Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN ANAK PUZZLE


USIA 1-3 TAHUN (TODDLER) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUMBER SOLO

Disusun oleh:
AZEL TIARA DEWI
P1337420920191

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

Rahmat dan Iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan proposal tentang

“Terapi Bermain Puzzle pada Anak Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber

Solo” tepat pada waktunya.

Banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis dalam penyusunan

laporan ini, namun atas bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik berupa saran,

petunjuk, maupun penjelasan yang sangat membantu kelancaran penyusunan

laporan proposal ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada berbagai pihak.

Penyusun mengucapkan mohon maaf apabila dalam penulisan proposal

ini masih terdapat kesalahan, untuk itu penulis mengharapakan masukan yang

dapat digunakan sebagai bahan penyempurnaan laporan proposal terapi bermain

ini di masa yang akan datang. Diharapkan laporan proposal bermain ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Solo, Mei 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan
berkesinambungan. Perkembangan setiap anak akan berbeda-beda, hal ini
dikarenakan adanya berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah stimulasi. Stimulasi
merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sejak dini dan terus menerus pada setiap
kesempatAn. Gengupayakan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar merupakan salah satu kegiatan untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang
bahkan gangguan yang bersifat menetap. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulsi terarah adalah kemampuan gerak halus, gerak
kasar, kemampuan bicara, bahasa, serta kemampuan bersosialisasi dan
kemandirian (Sulistyawati, 2014).
Bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Adriana (2011)
menyatakan, “bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman dan pengetahuannya serta perkembangan keseimbangan mental
anak”. Selain itu, melalui bermain anak tidak hanya menstimulasi
pertumbuhan otot-ototnya tetapi juga perkembangan motoriknya.
Perkembangan stimulasi anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat
permainan edukatif dan kreatif (APEK), karena mempunyai fungsi untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti motorik, bahasa,
kecerdasan, dan sosialisasi (Soetjiningsih, 2012). Terdapat berbagai jenis
permainan berdasarkan perkembangan stimuli. Sebagai contoh, permainan
yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus diantaranya menyusun
balok, bermain puzzle, melipat dan menggunting kertas, menyusun benda
kedalam lubang sesuai bentuknya dan sebagainya (Azmira, 2015).
Madyastuti (2016) menyatakan media puzzle adalah media permainan
anak yang menarik dan menyenangkan akan meningkatkan kemampuan
motorik halus, misalnya mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang
sama berdasarkan warna, bentuk dan ukuran, meningkatkan dan melatih
kemampuan berfikir kreatif untuk memecahkan masalah sederhana. Bermain
puzzle merupakan permainan yang ideal karena puzzle dapat mengasah
ketekunan dan imajinasi anak. Ketika jemarinya memasangkan potongan
puzzle yang tipis dan terbuat dari kayu atau karton, maka hal tersebut dapat
mengasah kemampuan motorik halus. Selain itu, bermain puzzle dapat melatih
konsentrasi, koordinasi mata dan tangan, sehingga mengembangkan potensi
anak dan meningkatkan keterampilan motorik halus.
Menurut Nasution (2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak
yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui
kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya
diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). 
Berdasarkan hasil penelitian dari Indriati, dkk (2016) perkembangan anak
sebelum diberikan permainan edukatif paling banyak adalah katagori suspect
sejumlah 17 responden (56,7%) dan setelah diberikan permainan edukatif
jumlah responden yang dikatagorikan suspect berkurang menjadi 6 responden
(20%). Ada peningkatan jumlah responden yang dikatagorikan normal
sejumlah 19 responden (63,3%) yang pada awalnya hanya terdapat sejumlah 8
responden (26,7%). Berdasarkan hasil penelitian dari Madyastuti, dkk (2016)
menyatakan sebelum dilakukan intervensi terapi bermain puzzle sebagian
responden mempunyai perkembangan motorik halus cukup yaitu 83,3 % dan
sesudah diberikan terapi bermain puzzle seluruh responden mempunyai
perkembangan motorik halus yang baik yaitu 100%.
Berkenaan dengan paparan di atas maka mendorong penulis untuk
melakukan terapi bermain tentang “Terapi bermain Puzzle pada Anak Toddler
(1-3 Tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Solo”.
B. Tujuan Terapi
1. Tujuan Umum
Untuk menstimulasi tumbuh kembang anak usia toddler.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melatih kemampuan kognitif
b. Untuk melatih kemampuan dalam memecahkan masalah
c. Untuk melatih motoric halus anak
d. Untuk melatih anak dalam sosialisasi
e. Untuk meningkatkan kepercayaan diri anak

C. Manfaat Terapi
1. Bagi Anak
Sebagai sarana atau metode yang dapat memacu anak untuk melatih
kemampuan kognitif dan motoric halusnya, memecahkan permasalahan
kecil dalam bertumbuh kembang, dan sekaligus melatihnya untuk
mengembangkan sosialisasi.
2. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua dan tenaga pengajar agar menggunakan
terapi bermain sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangkan
motoric halus dan kognitifnya kesabarannya melalui terapi bermain
puzzle.
3. Bagi Perawat
Sebagai masukan agar menggunakan terapi bermain sebagai salah satu
metode dalam usaha mengembangkan tumbuh kembang anak terutama
dalam memberikan stimulasi motoric halus pada pasien anak toddler.
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan anak dalam pemberian terapi modalitas bermain puzzle
dengan sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangkan stimulasi
tumbuh kemabang anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bermain
1. Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stress, karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupaan anak, dan karena
situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak- anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional dan kesejahteraan anak, seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak rawat dirumah sakit (Wong, 2009).
Bermain merupakan cara alamiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak
belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami koflik. Melalui bermain
anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi serta daya kreasi
dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif
terhadap berbagai sumber stress (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
2. Tujuan Terapi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, dan
cinta kasih. Bermain merupakan unsur yang penting untuk perkembangan
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Anak dengan
bermain dapat mengungkapkan konflik yang dialaminya. Bermain cara
yang baik untuk megatasi kemarahan, kekhawatiran, dan kedukaan
3. Kategori Permainan
Menurut Saputro dan Intan (2017), terapi bermain diklasifkasikan
menjadi 2 yaitu:
a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukaan
anak, apakah dalam bentuk kesenangan bemain alat misalnya
mewarnai gambar, melipat kertas origami dan menempel gambar.
Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya
bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak
hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan
membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi
kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.
4. Jenis Permainan/ Karakteristik Bermain
a. Mainan yang dianjurkan untuk Bayi usia 6-12 bulan :
- Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
- Buku dengan gambar menarik
- Balon,cangkir dan sendok
- Boneka bayi
- Mainan yang dapat didorong dan ditarik
b. Todler ( 1-3 Tahun )
- Mulai berjalan, memanjat, lari
- Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
- Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu
- Perhatiannya singkat
- Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
- Karakteristik bermain “Paralel Play”
- Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
- Senang musik/irama
a. Mainan Untuk Toddler
1) Mainan yang dapat ditarik dan didorong
2) Alat masak
3) Malam/lilin
4) Boneka, Blockies, Telepon, gambar dalam buku, bola, dram
yang dapat dipukul, krayon, kertas dan mulai menyukai
memasukan potongan puzzle yang besar ke tempatnya.
1. Pre-School (3-6 tahun)
a. Cross motor and fine motors
b. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
c. Sangat energik dan imaginative
d. Mulai terbentuk perkembangan moral
e. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
f. Karakteristik bermain
g. Assosiative play
h. Dramatic play
i. Skill play
j. Laki-laki aktif bermain di luar
k. Perempuan didalam rumah
l. Mainan untuk Pre-school
1) Peralatan rumah tangga
2) Sepeda roda Tiga
3) Papan tulis/kapur
4) Lilin, boneka, kertas
5) Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk
2. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok
c. Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”
e. Laki-laki : Mechanical
f. Perempuan : Mother Role
g. Mainan untuk Usia Sekolah 6-8 tahun yaitu Kartu, boneka, robot,
buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
h. Mainan untuk Usia Sekolah 8-12 tahun yaitu buku, mengumpulkan
perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,
sepeda, sepatu roda.

B. Permainan Puzzle
Puzzle merupakan alat bermain yang dapat membantu
perkembangan psikososial pada anak. Sesuai namanya puzzle adalah
permainan Menyusun potongan gambar yang biasanya terbuat dari papan
kayu atau karton tebal berwujud asimetris untuk memudahkan Menyusun
gambar menjadi utuh. Terdapat beberapa macam puzzle seperti puzzle
batangan, konstruksi, angka, geometri dan logika. Keluarga boleh
mengenalkan permainan ini pada anak sejak dini. Bayi memang belum
memiliki kemampuan untuk Menyusun bersama puzzle menjadi gambar
utuh, namun ia sudah mampu memainkan puzzle berbentuk mainan yang
lebih sederhana. Memasuki usia 10-12 bulan kebanyakan bayi sudah bisa
menaruh mainannya kedalam kotak dan mengeluarkannya kembali. Saat
usianya sudah 2 tahun, anak sudah bisa menaruh potongan besar puzzle ke
papan. Dengan catatan gambar yang ada berukuran besar dan bentuknya
seragam. Sementara menjelang usia 3 tahun, anak akan muali
menunjukkan kemampuannya melengkapi puzzle yang berhubungan (Ball,
2012).
Manfaat terapi bermain puzzle sebagai berikut :
1. Meningkatkan Ketrampilan
Kognitif Keterampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan
dalam belajar dan memecahkan masalah. Dengan bermain Puzzle anak
akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar
2. Meningkatkan Keterampilan
Motorik Halus Keterampilan motorik halus berkaitan dengan
kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khusunya tangan dan
jari-jari tangan.
3. Meningkatkan Ketrampilan Sosial
Keterampilan social berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan
orang lain. Bermain Puzzle dapat dilakukan secara individu namun
dapat juga dilakukan secara kelompok atau bersama.
4. Melatih Koordinasi Mata dan Tangan
Anak menjadi belajar mencocokan keeping-keping puzzle dan
menyusunya menjadi satu gambar. Ini merupakan langkah penting
menuju pengembangan ketrampilan membaca.
5. Melatih Logika
Melalui puzzle anak dilatih menggunakan logikanya. Misalnya puzzle
bergambar manusia, anak akan dilatih menyimpulkan letak kepala,
tangan dan kaki sesuai logika.
6. Melatih kesabaran
Bermain puzzle membutuhkan kesabaran, ketekunan dan memerlukan
waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.
Prosedur Terapi Bermain Puzzle
Persiapan
a. Siapkan puzzle yang akan digunakan sebagai alat terapi bermain.
b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain Cara
Bermain
c. Letakkan puzzle didepan anak
d. Pisahkan setiap kepingan atau potongan puzzle
e. Beri contoh pada anak cara menyusun puzzle
f. Mintalah pada anak untuk mencobanya
g. Berikan pujian apabila anak berhasil dalam menyusun puzzle
h. Apabila anak masih ingin bermain, ulangi permainan dengan puzzle
yang lain.
BAB III
RANCANGAN BERMAIN

Topik : Terapi aktivitas bermain anak puzzle pada usia toddler (1-3 tahun)
di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Solo
Sub Topik :
a. Stimulasi fungsi kognitif
b. Stimulasi fungsi motoric halus
c. Stimulasi sensorik
Tempat : di rumah
Waktu : flexible (30 menit)

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain diharapkan anak dapat
mengembangkan tumbuh kembangnya terutama dalam fungsi kognitif
dan motoric halus sesuai dengan usia toddler.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti terapi bermain selama 30 menit diharapkan :
a. Segi kognitif
Anak mampu menyebutkan gambar yang ditunjuk sesuai yang diingat.
b. Segi motorik
1) Motorik halus
Anak mampu menaruh dan menyesuaikan potongan besar puzzle
ke papan.
c. Segi sensorik
Anak dapat membedakan warna dan gambar yang ditunjukan saat
bermain.
B. Perencanaan
1. Jenis Progam Bermain
Jenis permainan yang dipilih adalah puzzle.
2. Karakteristik Permainan
Pasien dibimbing untuk melatih kemampuan kognitif, motoric halus, dan
sensori melalui kegiatan memasukan potongan besar puzzle ke tempatnya.
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
✔ Anak usia toodler yaitu 1-3 tahun
✔ Anak kooperatif
b. Kriteria Eksklusi:
✔ Usia lebih dari toddler.
✔ Anak tidak kooperatif tidak mampu mengikuti proses kegiatan
sampai selesai
3. Sasaran
Anak usia toodler (1-3 tahun) di wilayah kerja puskesmas Sumber Solo
4. Metode Permainan
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang
dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan. Langkah –
langkah :
a. Mahasiswa membuka acara, kontrak waktu menjelaskan tujuan dan
manfaat terapi bermain.
b. Mahasiswa menunjukan cara memasukan potongan besar puzzle ke
tempatnya.
c. Peserta diinstruksikan dan dibimbing oleh mahasiswa saat memasukan
potongan puzzle
d. Mahasiswa menunjukkan gambar hewan, buah-buahan dan macam-
macam alat transportasi.
e. Peserta diinstruksikan dan dibimbing oleh mahasiswa untuk
menyebutkan gambar gambar yang ditunjukkan.
f. Mahasiswa membimbing peserta dan keluarga untuk menunjukan
gambar hewan, buah-buahan dan macam-macam alat transportasi.
g. Selalu memberi reward untuk respon kooperatif dan positif dari para
peserta
5. Media
Potongan puzzle kayu yang berukuran besar, dengan tema macam-
macam jenis hewan, buah-buahan dan alat transportasi.
6. Setting Tempat

Keterangan:

: Peserta : Orang tua : Mahasiswa

C. Strategi/ Rencana Pelaksanaan


No Kegiatan Waktu Respon
1. Persiapan
- Menyiapkan tempat 5 menit
- Menyiapkan Alat
- Menyiapkan anak dengan
keluarga
2. Proses:
● Membuka proses terapi bermain Menjawab salam
dengan mengucap salam, do’a, Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri, Kontrak
waktu
● Menjelaskan kepada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat penyuluhan 20 menit
● Menjelaskan cara penyuluhan dan Anak mau bermain
bermain dengan antusias
● Memberi kesempatan untuk
bertanya/klarifikasi Memperhatikan
● Mengajak anak bermain
● Mengevaluasi respon anak dan
keluarga (perasaan)
● Menyimpulkan
(reward/reinforcement positif)
dilanjutkan dengan do’a
3. Penutup:
● Menyimpulkan 5 menit Menjawab salam
● Mengucapkan salam

D. Evaluasi yang diharapkan


1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah An.G
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2.  Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3.  Evaluasi Hasil
a. Tumbuh kembang anak meningkat sesuai dengan usianya
b. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 3 orang termasuk peserta dan
mahasiswa
EVALUASI PELAKSANAAN
1. Evaluasi struktur
a. Terapi bermain dilaksanakan pada tanggal Mei 2021 pukul 08.00
s/d 08.30 WIB
b. Media yang digunakan untuk usia toodler adalah potongan puzzle
kayu yang berukuran besar, dengan tema macam-macam jenis
hewan, buah-buahan dan alat transportasi.
c. Sebelum pelaksanaan, pihak mahasiswa telah melewati berbagai
proses, yaitu :
1) Proses pembuatan proposal yang telah mendapatkan persetujuan
dari pihak pembimbing.
2) Pengorganisasian sesuai dengan pembuatan proposal
3) Persiapan fasilitas yang akan digunakan dalam terapi bermain,
puzzle kayu dengan tema macam-macam hewan, buah-buahan
dan alat transportasi.
d. Melakukan setting dan alur acara, yaitu mengelompokkan peserta
sesuai usianya lalu di depannya diletakkan berbagai media sesuai
dengan kelompok usianya. Karena dalam masa pandemi maka
pelaksanaan kegiatan harus dengan protocol Kesehatan.
2. Evaluasi proses
a. Peserta yang mengikuti terapi bermain berjumlah 2 orang, yakni
An. G (2 tahun) dan An. K (3 tahun).
b. Saat terapi bermain, peserta mengikuti dengan gembira sampai
acara terapi bermain selesai
c. Terapi bermain berlangsung ± 30 menit
d. Saat terapi bermain berlangsung, sesuai dengan kelompok usia
toddler, kendalanya adalah peserta lebih fokus bermain dengan
pemikirannya sendiri dan terkadang tidak patuh dengan instruksi
yang diberikan, sehingga perlu dibujuk untuk melakukan sesuai
instruksi

A. KESIMPULAN
1. Jumlah peserta usia 1-3 tahun yang mengikuti terapi bermain adalah 2
orang.
2. Peserta usia 1-3 tahun (sasaran) sudah dapat menyebutkan gambar,
warna, dan memasukan potongan puzzle ke tempatnya.
3. Orang tua peserta antusias sebelum, saat, dan setelah acara berlangsung

DAFTAR PUSTAKA
Adrina, D. (2012). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Azmira Via. 2015. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Andi Offiset.
Indriati, R. Kresti, Y.(2016). Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak
Usia 1-5 Tahun di Posyandu Desa Srinoboyo Kabupaten Wonogiri. Kosala, 4(1)
47-55.
Madyastuti, L. F. R. (2016). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle terhadap
Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun).
Journal of Ners Community, 7(2), 136–148
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat
Hospitalisasi dengan Penerapan Terapi Bermain. JKI (Jurnal Konseling
Indonesia), 3(1), 9-12. https://doi.org/10.21067/jki.v3i1.1972
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar
I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .Pp 86-90.
Sulistyawati, A. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta Selatan :
Salemba Medika.
Wong D. L., Huckenberry M.J.(2008).Wong’s Nursing care of infants and
children. Mosby Company, St Louis Missouri.

Anda mungkin juga menyukai