Anda di halaman 1dari 4

Nama: Yohanes Defritz Minta

NPM: 18.75.6474
Tugas Matkul Sejarah Pemikiran Modern

Membaca Kembali Rasionalisme ala Rene Descartes


Dalam sejarah filsafat Yunani klasik muncul dua aliran pemikiran yang sangat berpengaruh
yakni empirisme dan rasionalisme. Keduanya hadir dengan komposisinya masing-masing.
Secara umum, keduanya menekankan aspek yang berbeda dan saling bertolak belakang.
Empirisme mencoba menjawab persoalan ilmu pengetahuan dengan cara menekankan bahwa
pengalaman sebagai jalan mengenal segala sesuatu. Sedangkan rasionalisme lebih menekankan
bahwa keunggulan ide-ide sebagai primat pembentukan pengetahuan. 1Kaum rasionalis
beranggapan bahwa kita dapat sampai pada pengetahuan yang pasti hanya dengan mengandalkan
akal budi.2
Melihat perkembangan filsafat yang demikian kompleks maka penting bagi kita meninjau
kembali seluk-beluk rasionalisme dalam pemikiran filsafat modern ala Rene Descartes. Oleh
karena itu, penulis berusaha membaca pengaruh pemikiran Rene Descartes mengenai
rasionalisme dalam konteks yang lebih luas. Tulisan ini berisi argument-argumen dasar mengapa
pemikiran Descartes begitu berperan penting bagi perkembangan filsafat ilmu pengetahuan
modern.
Membaca Kembali Rasionalisme ala Descartes
Rene Descartes lahir pada tahun 1596 di La Haye dekat Tour, Barat Laut Prancis. Dalam
perjalanan waktu ia sering dijuluki sebagai Bapak filsafat modern dan peletak fundasi metode
rasional untuk penelitian filosofis.3 Alasan utama Descartes terjun ke dalam dunia episteme ialah
karena ia merasa tidak puas dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu-begitu saja
tanpa ada kebenaran yang absolut atau pasti. Descartes mulai terjun dan mengawali
pergumulannya terhadap filsafat dengan menapaki masalah epistemologi yang selanjutnya
menghasilkan kebenaran ilmu pengtahuan yang absolut dan pasti.4

1
Matias Daven, Epistemologi: Bahan Kuliah STFK Ledalero (Ledalero: 2018), hlm. 31.
2
A. Sony Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis (Yogyakarta: PT Kanisius, 2005),
hlm. 43.
3
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer (Jakarta: PT RajaGrafaIndo Persada, 2016), hlm.
94.
4
Ibid., hlm. 95.

1
Atas dasar itu salah satu pemikiran Descartes yang paling mempengaruhi perkembangan
filsafat ilmu pengetahuan (epistemologi) ialah pikirannya tentang rasionalisme. Sebagai tokoh
yang lahir di era modern, Descartes begitu banyak mempengaruhi para pemikir yang lahir
setelahnya, semisal Spinoza, Leibniz, Hegel dengan konsep idealisme yang mirip dengan
rasionalisme ataupun Karl Poper dengan rasionalisme kritis. Meskipun demikian, kita tidak dapat
menafikan bahwa Rene Descartes juga dipengaruhi oleh pemikiran plato.5
Semasa hidupnya rasionalisme Descartes menekankan beberapa hal berikut. Pertama,
skeptisisme. Skeptisisme Descartes menekankan pentingnya meragukan segala sesuatu. Dengan
meragukan sesuatu maka kita akan diantar kepada pengetahuan yang tepat dan paling benar.
Inilah metode pertama menuju rasionalisme.6 Dengan kata lain Descartes mengajak kita untuk
semenatara meragukan segala sesuatu yang tak dapat dikenal dengan akal budi sebagai yang
pasti dan tak dapat diragukan lagi. Sebab dengan cara ini kita dapat menghilangkan segala
bentuk prasangka, tebakan dan dugaan yang menipu demi mencapai pengetahuan yang benar.
Atas dasar ini Descartes menganggap bahwa hanya dengan akal budi kita dapat mengetahui
pembuktian terhadap suatu kebenaran yang pasti dan absolut. Bukan dengan pengalaman indrawi
yang menipu dan menghalangi kita mendapat pengetahuan yang absolut.7
Kedua, berpikir. Salah satu adagium terkenal yang pernah dibuat Descartes dan sangat
mempengaruhi dunia modern hingga saat ini ialah adagiumnya yang menekankan aktivitas
berpikir. Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada. Aktivitas berpikir menjadi tonggak
pemikiran yang modern dan terlepas dari dogma-dogma atau tradisi yang kaku. Baginya setelah
kita meragukan secara total apa saja yang ditemui kita wajib memikirkan hal tersebut. Descartes
tetap mempertahankan posisi skeptisismenya sampai pada posisi di mana kita tidak bisa
meraguakan sesuatu. Ketika mempraktekkan metode skeptisisme akhirnya Descartes sampai
pada suatu kenyataan bahwa ia ada. Itulah kenyataan yang tak dapat diragukan kembali dan
itulah pengetahuan yang benar.8 Saya berpikir maka saya ada (Cogito ergo sum) sebenarnya
mengungkapkan soal manusia yang otonom, yang tidak dipengaruhi oleh kelebihan data-data
empiris yang mengaburkan pemikiran. Pandangan Descartes mengenai manusia yang berpikir
dinilai membuka cakrawala pemikiran modern yang tidak menyerahkan secara penuh otoritas

