Anda di halaman 1dari 33

PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM

Untuk memperoleh hasil percobaan yang optimal, maka petunjuk umum


praktikum ini haruslah diketahui, antara lain:

1. Masing – masing kelas harus memiliki akun Youtube yang kemudian


diberi nama : KELAS/SEMESTER/STAMBUK/UNIVERSITAS
Contoh : IKM 1/ SEM II/ 2019/FKM UINSU
2. Setiap praktikan harus melakukan percobaan melalui video yang
kemudian diunggah di Akun Youtube masing-masing kelas, selain
melakukan percobaan mahasiswa juga dapat menjelaskan hasil dari
praktikum tersebut
3. Praktikan melaporkan hasil praktikum kepada Dosen pengampu yang
selanjutnya akan diperiksa dan diberi nilai
4. Laporan Praktikum dilaporkan ke Dosen melalui media Email, WA atau
Google Classroom sesuai petunjuk Dosen Pengampu
5. Untuk Absensi Praktikum Dosen akan melihat dari hasil unggahan
video di akun Youtube masing – masing kelas
6. Jika TIDAK mengunggah video di akun Youtube Kelas maka
mahasiswa dianggap absen dalam mengikuti praktikum

1
I. LANDASAN TEORI

1.1. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu:
a. Untuk mengetahui kandungan zat di dalam makanan.
b. Untuk menguji keberadaan kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin
pada jenis makanan tertentu.

1.2. Dasar Teori


Manusia sebagai salah satu makhluk hidup ciptaan Allah S.W.T selalu
membutuhkan bahan pangan untuk kelangsungan hidupnya. Bahan pangan
ini bersumber dari hewan dan tumbuhan, dimakan oleh manusia untuk
menhasilkan energi. Haruslah dibedakan antara bahan pangan dengan zat
makanan atau zat gizi (nutrient). Zat gizi adalah satuan yang menyusun
bahan pangan tersebut atau ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya. Bahan pangan disebut juga komoditas pangan yaitu
segala sesuatu yang dimasak atai tidak dan disajikan menjadi suatu
hidangan, contohnya beras, jagung, daging dan sebagainya.
Zat makanan yang kita kenal yaitu:
a. Karbohidrat atau hidrat arang
b. Protein atau zat putih telur
c. Lemak
d. Vitamin
e. Mineral

1.3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu senyawa organik yang
ketersediannya cukup melimpah di alam yang diperoleh dari hasil sintesis

2
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dengan bantuan sinar matahari dan zat
hijau daun. Karbohidrat berperan sebagai sumber energi langsung bagi tubuh
dalam membentuk glukosa.
Jenis karbohidrat yang terdapat dalam makanan pada umumnya di
bagi menjadi 3 jenis berdasarkan Ukuran melekulnya yaitu: Monosakarida,
Disakarida dan polisakarida. Polisakarida dalam bahan makana hewani yang
dapat dicerna disebut dengan Glikogen. Selain itu dalam ilmu Gizi
karbohidrat di bagai menjadi dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat Kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari glukosa, fruktosa,
galaktosa, sukrosa, maltose dan laktosa. Karbohidrat komplek terdiri dari Pati
dan non pati (serat).

1.4. Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama" adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomerasam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan
penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis
protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, misalnya protein
yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem
imun sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai
komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara.
Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam
amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut
(heterotrof).

3
1.5. Lemak
Lemak (Lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air. Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform,
eter dan benzen. Unsur penyusun lemak antara lain adalah Karbon(C),
Hidrogen(H), Oksigen(O) dan kadang-kadang Fosforus(P) serta Nitrogen(N).
Molekul lemak terdiri dari empat bagian, yaitu satu molekul gliserol dan tiga
molekul asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai Hidrokarbon (CH) dan
gugus Karboksil (-COOH). Molekul gliserol memiliki tiga gugus Hidroksil (-
OH) dan tiap gugus hidroksil berinteraksi dengan gugus karboksil asam
lemak.

4
II. UJI KARBOHIDRAT

2.1. Uji Karbohidrat Sederhana


Karbohidrat merupakan senyawa yag terdiri atas unsur karbon, hydrogen
dan oksigen. Tepung atau amilum merupakan salah satu bentuk dari
karbohidrat yang merupakan bagian utama dari bahan makanan: gandum,
jagung, kentang, ubi, singkong, padi dan lain-lain. Keberadaan amilum di
dalam bahan makanan diuji dengan pemberian larutan yodium (betadine).
Larutan yodium (betadine) menyebabkan amilum berubah warnanya
menjadi biru tua. Jadi, bahan makanan yang mengandung amilum jika
ditetesi larutan yodium/betadine akan berubah warna menjadi biru
keunguan atau biru kehitaman.

Alat dan Bahan:


1. Piring plastik                      1
2. Pisang                                1 iris
3. Tomat                                 1 iris
4. Nasi                                   1 sdt
5. Telur rebus (putihnya)       1 iris
6. Tahu                                  1 iris
7. Margarin                            1 ujung sdm
8. Biskuit                               1
9. Gula pasir                          1 sdt
10. Tepung terigu                    1 sdt
11. Kentang                            1 iris
12. Betadine                            1 botol kecil
13. Kertas label                       1 strip

5
Uji Amilum:
1. Disusun semua bahan makanan di dalam piring, yang sebelumnya
sudah diberi nama bahan makanan dengan kertas label
2. Diteteskan 2-3 tetes betadine ke masing-masing bahan makanan
3. Diperhatikan dan dicatat perubahan warna pada bagian bahan
makanan yang ditetesi betadine
4. Dicatat semua hasil pengamatan pada lembar kerja

6
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
UJI KARBOHIDRAT

1.1. Uji Karbohidrat Sederhana


a. Uji Amilum

Warna
No Bahan Makanan Sebelum diberi Setelah diberi
Yodium Yodium

Dst….

b. Kesimpulan:

Medan,
Tanda Tangan Dosen

( )
III. UJI PROTEIN

7
3.1. Uji Protein Sederhana
Protein merupakan zat makanan penting untuk pertumbuhan,
perkembangan, mengganti bagian yang rusak, dan sebagainya. Menurut
sumbernya, protein dibagi menjadi dua golongan, yaitu protein hewani
berasal dari hewan, dan protein nabati berasal dari tumbuhan. Protein hewani
merupakan protein sempurna karena mengandung asam amino esensial.
Protein hewani dapat diperoleh dari daging, ikan, susu, dan telur. Protein
nabati merupakan protein tidak sempurna karena kandungan asam amino
esensialnya kurang lengkap, jumlahnya kurang untuk memenuhi keperluan
tubuh, kecuali dari kacang-kacangan terutama kedelai. Protein nabati dapat
diperoleh dari padi-padian, kacang-kacangan, dan sayuran.

Perlu diketahui protein tidak dapat dibuat atau disimpan sebagai


cadangan tubuh, jadi harus dikonsumsi secara teratur. Secara sederhana,
keberadaan protein dapat diuji dengan cara pembakaran bahan yang diuji.
Bahan makanan yang mengandung protein jika dibakar akan menghasilkan
seperti bau bulu ayam yang terbakar. Bau tersebut menandakan bau protein
yang terbakar

Alat Dan Bahan:


1. Piring plastik 1 buah
2. Lilin 1 buah
3. Alas gelas/piring kecil (untuk menyimpan lilin yang menyala) 1 buah
4. Sendok makan 1 buah
5. Korek api 1 dus
6. Jepitan jemuran atau penjepit tabung reaksi 1 buah
7. Kertas label 1 pcs
8. Gula pasir 1 sendok
9. Putih telur yang telah direbus 1 iris

8
10. Roti 1 iris kecil
11. Tempe 1 iris kecil
12. Daging ayam 1 iris kecil
13. Tepung terigu 1 sdm
14. Bulu ayam 1 helai
15. Seledri 1 batang
16. Kangkung 1 batang
17. Sampel yang anda ingin ujikan 2 sampel

Cara Kerja:
Uji melalui pembakaran:
1. Nyalakan lilin, dirikan diatas alas gelas/piring kecil,
2. Jepit bulu ayam dengan penjepit jemuran/tabung reaksi
3. Bakar bulu ayam tersebut diatas nyala lilin kemudian amati bau yang
ditimbulkannya. Bulu ayam yang telah dibakar tersebut dijadikan
kontrol dalam uji protein ini.
4. Jepit satu persatu bahan makanan yang akan diuji seperti: seledri,
kangkung, putih telur, roti, tempe, dan daging ayam. Kemudian
membakarnya diatas nyala lilin seperti halnya membakar bulu ayam.
5. Bandingkan bau sampel dengan bau control (bulu ayam)

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM


UJI PROTEIN

9
1.1. Uji Pembakaran
Seperti
Aroma Bulu Mengandung
Bahan Uji Ayam yang Protein
No Keterangan
(Sampel) dibakar

Ya Tidak Ya Tidak

Dst….

Kesimpulan:

Medan,
Tanda Tangan Dosen

( )
IV. UJI LEMAK

10
4.1. Uji Lemak Sederhana
1. Uji Lemak
Alat:
1. Kertas coklat sampul
2. Pipet
3. Gelas ukur
4. Kertas Label
Bahan:
1. Nasi
2. Roti tawar
3. Tepung terigu
4. Tahu
5. Putih telur
6. Larutan gula
7. Minyak goreng
8. Kuning telur
9. Mentega
10. Kecap
Cara Kerja:
1. Haluskan semua bahan makanan seperti nasi,roti tawar, tepung terigu,
tahu, putih telur, dan gula, kuning telur. Untuk gula bisa dilarutkan dengan
air. Untuk minyak dan kecap tidak usah ditambah air
2. Potonglah kertas coklat menjadi 10 bagian
3. Berilah label nama diatas kertas coklat agar tidak tertukar-tukar
4. Ambil bahan makanan menggunakan pipet, dan teteskan pada kertas
coklat (1 bahan makanan, 1 pipet)
5. Biarkan kertas coklat mengering selama kurang lebih 10 menit.
6. Amati dan catat keadaan permukaan kertas tersebut. Kertas manakah
yang meninggalkan bekas/noda di balik kertas coklat tersebut

11
7. Catat hasil pengamatan pada tabel

2. Uji Kelarutan Lemak


Alat:
1. Gelas Kecil
2. Sendok makan
Bahan:
1. Air
2. Bensin
3. Minyak kelapa
4. Minyak kelapa sawit curah
5. Minyak kelapa sawit kemasan
6. Minyak jelantah
Cara Kerja:
1. Siapkan 2 gelas
2. Masing-masing diisi air dan bensin 5 sdm
3. Tambahkan 5 sdm minyak kelapa pada masing-masing gelas
4. Aduk sampai homogen kemudian biarkan beberapa waktu
5. Ulangi percobaan sekali lagi pada masing-masing sampel
6. Amati perubahan yang terjadi

4.2. Emulsifikasi Minyak


Alat dan Bahan :
1. Gelas kecil
2. Sendok makan
3. Sendok kecil
4. Air
5. Larutan Sabun
6. Minyak makan

12
Cara Kerja :
1. Diambil gelas, dimasukkan 5 sdm air
- Diteteskan 5 sdk minyak,
- Dikocok,
- Diperhatikan terbentuknya emulsi yang jika dibiarkan akan memisah
kembali

2. Diambil gelas kecil, dimasukkan 5 sdm aquadest dan 5 tetes larutan sabun
- Diteteskan 5 sdk minyak,
- Dikocok,
- Diperhatikan terbentuknya emulsi yang jika dibiarkan tidak akan
memisah kembali

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

13
UJI LEMAK

1.1. Uji Lemak

Bahan Uji Meninggalkan Mengandung Lemak


No
(Sampel) Bekas
Ya Tidak

Dst….

Kesimpulan:

Medan,
Tanda Tangan Dosen

( )
1.1. Uji Kelarutan Lemak

14
Perubahan yang
Bahan Kontrol
Bahan Uji terjadi setelah
No
(Sampel) ditambahkan
Air Bensin
sampel
1 Minyak
Kelapa
2 Minyak
Kelapa
Curah
3 Minyak
Kelapa
Curah
4 Minyak
Jelantah

Kesimpulan:

Medan,
Tanda Tangan Dosen

( )

Emulsifikasi Minyak

15
- Minyak + Air, dikocok, terbentuk …………………. yang ………………….
- Minyak + Air + Sabun, dikocok, terbentuk ………….. yang ………………..

Kesimpulan

Medan,
Tanda Tangan Dosen

( )
V. Uji Vitamin C
5.1. Uji Vitamin C Secara Sederhana

16
Alat dan Bahan :
1. Pipet
2. Gelas Kecil
3. Sendok Kecil (SdK)
4. Sampel
5. Tepung maizena
6. Air
7. Betadine
Cara Kerja :
1. Dimasukkan 1 sendok makan tepung maizena kedalam ¼ gelas air aduk
sampai larut
2. Dimasukkan 5 sdk sampel ke dalam gelas kecil
3. Dimasukkan 5 tetes larutan kanji
4. Ditambahkan 1 tetes betadine sampai warna larutan biru kehitaman
5. Dicatat berapa tetes betadine

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

17
UJI VITAMIN C

1.1. Uji Vitamin C Secara Sederhana

No Bahan Uji (Sampel) Dicatat banyaknya tetes betadine

Dst……

Kesimpulan:

Medan,
Tanda Tangan Dosen

( )
VI. Penilaian Status Gizi
6.1. Penentuan Status Gizi dengan Antropometri Pada Anak Usia 0-24
Bulan

18
Pada masa 2 tahun pertama kehidupan (bayi dibawah 2
tahun/baduta) memiliki karakteristik fisik serta perkembangan social yang
cepat. Perubahan-perubahan dapat terjadi pada masa tersebut yang akan
mempengaruhi cara serta asupan makanan. Di Indonesia masalah gizi masih
menjadi masalah nasional. Kelompok usia bayi dibawah dua tahun (baduta)
termasuk kelompok yang rentan terhadap masalah gizi.
Kriteria utama untuk menentukan status giizi pada bayi dibawah usia
2 tahun adalah menggunakan indeks antropometri. Ada 3 indeks yang
dipakai yaitu berat badan untuk umur, panjang badan untuk umur dan berat
badan untuk panjang badan. Status gizi dapat diklasifikasikan menjadi status
gizi baik, status gizi kurang buruk atau lebih.

6.1.1. Media dan Alat Bantu:


1. Baby Scale atau Weighing Scale
2. Lenghth Board
3. Manekin Bayi
4. Lembar Pemeriksaan Status Gizi anak usia 0-24 bulan
5. Table standar penialaian status gizi anak usia 0-24 bulan.

6.1.2. Pesiapan Alat:


Baby Scale:
- Cek kelayakan pakai (tidak ada kerusakan pada alat) serta
mengembalikan jarum ke angka 0.
- Kalibrasi alat dengan meletakkan besi seberat 5 kg. Jika jarum
menunjuk ke angka 5, maka alat dapat digunakan. Akan tetapi, jika
jarum tidak menunjuk ke angka 5, maka alat tidak dapat digunakan.
Weighing scale SECA 703

19
- Cek kelayakan pakai (tidak ada kerusakan pada alat) serta cek angka
pada jendela baca memperlihatkan angka 0 dengan menekan tombol
on.
- Kalibrasi alat dengan meletakkan besi seberat 5 kg. Jika jendela baca
menunjuk ke angka 5, maka alat dapat digunakan. Akan tetapi, jika
jendela baca tidak menunjuk ke angka 5, maka alat tidak dapat
digunakan.

Length board SECA 207


- Cek kelayakan pakai (tidak ada kerusakan baik pada bagian atas yang
akan menyentuh kepala anak serta bagian bawah yang akan
menyentuh tumit dari anak) dan angka dapat dilihat dengan jelas .
- Letakkan alat pada meja datar dengan alat tersebut terfiksasi pada
dinding.

6.1.3. Persiapan Pasien:


Untuk pengukuran berat badan
Pakai pakaian seminimal mungkin (jaket, popok, kain sarung dilepaskan) jika
perlu mengganti baju dengan baju yang telah disediakan untuk pengukuran.
- Buka alas kaki (sepatu atau sendal).
- Keluarkan benda-benda berat yang akan mempengaruhi hasil
pengukuran.
- Dilakukan sebelum anak (pasien) mendapatkan makanan utama dan
kandung kemih dalam keadaan kosong.

20
Untuk pengukuran panjang badan

- Pakai pakaian seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat terlihat


dengan jelas (jaket dilepaskan).
- Lepaskan alas kaki (sendal/sepatu) serta aksesoris kepala (jepitan
rambut, topi, ikat rambut).
- Siapkan asisten pengukur sehingga pengukur berjumlah minimal 2
orang, satu sebagai asisten pengukur yang bertugas memegang
kedua telinga anak sehingga posisi kepala anak berada pada posisi
Frankfurt Plane dan menyentuh bagian atas dari alat. Pengukur utama
bertugas memegang lutut atau tibia dari anak sehingga kaki dapat
berada pada posisi lurus menyentuh bagian bawah dari alat.

6.1.4. Pelaksanaan Penentuan Status Gizi


Pengukuran Berat Badan
Baby scale
- Letakkan anak tersebut pada mangkuk timbangan dengan pakaian
seminimal mungkin secara hati-hati.
- Catat angka yang ditunjuk oleh jarum pada lembar penentuan status
gizi untuk BB.
- Utamakan keselamatan anak pada saat penimbangan.
- Berikan kembali anak pada ibunya setelah dilakukan pencatatan.
- Penimbangan dapat dilakukan 2 kali kemudian dimasukkan nilai rata-
rata.
- Catat nilai rata-rata tersebut pada lembar pemeriksaan status gizi anak
untuk BB.

21
Weighing scale SECA 703,
- Tekan tombol on (sebelah kiri atas) maka akan muncul angka 0.00
pada jendela baca.
- Minta ibu naik ke alat timbangan tersebut hingga muncul angka pada
jendela baca.
- Tekan tombol hold 2 in 1(dibawah tombol on) hingga muncul tulisan
NET pada jendela baca dan muncul angka 0.00 pada jendela baca
dan ibu diminta turun.
- Minta ibu dan anak naik ke alat ukur.
- Catat angka yang muncul pada jendela baca yang menunjukkan berat
badan anak pada lembar pemeriksaan status gizi anak untuk BB
dengan ketelitian hingga 0.1 kg.
- Minta ibu beserta anaknya turun setelah berat badan anak dicatat.

Pengukuran Panjang Badan


- Baringkan anak dengan posisi terlentang ke tempat yang datar (meja)
yang telah terlebih dahulu diletakkan alat pengukur di meja tersebut.
- Minta asisten pengukur berada pada bagian atas dari anak dengan
memegang kedua daun telinga dan membentuk posisi kepala Frankfur
Plane (garis imaginasi dari bagian inferior orbita horisontal terhadap
meatus akustikus eksterna bagian dalam) dan menyentuh bagian atas
dari alat.
- Pegang kedua lutut atau tibia pasien sehingga posisi kaki lurus dan
tumit menyentuh bagian bawah alat ukur.
- Baca dan catat angka yang ditunjuk oleh alat tersebut.

22
- Pengukur dapat melakukan pengukuran dua kali dengan menggeser
bagian bawah alat pengukur dan memperbaiki posisi anak dan
mencatat hasil pengukuran tersebut.
- Catat nilai rata-rata (dari dua kali pengukuran) pada anak tersebut
pada lembar pemeriksaan status gizi pada panjang badan (PB)
dengan ketelitian 0.1 cm.

6.1.5. Penentuan Status Gizi


Berat badan menurut umur (BB/U) :
- Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak
dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
- Ambil tabel standar berat badan menurut umur (BB/U) anak usia 0-60
bulan sesuai dengan jenis kelamin .
- Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan
hasil pengukuran berat badan anak pada kolom berat badan (apakah
pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median, 1 SD, 2 SD atau 3 SD
ataukah diantara kolom-kolom tersebut).
- Tentukan kategori status gizi berdasarkan tabel indeks dan ambang
batas (z-score) yang telah tersedia (gizi buruk, kurang, baik atau
lebih).
- Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang
tersedia untuk kategori BB/U.

Panjang badan menurut umur (PB/U) :


- Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak
dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
- Ambil tabel standar panjang badan menurut umur (PB/U) anak usia 0-
24 bulan sesuai dengan jenis kelamin .

23
- Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan
hasil pengukuran panjang badan anak pada kolomtinggi badan
(apakah pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median, 1 SD, 2 SD atau 3
SD ataukah diantara kolom-kolom tersebut).
- Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas
(z-score) yang telah tersedia (sangat pendek, pendek, normal atau
tinggi).
- Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang
tersedia untuk kategori PB/U.

Berat badan menurut panjang badan (BB/PB) :


- Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak
dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien.
- Ambil tabel standar berat badan menurut panjang badan (BB/PB) anak
usia 0-24 bulan sesuai dengan jenis kelamin.
- Carilah panjang badan anak pada kolom panjang badan di tabel
kemudian masukkan hasil pengukuran berat badan anak pada kolom
berat badan (apakah pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median, 1 SD, 2
SD atau 3 SD ataukah diantara kolom kolom tersebut).
- Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas
(z-score) yang telah tersedia (sangat kurus, kurus, normal atau
gemuk).
- Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang
tersedia untuk kategori BB/PB.

24
7.2. PENENTUAN STATUS GIZI DENGAN PENGUKURAN
ANTROPOMETRI PADA ANAK USIA 24 - 60 BULAN

Pendahuluan
Kelompok usia anak pra sekolah usia 2 tahun hingga dibawah 6
tahun merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah gizi di
Indonesia. Oleh karena itu, penentuan status gizi perlu dilakukan dengan
melakukan pengukuran antropometri. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan
secara konstan akan terjadi sehingga perlu dilakukan pengukuran
antropometri seperti berat badan, tinggi badan. Salah satu cara untuk menilai
pertumbuhan adalah dengan melihat grafik pertumbuhan terutama pada
indikator berat badan terhadap tinggi badan dengan menggunakan grafik
pertumbuhan.

6.2.1. Media dan Alat Bantu Pembelajaran


1. Buku panduan belajar penentuan status gizi dengan pengukuran
antropometri pada anak usia 24-60 bulan.
2. Weighing scale SECA 703.
3. Mobile stadiometer SECA 213.
4. Lembar pemeriksaan status gizi anak usia 24-60 bulan.
5. Tabel standar penilaian status gizi anak usia 24-60 bulan.

6.2.2. Persiapan Alat


Untuk Pengukuran Berat Badan
Weighing scale SECA 703

25
- Cek kelayakan pakai (tidak ada kerusakan pada alat) serta cek angka
pada jendela baca memperlihatkan angka 0 dengan menekan tombol
on.
- Kalibrasi alat dengan meletakkan besi seberat 5 kg. Jika jendela baca
menunjuk ke angka 5, maka alat dapat digunakan. Akan tetapi, jika
jendela baca tidak menunjuk ke angka 5, maka alat tidak dapat
digunakan.

Untuk pengukuran tinggi badan


Stadiometer SECA 213
- Cek alat dengan tiang alat tegak lurus terhadap dinding
- Cek jendela baca dapat digeser naik ataupun turun serta angka terlihat
dengan jelas.

6.2.3. Persiapan Pasien


Untuk Pengukuran Berat Badan
- Pakai pakaian seminimal mungkin (jaket, popok, kain sarung
dilepaskan) jika perlu mengganti baju dengan baju yang telah
disediakan untuk pengukuran.
- Buka alas kaki (sepatu atau sendal).
- Keluarkan benda-benda berat yang akan mempengaruhi hasil
pengukuran.
- Dilakukan sebelum pasien mendapatkan makanan utama dan kandung
kemih dalam keadaan kosong.

Untuk Pengukuran Tinggi Badan

26
- Pakai pakaian seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat terlihat
dengan jelas (jaket dilepaskan). Jika perlu mengganti pakaian dengan
pakaian yang telah disediakan untuk pengukuran.
- Lepaskan alas kaki (sendal/sepatu) serta aksesoris kepala (jepitan
rambut, topi, ikat rambut).

6.2.4. Pelaksanaan penentuan status gizi


Pengukuran Berat Badan
- Nyalakan weighing scale SECA 703 dengan menekan tombol on
(sebelah kiri atas) maka akan muncul angka 0.00 pada jendela baca.
- Minta pasien tersebut naik ke alat ukur dalam posisi berdiri tanpa
dibantu oleh siapapun.
- Minta pasien berdiri menghadap lurus ke depan (kepala tidak
menunduk), berdiri tegak, rileks dan tenang.
- Bacalah angka yang muncul pada jendela baca alat.
- Catat angka tersebut pada lembar pemeriksaan status gizi untuk BB
dengan ketelitian hingga 0.1 kg.
- Minta pasien untuk turun setelah hasil pengukuran dicatat.

Pengukuran Tinggi Badan


- Minta pasien berdiri tegak dengan tangan dalam posisi tergantung
bebas di depan tubuh di depan tiang pengukur.
- Minta pasien memandang lurus ke depan sehingga membentuk posisi
kepala Frankfurt Plane (garis imaginasi dari bagian inferior orbita
horisontal terhadap meatus acusticus eksterna bagian dalam).
- Minta pasien untuk menempelkan kepala bagian belakang, bahu
bagian belakang, bokong dan kedua tumit anak pada tiang pengukur.

27
- Turunkan bagian alat yang dapat digeser hingga menyentuh bagian
atas kepala dan rambut anak.
- Minta pasien inspirasi maksimum pada saat diukur untuk meluruskan
tulang belakang.
- Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jendela baca.
- Catat angka tersebut pada lembar pemeriksaan status gizi untuk TB
dengan ketelitian hingga 0.1 cm.

6.2.5. Penentuan Status Gizi


Berat badan menurut umur (BB/U) :
- Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak
dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
- Ambil tabel standar berat badan menurut umur (BB/U) anak usia 0-60
bulan sesuai dengan jenis kelamin.
- Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan
hasil pengukuran berat badan anak pada kolom berat badan (apakah
pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median, 1 SD, 2 SD atau 3 SD
ataukah diantara kolom-kolom tersebut).
- Tentukan kategori status gizi berdasarkan tabel indeks dan ambang
batas (z-score) yang telah tersedia (gizi buruk, kurang, baik atau
lebih).
- Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang
tersedia untuk kategori BB/U.

Tinggi badan menurut umur (TB/U) :


- Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak
dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.

28
- Ambil tabel standar tinggi badan menurut umur (TB/U) anak usia 24-60
bulan sesuai dengan jenis kelamin.
- Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan
hasil pengukuran tinggi badan anak pada kolom tinggi badan (apakah
pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median, 1 SD, 2 SD atau 3 SD
ataukah diantara kolom-kolom tersebut).
- Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas
(z-score) yang telah tersedia (sangat pendek, pendek, normal atau
tinggi).
- Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang
tersedia untuk kategori TB/U.

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) :


- Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak
dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien.
- Ambil tabel standar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) anak
usia 24-60 bulan sesuai dengan jenis kelamin.
- Carilah tinggi badan anak pada kolom tinggi badan di table kemudian
masukkan hasil pengukuran berat badan anak pada kolom berat
badan (apakah pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median, 1 SD, 2 SD
atau 3 SD ataukah diantara kolom kolom tersebut).
- Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas
(z-score) yang telah tersedia (sangat kurus, kurus, normal atau
gemuk).
- Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang
tersedia untuk kategori BB/TB.

29
6..3.1. PENENTUAN STATUS GIZI DENGAN PENGUKURAN
ANTROPOMETRI PADA ORANG DEWASA

Pendahuluan
Status gizi merupakan status kesehatan dari suatu individu yang
dipengaruhi oleh asupan makanan dan penggunaan nutrien di dalam tubuh.
Status gizi dapat menjadi prediktor suatu outcome penyakit dan juga dapat
menjadi salah satu cara pencegahan dini suatu penyakit. Salah satu metode
dalam penentuan status gizi adalah pengukuran antropometri. Untuk orang
dewasa, penentuan status gizi undernutrisi atau overnutrisi dilakukan dengan
menghitung indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat diperoleh
dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan pada orang dewasa.

6.3.1. Media dan Alat Bantu Pembelajaran


1. Buku panduan belajar penentuan status gizi dengan pengukuran
antropometri pada orang dewasa.
2. Weighing scale SECA 703.
3. Mobile stadiometer SECA 213.
4. Lembar pemeriksaan status gizi orang dewasa.
5. Tabel klasifikasi status gizi berdasarkan

6.3.2. Persiapan Alat


Untuk Pengukuran Berat Badan
Weighing scale SECA 703
- Cek kelayakan pakai (tidak ada kerusakan pada alat) serta cek angka
pada jendela baca memperlihatkan angka 0 dengan menekan tombol
on.
- Kalibrasi alat dengan meletakkan besi seberat 5 kg. Jika jendela baca
menunjuk ke angka 5, maka alat dapat digunakan. Akan tetapi, jika

30
jendela baca tidak menunjuk ke angka 5, maka alat tidak dapat
digunakan.

Untuk Pengukuran Berat Badan


Pakai pakaian seminimal mungkin (jaket, kain sarung dilepaskan) jika perlu
mengganti baju dengan baju yang telah disediakan untuk pengukuran.
- Buka alas kaki (sepatu atau sendal).
- Keluarkan benda-benda berat yang akan mempengaruhi hasil
pengukuran (kunci, telepon seluler, dompet, ikat pinggang).
- Dilakukan sebelum pasien mendapatkan makanan utama dan
kandung kemih dalam keadaan kosong.

Untuk Pengukuran Tinggi Badan


- Pakai pakaian seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat terlihat
dengan jelas (jaket atau kain sarung dilepaskan). Jika perlu mengganti
pakaian dengan pakaian yang telah disediakan untuk pengukuran.
- Lepaskan alas kaki (sendal/sepatu) serta aksesoris kepala (jepitan
rambut, topi, ikat rambut, jilbab yang tebal sebaiknya diganti dengan
jilbab yang tipis).

6.3.3. Pelaksanaan Penentuan Status Gizi


Pengukuran Berat Badan
- Nyalakan weighing scale SECA 703 dengan menekan tombol on
(sebelah kiri atas) maka akan muncul angka 0.00 pada jendela baca.
- Minta pasien tersebut naik ke alat ukur dalam posisi berdiri tanpa
dibantu oleh siapapun.
- Minta pasien berdiri menghadap lurus ke depan (kepala tidak
menunduk), berdiri tegak, rileks dan tenang.

31
- Bacalah angka yang muncul pada jendela baca alat.
- Catat angka tersebut pada lembar pemeriksaan status gizi pasien
orang dewasa untuk BB dengan ketelitian 0.1 kg.
- Minta pasien untuk turun setelah hasil pengukuran dicatat.

Pengukuran Tinggi Badan


- Minta pasien berdiri tegak dengan tangan dalam posisi tergantung
bebas di depan tubuh di depan tiang pengukur.
- Minta pasien memandang lurus ke depan sehingga membentuk posisi
kepala Frankfurt Plane (garis imaginasi dari bagian inferior orbita
horisontal terhadap meatus acusticus eksterna bagian dalam).
- Minta pasien untuk menempelkan kepala bagian belakang, bahu
bagian belakang, bokong dan kedua tumit anak pada tiang pengukur.
- Turunkan bagian alat yang dapat digeser hingga menyentuh bagian
atas kepala dan rambut pasien.
- Minta pasien inspirasi maksimum pada saat diukur untuk meluruskan
tulang belakang.
- Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jendela baca. Pencatatan
dilakukan dengan ketelitian hingga 0.1 cm

6.3.5. Penentuan Status Gizi


Indeks massa tubuh (IMT)
- Hitung IMT pasien dengan menggunakan rumus : IMT = BB (kg) /TB
(m2).
- Ambil tabel klasifikasi status gizi pada orang dewasa
- Masukkan nilai IMT pasien ke tabel tersebut.

32
- Tentukan status gizi pasien (status gizi baik, gizi kurang, gizi buruk)
pada pasien tersebut.

33

Anda mungkin juga menyukai