Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS ( GEA )

OLEH:

KARNA YULI SITANGGANG

205140028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA
2021

4
5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari. Buang air
besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Nurarif dan Kusuma,
2016).
Diare merupakan penyebab kurag gizi yang penting terutama pada anak-
anak. Diare menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga
mengurangi asupan gizi dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap
sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak-anak
yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan
menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangung terus menerus akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak. Penyakit gastroentritris
mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah, akibatnya klien akan
kehilangan air dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya
menimbulkan asidosis metabolik (Soegijanto, 2010). Hal yang menyebabkan
balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang
kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal
apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri
dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Irianto,
2012).
Menurut data (WHO 2018) mengatakan hampir 1,7 miliar kasus diare
terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap
tahunnya. Berdasarkan data di Amerika Serikat lebih dari 3,5 juta bayi
mengalami diare setiap tahun, menyebabkan lebih dari 500.000 kunjungan ke
6

klinik dokter dan 55.000 hospitalisasi (Trestaningati, 2018). Di Indonesia


berdasarkan diagnosis atau gejala, estimasi jumlah penderita diare sebanyak
9.441.547 jiwa. Berdasarkan data dari kementerian kesehatan perkiraan diare di
fasilitas kesehatan sebanyak 126.897.463, sedangkan diare ditangani sebanyak
2.544.547 jiwa (Kemenkes, 2018).
Diare disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang
diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni
(Purwaningdyah, 2015). Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak
menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada. Di samping itu menyebabkan pasien kekurangan
cairan atau dehidrasi, keadaan kekurangan cairan ini akibat tidak segera
diatasi sehingga menyebabkan syok hipovolemik, akibatnya jika terjadi pada
anak akan menyebabkan dehidrasi dan akhirnya kematian, dimana 80%
bagian tubuh anak terdiri dari cairan jika pada anak terjadi dehidrasi.
Komplikasi diare biasanya ditandai dengan pusing, mudah lelah dan
mengantuk, rasa haus terus menerus, mulut kering, urine berwarna pekat atau
gelap (Soegijanto, 2010). Penanganan yang dapat dilakukan antara lain yaitu
dengan pemberian larutan oralit sebagai penggantinya (LGG), beri makanan
lunak dan mudah dicerna, beri cairan rumah tangga (kuah sayur dan air tajin),
bawa penderita ke pelayanan kesehatan (Soegijanto, 2010). Sebaiknya
diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran saat ini seperti 200 ml,
oralit 1 liter, oralit-200 dan juga larutan oralit siap minum seperti pedialyte
dan renalyte (Shelof P., 2010). Selain pemberian oralit diare juga dapat
dicegah dengan cara mengajarkan cuci tangan yang benar di lingkungan
masyarakat dan menjaga kebersihan.
Tingginya angka kejadian diare, membutuhkan peran berbagai pihak
terutama tenaga kesehatan, untuk itu pemahaman tentang diare dan
penanganan asuhan keperawatan sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga
kesehatan, terutama perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari
berinteraksi dengan pasien. Perawat sebagai tenaga medis sangatlah penting
7

dalam mencegah dan menanggulangi angka kesakitan diare, seperti


memonitor status hidrasi, memonitori vital sign, memonitor masukan
makanan atau cairan dalam hitung intake kalori harian, memonitor status
nutrisi, mendorong keluarga untuk membantu pasien makan dan melalui
tindakan promotif, yaitu perawat memberikan penyuluhan mengenai penyakit
diare dan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), tindakan preventif yaitu
perawat menganjurkan untuk membuang feses (termasuk feses bayi) secara
benar dan mengajarkan cuci tangan dengan benar di lingkungan masyarakat
dan menjaga kebersihan, tindakan kuratif, yaitu berikan anak lebih banyak
cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi, tindakan rehabilitatif
yaitu mengontrol keadaan pasien secara berkala terutama untuk balita dan
tersedianya air yang bersih tanpa tercemar dengan limbah.

B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan anak pada masalah diare di puskesmas
Semparuk?
C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan masalah diare di
puskesmas Semparuk.
D. Manfaat
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukkan bagi pelayanan di Puskesmas
agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan diare secara baik.
8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Anak dan Tumbuh Kembang


1. Pengertian
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam masa
tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (Askar, 2012).
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai berikut: bertambah besar dalam arti
fisik sebagai akibat dari perbanyakan dari jumlah sel dan membesarnya sel
itu sendiri di dalam tubuh manusia. Perkembangan berarti bertambahnya
keterampilan dan fungsi yang kompleks dari seseorang (Adriana dan
Wirjatmadi 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan pada praktiknya saling berkaitan
sehingga sulit mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi hingga remaja
terjadi pertumbuhan dan perkembangan dalam segi jasmani, mental, dan
intelektual (Adriana dan Wirjatmadi 2012).

2. Jenis Tumbuh Kembang


Menurut Adriana dan Wirjatmadi (2012), adapun macam-macam tumbuh
kembang, yaitu sebagai berikut:
a. Tumbuh kembang fisis, meliputi perubahan dalam bentuk besar dan
fungsi organisme individu.
9

b. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian


berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak
dan simbolik seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca.
c. Tumbuh kembang sosial emosional bergantung kemampuan bayi untuk
membentuk ikatan batin, berkasih saying, menangani kegelisahan akibat
suatu frustasi, dan mengelola rangsangan agresif.

3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak menurut Potter dan Perry (2012), yaitu:
a. Faktor Genetik
1) Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologi
2) Jenis kelamin
3) Suku bangsa atau bangsa/negara
b. Faktor Lingkungan
1) Faktor Pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia embrio.
2) Faktor Postnatal
a) Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit,
perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan hormon.
b) Faktor Lingkungan Fisik
Cuaca, musim, sanitasi, dan keadaan rumah.
c) Lingkungan Sosial
Stimulasi, motivasi belajar, stress, kelompok sebaya, ganjaran atau
hukuman yang wajar, cinta, dan kasih sayang.
d) Lingkungan Keluarga dan Adat Istiadat yang Lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah dan ibu, agama, adat istiadat, dan
norma-norma.
10

4. Tahan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Menurut Potter dan Perry (2012), tumbuh kembang anak berlangsung
secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan dimulai sejak
konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi akan tetapi setiap anak
akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap
pertumbuhan dan perkembangan, seperti masa prenatal atau masa
intrauterine, masa bayi, masa prasekolah, dan masa sekolah. Di sini akan
membahas tentang tumbuh kembang masa bayi usia 0-1 tahun, yaitu:
c. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ tubuh
lainnya.
d. Masa pasca neonatal, proses yang pesat dan proses pamtangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf
(29 hari-1 tahun).

5. Tugas Perkembangan Anak


Adapun beberapa tugas perkembangan masa bayi menurut Potter dan
Perry (2012), yaitu:
a. Belajar memakan makanan padat
b. Belajar berjalan
c. Belajar berbicara
d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
f. Mencapai kestabilan fisik
g. Belajar mengenal konsep-konsep sederhana tentang kenyataan alam dan
social
11

h. Belajar membedakan baik dan buruk, benar atau salah, ataupun


mengembangkan kata hati

6. Penilaian Pertumbuhan Fisik


Ada beberapa penilaian untuk pertumbuhan fisik menurut Adriana dan
Wirjatmadi (2012), yaitu:
a. Ukuran Antropometrik
1) Tergantung umur, yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan
(TB) terhadap umur, lingkar kepala (LK) terhadap umur, dan lingkar
lengan atas (LILA) terhadap umur.
2) Tidak tergantung umur, yaitu berat badan (BB) terhadap tinggi badan
(TB), lingkar lengan atas (LILA), dan tebal lipatan kulit (TLK).
b. Berat Badan (BB)
c. Tinggi Badan (TB)
d. Lingkar Kepala (LK)
e. Lingkar Lengan Atas (LILA)

7. Penilaian Perkembangan
Menurut Adriana dan Wirjatmadi (2012), denver II adalah salah satu dari
metode skrining perkembangan yang bertujuan mendeteksi kelainan
perkembangan sedini mungkin pada anak sehat atau asimptomatik, 0-6
bulan. Berlangsung rutin dan periodic pada saat pemeriksaan kesehatan bayi
sehat, memonitor perkembangan terutama pada anak yang memiliki risiko
tinggi.
a. Aspek Perkembangan yang Dinilai
1) Terdiri dari 125 tugas perkembangan
2) Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
3) Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai, yaitu:
a) Perilaku Sosial (Personal Social)
b) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
12

c) Gerakan Motorik Halus atau Non Verbal (Fine Motor Adaptive)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, koordinasi antara mata dengan tangan,
manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah, dan melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.
d) Bahasa (Language)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
memahami, mengikuti perintah, dan berbicara spontan.
e) Gerakan Motorik Kasar (Gross Motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakkan, sikap tubuh, dan
keseimbangan.
b. Alat yang Digunakan
1) Alat Peraga
Benang wol, kismis atau manik-manik, peralatan makan, peralatan
gosok gigi, kartu atau permainan ular tangga, pakaian, buku gambar
atau kertas, pensil, kubur warna erah-kuning-hijau-biru, kertas warna
(tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
2) Formulir
Formulir deteksi dini tumbuh kembang atau biasa disebut dengan
DDTK.
3) Cara Pemeriksaan Denver II
a) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari
b) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas
c) Berdasarkan pedoman, hasil tes klasifikasikan dalam normal,
abnormal, meragukan, dan tdak dapat dites.
 Abnormal
13

 Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau


lebih
 Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebi
keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia
 Meragukan
 Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
 Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
padasektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongandengan garis vertikal usia
 Tidak Dapat Dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan
 Normal
 Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas dikatakan
normal

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari. Buang air
besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Nurarif dan Kusuma,
2016).

2. Etiologi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 dalam Nurarif dan Kusuma (2016),
penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
14

penderita diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri


patogen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan
penderita dan juga dapat melalui udara atau melalui aktivitas seksual kontak
oral-genital atau oral-anal.
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), etiologi dibagi menjadi dua, yaitu
diare akut dan diare kronik.
a. Diare Akut
1) Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
2) Protozoa: Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica, Trikonomas
hominis, Isospora sp, cacing (A. lumbricoides, A. duodenale, N.
americanus, T. trichiura, O. vermicularis, S. strecolaris, T. saginata, T.
sollium)
3) Bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S. aureus, C. perfringens, E.
coli, V. cholera, C. difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa
usus (Shingella, Salmonela spp, Yersinia)
b. Diare Kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam enam kategori
patogenesis terjadinya:
1) Diare osmotic
2) Diare sekretorik
3) Diare karena gangguan motilitas
4) Malabsorbsi
5) Infeksi kronik
15

3. Pathway
16

4. Klasifikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2016), klasifikasi
dari diare adalah sebagai berikut:
a. Lama Waktu Diare
1) Akut : berlangsung kurang dari dua minggu.
2) Kronik : berlangsung lebih dari dua minggu.
b. Mekanisme Parofisiologis (osmotik, sekretorik, dan lain-lain)
c. Berat Ringan Diare (kecil atau besar)
17

d. Penyebab Infeksi atau Tidak (infeksi atau non infeksi)


e. Penyebab Organik atau Tidak (organik atau fungsional)

5. Manifestasi klinis
Menurut Yuliana (2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2016), ada beberapa
manifestasi klinis dari diare, yaitu:
a. Diare Akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, dan nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4) Demam
b. Diare Kronis
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadinya infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia dan denyut lemah

Menurut Setiyowati (2019), manifestasi klinis yang ada pada diare anak
adalah sebagai berikut:

a. Anak menjadi cengeng atau gelisah


b. Suhu badannya meninggi. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
d. Anusnya lecet.
e. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
f. Muntah sebelum atau sesudah diare.
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. Dehidrasi

6. Komplikasi
18

Menurut Wulandari (2017), akibat diare dan kehilangan cairan serta


elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai
berikut, yaitu:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
b. Syok hipovolemik.
c. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktose.
e. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung
lama)

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita diare menurut Mustakin (2011),
yaitu:
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja
3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernapasan Kusmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kratinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit kerutama kadar Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Posfat.

8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan dari diare menurut Nurarif dan Kusuma (2016)
adalah sebagai berikut:
a. Beri Cairan Tambahan
Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan
yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebi lama pada setiap kali
19

pemberian. Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air
matang sebagai tambahan, jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif,
beri 1 atau lebih cairan berikut, yaitu oralit, cairan makanan (kuah sayur
atau tajin) atau air matang.
b. Beri Tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis:
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari
c. Lanjutkan Pemberian Makan atau ASI
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama anak, tanggal pengkajian, nama panggilan, nama orang tua,
tanggal lahir, umur, ayah, ibu, agama, pendidikan, jenis kelamin, bahasa
yang digunakan, data diperoleh dari, berat badan, dan tinggi badan.
b. Informasi Medik
Keluhan utama, keluhan yanag menyertai, riwayat penyakit sekarang,
waktu dan tempat pengobatan terakhir, obat yang terakhir didapat, obat
yang rutin diberikan, imunisasi, penyakit yang pernah diderita,
pemeriksaan penunjang medis, dan riwayat penyakit keluarga.
c. Keadaan Umum
4) Keadaan Umum Pasien
5) Tingkat Kesadaran Kuantitatif
6) Tingkat Kesadaran Kualitatif
7) Tanda-tanda Vital
8) Pemeriksaan Fisik

d. Tumbuh Kembang
e. Riwayat Kehamilan
f. Nutrisi
20

1) Air Susu Ibu


2) Susu Formula
3) Makanan Halus
4) Makanan Padat
g. Eliminasi
1) Buang Air Besar
2) Buang Air Kecil
h. Tidur dan Istirahat
i. Psikososial

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan Volume Cairan
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Hipertermia
d. Kerusakan Integritas Kulit
e. Diare
f. Ansietas
g. Risiko Syok Hipovolemik
(Nurarif dan Kusuma, 2016).

3. Perencanaan dan Intervensi

Sdki Slki Siki


Diare berhubungan Setelah dilakukan MANAJEMEN DIARE
dengan inflamasi tindakan keperawatan
1. Observasi
gastrointertinal diharapkan eliminasi
fekal membaik dengan  Identifikasi penyebab diare
kriteria hasil :  Identifikasi riwayat
1. Control pemberian makanan
pengeluaran  Monitor warna, volume,
feses frekwensi, dan konsistensi
meningkat tinja.
21

2. Keluhan  Monitor tanda dan gejala


defekasi lama hypovolemia
dan sulit
2. Terapeutik
menurun
3. Mengejan saat - Berikan asupan cairan oral
defekasi
3. Edukasi
membaik
4. Konsistensi - Anjurkan makanan porsi

fesek membaik kecil dan sering secara

5. Peristaltic usus bertahap

membaik - Anjurkan menghindari


makanan,  pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
lactose

4. Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat


antimotilitas
Hipertermia Setelah dilakukan MANAJEMEN HIPERTERMI
berhubungan tindakan keperawatan
1. Observasi
dengan proses diharapkan suhu tubuh
penyakit tetap berada pada
- Identifkasi penyebab
rentang normal
hipertermi (mis. dehidrasi
dengan kriteria hasil :
terpapar lingkungan panas
1. Menggigil
penggunaan incubator)
menurun
- Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh
membaik 2. Terapeutik
3. Suhu kulit
- Sediakan lingkungan yang
membaik
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
22

pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)

3. Edukasi

- Anjurkan tirah baring

4. Kolaborasi

 Kolaborasi cairan dan


elektrolit intravena, jika
perlu
Resiko ketidak Setelah dilakukan MANAJEMEN CAIRAN
seimbangan tindakan keperawatan
1. Observasi
eletrolit diharapkan
berhubungan keseimbangan
- Monitor status hidrasi ( mis,
dengan diare elektrolit meningkat
frek nadi, kekuatan nadi,
dengan kriteria hasil :
akral, pengisian kapiler,
1. Serum natrium
kelembapan mukosa, turgor
meningkat
kulit, tekanan darah)
2. Serum kalium
- Monitor hasil pemeriksaan
meningkat
laboratorium (mis.
3. Serum klorida
Hematokrit, Na, K, Cl, berat
meningkat.
jenis urin , BUN)

2. Terapeutik
23

- Berikan  asupan cairan


sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena bila
perlu

. Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian diuretik,  jika
perlu

D. Aplikasi Pemikiran Kritis Dalam Asuhan Keperawatan Anak


Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam.
Cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia fisiologis yang harus
dipenuhi, apabila penderita banyak mengalami kehilangan cairan, maka
terjadilah gejala dehidrasi. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam
dehidrasi dan jika tidak segera ditolong 50-60% dapat meninggal (Sodikin,
2012).
Diare dapat menimbulkan anak menjadi cengeng atau gelisah, Suhu
badannya meninggi, tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah, warna tinja
kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, anus lecet, bahkan
dehidrasi (Setiyowati, 2019).
Penanganan pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat salah
satu caranya adalah dengan pemberian cairan atau pemberian therapy
intravena.
24

Anda mungkin juga menyukai