Anda di halaman 1dari 2

HEGEMONI KAPITALISME DAN TERALIENASINYA MASYARAKAT

Dinamikan kehidupan sosial akhir-akhir ini kembali menegaskan 2 hal penting. Pertama, masyarakat
yang teralienasi dan kedua, semakin sangarnya hegemoni kapitalisme yang merambah hingga ke
sektor-sektor potensial masyarakat. Implikasi dari kedua hal ini tentu saja akan berujung pada
adanya penindasan struktural dalam kehidupan masyarakat. Akibatnya terjadi suatu fenomena
janggal yang disebut Herbet Marcus sebagai represfe tolerance yaitu keadaan yang nampaknya
toleran dan memberi kesan seolah-olah memberi kebebasan yang kemudian bermaksud menindas.
()
Oleh sebab itu, tulisan ini hendak membedah apa itu hegemoni kapitalisme dan mengapa
masyarakat teralienasi dalam kehidupannya. Penulis akan coba mengelaborasi gagasan ini dalam
kaitannya dengan aksi demonstrasi para pelaku wisata di labuan bajo beberapa hari lalu.
Sekilas tentang hegemoni
Hegemoni merupakan konsep yang ditelurkan oleh Antonio Gramsci pada paruh abad ke-20. Hampir
semua karya Gramsci terangkum dalam satu kata yakni hegemoni. Sebagai seorang filsuf Italia yang
beraliran marxist ia mencoba mendobrak kemapanan yang terjadi di negerinya pada saat itu. Alhasil,
pada masa pemerintahan musolini, gramsci dijebloskan ke penjara dan akhirnya wafat karena
pendarahan otak. Di penjara dia mulai menulis tentang hegemoni. Dalamn berbagaio tulisannya
seperti yang dikutip Nezar Patria dan Andi Arief konsep hegemoni sebenarnya mengetengahkan
tentang penguasaan oleh ide-ide. Artinya penguasaan bukan digerus secara koersif melainkan secara
ideologis melalui peran kaum intelektual. Dan locus hegemoni tersebut terjadi pada lapisan
masyarakat sipil. Lalu bagaimana dengan labuan bajo, apakah konsep hegemoni kapitalis telah
merambah dalam kehidupan masyarakat sehingga akhirnya rakyat teralienasi?
Pariwisata dan hegemoni kapitalisme
Sejak dibukanya taman nasional komodo (TNK) pada tahun 1980 daya tarik wisatawan ke Labuan
Bajo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Puncaknya terjadi pada tahun 2013 sejak komodo
ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Gelombang wisatawan semakin
membeludak dan begitu pula dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Manggarai Barat
(Mabar) dari sektor pariwisata.
Selain PAD yang meningkat, kehadiran Varanus Komodeosis juga turut menyumbang
berkembangnya berbagai sektor indutri menengah di kota labuan bajo seperti, hadirnya para pelaku
wisata (guide tour), munculnya hotel-hotel berbintang, dan ditambah dengan fokusnya pemerintah
pusat untuk membangun pariwisata labuan bajo. Tentu saja, bagi beberapa kalangan hal ini juga
turut mendatangkan banyak keuntungan seperti munculnya berbagai lapangan pekerjaan dan
semakin mendunianya labuan bajo sebagai kota pariwisata.
Dalam perjalananya labuan bajo menjadi kota yang berkembang dengan begitu pesat. Berbagai
macam infrastrukur pun mulai dibangun dan ditata kembali. Tak heran jika dalam tempo satu
dekade lebih kota labuna bajo di beri label sebagai kota pariwisata super premium. Namun dibalik
semua perkembangan itu apakah yang menikmati keuntungan adalah masyarakat labuan bajo
sendiri? Apakah dengan ditetapkannya labuan bajo sebagai kota pariwisata super premium maka
masyarakat pun ikut menjadi masyarakat yang premium? Tentu saja tidak.
Sebagai masyarakat labuan bajo penulis merasa bahwa satu-satunya yang diuntungkan dari
kemajuan labuan bajo adalah kaum kapitalis dari pusat. Dalam kacamata dan analissi penulis sejak
dibentuknya TNK kaum kapitalis dari pusat talh menggodok suatu bentuk hegemoni bercorak
kapitalis kepada masyarakat. Hegemoni yang dimaksud ialah dengan meyakinkan masyarakat aakan
pentingnya menerima investor. Inilah yang disebut antonio gramsci sebagai hegemoni. Bagi gramci
hegemoni adalah kemenangan ideologis lewat struktur-struktur tertentu dalam masyarkat.
Kemenangan ini berhasil menggiring opini publik lewat konsesnsu-konsensus yang sedemikian rupa.
(negara dan hegemoni hlm. 119-121) Hegemoni seringkali digunakan oleh kaum kapitalis untuk
menyebarkan jargono-jargon yang mengibuli masyarakat. Seperti yang terjadi di labua bajo.
Hegemoni para pengusaha (kaumkapitalis) iniberjung pada teralenasinya masyarakat. Masyarakat
termakan umpan dan akhirnya didepak dengan perlahan-lahan. Konsekuensinya jelas, bahwa
keuntungan pariwisata bukan lagi berada di tangan masyarakat, melainkan berada di tangan
pengusaha yang disokong para pejabat publik.
Di labuan bajo sendiri, masyarakat melalui organisasi-organnisasi masyarakat hanya berjuang sendiri
demi melawan derasnya gelombang kapitalisme. Sedangkan pemda setempat tidak dapat berbuat
banyak, entah karena masih tertidur atau masih ada kongkalikong antar pemda dan pengusaha yang
datang dari pusat.

Anda mungkin juga menyukai