5
Ibid., hlm. 87.
6
A. Sony Keraf dan Mikhael Dua, Op. Cit., hlm. 43.
7
Ibid., hlm. 45.
8
Ibid., hlm. 46.

2
kehidupan pada kepasrahan. Descartes adalah orang pertama di akhir abad pertengahan yang
telah menyusun perbahasan yang kuat dan jelas (distinct) yang menyimpulkan bahawa asas
falsafah haruslah akal pikiran dan bukannya perasaan, keimanan, ayat-ayat suci dan bukan
sumber-sumber lainnya.9
Pada dasarnya pemikiran Descartes yang menekankan dua konsep di atas menjadi titik
tolak berkembangnya ilmu pengetahuan dan dalam bidang filsafat menjadi Filsafat Positivisme.
Bagi kaum rasionalis seperti Descartes semua pengetahuan adalah pengetahuan apriori yang
terutama mengandalkan silogisme. Dikatakan apriori karena manusia sudah memiliki
pengetahuan itu sebelum dan mendahului pengalaman. Hal yang ditekankan ialah bahwa
bagaimana melalui ide-ide bawaan dan tanpa pengalaman manusia sudah mengenal dan
mengetahui pengetahuhan tertentu.10
Lahirnya ‘Descartes’ Yang Lain
Sebagai peletak dasar sekaligus bapa filsafat ilmu pengetahuan modern Descartes memberi
sumbangsih yang besar bagi perkembangan filsafat ilmu pengetahuan. Ada begitu banyak filsuf
pasca Descartes yang menggunakan teori rasionalisme untuk mengartikan, menemukan, dan
memberi makna tentang kebenaran.
Pertama, Baruch Spinoza (1632-1677). Ia adalah orang pertama yang terpengaruh dengan
pemikiran Descartes. Pengaruh Descartes pada Spinoza tampak dalam hal mempergunakan ilmu
pasti sebagai contoh bagi segala pembuktian filosofis. Hal ini tampak dalam penggunaan
rasionalisme Descartes sebagai salah satu sumber utama pemikirannya. 11 Sebagai pemikir
rasionalis, Spinoza bermaksud mengkonstruksikan sebuah metafisika dan etika more geometrico
dengan kepastian apriori yang mutlak, bebas dari segala unsur empiris maupun kebetulan.12
Kedua, Leibniz (1646-1716). Ia memperkuat teori Descartes tentang ide-ide bawaan
dengan menegaskan bahwa ada begitu banyak substansi (monade atau monas) dan tidak ada
komunikasi di atara substansi tersebut. Yang menjadikan monade bergerak seperti organisme
yang teratur ialah Tuhan sendiri (Harmonia Praestabilita) suatu orde yang ditentukan terlebih
dahulu oleh Tuhan.13

9
Solehah Hj. Yaacob dan Hairunnaja Hj. Najmuddin, “Rene Descartes (1596-1650) Dan Metode Cogito”, dalam
Jurnal Usuluddin (2008), hlm. 124.
10
A. Sony Keraf dan Mikhael Dua, Op. Cit., hlm. 48.
11
Matias Daven, hlm. Op. Cit., 58-59.
12
Ibid.
13
Ibid., hlm. 75.

3
Ketiga, George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Pemikiran hegel dikenal sebagai
idealisme modern. Idealisme modern menekankan bahwa seluruh kenyataan tidak lain dari
penampkan diri yang dilakukan oleh akal yang tak terbatas. Akal itu adalah pikiran yang
memikirkan dirinya sendiri dan mengaktualisasikan diri dalam proses historis. Hal yang
ditekankan oleh Hegel mengenai pemikirannya ialah adanya dialektika antara dua hal yang
bertentangan dengan menggunakan pikiran (cogito).14 Keempat, Karl Poper dengan rasionalisme
kritis. Berhadapan dengan emperisme, Poper menegaskan bahwa pengalaman selalu bersifat
individual dan karenanya tak mungkin menghasilkan kebenaran universal. Menurutnya
rasionalisme memperlihatkan suatu sikap untuk memecahkan bagitu banyak masalah dalam ilmu
pengetahuan dengan menggukan akal budi. Jadi rasionalisme yang digunakan Karl Poper adalah
rasionalisme yang begitu luas yang melibatkan sikap terbuka untuk diskusi kritis, bersedia untuk
belajar dari kesalahan dan terbuka untuk bekerjasama demi mendekati kebenaran.15
Penutup
Melihat tokoh-tokoh yang dipengaruhi oleh pemikiran rasionalisme Descartes dapat ditarik
satu kesimpulan bahwa pemikiran Rene Descartes sebagai bapak filsafat modern telah
melahirkan begitu banyak gagasan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan filsafat hingga
saat ini. Walaupun dalam teori rasionalisme setiap tokoh ada beberapa penekanan yang berbeda
tapi satu hal yang mesti diakui bahwa tokoh-tokoh pasca Descartes telah memebangun suatu
peradaban baru dalam bidang filsafat dengan menggunakan teori rasionalisme Descartes.
Membaca kembali rasionalisme ala Descartes hingga saat ini merupakan salah satu cara
kita berkelana menuju dunia filsafat yang begitu luas. Selain itu, rasionalime ala Descartes dan
para pengikutnya memberi cita rasa pengetahuan yang tidak akan pernah berakhir dalam ruang
dan waktu manusia. Entah dalam keadaan apapun dan dalam model zaman yang bagaimanapun
manusia akan selalu bergelut dengan rasionalisme sebab pengetahuan bukanlah sebuah masalah
yang bisa dijawab sekali melainkan sebuah misteri yang melahirkan jawaban-jawaban baru yang
tak akan pernah selesai dalam dimensi ruang dan waktu manusia.

14
Akhyar Yusuf Lubis, Op. Cit., hlm.105-107.
15
Matias Daven, Op. Cit., hlm. 188.

Anda mungkin juga menyukai