GASTROENTERITIS ( GEA )
OLEH:
205140028
JAKARTA
2021
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari. Buang air
besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Nurarif dan Kusuma,
2016).
Diare merupakan penyebab kurag gizi yang penting terutama pada anak-
anak. Diare menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga
mengurangi asupan gizi dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap
sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak-anak
yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan
menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangung terus menerus akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak. Penyakit gastroentritris
mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah, akibatnya klien akan
kehilangan air dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya
menimbulkan asidosis metabolik (Soegijanto, 2010). Hal yang menyebabkan
balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang
kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal
apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri
dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Irianto,
2012).
Menurut data (WHO 2018) mengatakan hampir 1,7 miliar kasus diare
terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap
tahunnya. Berdasarkan data di Amerika Serikat lebih dari 3,5 juta bayi
mengalami diare setiap tahun, menyebabkan lebih dari 500.000 kunjungan ke
6
B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan anak pada masalah diare di puskesmas
Semparuk?
C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan masalah diare di
puskesmas Semparuk.
D. Manfaat
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukkan bagi pelayanan di Puskesmas
agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan diare secara baik.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
7. Penilaian Perkembangan
Menurut Adriana dan Wirjatmadi (2012), denver II adalah salah satu dari
metode skrining perkembangan yang bertujuan mendeteksi kelainan
perkembangan sedini mungkin pada anak sehat atau asimptomatik, 0-6
bulan. Berlangsung rutin dan periodic pada saat pemeriksaan kesehatan bayi
sehat, memonitor perkembangan terutama pada anak yang memiliki risiko
tinggi.
a. Aspek Perkembangan yang Dinilai
1) Terdiri dari 125 tugas perkembangan
2) Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
3) Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai, yaitu:
a) Perilaku Sosial (Personal Social)
b) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
12
2. Etiologi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 dalam Nurarif dan Kusuma (2016),
penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
14
3. Pathway
16
4. Klasifikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2016), klasifikasi
dari diare adalah sebagai berikut:
a. Lama Waktu Diare
1) Akut : berlangsung kurang dari dua minggu.
2) Kronik : berlangsung lebih dari dua minggu.
b. Mekanisme Parofisiologis (osmotik, sekretorik, dan lain-lain)
c. Berat Ringan Diare (kecil atau besar)
17
5. Manifestasi klinis
Menurut Yuliana (2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2016), ada beberapa
manifestasi klinis dari diare, yaitu:
a. Diare Akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, dan nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4) Demam
b. Diare Kronis
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadinya infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia dan denyut lemah
Menurut Setiyowati (2019), manifestasi klinis yang ada pada diare anak
adalah sebagai berikut:
6. Komplikasi
18
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita diare menurut Mustakin (2011),
yaitu:
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja
3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernapasan Kusmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kratinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit kerutama kadar Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Posfat.
8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan dari diare menurut Nurarif dan Kusuma (2016)
adalah sebagai berikut:
a. Beri Cairan Tambahan
Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan
yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebi lama pada setiap kali
19
pemberian. Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air
matang sebagai tambahan, jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif,
beri 1 atau lebih cairan berikut, yaitu oralit, cairan makanan (kuah sayur
atau tajin) atau air matang.
b. Beri Tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis:
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari
c. Lanjutkan Pemberian Makan atau ASI
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama anak, tanggal pengkajian, nama panggilan, nama orang tua,
tanggal lahir, umur, ayah, ibu, agama, pendidikan, jenis kelamin, bahasa
yang digunakan, data diperoleh dari, berat badan, dan tinggi badan.
b. Informasi Medik
Keluhan utama, keluhan yanag menyertai, riwayat penyakit sekarang,
waktu dan tempat pengobatan terakhir, obat yang terakhir didapat, obat
yang rutin diberikan, imunisasi, penyakit yang pernah diderita,
pemeriksaan penunjang medis, dan riwayat penyakit keluarga.
c. Keadaan Umum
4) Keadaan Umum Pasien
5) Tingkat Kesadaran Kuantitatif
6) Tingkat Kesadaran Kualitatif
7) Tanda-tanda Vital
8) Pemeriksaan Fisik
d. Tumbuh Kembang
e. Riwayat Kehamilan
f. Nutrisi
20
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan Volume Cairan
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Hipertermia
d. Kerusakan Integritas Kulit
e. Diare
f. Ansietas
g. Risiko Syok Hipovolemik
(Nurarif dan Kusuma, 2016).
4. Kolaborasi
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
3. Edukasi
4. Kolaborasi
2. Terapeutik
23
. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian diuretik, jika
perlu