Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting,karena selain
berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat seksual yang pada kemudian hari
dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelainan konginetalterbanyak kedua pada penis
setelah cryptorchidism yaitu hipospadia. Hipospadia adalahsuatu kelainan bawaan berupa lubang
uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).

Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang paling sering di temukan pada anak
laki-laki. Kata hipospadia berasal dari bahasa yunani yaitu hypo, yang berati dibawah, dan
spadon, yang berarti lubang. Hipospadia dpat di definisikan sebagai adanya muara urethra yang
terletak di ventral atau proksimal dari lokasi yang seharusnya. Kelainan ini terbentuk pada masa
embrional karena adanya defek pada masa perekmbangan alat kelamin dan sering di kaitkan
dengan gangguan pembentukan seks primer ataupun gangguan aktivitas seksual saat dewasa.

Prefalensi hipospadia didunia sangat luas secara geografis dan bervariasi. Insiden kelainan ini
berkisar 1:250 kelahiran bayi atau 1:300 kelahiran bayi. Peningkatan insiden hipospadia masih
menuai berbagai kontrovensi. Bergman et al melakukan penelitian epidemiologi mengenai
prefalensi hipospadia dari tahun 2001-2010 menemukan bahwa insiden hipospadia cukup stabil
pada rentang waktu tersebut. Di indonesia prefalensi hipospadia belum diketahui secara pasti.
Limatahu at al menemukan 17 kasus di RSUP Prov. Dr. R. D. Kandau Manado pada periode
januari 2009- oktober 2010.

Hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital pada laki-laki yang sering dijumpai.
Angka kejadian hipospadia di Italia dilaporkan 3 - 4 per 1000 kelahiran hidup (Ghirri et al.,
2009). Kasus ini dilaporkan sekitar 0,3-1% kelahiran hidup di Amerika (Carmichael et al., 2003;
Porter et al., 2005; Fisch et al., 2009). Namun kejadian hipospadia lebih tinggi ditemukan di
Child Health Care Center Rotterdam tahun 2000 yaitu sebanyak 53 orang dari 7.292 bayi lakilaki
(0,73%) (Pierik et al., 2002). Pasien hipospadia di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta dari
tahun 2002 - 2008 ditemukan sebanyak 139 orang (Fariz dkk., 2010). Penelitian dari Januari
2011 - September 2012 di RS Sardjito Yogyakarta didapatkan 60 pasien hipospadia

1
(Sastrasupena., 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pande dkk ditemukan 65 kasus
hipospadia dari tahun 2011 - 2014 (Pande dkk., 2015), sedangkan Bayu dkk mendapatkan jumlah
penderita hipospadia sebanyak 15 kasus dalam periode tahun 2009 - 2011 (Bayu dkk., 2014).
Data dari rekam medis SMF Urologi RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam 5 tahun terakhir (2010
- 2014) telah dilakukan 95 kali operasi, dengan ratarata 19 orang pertahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hipospadia ?
2. Apa saja etiologi hipospadia ?
3. Apa klasifikasi hipospadia ?
4. Apa saja menifestasi klinis pada hipospadia ?
5. Apa saja komplikasi pada hipospadia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada hipospadia ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada hipospadia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan definisi Hipospadia
2. Mendeskripsikan etiologi Hipospadia
3. Mendeskripsikan klasifikasi Hipospadia
4. Mendeskripsikan manifestasi klinis Hipospadia
5. Mendeskripsikan komplikasi pada Hipospadia
6. Mendeskripsikan penatalaksanaan medis pada Hipospadia
7. Mendeskripsikan pemeriksaan diagnostik Hipospadia
  

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah”
dan“spadon“
yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital
dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal
dari tempatnya yang normal di ujung glans penis. Hasil penelitian pasien hipospadia di
RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 2002 - 2008 ditemukan sebanyak 139
orang (Fariz dkk. 2010) Data dari rekam medis SMF Urologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
dalam 5 tahun terakhir (2010 - 2014) telah dilakukan 95 kali operasi, dengan ratarata 19
orang pertahun
Hipospadia adalah kelainan kongenital yang dapat dideteksi ketika atau segera
setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria.
Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral
batang penis. Sering kali, kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagai
suatu chordee, yaitu untuk istilah penis yang menekuk kebawah. Ataupun yang di
maksud hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya : berada
di bawah pangkal penis. Jika lubang kecil saja tidak memerlukan tindakan karena dapat
menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar perlu tindakan bedah dan menunggu
anak sudah dalam usia remaja sampai ke 14 tahun (Rukiah & Yulianti, 2013).

B. Etiologi
Menurut (Suriadi,2010) Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat dihubungkan
dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor
yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1) Gangguan dan ketidakseimbangan hormon

3
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi
apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek
yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone
androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2) Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3) Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Faktor resiko.

C. Klasifikasi
Menurut (Khilyatul Mufida, 2012) Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan
lokasi anatomi meatus urethra :
1. Anterior atau hipospadia distal (meatus urethra terletak di gland penis), pada
hipospadia derajat pertama ini letak meatus urethra eksterna dapat dibagi menjadi
3 bagian yaitu hipospadial sine (curvatura ventral penis dengan letak meatus
urethra eksterna normal, jenis ini sering dianggap hipospadia yang bukan
sebenarnya), glandular (letak meatus ekterna hanya turun sedikit pada bagian
ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksterna terletak di
sulcus coronal penis)
2. Middle shaft atau intermediate hipospadia, yang disebut hipospadia derajat dua,
juga dapat dibagi berdasar letak meatus urethra menjadi distal penis, mid-shaft,
dan tipe proksimal.
3. Hipospadia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi penoscrotal
(meatus urethra di antara pertemuan basis penis dan scrotum), scrotal (meatus

4
urethra eksterna di scrotum), dan perineal (meatus urethra eksterna di bawah
scrotum dan pada area perineum).
 Hipospadia anterior/distal/derajat 1
 Hipospadiasine
 Glandular
 Sub-coronal
 Hipospadia media/derajat 2
 Penis distal
 Midshaft
 Penis proksimal
 Hipospadia posterior/derajat 3
 Penoscrotal
 Scrotal
 Perineal Gambar

D. Menifestasi Klinis
Menurut (Andi Yudianto, 2014) Manifestasi Klinis pada pasien hipospadia, yaitu :
1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar
penis.
2. Penis melengkung ke bawah
3. Letak lubang urethra tidak sesuai
4. Terdapat chordee yang terbentuk dari permukaan penis
5. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
6. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
7. Pada Hipospadia grandular/koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
8. Pada Hipospadia peniscrotal/perineal anak berkemih dengan jongkok.
9. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.

5
10. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat
disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke
glans penis.
11. Edema atau bengkak
12. Urin tidak dapat memancar sehingga gagal menyatu untuk membuat jaringan ikat
tidak elastis.
E. Komplikasi
Komplikasi pada pasien hipospadia, yaitu :
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1
jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu).
2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK.
3. Bentuk penis yang abnormal. Sehingga bentuk penis melengkung kebawah
4. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
a) Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit,
yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska
operasi.
b) Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh
angulasi dari anastomosis.
c) Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
d) Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan
sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi.
e) Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
f) Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

F. Penatalaksanaan Medis

6
Menurut (Yayuk Susanti, 2011) Penatalaksanaan Medis pada pasien hipospadia yang
dapat dilakukan adalah dengan cara operasi, dikenal banyak teknik operasi hipospadia,
yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun. Pada tahap ini dilakukan
operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi
chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih terletak
abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan
intraoperatif dengan menyuntikan NaCl 0,9% ke dalam korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasti Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra
dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di
kedua sisi. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai deterapkan operasi yang
dilakukan hanya satu tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada
hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang cukup besar.
Tujuan pembedahan, yaitu :
a) Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial.
b) Perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi teknik yang
populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnistik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Untuk mengetahui hypospadia pada masa
kehamilan sangat sulit. Berbagai sumber menyatakan bahwa hypospadia dapat diketahui
segera setelah kelahiran dengan inspeksi genital pada bayi baru lahir atau dengan
melakukan pemeriksaan lain seperti :
 Rontgen
 USG sistem kemih kelamin
 BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan
kelainan kongenital ginjal
 Kultur urine/Anak-hipospadia

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak
lahir. Yang disebabkan oleh embriologi dan Maskulinisasi inkomplit dari genetalia
karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis. Hipospadia dibagi menjadi tiga
berdasarkan letak anatomis meatus eksterna menjadi hipospadia anterior/distal/derajat1,
hipospadia media/ derajat 2,dan hipospadia porterior/proksimal/derajat 3.
Hipospadia adalah kelainan kongenital yang dapat dideteksi ketika atau segera
setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria.
Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral
batang penis. Sering kali, kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagai
suatu chordee, yaitu untuk istilah penis yang menekuk kebawah

B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Hipospadia/Epispadia merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus
dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta
berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung
profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari
tenaga medis yang memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.

8
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai