Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MIKROBIOLOGI PANGAN
WATER BORNED DISEASES

Dosen Pembimbing :

Iis Kurniati, S.Pd, M.Kes


Asep Dermawan, SKM, M.Kes
Hafiza Sulfa Ilmi, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh :

Alwa Ahadiya Kamilah P17334120003


Fahkry Chandra P17334120028
Farah Kamilia Dewi P17334120029
Mif tahul Khairat Manurung P17334120043

D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Water Borned Diseases” tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
Mikrobiologi Pangan di Poltekkes Kemenkes Bandung. Selain itu, penyusun juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Water
Borned Diseases.

Terima kasih kepada Ibu Iis Kurniati, S.Pd, M.Kes, Bapak Asep Dermawan,
SKM, M.Kes dan Ibu Hafiza Sulfa Ilmi, S.Pd, M.Si selaku dosen mata kuliah
Mikrobiologi Pangan dan dosen pembimbing. Terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun dapat
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu penyusun akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi.

Bandung, 11 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1 P, .................................................................................................................. 3
2.2 S.................................................................................................................... 5
2.3 S.................................................................................................................... 7
2.4 R.................................................................................................................... 10
2.5 M................................................................................................................... 11
2.6 T....................................................................................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12


3.2 Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat erat hubungannya bagi kehidupan manusia. Disamping sebagai


bagian dari tubuh manusia, air diperlukan untuk menunjang kebutuhan maupun
kegiatan kehidupan manusia sehari-hari. Sebesar 50-70% bagian berat badan
tubuh manusia terdiri dari air. Pentingnya air bagi tubuh manusia terlihat 80%
darah terdiri dari air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70%
dari hati. Kehilangan air 15% dari berat badan manusia akan menyebabkan
kematian. Orang dewasa perlu minum 1,5 sampai 2 liter air per hari.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia dalam
hidupnya selalu memerlukan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci,
memasak, dan berbagai aktivitas hidup lainnya. Mengingat bahwa berbagai
penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia
memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih bagi masyarakat
adalah mencegah penyakit bawaan air.
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar
55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80%. Air di dalam tubuh manusia berkisar antara 50-70% dari seluruh
berat badan. Air terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22%
berat tulang, di darah dan ginjal terdapat 83%. Pentingnya air bagi kesehatan
dapat dilihat dari jumlah air yang terdapat di dalam organ, seperti 80% dari darah
terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari
hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan
dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal
1,5 – 2 liter per hari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat batu
ginjal dan kandung kemih daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya
kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh.
Water borned diseases adalah penyakit yang ditularkan melalui air. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui air minum, dimana air yang diminum mengandung
kuman penyakit atau bahan kimia yang beracun. Penyakit yang ditularkan antara
lain kolera, disentri, tifoid, hepatitis infeksiosa (oleh air yang mengandung
kuman), dan gastro enteritris.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Water Borned Diseases?
2. Apa saja penyakit yang tergolong Water Borned Diseases?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Water Borned Diseases.
2. Untuk mengetahui penyakit yang tergolong Water Borned Diseases.

1.4 Manfaat
Semoga makalah yang kami susun ini bisa bermanfaat, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi  pembaca tentang Water Borned Diseases. Sehingga
dapat menambah pengetahuan mengenai materi ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Water Borned Diseases


Water borned diseases penyakit yang ditransmisikan bila organisme
penyebab penyakitnya (patogen) yang berada di dalam air terminum oleh orang
atau hewan sehingga menimbulkan infeksi. Water borne disease ini dalam
kenyataannya dapat disebarkan tidak hanya lewat air, tetapi juga melewati setiap
sarana yang memungkinkan bahan tinja untuk memasukimulut (jalur fekal-oral),
misalnya lewat makanan yang terkontaminasi.

2.2 Penyakit yang Tergolong Water Borned Diseases


Tabel 1. Macam-macam Water Borne Disease menurut Agen Penyebab
Agen Penyakit

Virus Hepatitis virus, poliomielitis


Bakteri Kolera, disentri, tifus, diare
Protozoa Amubiasis, giardiasis
Helmintik Askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
Leptospira Penyakit Weil

1.    Tifus
Penyakit tifus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Penyakit ini disebabkan oleh kurang memelihara kebersihan
lingkungan dan mengkonsumsi makanan yang tidak higienis.
Penyakit tifus menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni
dan tinja penderita penyakit ini. Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran
yang dibawa oleh lalat dan kecoa, yang menempel di tempat - tempat yang
dihinggapinya. Penularan kuman terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung,
menuju kelenjar limfoid usus kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah.
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan
dan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan
menurun, sakit perut, diare atau sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh
meningkat terutama pada sore dan malam hari.
Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi
makanan dari hewan pembawa penyakit, seperti lalat, kecoa, dan tikus; mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan; serta menghindari
membeli jajanan di tempat-tempat yang kurang bersih.

Grafik 1. Data Penyakit Tifus di Aceh Tahun 2009


Sumber: Surveilens Terpadu penyakit Berbasis Puskesmas,
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

Dari grafik di atas, yang menderita tifus pada tahun 2009 sebanyak 572
orang, yaitu laki-laki sebanyak 308 orang atau sebesar 54%, dan perempuan
sebanyak 264 orang atau sebesar 46%.
Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di
Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan tahun 1994 terjadi peningkatan
menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Insidens demam tifoid bervariasi di tiap
daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan, di daerah rural (Jawa
Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan
760-810 kasus per 100.000 penduduk.

2.    Kolera
Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
Cholerae yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh
melalui air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk.
Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun
yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam dan
mineral dari dalam tubuh. Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung,
sehingga penderita yang kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit
ini.
Penderita kolera akan mengalami gejala mulai dari diare hebat, keram perut,
mual, muntah, hingga dehidrasi. Kolera dapat menyebar luas dengan sangat cepat,
terutama di lingkungan yang tidak bersih.
Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang tinggi. Pada kasus wabah kolera
di Provinsi Papua bulan Juni 2006 lalu, tercatat 5.108 kasus kolera dengan 170
kematian. Oleh karena itu, penderita yang mengalami gejala-gejala seperti yang
telah disebutkan di atas sebaiknya segera diberikan pertolongan dengan
mengantarkannya ke rumah sakit atau puskesmas agar untuk diberi cairan infus.
Obat infus harus diberikan selekas mungkin. Semakin cepat cairan infus
diberikan, semakin baik.
Sebagai pertolongan pertama, penderita kolera harus diberi air minum dalam
jumlah yang cukup banyak, karena kematian pada kolera lebih disebabkan
kekurangan cairan, bukan keganasan bakteri kolera.
Jagalah kebersihan rumah yang ada penderita kolera. Dalam kondisi itu
usahakanlah untuk selalu menggunakan sendok saat menyantap makanan dan
lebih sering mencuci tangan dengan sabun. Muntahan dan tinja penderita kolera
merupakan sumber bakteri kolera. Oleh karena itu, kamar mandi dan kamar kecil
sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan larutan antiseptik pembasmi bakteri.

Grafik 2. Data Penyakit Kolera di Aceh 2009


Sumber: Surveilens Terpadu penyakit Berbasis Puskesmas,
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

Dari grafik di atas, yang menderita kolera pada tahun 2009 sebanyak 7 orang,
yaitu laki-laki sebanyak 5 orang (71%) dan perempuan sebanyak 2 orang (29%).
Dari Ditjen PP-PL, Depkes RI, profil PP-PL 2006 penyakit kolera di
Indonesia terdapat 78 kasus.

3.    Disentri
Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini
ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus menerus (diare)
yang bercampur dengan lendir, nanah, dan darah.
Berdasarkan penyebabnya, disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit
Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri
Shigella.
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang
sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan
serangga yang hidup di tempat yang kotor, sehingga bakteri dengan mudah
menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan
hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang
menyebabkan kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah. Gejala
yang akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas,
bahkan seringkali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang
air.
Serupa dengan penanganan penyakit gangguan pencernaan lainnya, penderita
harus segera mendapat asupan cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Dalam
keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat di atasi dengan pemberian oralit. Jika
cairan yang hilang tidak segera tergantikan, dapat menyebabkan kematian pada
penderita.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit
disentri adalah dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih; menjaga
kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga
pembawa bakteri; dan membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan.

Grafik 3. Data Penyakit Diare di Aceh Tahun 2009


Sumber: Surveilens Terpadu penyakit Berbasis Puskesmas,
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

Dari grafik di atas, yang menderita diare pada tahun 2009, sebanyak 20.415
orang, yaitu laki-laki sebanyak 10.048 orang (49%) dan perempuan sebanyak
10.367 orang (51%).
Tabel 2. Penyakit Diare menurut Jumlah Kasus, Meninggal dan CFR Tahun
2002-2006 di Indonesia
Tahun Jumlah Kasus Meninggal CFR (%)
2002 5.789 94 1,62
2003 4.622 128 2,77
2004 3.314 53 1,60
2005 5.051 127 2,51
2006 10.980 277 2,52
Sumber: Ditjen PP-PL, Departemen Kesehatan RI, Profil PP-PL 2006

Dari tabel di atas, tingkat kematian pada penyakit diare pada tahun 2006
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006, Case
Fatality Rate (CFR) akibat diare sebesar 2,52% dengan 277 orang meninggal dari
10.980 kasus. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2005,
yaitu 2,51% dengan 127 orang meninggal dari 5.051 kasus.

4.    Hepatitis E
Virus hepatitis E (HEV) memiliki diameter partikel 32-34 nm, dan sangat
labil. Berdasarkan sifat fisika-kimiawinya, virus ini diduga termasuk golongan
virus calici.
Gejalanya meliputi rasa lemas, tidak enak badan, hilangnya nafsu makan,
sakit perut, sakit pada persendian, dan demam. Dosis infektif belum diketahui.
Masa inkubasi untuk hepatitis E bervariasi antara 2-9 minggu. Penyakit ini
biasanya ringan dan sembuh dalam 2 minggu. Tingkat kematian 0,1 – 1%, kecuali
pada wanita hamil dimana tingkat kematian mendekati 20%.
Hepatitis E ternyata menjadi beberapa wabah (epidemi) hepatitis di Asia,
Afrika, Amerika latin. Hepatitis E ditularkan melalui kontaminasi air sumur yang
dapat menyebabkan sakit yang mendadak yang tidak terlalu berat kecuali pada ibu
hamil dimana mortalitasnya cukup tinggi.
Beberapa virus lain dapat menyebabkan hepatitis walaupun jenis virus
tersebut lebih dikaitkan dengan penyakit lain. Misalnya, Mononucleosisn
infeksiosa, Herpes simplex. Pada beberapa kasus hepatitis penyebabnya tidak
dapat dideteksi.
Penyakit ini dapat dicegah dengan penanganan makanan secara higienis dan
pemanasan yang merata (di atas 80ºC).

Grafik 4. Data Penyakit Hepatitis di Aceh Tahun 2009


Sumber: Surveilens Terpadu penyakit Berbasis Puskesmas,
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

Dari grafik di atas, yang menderita hepatitis pada tahun 2009, sebanyak 180
orang, yaitu laki-laki sebanyak 97 orang (54%) dan perempuan sebanyak 83 orang
(46%).
Menurut laporan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2006, jumlah klinis
yang dirawat jalan di rumah sakit se-Indonesia sebanyak 2.676 kasus. Yang
dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.671 kasus dengan kematian pada 5 kasus
dan yang dirawat di puskesmas 12.413 kasus.

5.    Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat
ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Penyakit
Leptospirosis ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil
dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati
dan limpa. Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air
(water borne disease) Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini
merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia,baik di daerah pedesaan maupun
perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis . Penyakit ini terutama beresiko
terhadap orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak,
petani, penjahit, dokter hewan, dan personel militer . Selain itu, Leptospirosis juga
beresiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah
endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan
dan banjir.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi
banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti
banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak
timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang
biak. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui
permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.  Sejauh ini tikus
merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis  karena
bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa
hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat
terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Angka kematian Leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-
16,45 persen. Pada usia lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56 persen. Di
beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3–54% tergantung sistem
organ yang terinfeksi.
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26 hari. Infeksi
Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa
gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Perjalanan penyakit Leptospira
terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan
fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom
Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri
otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit
lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak
mendapat semua gejala itu. Ada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut
mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit
kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan
masuk ke kulit dan selaput lendir. Pembengkakan selaput otak atau Meningitis
dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi. Kebanyakan penderita yang sakit
parah memerlukan rawat inap dan Leptospirosis yang parah malah ada kalanya
merenggut nyawa.
a.    Pencegahan Leptospirosis:
Yang pekerjaannya menyangkut binatang:
 Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air.
 Pakailah pakaian pelindung misalnya sarung tangan, pelindung atau
perisai mata, jubah kain dan sepatu bila menangani binatang yang
mungkin terkena, terutama jika ada kemungkinan menyentuh air
seninya.
 Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang
mati di dalam maupun digugurkan atau dagingnya.
 Mandilah sesudah bekerja dan cucilah tangan sesudah menangani apa
pun yang mungkin terkena.
 Jangan makan atau merokok sambil menangani binatang yang mungkin
terkena. Cuci tangan sebelum makan atau merokok.
 Ikutilah anjuran dokter hewan kalau memberi vaksin kepada hewan.
Untuk yang lain:
 Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari
dengan air seni binatang.
 Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum
bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari
air kencing binatang.
 Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau
berlumpur.
 Pakailah sarung tangan bila berkebun.
 Halaulah binatang pengerikit dengan cara membersihkan dan
menjauhkan sampah dan makanan dari perumahan.
 Jangan memberi anjing jeroan mentah.
 Cucilah tangan dengan sabun karena kuman Leptospira cepat mati
oleh sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.

6.    Poliomielitis
Poliomyelitis (polio) adalah penyakit virus yang sangat menular, yang
terutama mempengaruhi anak-ana. Virus ini ditularkan melalui makanan dan air
yang terkontaminasi, dan berkembang dalam usus, ia dapat menyerang sistem
saraf. Banyak orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi
mengeluarkan virus dalam kotoran mereka, maka penularan kepada orang lain.
Gejala awal polio termasuk demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,
kekakuan di leher, dan nyeri pada tungkai. Dalam sebagian kecil kasus, penyakit
ini menyebabkan kelumpuhan, yang sering permanen. Polio hanya dapat dicegah
dengan imunisasi.
Poliomyelitis, atau polio, adalah penyakit yang melumpuhkan, yang
disebabkan oleh salah satu dari tiga virus yang berhubungan, jenis virus polio 1, 2
atau 3. Satu-satunya cara untuk menyebarkan virus polio adalah melalui rute fekal
/ oral. Virus memasuki tubuh melalui mulut ketika orang makan makanan atau
minum air yang terkontaminasi dengan kotoran. Virus ini kemudian berkembang
biak di usus, memasuki aliran darah, dan dapat menyerang beberapa jenis sel
saraf, yang dapat merusak atau menghancurkan. Polioviruses sangat mudah
menyebar di daerah-daerah dengan kebersihan yang buruk.
Polio menular melalui kontak orang-ke-orang. Bila seorang anak terinfeksi
virus polio liar, virus memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam
usus. Hal ini kemudian bisa ditularkan ke lingkungan melalui tinja mana ia dapat
menyebar dengan cepat melalui masyarakat, terutama dalam situasi kebersihan
yang buruk dan sanitasi. Jika jumlah yang memadai anak-anak diimunisasi
lengkap polio, virus tidak dapat menemukan anak-anak rentan terhadap
menginfeksi, dan mati keluar.
Anak-anak kecil yang belum terlatih toilet merupakan sumber penularan siap,
terlepas dari lingkungan mereka. Polio dapat menyebar ketika makanan atau
minuman terkontaminasi oleh kotoran. Ada juga bukti bahwa lalat secara pasif
dapat mentransfer virus polio dari feses ke makanan.
Kebanyakan orang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit
dan tidak pernah sadar mereka telah terinfeksi. Orang-orang ini tanpa gejala
membawa virus dalam usus mereka dan bisa "diam-diam" menyebarkan infeksi ke
ribuan orang lain sebelum kasus kelumpuhan polio pertama muncul.
Poliomyelitis disebabkan oleh infeksi dengan anggota dari genus Enterovirus
dikenal sebagai virus polio (PV). Kelompok ini virus RNA menjajah saluran
pencernaan [1] - khususnya orofaring dan usus. Tiga serotipe dari virus polio telah
diidentifikasi-virus polio tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2), dan tipe 3 (PV3)-masing-
masing dengan kapsid protein yang berbeda sedikit. Ketiga sangat virulen dan
menghasilkan gejala-gejala penyakit yang sama . PV1 adalah bentuk yang paling
biasa ditemui, dan yang paling dekat hubungannya dengan kelumpuhan.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig)
dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling
ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah.
Sedangkan tipe 2 paling jinak.
Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus
ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa
menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total
dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio
akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya. Virus
masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan
saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, disebarkan melalui sistem pembuluh
darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
a. Fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang
berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
b.    Oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut
orang sehat lainnya.
Tidak ada obat untuk polio, hanya pengobatan untuk mengurangi gejala.
Panas dan terapi fisik yang digunakan untuk merangsang otot dan obat-obatan
antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot. Meskipun hal ini dapat
meningkatkan mobilitas, tidak dapat membalikkan polio kelumpuhan permanen.
Polio dapat dicegah melalui imunisasi. Vaksin Polio, diberikan beberapa kali,
hampir selalu melindungi anak seumur hidup.  Ada dua jenis vaksin polio yang
digunakan: vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio tidak aktif (IPV).
Keuntungan dari OPV dibandingkan dengan IPV adalah kemudahan administrasi
(tidak perlu pekerja kesehatan terlatih) dan biaya yang lebih rendah. Keuntungan
dari IPV adalah bahwa hal itu bukan "hidup" vaksin (yakni tidak aktif) dan
dengan demikian tidak membawa risiko kelumpuhan vaksin terkait. Berbeda
vaksin OPV (trivalen, bivalen dan monovalen) yang tersedia, untuk melindungi
satu atau lebih jenis virus. Pilihan vaksin tergantung terutama pada prevalensi dari
tiga jenis virus yang beredar dalam populasi target. IPV melindungi terhadap tipe
1, 2 dan 3.
Cara pencegahan
a.     Eradikasi Polio
Pemerintah mencanangkan Indonesia bebas polio dengan memberikan
imunisasi kepada seluruh balita di Indonesia.
b.     PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO
yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian
diulang pada saat usia 1,5 tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun. Upaya imunisasi
yang berulang ini tentu takkan menimbulkan dampak negatif. Bahkan merupakan
satu-satunya program yang efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.
c.      Survailance Acute Flaccid Paralysis
Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah
15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan apakah karena polio
atau bukan. Berbagai kasus yang diduga infeksi polio harus benar-benar diperiksa
di laboratorium karena bisa saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.
d.     Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun di
daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio
sebelumnya.
Tampaknya di era globalisasi dimana mobilitas penduduk antarnegara
sangat tinggi dan cepat, muncul kesulitan dalam mengendalikan penyebaran virus
ini. Selain pencegahan dengan vaksinasi polio tentu harus disertai dengan
peningkatan sanitasi lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan jamban
keluarga, air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta memelihara
kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan mengurangi risiko
penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan ini. Menjadi salah satu
keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat polio menetap tak bisa disembuhkan.
Penyembuhan yang bisa dilakukan sedikit sekali alias tidak ada obat untuk
menyembuhkan polio. Namun, sebenarnya orang tua tak perlu panik jika bayi dan
anaknya telah memperoleh vaksinasi polio lengkap.
BAB III
PENUTUP

3.1          Kesimpulan
1.    Water borned diseases adalah salah satu penyakit yang ditularkan melalui
air. Penyakit yang ditularkan melalui air minum, dimana air yang diminum
mengandung kuman penyakit atau bahan kimia yang beracun. Penyakit
yang ditularkan antara lain penyakit Kholera, Dysentri, Thypoid, Hepatitis
infectiosa (oleh air yang mengandung kuman) dan penyakit Gastro
enteritris.
2.    Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan
melindungi makanan dari hewan pembawa penyakit seperti lalat, kecoa, dan
tikus; mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum
makan; serta menghindari membeli jajanan di tempat-tempat yang kurang
bersih.
3.    Jagalah kebersihan rumah yang ada penderita kolera. Dalam kondisi itu
usahakan untuk selalu menggunakan sendok saat menyantap makanan dan
lebih sering mencuci tangan dengan sabun. Muntahan dan tinja penderita
kolera merupakan sumber bakteri kolera. Oleh karena itu kamar mandi dan
kamar kecil sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan larutan antiseptik
pembasmi bakteri.
4.    Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit
disentri adalah dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih; menjaga
kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga
pembawa bakteri; dan membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum
makan.
5.    Penyakit Hepatitis E dapat dicegah dengan penanganan makanan secara
higienis dan pemanasan yang merata (di atas 80ºC).
6.    Leptospirosis dapat dicegah dengan melindungi diri dari kontak dengan
lingkungan/benda/air yang tercemar dengan urin binatang. Polio dapat
dicegah dengan pemberian vaksin.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/13671719/Nambah-Ilmu-Tentang-AIR-BERSIH
http://www.hdindonesia.com/info-medis/penyakit-yang-ditularkan-lewat-air
http://www.environmentalsanitation.wordpress.com/category/penyebaran-penyakit-
melalui-tinja/
Marsono. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur
Gali di Pemukiman. Program Pascasarjana Undip. Semarang: 2009
http://www.drhyudi.blogspot.com/2009/06/water-borne-disease.html
Chandra, B. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta: 2009
Leimena, J. Public Health in Indonesia. 1956
Kandun, IN. Manual Pemberantasan Penyakit. 2000
http://www.medicalera.com/index.php?
option=com_kunena&Itemid=355&func=view&catid=85&id=2165
Hadi. Water Borne Disease. 2011
Profil PP-PL. Ditjen PP-PL, Departemen Kesehatan RI. 2006
http://www.sutrisno2629.wordpress.com/2008/12/29/penyakit-bawaan-air-water-borne-
diseases/
Water Borne Disease, Leptospirosis. http://obatpropolis.com/tag/water-borne-disease
Pallansch M and Roos R. 2007. Polioviruses, Coxsackieviruses, Echoviruses, and
Newer Enteroviruses. In: Knipe, DM and Howley, PM (eds).  Fields Virology, 5th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai