Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Pemerintah di negara-negara sedang berkembang pada umumnya turut secara aktif dalam
upaya membangun koperasi. Keikutsertaan Pemerintah negara-negara sedang berkembang ini,
selain didorong oleh adanya kesadaran untuk turut serta dalam membangun koperasi, juga
merupakan hal yang sangat diharapkan oleh gerakan koperasi. Hal ini antara lain didorong oleh
terbatasnya kemampuan koperasi di negara sedang berkembang, untuk membangun dirinya atas
kekuatan sendiri.

Ada beberapa segi koperasi yang pembangunannya memerlukan bantuan pemerintah. Di satu
pihak, melalui beberapa Departemen teknis yang dimilikinya, Pemerintah diharapkan dapat
melakukan pembinaan secara langsung terhadap kondisi internal koperasi. Sebagaimana terjadi
di Indonesia, Departemen Koperasi dan PPK misalnya, dapat melakukan pembinaan dalam
bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi. Sedangkan departemen-departemen teknis
yang lain dapat melakukan pembinaan sesuai dengan bidang teknis yang menjadi
kompentensinya masing-masing.

Agar keikutsertaan pemerintah dalam pembinaan koperasi itu dapat berlangsung secara
efektif, tentu perlu dilakukan koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannnya
adalah terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional. Dengan
terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan.koperasi, maka koperasi diharapkan dapat
benar-benar meningkat kemampuannya, baik dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat di sekitarnya, maupun dalam turut serta membangun sistem perekonomian nasional.

Di pihak yang lain, dengan kekuasaan yang dimilikinya, Pemerintah diharapkan dapat
menciptakan iklim usaha yang mendorong perkembangan koperasi secara sehat. Sebagai
organisasi ekonomi, perkembangan koperasi tidak mungkin dapat dilepaskan dari kondisi
persaingan yang dihadapinya dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain. Persaingan koperasi
dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain ini, selain memiliki arti positif, dapat pula memiliki arti
negative bagi perkembangan koperasi. Hal itu sangat tergantung pada iklim usaha tempat
berlangsungnya proses persaingan tersebut. Sehubungan dengan itu. Maka Pemerintah
\diharapkan dapat menjamin berlangsungnya proses persaingan itu secara sehat.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembangunan koperasi dan perundang-undangannya di Indonesia?
2. Apa saja tantangan , kendala, dan peluang dalam pembangunan koperasi di
Indonesia?
3. Bagaimana arahan, sasaran, dan kebjaksanaan pembangunan koperasi?

1
c. Tujuan

Pembaca dapat memahami secara keseluruhan berbagai kebijaksanaan yang ada sehingga
mampu menerapkan strategi di perusahaan atau organisasi koperasi dan dapat menunjukkan
contoh-contoh penerapan strategi dan kebijaksanaan pemerintah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. STRATEGI DAN PROGRAM-PROGRAM KOPERASI

Ada beberapa segi koperasi yang pembangunannya memerlukan bantuan pemerintah. Di


satu pihak melalui beberapa departemen teknis yang dimilikinya, pemerintah diharapkan dapat
melakukan pembinaan secara langsung terhadap kondisi internal koperasi. Keikutsertaan
pemerintah dalam pembinaan koperasi itu dapat berlangsung secara efektif, tentu perlu dilakukan
koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah agar terdapat keselarasan
dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional.

Program-program koperasi koperasi dalam kebijaksanaan pembinaan kelembagaan


koperasi dan pengembangan usaha koperasi :

a. Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi para pengurus, manajer, karyawan, anggota
badan pemeriksa, kader koperasi dan Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL).
b. Bimbingan dan konsultasi untuk meningkatkan tertib organisasi terutama dalam
penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT) .
c. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen koperasi.
d. Meningkatakan kemampuan penerapan sistem akuntansi koperasi.
e. Meningkatkan kemampuan pengawasan internal koperasi primer.
f. Meningkatkan partisipasi aktif anggota.
g. Penyediaan informasi usaha.
h. Pelaksanaan kegiatan praktik kerja atau magang bagi para pengelola usaha KUD.
i. Pelaksanaan kegiatan studi banding bagi para manajer koperasi untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan.
j. Penyuluhan untuk meningkatkan produktivitas usaha anggota melalui pendekatan
kelompok.
k. Penyediaan sarana usaha koperasi dalam rangka meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat sekitarnya di daerah tertinggal,
transmigrasi, perbatasan dan terisolasi.

Usaha koperasi perlu kerjasama dan kemitraan antara koperasi dengan BUMN dan swasta
dengan :

a) Meningkatkan kegiatan temu usaha


b) Meningkatkan penghimpunan dan penyaluran dana yang berasal dari penyisihan 1-5
persen laba bersih BUMN untuk pembinaan koperasi
c) Memperluas kesempatan pemilikan saham perusahaan swasta yang sehat oleh koperasi
terutama untuk koperasi-koperasi primer termasuk KUD disekitar lokasi kerja

3
perusahaan, serta untuk koperasi yang mempunyai kaitan usaha dibidang produksi
ataupun dibidang distribusi dengan perusahaan swasta yang bersangkutan.

B. KARAKTERISTIK PERMASALAHAN KOPERASI

Dari hasil kerja nyata yang dilakukan baik dalam rangka pengerahan tenaga kerja sarjana
muda dan penataran koperasi dapat dikemukakan berbagai persoalan yang dihadapi koperasi
dewasa ini.

Persoalan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi menjalankan


usahanya dengan baik.
2. Tantangan masyarakat sendiri terhadap koperasi koperasi; karena kegagalan pada waktu
yang lalu tanpa adanya pertanggung jawaban kepada masyarakat menimbulkan
ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi.
3. Adanya peraturan-peraturan pemerintah (daerah) yang mencampuri kehidupan koperasi
misalnya mengambil alih usaha koperasi.
4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan sekarang tidak
dimanfatkan untuk meneruskan usaha justru menciutkan usaha.
5. Pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas.
6. Pengurus koperasi juga tokoh masyarakat sehingga rangkap jabatan, ini menimbulkan
fokus ke koperasi berkurang.
7. Ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam memulihkannya.
8. Dana terbatas sehingga tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas, padahal teknologi
berkembang pesat.
9. Administrasi kegiatan belum memenuhi standar tertentu .
10. Kebanyakan anggota kurang solidaritasnya untuk berkoperasi, di lain pihak anggota
banyak yang berutang pada koperasi.
11. Modal usaha yang relatif kecil mengakibatkan volume usaha terbatas.

Apabila dikaji lebih lanjut maka selama PJP I dapat ditemui ancaman, tantangan, dan kendala
serta peluang pembangunan.

Ancaman, Tantangan, dan Kendala

a. persaingan usaha akan semakin ketat


b. mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju dan mandiri serta
memiliki daya saing
c. struktural dan sistem untuk mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berakar kuat dalam masyarakat
d. tingkat kemampuan dan profesionalisme SDM koperasi belum memadai
e. lemahnya strukur permodalan koperasi
f. terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi koperasi

4
g. kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya, serta belum berfungsinya
secara penuh mekanisme karja antar pengurus dan antar pengurus dengan pengelola
koperasi
h. masih kurangnya kepercayaan untuk saling kerjasama dengan pelaku ekonomi lain dan
antar koperasi
i. kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di wilayah tertentu
j. kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembinaan
koperasi antar sektor dan antar daerah
k. kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi

Peluang

a. aspek pemeratan diprioritaskan oleh pemerintah


b. undang-undang Nomor 25 tahun 1992 memungkinkan konsolidasi koperasi primer ke
dalam koperasi sekunder
c. kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan berkembangnya tuntutan masyarakat
untuk lebih membangun koperasi dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi yang
berlandaskan pancasila dan UUD 1945
d. pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
e. perekonomian dunia yang makin terbuka berakibat makin terbukanya pasar internasional
bagi hasil produksi koperasi Indonesia
f. industrialisasi membuka peluang usaha dibidang agrobisnis, agroindustri dan industri
pedesaan lainnya
g. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya tanaman mendorong
diversifikasi usaha koperasi

C. KEMAMPUAN KOPERASI MEMECAHKAN PERSOALAN

Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif akut, kronis, lebih
berat oleh karena beberapa sebab:

a. Kenyataan bahwa para pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa dengan sistem
penjatahan sehingga mereka dulu tinggal berproduksi, bahan mentah tersedia, pemasaran sudah
ada salurannya karena sistemnya sales market, sekarang sistem ekonomi terbuka dengan ciri
persaingan sempurna. Maka dari itu perlu penyesuaian diri dan ini memakan waktu yang lama.

b. Para anggota pengurus kurang pengetahuan dan skill dalam manajemen. Harus ada minat
untuk mengembangkan diri menghayati soal-soal yang dihadapi

c. Pemikiran sempit, maka timbul usaha manipulasi

5
d. Kurangnya loyalitas dan cenderung lebih individu, tidak ada waaktu untuk berkomunikasi dan
tidak ada tujuan yang harmonis antara anggota dengan koperasi.

Pada hakikatnya dapatlah disimpulkan bahwa kemampuan koperasi menanggulangi soal-


soal pelik kurang sekali. Apabila kemampuan ini tidak ditingkatkan masa depan koperasi akan
suram.

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOPERASI

Selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama (PJP I) pembangunan koperasi di
Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memuaskan. Walaupun demikian
pembangunan koperai selama PJP I masih jauh dari sempurna, berbagai kelemahan mendasar
masih mewarnai koperasi. Kelemahan mendasar itu misalnya: kelemahan manajerial, kelemahan
sumber daya manusia, kelemahan permodalan, dan kelemahan pemasaran.

Pelaksanaan pembangunan koperasi dalam PJP II diharapkan dapat lebih ditingkatkan,


sehingga selain koperasi tumbuh menjadi perusahaan yang sehat dan kuat peranannya dalam
berbagai aspek kehidupan bangsa dapat lebih ditingkatkan pula. Adapun kebijakan pemerintah
dalam pembangunan koperasi secara terinci adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki
kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
tangguh dan berakar dalam masyarakat.
b. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional.
c. Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas
luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
dan penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan.
d. Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan
perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas
kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan.

E. SASARAN PEMBANGUNAN KOPERASI

Pelaksanaan pembangunan koperasi dalam era PJP II lebih banyak bertumpu pada
peningkatan produktivitas dan kreativitas sumber daya manusia, dan pada penciptaan iklim usaha
yang sehat bagi perkembangan koperasi di pihak yang lain. Agar dapat bersifat proakif, koperasi
dituntut untuk memilki rumusan strategi yang jelas. Artinya, selain harus memiliki tujuan dan

6
sasaran usaha yang berorientasi ke depan, koperasi juga dituntut untuk merumuskan strategi
yang tepat dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut maka beberapa sasaran utama pengembangan koperasi
yang hendak ditempuh pemerintah dalam era PJP II ini adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan usaha

Pengembangan usaha koperasi lebih ditekankan pada upaya peningkatan kemampuan


koperasi dalam menciptakan lapangan uasaha dan memanfaatkan peluang usaha yang ada.

b) Pengembangan sumberdaya manusia

Pengembangan sumberdaya manusia koperasi, dalam kaitannya dengan tantangan yang


dihadapi oleh koperasi dimasa depan adalah masalah utama. Karena itu koperasi harus mampu
mengantisipasi pola pendidikan dan latihan sumberdaya manusianya yang paling sesuai dengan
kebutuhan pengembangannya.

c) Peran pemerintah

Pemerintah bekerjasama dengan gerakan koperasi selalu berupaya memainkan peranan


yang mendorong pengembangan koperasi. Peran pemerintah diperlukan untuk
menyelenggarakan pembinaan untuk mengembangkan prakarsa dan kreativitas masyarakat.

d) Kerjasama internasional

Kerjasama internasional dibidang perkoperasian dilakukan misalkan dalam bentuk


pertukaran tenaga ahli koperasi dengan negara-negara lain.

