studi di austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat
menghasilkan pendapatan nasional sebesar aud $4,8 milyar pertahun, aud $ 4 milyar
dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang aud$
1,2 milyar terhadap gop (pereira,2004).
2.    Seperti olympiade los angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan
sebesar $ 223 juta dolar.
Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era
industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi
olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan olahraga
sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan.
1.      Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religius atau keagamaan.
2.      Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab, tidak ada
lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
3.      Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin
berkarier di olahraga, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus
pilihannya. Bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
4.      Karakteristik keempat adalah terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya dunia
olahraga, dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan pertandingan
berjalan baik.
5.      Karakteristik kelima berkaitan dengan birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi
berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai
tingkat dunia.
6.      Dengan makin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba
melakukan kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan. Itu merupakan karakteristik
keenam, dan menjadi daya tarik unik olahraga yang membedakannya dari peristiwa
kesenian atau budaya lainnya.
7.      Karakteristik ketujuh menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat,
lebih tinggi, dan lebih baik sangat didambakan seorang atlet.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata
aktivitas fisik.

2.1.1   Hubungan olahraga dengan ekonomi


Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan
olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang tendensius,
daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah lebih baik digunakan
untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140 juta. Pendapat dan analisis
yang demikian tentu sah-sah saja.
Tetapi benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang
bisa diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari sebuah
kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab secara pasti, jika saja
tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.
Bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak
sedikit saya kira adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ketika suatu negara atau daerah
menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan
untuk membiayainya. Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong
tumbuhnya ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade
Los Angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar.
Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan
logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa
olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan ekonomi
disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang berebut untuk
menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala
Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya ingin melihat hubungan olahraga
dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat resiprokal. Artinya, olahraga mempengaruhi
ekonomi dan ekonomi mempengaruhi olahraga.

Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi
maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti.
Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris,
Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama
dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan
atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian
bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
2.1.2   Olahraga dan Bisnis  (Olahraga Komersil)
Sejauh ini, olahraga komersil telah mengglobal dan akan terus berkembang seiring
dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia. Olahraga komersil merupakan bisnis
yang unik. Pemilik dan sponsor adalah orang yang sukses dalam bisnis di mana mereka
mampu membayar atlet berikut timnya sementara. Olahraga komersial nampak telah
menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Perkembanganya dipadukan dengan urbanisasi,
industrialisasi, pengingkatan transportasi, dan teknologi komunikasi.
Olahraga komersial juga telah mengakses para atlet memasuki panggung hiburan,
para atlet dapat menghangatkan suasana ajang pertandingan berkaitan dengan hak-hak dan
penghasilan menjadi penting. Dalam olahraga profesional isu mengenai hak-hak pemain
telah menjadi perhatian utama. Hak mereka terangkat gajipun meningkat. Gaji mereka
akan semakin bertambah dari televisi yang menyiarkan pertandingan mereka
Bisnis adalah sebuah dunia yang berkaitan dengan aspek profit. Sementara olahraga
adalah sebuah kegiatan yang pertama-tama berhubungan dengan masalah bagaimana
membina manusia agar secara fisik dan mental menjadi lebih sehat dan baik. Bisnis dan
olahraga, dengan demikian, adalah dua hal yang berbeda dan tidak saling berkaitan. Itu
adalah sebuah pandangan dahulu.
Anggapan demikian tentu kini tidak lagi berlaku. Bisnis dan olahraga (sport) telah
menjadi dua hal yang saling berdekatan dan saling mendukung. Kedekatan dan saling
hubungan ini justru menjadi semakin kuat. Itu terbukti dari fakta bahwa pemasaran sebagai
bagian penting dalam bisnis sering memanfaatkan setiap momentum dalam  kegiatan
olahraga tertentu sebagai ajang untuk berpromosi. Dunia olahraga lalu berdampingan
dengan dunia bisnis. Hubungannya tidak lagi berjauhan dan terpisah, tetapi berdekatan dan
saling membutuhkan.
Kenyataan seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk bisa dimengerti. Dari sisi
dunia olahraga dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis olahraga, apalagi untuk jenis-
jenis olahraga yang amat populer seperti sepakbola, tinju, basket, tenis, voli – sekedar
menyebut beberapa – merupakan kegiatan yang paling banyak menarik perhatian publik.
Dari sisi bisnis, pemasaran (marketing) merupakan bagian yang sangat penting. Dalam
aktivitas pemasaran, seluruh kemampuan dan daya sepenuhnya terarah pada satu tujuan
yaitu merebut sebanyak mungkin calon konsumen untuk sebuah produk atau jasa yang
ditawarkan. Publik luas lalu menjadi ’medan’ sasaran yang hendak dibidik untuk merebut
calon konsumen tadi. Momen kejuaraan dalam pertandingan sebuah jenis olahraga tertentu
adalah momen yang akbar. Di sanalah perhatian ribuan bahkan jutaan pasang mata tertuju.
Di sana kegiatan olahraga menjadi sebuah fokus sekaligus sebuah daya yang mampu
menarik perhatian jutaan pasang mata. Di sana pula sebuah kesempatan dan peluang bagi
para pebisnis untuk tampil mempromosikan produk atau jasa yang dihasilkan. Cara ini
tentu menjadi sangat efektif bagi dunia bisnis. Dunia olahraga, dengan demikian, dapat
dikatakan sebagai sebuah dunia yang telah dan hampir selalu menjadi hal yang penting
bagi sebuah komunikasi bisnis.
Beberapa aktivitas di dunia olahraga dapat dikemukakan sebagai bukti untuk
mendukung penjelasan di atas. Di tingkat Internasional, sebagai contoh, ajang balap
Internasional Formula 1 digunakan oleh para produsen mobil untuk mensponsori pembalap
yang dipandang dapat merepresentasikan perusahaannya. Contoh yang lain, ajang
pertandingan sepakbola Piala Dunia menjadi sarana bagi perusahaan untuk
mempromosikan berbagai produk seperti minuman penyegar dari berbagai merk, pakaian,
sepatu, dan berbagai jenis perlengkapan olahraga, dst. Di tingkat Nasional, hal serupa –
kerjasama dan hubungan anatra bisnis dan olahraga -  juga terjadi. Perusahaan Sampoerna,
yang memproduksi berbagai jenis rokok, telah beberapa kali menggelar turnamen liga bola
Voli Sampoerna Hijau. Bukti adanya korelasi dan saling dukung antara bisnis dan olahraga
tentu saja dapat diperpanjang. Namun kiranya kita cukup menyebutkan beberapa saja.
Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang
diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade. Pada saat ini orang
Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub
dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang
dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan
merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga
dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan
sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng
pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat
diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen
diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena
maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan,
meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga,
meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan
tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk,
pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang
tepat, di tempat strategis. Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi
bisnis:
1.         Masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan
jiwa, meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas
kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti
ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
2.         Tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya
bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan
kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara
(pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas
peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
3.         Para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga.
Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha
bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama
derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan
tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
4.         Pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya
tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan
materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.
Peluang semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi,
tidak bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan
televisi menjadi sangat penting.

2.1.3 Peran Internet di Bidang Olahraga


Pada zaman dimana informasi sudah menjadi unsur dominan dalam kehidupan saat ini,
media massa memegang peranan penting dalam menyebarkan dan menyampaikan
informasi kepada masyarakat, informasi yang disampaikan kepada masyarakat dikemas
melalui berita. Setiap hari masyarakat disuguhkan dengan berbagai macam berita seperti
berita olahraga , baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
Media Internet merupakan media audio visual, artinya media menampilkan gambar hidup
dan mempunyai suara sehingga menarik minat masyarakat. Tetapi berbagai media internet
lebih ke media visual nya saja. Berbeda dengan media elektronik, media cetak hanya
berupa tulisan dan gambar yang dicetak pada kertas tertentu.
Kabar di dunia olahraga sangatlah beragam, khususnya pada bidang Sepak bola
yang saat ini sedang mendunia. Kabar tersebut sangatlah dibutuhkan oleh para pecinta
bola, siapapun para pecinta bola pasti ingin mendapatkan kabar informasi tentang tim atau
kabar lainnya yang disukai. Tentunya media internet ini menjadi jembatan dimana pecinta
bola ingin mendapatkan informasi sepak bola, kali ini di dalam artikel akan dijelaskan
dimana pemanfaatan komputer di bidang olahraga, yang di bantu oleh media internet
sebagai penerimaan informasi olah raga.
Goal.com adalah salah satu media informasi olahraga yang saat ini digunakan para
usia dini sampai usia tua untuk mendapatkan kabar terbaru dari bidang olahraga khusunya
sepak bola luar negeri maupun dalam negeri. Dalam pemanfaatan komputerisasi ini para
pencinta sepakbola di manjakan oleh kabar-kabar terbaru, dimulai dari pemain-pemain
baru sampai ke hasil pertandingan sepak bola.

2.1.4 Strategi ekonomi dalam Olahraga


Event Olahraga dalam Industri Olahraga Salah satu unsur penting industri olahraga yang
dapat berkembang menjadi orientasi industri adalah event. Event olahraga mengandung
dua aspek sebagai faktor penting yang menjamin bergulirnya industri di bidang
keolahragaan, yaitu bagaimana membangun olahraga (internal) dan bagaimana menjual
olahraga (eksternal). Aspek internal melibatkan partisipasi masyarakat dan perangkat
infrastruktur (tools), sebagai pembangun event olahraga (entertainer), sedangkan aspek
eksternal meliputi publik, media, dan partner, sebagai penjual event olahraga yang bermutu
(IAAF, 2003, dalam Lumintuarso, 2005: 7). Partisipasi berarti suatu upaya untuk
mempertunjukkan partisipan olahraga dengan mengembangkan kualitasnya dengan tujuan
untuk membuat olahraga bernilai tinggi. Tools adalah semua yang terlibat membantu
partisipan, seperti: organisasi, infrastruktur, training, dan komunikasi untuk menjamin
pelaksanaan event, sehingga dapat memberikan citra yang positif ditinjau dari segi
atraktivitas, sportivitas, dan prestasi. Sasaran eksternal adalah bagaimana menjual olahraga
dengan mengacu pada aspek publik, yaitu masyarakat umum yang mengikuti event dan
kegiatan olahraga secara langsung atau melalui media. Media merupakan alat bantu
olahraga untuk menghubungkan dengan publik melalui sistem hubungan kerja sama (hak
siar, berita, dll.). Media dapat berupa media elektronik, cetak, dan fotografi, serta teknologi
informasi, yang meliputi internet, press, broadcasting. Partner adalah kelompok
masyarakat yang menyumbangkan uang/dana untuk olahraga. Mercka itu adalah sponsor,
pemerintah, dan pemegang saham penyiaran. Kemudian dalam
Pemasaran Olahraga Olahraga merupakan media kegiatan pemasaran yang cukup kuat
dalam merebut hati konsumen. Jika digarap dengan sungguh-sungguh, pemasaran olahraga
(sport marketing) mempunyai daya tarik yang sangat ampuh bagi pemasar dalam upaya
memperkuat brand awareness dan brand image konsumen (Ilhamdi, 2008: 1). Kemeriahan
pertandingan, pakaian mentereng, aksesoris lainnya yang membuat panggung pertandingan
menjadi gemerlap, merupakan objek empuk untuk dikemas dan disiarkan kepada khalayak
yang haus akan hiburan. Berbagai event olahraga, seperti Kompetisi Liga Djarum
Indonesia, Copa Indonesia, Piala Coca-Cola, Indonesian Basket Ball League, Tennis
Commenwealth WTA, Speedy Tour d'Indonesia, dan kegiatan olahraga lainnya yang masih
berjalan merupakan bukti nyata bahwa perkembangan pemasaran olahraga di Indonesia
terus mengalami pening- katan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Pemasaran
olahraga tidak hanya berbicara tentang mengelola pemasarannya tetapi juga bagaimana
mengelola entertainment menjadi sebuah produk pemasaran, baik secara teknis maupun
nonteknis. NBA, liga bola basket Amerika terkemuka di dunia, dari sisi teknis mereka
menampilkan permainan tim yang menghibur, yang kadang-kadang sudah keluar dari
pakem/ text boox. Semua itu sengaja dilakukan untuk menghibur dan memiliki nilai jual
agar timnya digemari oleh para fas. Dari sisi nonteknis, penonton bola basket dapat melihat
gerakan cheerleader yang atraktif dan menghibur di sela-sela waktu istirahat pemain yang
juga memiliki nilai jual, sehingga keseluruhan acara NBA memiliki daya jual yang bagus
di mata beberapa perusahaan agar menanamkan investasi mereka di Liga Bola basket
tersebut. Menurut Kotler (1995: 15) yang dimaksud dengan pemasaran adalah proses
peren- canaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi
dari barang/jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran
yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam
pema- saran perlu ada manajemen pemasaran, yaitu suatu proses yang mencakup analisis,
peren- canaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang meliputi barang atau jasa serta gagasan
ber- dasarkan pertukaran dan tujuannya dengan memberikan kepuasan bagi para pihak
yang terlibat. Dengan demikian, manajemen pemasaran olahraga dapat diartikan sebagai
suatu proses analisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tentang produk/jasa,
harga, promosi, distribusi/penyampaian, fasilitas fisik, orang, proses, dan janji yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan individu atau organisasi.
2.1.5   Olahraga dan Ekonomi Pariwisata
Olahraga merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada
manusia untuk bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah
menggantikan peran yang destruktif dan melenyapkan kebudayaan. Menurut Arismundar
(1997), pariwisata juga akan merupakan kegiatan serta memberikan kesempatan kepada
manusia untuk bergerak, melihat, belajar, bergaul; mengenal budaya, alam sekitar,
keunggulan, keajaiban ataupun keistimewaan tempat lain. Pariwisata juga akan
berkembang sampai ke wisata ilmu dan teknologi, serta wisata olahraga.
Penyelenggaraan pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan olahraga
iuga akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang strategis. Pariwisata
dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan.
Pariwisata dan olahraga adalah ujung tombak kehidupan masa depan. Kebutuhan
pariwisata dan olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat memicu bisnis baru,
jasa dan produk baru. Karena kepentingan dan kebermanfaatan pariwisata dan olahraga
serta keterkaitannya dengan kemajuan bidang lain, maka koordinasi dan dukungan semua
pihak (instansi pemerintah, induk dan cabang organisasi olahraga, pelaku usaha dan
organisasinya, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) sangat diperlukan.
Promosi pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada sehingga
berorientasi pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi, pameran,
acara adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan pariwisata sendiri.
Satu cita-cita mulia yang belum berhasil diwujudkannya adalah membawa olahraga
Indonesia menjadi sebuah industri yang membanggakan. Sebab, dengan mengindustrikan
olahraga, secara ekonomi para atlet kita  bisa mapan. Karena, dengan mengindustrikan
olahraga, segala aktivitas bisnis dilibatkan di dalamnya, sehingga semua pembiayaan
olahraga yang profesional dengan fasilitas yang lengkap dapat tercipta.
Pertanyaannya, apakah olahraga kita dapat dijadikan industri? Apa pun
jawabannya, harus diakui jika ingin memajukan olahraga nasional, mengindustrikan
olahraga menjadi suatu keharusan. Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya
dana yang besar. Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang
memang sangat terbatas.
Persoalannya, sepak bola yang digandrungi publik saja, masih belum 100 persen
menjadi industri. Misalnya, banyak klub sepak bola masih “menyusu” pada dana APBD
lantaran belum dapat menjadikan sepak bola sebagai industri. Karena, indikasi olahraga
industri adalah kemampuan menutup biaya operasional dari kegiatan olahraga itu sendiri.
Bulu tangkis dan tinju pun belum seberapa sanggup mengindustrikan dirinya.
Perusahaan yang bersedia menjadi sponsor pun tak banyak. Ini disebabkan minat publik
terhadap kedua cabang ini masih minim. Lalu, apakah cabang olahraga lain yang sangat
minim peminatnya, dapat dijadikan industri? Sulit dibantah bahwa jika ingin
mengindustrikan olahraga, maka usaha pertama adalah menjadikan olahraga itu diminati
publik, sehingga dapat merangsang dunia usaha untuk mensponsorinya. Karena, bagi dunia
industri, segala biaya yang dikeluarkan harus berjalan paralel dan linear dengan
produktivitas dan keuntungan. Setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam dunia
olahraga harus memiliki keuntungan ekonomi.
Jadi, usaha dari Kemenpora dan para pengembang olahraga adalah sejauh mungkin
menciptakan sinergi kepentingan dan keuntungan antara olahraga dengan dunia bisnis. Jika
tidak, amat sulit mewujudkan misi mengindustrikan olahraga. Cita-cita mulia itu pun
akhirnya hanya menggantung di awan.

BAB II
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya
lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial.
Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat besar,
keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga dijadikan
bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membawa atlet
memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup lebih baik,
Penggunaan komputer untuk mencari informasi di bidang olahraga juga sering
dimanfaatkan oleh para pecinta bola di tanah air. Sehingga tidak heran apabila para
masyarakat luas sangat antusias di bidang olahraga, dan juga Seiring dengan pola orientasi
dunia baru yang dicirikan oleh akselerasi perkembangan teknologi yang pesat, terutama
teknologi informasi dan berbagai gaya hidup yang membaur serta trend dunia satu,
globalisasi muncul sebagai keniscayaan yang terjadi di seluruh kehidupan, termasuk aspek
ekonomi dan industri. Dalam era globalisasi ini, muncul sebuah terminologi, sportainment
yang mengkonfirmasikan fakta bahwa olahraga bukan lagi sekedar olah tubuh melainkan
juga sebuah industri hiburan dan bisnis pertunjukan yang mengundang ribuan penonton
(secara langsung) dan jutaan pemirsa (melalui media). Olahraga merupakan lahan bisnis
yang teramat subur bagi para produsen untuk mem- promosikan produk-produk mereka
kepada konsumen, sehingga dalam waktu yang relatif cepat dan mudah dapat diraih
keuntungan finansial yang besar. Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana
yang besar. Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang
memang sangat terbatas, maka dalam hal ini yang bisa mengambil peran sebagaimana
menjadikan olahraga sebagai peluang bisnis bagi para pelaku usaha modal. Agar olahraga
di Indonesia dapat berkembang seperti negara lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Olahraga Depdiknas, 2003 Kebijakan Pemerintah Di Bidang Olahraga. Makassar. KONI
Daerah Sulawesi Selatan.
Harzuki, 2003. Manajemen Olahraga. Jakarta
Litbang KONI Pusat, 2004. Struktur Berprestasi Tinggi. Jakarta: Penerbit Pusat Penataran Litbang
KONI Pusat.
Noerbai, 2003. Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dari Korban Apapun. Jakarta: Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada.
Suhantoro, 2003. Membangun kembali Olahraga Nasional dengan Pendekatan IPTEK Malang.
Jatim: Makalah seminar Universitas Negeri Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai