Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hukum Bisnis yang merupakan terusan dari hukum dagang konvensional
merupakan suatu cabang ilmu hukum yang sangat komprehensif. Karena itu,
ruang jelajah dari hukum bisnis sangat beragam, mulai dari bidang-bidang yang
tergolong konvensional, seperti tentang kontrak perusahaan, surat berharga, hak
milik intelektual, asuransi, perpajakan, dan lain-lain sampai dengan bidang-bidang
populer yang bersifat nonkonvensional, seperti merger dan akuisisi, anti
monopoli, perlindungan konsumen, electronic transfer, margin trading, dan
transaksi derivatif, atau internet dan e-commerce.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis mencoba
merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Mengapa Hukum diperlukan Dalam Bisnis ?
2. Apa Tujuan dan Kemanfaatannya Bagi Pelaku Bisnis dan Masyarakat?
3. Bagaimana hubungan Hukum dengan Kegiatan Bisnis ?
4. Unsur Apa saja yang terpenting dalam Hukum dan Bisnis?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar menambah pengetahuan dan
wawasan kita mengenai permasalahan hukum yang berlaku dalam dunia bisnis
dan agar menambah pengetahuan kita tentang bisnis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hukum

Hukum memiliki banyak pengertian tergantung dari sudut pandang para

ahli yang memberikan definisi hukum. Dengan demikian, tidak ada kesatuan

atau keseragaman mengenai apa itu definisi hukum. Van Kan memberikan

definisi hukum sebagai seluruh peraturan hidup manusia yang bersifat

memaksa demi melindungi kepentingan manusia yang ada di dalam

masyarakat. Van Kan mengatakan tujuan hukum yakni menjaga ketertiban

dan perdamaian. Dengan ada peraturan hukum sehingga orang akan dapat

memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidup manusia dengan cara yang

tertib.

Dengan itu, maka dapat tercapai kedamaian dalam hidup bermasyarakat.

Utrecht mengatakan hukum merupakan kumpulan peraturan (berupa perintah

dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan harus ditaati

oleh anggota masyarakat tersebut. Oleh karena itu, maka pelanggaran

terhadap petunjuk hidup di dalam hukum tersebut dapat menimbulkan adanya

tindakan dari pemerintah. Sementara Wiryono Kusumo mengatakan definisi

hukum adalah keseluruhan peraturan yang tertulis maupun yang tak tertulis

yang mana mengatur mengenai tata tertib di dalam masyarakat dan

pelanggarnya bisa dikenakan sanksi. Bagi Wiryono Kusumo, tujuan hukum

adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan ketertiban di dalam

masyarakat.

2
2.2 Hukum Perusahaan
Hukum perusahaan merupakan sebuah Hukum yang mengatur tentang
seluk beluk bentuk hukum perusahaan. Hukum Perusahaan
adalah pengkhususan dari beberapa bab dalam KUH Perdata dan KUHD
(Kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundangan lain yang
mengatur tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai
dengan perkembangan dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari
hukum perusahaan adalah peraturan-peraturan hukum yang masih baru.
Jika hukum dagang (KUHD) adalah hukum khusus (lex specialis) terhadap
hukum perdata (KUH Perdata) yang sifatnya lex generalis, demikian pula
hukum perusahaan merupakan hukum khusus terhadap hukum dagang.
2.2.1 Dasar Hukum Perusahaan
Dasar Hukum Perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan
kaidah atau ketentuan Hukum Perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat
berupa badan legislatif yang menciptakan undang-undang, pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang
memutus perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat
pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan
demikian, Hukum Perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang
tersebar dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan
kebiasaan mengenai perusahaan.
2.2.2 Perundang-undangan
            Perundang-undangan dalam hal ini meliputi undang-undang
peninggalan Hindia Belanda di Indonesia pada masa lampau, namun
masih dianggap berlaku dan sah hingga saat ini berdasarkan atas
peralihan UUD 1945, misalya ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) ,KUH Perdata. Selain
itu juga perundang-undangan yang termaktub mengenai perusahaan di
Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang terus dilaksanakan
dan dikembangkan hingga saat ini.
Perundang-undangan lain yang menjadi sumber hukum:
 Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

3
 PP No. 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan,
 Undang-undang No. 32 Tahun 2007 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi,
 Undang-undang No. 33dan 34 Tahun 1964 tentang Asuransi Kecelakaan
Jasa Raharja,
 Undang-undang No. 5 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
 Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
 Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
 Undang-undang No.7 Tahun 1987 tentang Penyempurnaan Undang-
undang No.6 Tahun       1982,
 Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,
 Lain-lain.

2.2.3 Bentuk-Bentuk Hukum Perusahaan


Bentuk hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah
diatur dengan undang-undang, Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer
(CV) diatur dalam KUHD, Perseroan Terbatas diatur dalam undang-
undang No. 40 tahun 2007, Koperasi diatur dalam UU No. 25 tahun
1992, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan diatur dalam UU No.
9 tahun 1969, Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) adalah
bukan badan hukum, sedangkan Perseroan Terbatas, Koperasi,
Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero) adalah
Badan Hukum. Perseroan Terbatas dan Koperasi adalah Badan Usaha
Milik Swasta sedangkan Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara.

2.4 Hukum Kontrak Perjanjian

4
Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu. Para pihak
yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk
menanti dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan
hubungan hukum yang menerbitkan hak dan kewajiban. Menurut Munir
Fuady, banyak definisi tentang kontrak telah diberikan, dan masing masing
bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang dianggap
penting, dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam definisi tersebut.

2.4.1 Asas-asas dalam hukum kontrak


Menurut pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menyatakan : ” Bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya ”. Dari bunyi pasal tersebut
sangat jelas terkandung asas-asas kontrak sebagai berikut :

1. Konsensus / sepakat , artinya perjanjian itu telah terjadi jika telah ada
konsensus / sepakat antara pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
2. Kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan
perjanjian, bebas mengenai apa yang diperjanjikan, bebas mengenai
bentuk kontraknya. Asas kebebasan berkontrak ini juga meliputi :
 Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
 Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat
perjanjian;
 Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa / isi dari
perjanjian yang akandibuatnya;
 Kebebasan untuk menentukan obyek perjanjian;
 Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.
3. Pacta sunt servanda, artinya kontrak itu merupakan undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya ( mengikat dan memaksa ).

5
4. Asas kepercayaan, artinya kontrak harus dilandasi oleh i’tikad baik para
pihak sehingga tidak unsur manipulasi dalam melakukan kontrak.( pasal
1338 ayat 3 KUH
5. Perdata menyatakan : ” perjanjian harus dilaksanakan dengan i’tikad baik

6. Asas persamaan hak dan keseimbangan dalam kewajiban
7. Asas moral dan kepatutan
8. Asas kebiasaan dan kepastian hokum

.
2.4.2 Syarat Sah Kontrak
Banyak orang yang salah mengartikan bahwa kontrak akan
dinyatakan sah jika dibuat secara tertulis. Tidak sedikit pula orang yang
beranggapan bahwa suatu kontrak dianggap sah apabila ditandatangani
di atas meterai. Padahal, penentuan sah atau tidaknya kontrak bukan
dilihat dari meterai maupun bentuknya secara tertulis atau lisan,
melainkan dilihat dari terpenuhinya syarat sah perjanjian yang diatur
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Di mana, menurut Pasal 1320
KUHPerdata, kontak akan sah jika memenuhi beberapa syarat di
bawah ini:
 Kecakapan para pihak;
 Kesepakatan antara para pihak;
 Adanya suatu hal atau objek tertentu;
 Suatu sebab yang halal (tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku, kesusilaan, dan ketertiban umum).

2.5 Hukum Kekayaan Intelektual


Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) merupakan padanan dari bahasa
Inggris Intellectual Property Right. Kata “intelektual” tercermin bahwa
obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau

6
produk  pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3).
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan suatu
peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk.
Namun jika dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin :
1995), yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil). Terdapat tiga jenis benda
yang dapat dijadikan kekayaan atau hak milik, yaitu :
1. Benda bergerak, seperti emas, perak, kopi, teh, alat-alat elektronik,
peralatan telekominukasi dan informasi, dan sebagainya. 
2. Benda tidak bergerak, seperti tanah, rumah, toko, dan pabrik.
3. Benda tidak berwujud, seperti paten, merek, dan hak cipta. Hak Atas
Kekayaan Intelektual
(HAKI) termasuk dalam bagian hak atas  benda tak berwujud. Berbeda
dengan hak-hak kelompok pertama dan kedua yang sifatnya berwujud. Hak
Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud,  berupa informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan sebagainya yang tidak
mempunyai bentuk tertentu
2.5.1 Prinsip-Prinsip Hak Kekayaan Intelektual
Prinsip-prinsip yang terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual
adalah  prinsip ekonomi, prinsip keadilan, prinsip kebudayaan, dan
prinsip sosial:
1. Prinsip Ekonomi. Prinsip ekonomi merupakan hak intelektual berasal
dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan merupakan di dalam menciptakan
sebuah karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil dari
kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.
3. Prinsip Kebudayaan. Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu
pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan
manusia

7
4. Prinsip Sosial Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai
warga  Negara ), artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah
diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga
perlindungan diberikan bedasarkan keseimbangan kepentingan
individu dan masyarakat.
2.5.2 Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual
Berdasarkan WIPO Hak atas Kekayaan Intelaktual dapat dibagi
menjadi dua bagian dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Hak Cipta ( copyrights ) Hak eksklusif yang diberikan negara bagi
pencipta suatu karya (misal karya seni untuk mengumumkan,
memperbanyak, atau memberikan izin bagi orang lain untuk
memperbanyak ciptaanya tanpa mengurangi hak pencipta sendiri.
UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak
Cipta adalah hak yang mengatur karya intelektual di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan diberikan pada ide, prosedur, metode atau konsep yang
telah dituangkan dalam wujud tetap. Hak Cipta adalah hak khusus
bagi pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.
Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan  perundang-undangan
yang berlaku. (Pasal 1 ayat 1). Hak cipta diberikan terhadap ciptaan
dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan
kesusasteraan. Hak ciptahanyadiberikan secara ekslusif
kepadapencipta, yaitu “seorang atau beberapa orang secara bersama-
sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan
dalambentuk yang khas dan bersifat  pribadi.

8
2. Hak Kekayaan Industri ( industrial property rights ) Hak yang
mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama yang
mengatur perlindungan hukum. Hak kekayaan industri ( industrial
property right ) berdasarkan pasal 1 Konvensi Paris mengenai
perlindungan Hak Kekayaan Industri Tahun 1883 yang telah
diamandemen pada tanggal 2 Oktober 1979, meliputi :
a. Paten
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor atas hasil invensinya dibidang teknologi, yang untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepadapihaklain untuk
melaksanakannya (UU No 14 Tahun 2001 Tentang Paten). Hak
Paten Adalah hak eksklusif yang diberikan negara bagi  pencipta di
bidang teknologi. Yang untuk selamawaktu tertentu melaksanakan
sendiri ciptaanya tersebut atau memberikan  persetujuannya
kepadapihak lain untuk melaksankannya,  
b. Merek
Merek adalah tanda yang berupa gambar,nama, kata, hurup-hurup,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalamkegiatan
perdagangan barang atau jasa. (UU no 15 Tahun 2001 Tentang
Merek ) Merk dagang adalah hasil karya, atau sekumpulan huruf,
angka, atau gambar sebagai daya pembeda yang digunakan oleh
individu atau badan hukum dari keluaran pihak lain.
c.Hak Design Industri
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan eksetis dan dapat diwujudkan dalampola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
(Pasal 1 ayat 1 UU No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri) Hak

9
desain industri, yakni perlindungan terhadap kreasi dua atau tiga
dimensi yang memiliki nilai estetis untuk suatu rancangan dan
spesifikasi suatu proses industry.
d. Hak Design Tata Letak Sirkuit Terpadu (intergrated circuit).
Hak desain tata letak sirkuit terpadu ( integrated circuit ), yakni
perlindungan hak atas rancangan tata letak di dalam sirkuit terpadu,
yang merupakan komponen elektronik yang diminiaturisasi.
e.Rahasia Dagang
Rahasia dagang, yang merupakan rahasia yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau individu dalam proses produksi

f. Varietas Tanaman
Varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,
daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik genotipe atau
kombinasi genotype yang dapat membedakan dari jenis yang sama
atau spesies yang sama oleh sekurang- kurangnya satu sifat yang
menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
(Pasal 1 Ayat 3)

2.6 Hukum Perlindungan Konsumen


Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas –asas dan kaidah
yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan
penggunaanya daam bermasyarakat.20Menurut Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja, hukum konsumen adalah : keseluruhan asas- asas dan
kaidah – kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan
penggunaan produk barang dan/atau jasa, antara penyedia dan
penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan batasan
berikutnya adalah batasan hukum perlindungan konsumen, sebagai bagian
khusus dari hukum konsumen, dan dengan penggambaran masalah yang
terlah diberikan dimuka, adalah “keseluruhan asas- asas dan kaidah – kaidah

10
yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan
penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat”.
2.6.1 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Adapun asas – asas perlindungan konsumen sebagaimana Pasal 2
Undang undang 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen :
1. Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar – besarnya bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat
Indonesia diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan
antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam
arti materil maupun spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum. Selain itu Pasal 3 Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen juga menjelaskan
tentang tujuan dari Perlindungan Konsumen, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa.

11
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

2.6.2 Hubungan Konsumen dan Pelaku Usaha


Prinsip – prinsip tentang kedudukan konsumen dalam hubungan
hukum dengan pelaku uahsa berangkat dari doktrin atau teori yang
muncul dalam perjalanan sejarah hukum perlindungan konsumen,
antara lain :
1. .Let The Buyer Beware (caveat emptor)
Doktrin ini merupakan embrio dari lahirnya sengketa
dibidang transaksi konsumen. Asas ini berasumsi, pelaku usaha
dan konsumen adalah dua pihak yang sangat seimbang, sehigga
tidak perlu proteksi apapun bagi konsumen. Di dalam UUPK
prinsip ini sudah tidak digunakan, namun sebaliknya
menggunakan prinsip kehati – hatian dari pelaku usaha atau yang
disebut caveat venditor, hal tersebut dapat dilihat dengan diatur
dalam bab tersendiri mengenai perbuatan yang di larang bagi
pelaku usaha yang bertujuan agar pelaku usaha memiliki rambu –
rambu dalam melakukan usahanya.
2. The Due Care Theory
Doktrin atau prinsip ini menyatakan, pelaku usaha
mempunyai kewajiban untuk berhati – hati dalam meproduksi dan

12
menyalurkan produk, baik barang dan/atau jasa. Selama pelaku
usaha berhati – hati dengan produknya maka pelaku ushaa tidak
dapat dipersalahkan. Prinsip ini sejalan dengan aturan perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha yaitu Pasal 8 sampai Pasal 17
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

3. The Privity of Contract


Prinsip in menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban
untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu dapat dilakukan jika
diantara mereka telah terjalin kontrak. Realitanya sering
ditemukan kontrak yang melemahkan posisi konsumen dengan
mengalihkan tanggung jawab pelaku usaha dengan kalusula –
kalusula standartnya.
4. Kontrak bukan syarat
Melihat fenomena lemahnya posisi konsumen dalam
prinsip The Privity of Contact yang mensyaratkan kontrak sebagi
dasar gugatan konsumen kepada pelaku usaha yang
merugikannya, maka lahirlah sebuah prinsip dimana kontrak
bukan lagi merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu
hubungan hukum. Sekalipun ada pandangan yang menyatakan
prinsip kontrak bukan syarat hanya berlaku untuk objek transaksi
berupa barang. Sebaliknya, kontrak selalu dipersyaratkan untuk
transaksi konsumen dibidang bisnis.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a)      Hukum bisnis merupakan peraturan-peraturan berdasarkan hukum di

suatu negara yang digunakan untuk mengatur kegiatan bisnis.

b)      Dalam melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari

hukum karena hukum sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa

berjalan dengan lancar, tertib, aman sehingga tidak ada pihak-pihak yang

dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis

3.2 Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

2. Segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami

dapat memperbaiki segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. 2002. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung.
PT. Citra Aditya Bakti

R. Saliman, Abdul, dkk. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh
Kasus), Kencana Renada Media Group, Jakarta, 2005.

Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001.

http://titismekautami.blogspot.com/2012/12/hukum-bisnis.html

http://wahyuandiraa.wordpress.com/2012/02/02/hukum-bisnis/

http://statushukum.com/hukum-bisnis-indonesia.html

http://rezamadrid92.blogspot.com/2012/05/pengertian-hukum-bisnis.html

15

Anda mungkin juga menyukai