F. POLA PEMBANGUNAN KOPERASI

Peran koperasi dalam era PJP I setidak-tidaknya meliputi tiga hal sebagai berikut:

- Pertama, koperasi diharapkan mampu mengakomodasi dan menggerakkan potensi


masyarakat golongan ekonomi lemah.
- Kedua, koperasi adalah lembaga ekonomi yang keberadaannya sangat diperlukan oleh
sebagian besar bangsa Indonesia.
- Ketiga, koperasi adalah lembaga ekonomi yang diharapkan dapat berperan utama sebagai
agen pemerataan pertumbuhan ekonomi nasional.

Efektivitas peranan koperasi tersebut dalam era PJP I terutama di ukur dengan satuan-satuan
kuantitatif misalnya, jumlah koperasi/KUD, jumlah anggota koperasi, pertumbuhan volume
usaha, jumlah modal usaha, sisa hasil usaha dan sebagainya. Konsekuensi dari penggunaan
ukuran kuantitatif ini adalah pengembangan koperasi seolah-olah mengabaikan ukuran-ukuran

7
kualitatif yang tidak kalah penting dalam menilai efektifitas peranan koperasi terhadap
perekonomian nasional.

Kecenderungan demikian itu tentu tidak lepas dari pola umum pembangunan kopersi dalam
era PJP I sebagaimana berikut ini:

a. Modal dan potensi dalam negeri perlu dimanfaatkan untuk mendorong partisipasi
golongan ekonomi lemah dalam pembangunan nasional.
b. Koperasi harus dapat memainkan peranan yang lebih besar dan nyata dalam sistem
ekonomi Indonesia.
c. Pengembangan koperasi diperlukan untuk mengurangi terjadinya ketimpangan dalam
kehidupan masyarakat sebagai akibat dari penguasaan perekonomian nasional oleh
sebagian kecil madyarakat (yang mempunyai modal)

Beberapa kriteria kualitatif tenteng pola pembangunan koperasi dalam era PJP II, yaitu
sebagaimana diusulkan oleh lembaga Manajemen FE UI (1994) adalah sebagai berikut:

a. Koperasi harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kecenderungan perubahan


lingkungan.
b. Koperasi harus mampu bersaing dengan kekuatan ekonomi bukan koperasi
c. Pengurus dan manager koperasi harus berjiwa wiraswasta.
d. Koperasi harus mampu mengembangkan sumberdaya manusia.

G. RENCANA PENGEMBANGAN KOPERASI PADA PJP II

Dengan telah adanya UU Nomor 25/1992 dan GBHN 1993 maka diharapkan
pengembangan koperasi di Indonesia akan makin mantap :

Arahan GBHN 1993

Pengambangan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar koperasi
makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi
rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat. Koperasi sebagai badan usaha yang makin
mandiri dan andal harus mampu memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembangunan
koperasi juga diarahkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang didukung oleh jiwa dan semangat
yang tinggi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta
menjadi soko guru perekonomian nasional yang tangguh.

Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan


semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional. Peran aktif masyarakat dalam
menumbuhkembangkan koperasi terus ditingkatkandengan meningkatkan kesadaran, kegairahan,
dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat melalui upaya penyuluhan,
pendidikan, dan pelatihan. Fungsi dan peranan koperasi menjadi tanggung jawab lembaga

8
gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan pembawa aspirasi gerakan koperasi
, bekerjasama dengan pemerintah sebagai pembina dan pelindung.

Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar terus ditingkatkan antara lain
keterkaitan dengan usaha hulu dan usaha hilir, baik dalam usaha negara maupun usaha swasta.

Sasaran

1. Sasaran PJP II

GBHN 1993 menetapkan bahwa sasaran pembangunan koperasi dalam PJP II adalah
terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yan g
sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai sokoguru perekonomian nasional yang
merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat disemua kegiatan
perekonomian nasional sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan kondisi dan
kesejahteraan rakyat.

2. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan bidang ekonomi dalam Repelita VI adalah tertata dan mantapnya
kelembagaan dan sistem koperasi agar koperasi makin efisien serta berperan utama dalam
perekonomian rakyat dan berakar dalam masyarakat. Adapun sasaran pembangunan koperasi
dalam Repelita VI adalah koperasi yang makin maju, makin mandiri dan makin berakar dalm
masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan disemua bidang usaha,
terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Sesuai dengan sasaran tersebut di atas, ditetapkan sasaran operasional pembangunan koperasi
dalam Repelita VI, yaitu makin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang
berdampak pada makin meningkatnya kemampuan organisasi dan manajemen koperasi, makin
meningkatnya partisipasi aktif anggota, serta makin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan,
dan penguasaan teknologi tepat, makin kukuhnya struktur permodalan koperasi, makin kukuhnya
jaringan usaha koperasi secara horisontal dan vertikal, serta makin berfunsi dan berperannya
lembaga gerakan koperasi. Dengan demikian diharapkan daya saing koperasi dan kesejahteraan
anggota koperasi makin meningkat pula.

Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, ditetapkan sasaran pengembangan
koperasi di pedesaan dan pekotaan.

Sasaran pengembangan koperasi di pedesaan adalah makin berkembangnya koperasi di


pedesaan/KUD yang mampu memberikan kesempatan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat
pedesaan untuk meningkatkan usaha sesuai dengan kebutuhan mereka serta sekaligus mampu
memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan mereka.

9
Sasaran pengembangan koperasi di perkotaan adalah makin berkembangnya koperasi yang
berbasis konsumen yang mampu melayani kebutuhan pokok anggota dan masyarakat di daerah
pemukiman rakyat.

Kebijaksanaan

Secara khusus kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah sebagai berikut:

Pertama, meningkatakan akses dan pangsa pasar, antara lain dengan meningkatkan
keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha, memperluas akses terhadap informasi
usaha, mengadakan pencadangan usaha membantu penyediaan sarana dan prasarana usaha yang
memadai, sertya menyederhanakan perizinan.

Kedua, memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh struktur


permodalan dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal koperasi. Kebijaksanaan ini
mencakup upaya pendayagunaaan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang sudah ada.

Ketiga, meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen antara lain dengan


meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme anggota, pengurus, pengawas,
dan karyawan koperasi.

Keempat, meningkatkan akses terhadap teknologi dan meningkatkan kemampuan


memanfaatkannya. Antara lain dengan meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan,
memanfaatkan hasil penelitian, serta mengembangkan dan melindungi teknologi yang telah
dikuasai oleh anggota koperasi secara turun temurun.

Kelima, mengembangkan kemitraan antara lain dengan mengembangkan kerjasama antar


koperasi, mendorong koperasi sekunder agar lebih mampu mengkonsolidasi dan memperkokoh
jaringan keterkaitan dengan koperasi primer serta mendorong kemitraan usaha dengan badan
usaha lainnya. Kemitraan usaha ini juga dilakukan dengan meningkatkan penjualan saham
perusahaan swasta yang sehat kepada koperasi melalui pemberian berbagai insentif dan
kemudahan kepada kedua pihak, serta didukung oleh peraturan perundang-undangan yang
memadai.

H. PROGRAM PEMBANGUNAN KOPERASI

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai berbagai sasaran diatas,


disusun program pembangunan koperasi yang terdiri atas program pokok dan program
penunjang yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

Program pokok meliputi:

10
1. Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan koperasi.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan, profesionalisme, ketrampilan dan


wawasan para anggota, pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi. Termasuk kemampuan
manajemen dan kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan efisien usahanya serta mampu
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang yang terbuka bagi pengembangan kegiatan usaha
baru.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai berikut. Antara lain:

a. Menyediakan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, pelatihan,


penyuluhan, magang serta bimbingan dan konsultasi usaha perkoperasian yang memadai.
b. Meningkatkan pelayanan konsultasi manajemen bagi koperasi.
c. Mengembangkan sistem karier dan sistem balas jasa yang menarik bagi pengelola
koperasi
d. Meningkatkan produktivitas usaha anggota melalui kelompok untuk mengoptimalkan
potensi usaha perseorangan anggota. Dsb

2. Program pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemupukan modal dan meningkatkan


kemampuan memanfaatkan modal dalam rangka menyehatkan struktur permodalan koperasi.

Program ini ditempuh terutama dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Meningkatkan fasilitas pembiayaan dan jaminan pembiayaan yang dibutuhkan koperasi


dan anggotanya, termasuk modal ventura.
b. Mengembangkan lembaga keuangan koperasi
c. Memberikan penyuluhan kepada anggota un5tuk meningkatkan pemupukan modal
sendiri.
d. Memberikan bimbingan dan kemudahan bagi koperasi yang telah berkembang dan maju
untuk menerbitkan obligasi dan surat hutang lainnya.

3. Program peningkatan dan perluasan usaha koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan koerasi kepada anggotanya. Antara
lain dengan:

a. Meningkatkan promosi usaha.


b. Menyediakan informasi peluang usaha dan pasar.
c. Mengembangkan jaringan pemasaran.

11
d. Melaksanakan misi dagang.
e. Menyediakan sarana dan prasarana pemasaran.
f. Memberikan bimbingan dan konsultasi pemasaran.
g. Memantapkan sistem distribusi.

4. Program kerjasama antar koperasi dan kemitraan usaha koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisien dan efektivitas kegiatan koperasi baik
dalam aspek kelembagaan yaitu dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan, maupun dalam
aspek usaha yaitu antara lain dengan memperkokoh jaringan usaha koperasi, meningkatkan
keterkaitan usaha, mempercepat proses alih teknologi, meningkatkan kepastian usaha, serta
memperluas pemasaran hasil produksi koperasi.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Mengembangkan jaringan usaha koperasi yang lebih luas.


b. Promosi untuk mendorong terjalinnya hubungan kemitraan usaha dalam berbagai bentuk
yang dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, saling menunjang, dan saling
menguntungkan.
c. Mendorong spesialisasi usaha ditingkat koperasi sekunder dalam rangka peningkatan
konsolidasi, dayaguna dan hasil guna kerjasama antarkoperasi dan kemitraan usaha
antara koperasi dengan badan usaha lainnya.
d. Menyempurnakan konsep dan mekanisme pelaksanaan pola perusahaan inti rakyat (PRI)
dalam rangka pelaksanaan demokratisasi ekonomi, meningkatkan kedudukan koperasi
dan daya tawar (bargaining power) anggota koperasi

5. Program pemantapan kelembagaan koperasi

Program ini bertujuan untuk menata dan memantapkan kelembagaan koperasi agar makin
sesuai dengan kebutuhan gerakan koperasi dan selaras dengan perkembangan lingkungan yang
dinamis.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Menumbuhkan, mengembangkan dan memandirikankoperasi di pedesaan/KUD.


b. Mengembangkan koperasi di daerah terisolasi, terpencil, perbatasan, dan pemukiman
transmigrasi.
c. Menumbuhkan, mengembangkan, dan memandirikan koperasi di perkotaan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat perkotaan.

12
d. Mengembangkan sistem akuntansi koperasi untuk memperkuat kelembagaan koperasi
seiring dengan makin luasnya usaha koperasi sehingga manajemen koperasi lebih
transparan dan dapat diaudit. Dsb.

6. Program penunjang
1. Program pembangunan perkoperasian di daerah tertinggal

Peran serta koperasi dalam upaya pembangunan daerah tertinggal adalah dengan mendorong
tumbuhnya kelompok usaha bersama yang produktif, dan selanjutnya diarahkan untuk
berkembang menjadi koperasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan koperasi yang telah ada
sehingga dapat meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan usahanya kepada anggota dan
masyarakat di daerah tertinggal.

Peningkatan kualitas dan kemampuan kpoperasi di daerah tertinggal dilakukan terutama


dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi/KUD.


b. Membangun sarana dan prasarana usaha koperasi.
c. Menyediakan bantuan modal kerja untuk mendukung kelancaran dan pengembangan
usaha koperasi/KUD dan anggotanya.
d. Meningkatkan peran serta koperasi/KUD dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
masyarakat daerah tertinggal.
e. Menyediakan informasi peluang usaha dan pasar.
f. Meningkatkan peran serta koperasi/KUD dalam penyediaan energi listrik bagi
masyarakat daerah tertinggal yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan
termasuk untuk mendorong tumbuh kembangnya berbagai usaha produktif masyarakat.

2. Program pengembangan informasi perkoperasian

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengembangkan sistem informasi yang
dibutuhkan koperasi, berupa jaringan informasi kelembagaan dan usaha yang antara lain meliputi
informasi tentang produksi, informasi pemasaran dalam negeri maupun ekspor, informasi
permodalan serta informasi untuk mendukung terjalinnya kerjasama, keterkaitan dan kemitraan
usaha.

3. Program penelitian dan pengembangan koperasi

Program ini bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pengembangan koperasi terutama yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia koperasi, peningkatan akses dan
pangsa pasar koperasi, peningkatan akses terhadap sumber permodalan dan struktur permodalan
koperasi, serta melakukan pengkajian kebijaksanaan untuk mewujudkan pembinaan koperasi
secara otonom dalam Repelita VI.

13
4. Program pembinaan dan pengembangan pemuda di bidang perkoperasian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kepeloporan generasi muda dalam


pembangunan koperasi, serta pewarisan nilai, semangat, dan jiwa koperasi pada generasi
penerus.

5. Program Peranan Wanita di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan koperasi
melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pemberian kesempatan yang luas kepada
kaum wanita untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan perkoperasian.

6. Program Pengembangan Hukum di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan hukum yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan koperasi sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
tangguh, mandiri, berakar dalam masyarakat serta mampu berperan disemua bidang usaha,
terutama dalam bidang kehidupan ekonomi rakyat. Program ini meliputi pula kegiatan
penyusunan dan perumusan peraturan perundang-undangan di berbagai sektor yang mendukung
pembangunan koperasi.

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Untuk mencapai sasaran perekonomian koperasi di Indonesia, maka sebagaimana


dikemukakan dalam GBHN, kebijakan umum pembangunan koperasi yang dijalankan oleh
pemerintah dalam Pelita VI ini diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi makin maju,
makin mandiri, dan makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan
mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat, dalam
upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu, maka
pembangunan koperasi diselenggarakan melalui peningkatan kemampuan organisasi,
manajemen, kewiraswastaan, dan permodalan dengan di dukung oleh peningkatan jiwa dan
semangat berkoperasi menuju pemantapan perannya sebagai sokoguru perekonomian nasional.

2. Saran

Pemerintah diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang mendorong perkembangan


koperasi secara sehat. Sebagai organisasi ekonomi, perkembangan koperasi tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kondisi persaingan yang dihadapinya dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain.
Persaingan koperasi dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain ini, selain memiliki arti positif,
dapat pula memiliki arti negative bagi perkembangan koperasi. Hal itu sangat tergantung pada
iklim usaha tempat berlangsungnya proses persaingan tersebut. Sehubungan dengan itu. Maka
Pemerintah diharapkan dapat menjamin berlangsungnya proses persaingan itu secara sehat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agus, arman. 2009. Pokok-pokok Pikiran dan Manajemen koperasi.


Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Koperasi. 2017. “Paparan Sekretaris Kementrian KUKM 02”
http://www.depkop.go.id/, diakses 7 April 2018
Hendar. 2010. “Manajemen Perusahaan Koperasi.”
Jakarta: Erlangga.
Maulana, Rizqi. 2012. “Persamaan koperasi dengan gotong royong.”
http://rizqiputriariani.blogspot.com, diakses 7 April 2018.
Penjelasan UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 huruf a.
Rahman, Abdul. 2012. “Prinsip-Prinsip Koperasi”
http://www.kopindo.co.id, diakses 7 April 2018.
Rahmatullah. 2012. “Ekonomi Koperasi”
Makassar: Lembaga Penerbitan UNM.
Ropke, Jochen. 2000, Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen.
Salemba Empat. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai