Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Menjaga Kekayaan Desa Sebagai Amanah Konstitusi
Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 yang menyatakan Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat bukan hanya sebuah
kata-kata. Pasal tersebut diciptakan melalui pertimbangan yang dalam, karena
sumber daya alam adalah anugerah dari tuhan yang maha esa. Oleh karena itu,
konstitusi sebagai buah perjuangan para pendiri bangsa lebih dari sekedar sebuah
simbol belaka karena kemerdekaan tidaklah diraih dengan cuma-cuma.
Konstitusi tidak lain merupakan sebuah janji yang tentunya menjadi tugas para
generasi selanjutnya. Dengan kata lain perjuangan kemerdekaan Indonesia
tidaklah sebaiknya berhenti pada tahun 1945.
Akan tetapi, fenomena yang dihadapi Indonesia kekinian rupanya bertolak
belakang dengan amanah Konstitusi Indonesia 1945 pasal 33. Bahkan dalam era
pasca reformasi, kata pembangunan hanyalah menjadi mantra. Jika disimak
pembangunan desa pasca reformasi tidak lagi dilandasi oleh kontrol yang kuat
dari negara. Melainkan pembangunan kini menjadi sangat bergantung pada
investasi asing oleh organisasi internasional dan sektor swasta. Bahkan pasca
krisis 2008, ketika banyak negara mulai mengembalikan lagi kontrol pemerintah
yang ketat dalam menjaga kekayaanya, Indonesia justru mempersilahkan swasta
asing untuk menguasai aset negara. Bahkan banyak sekali undang-undang dan
peraturan pemerintah yang menganut ketentuan rezim pasar bebas. Undang
Undang yang tak ubahnya sebagai bentuk izin negara untuk melegalisasi
eksploitasi kekayaan alam.
Lalu siapakah yang mampu untuk mengingatkan kembali kepada
pemerintah sekarang untuk kembali pada amanah konstitusi? apakah rakyat hanya
diam dan menyaksikkan saja?. Ternyata tidak. Telah sering kita menyaksikkan
parade dan atraksi gerakan sosial oleh rakyat yang antusias ikut bermain dalam
teater demokrasi, meskipun hanya menjadi pemain figuran. Berbagai macam orasi
berapi-api dengan segala atributnya telah dikumandangkan oleh berbagai elemen

masyarakat, mulai dari gerakan protes rakyat atas kenaikan BBM, hingga
nasionalisasi beberapa perusahaan multinasional. Sebuah gerakan yang
menunjukkan hasrat rakyat yang begitu menggelora untuk beralih posisi dari
sekedar penonton menjadi sang aktor. Namun ironi ketika drama pergerakan
tersebut justru hanya menjadi commercial break yang muncul sekilas lalu
hilang seketika. Kini, rakyat sedang menyaksikkan adegan dimana Negara dan
korporasi berduet dalam teater kekuasaan.
Oleh karenanya, kemerdekaan tidak hanya sekedar dirayakan namun juga
diisi oleh pembangunan. Namun kata pembangunan di Republik Indonesia
bermakna ganda. Entah mengapa kata pembangunan hingga kini tidak bisa
dihilangkan dengan mudahnya. Di satu sisi, pembangunan disikapi dengan
sukacita. Di sisi lain, pembangunan menyisakan trauma yang tentunya belum bisa
dilupakan begitu saja oleh masyarakat desa. Sebuah trauma yang mengingatkan
bagaimana kondisi pada zaman orde baru yang pro pembangunan desa. Namun,
Jargon pembangunan desa dengan segala infrastrukturnya ternyata adalah akses
bagi korporasi untuk penyerapan sumber daya.
Para pendiri bangsa seperti Bung Hatta, sebetulnya telah membuat gagasan
mengenai pembangunan desa. Gagasan-gagasan tersebut tertuang dalam karyanya
yang berjudul Beberapa Fasal Ekonomi. Bung Hatta mengawali ulasannya
tentang pedesaan dengan membedah perbedaan antara desa dengan kota.
Menurutnya, perbedaan antara desa dengan kota di Indonesia terutama disebabkan
oleh pengaruh kolonialisme Belanda. Secara detail, diungkapkan oleh Hatta,
kemunculan kota dalam sejarah Nusantara merupakan dampak langsung dari
kolonisasi Belanda. Hal ini berbeda dengan kemunculan kota dalam peradaban
Eropa maupun peradaban-peradaban tua di dunia lainnya, yang disebabkan oleh
kemajuan tenaga produktif masyarakat.1
Sementara di sisi lain, desa merupakan entitas sosial yang telah ada dalam
masyarakat Nusantara jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha datang. Latar
belakang sejarah yang berbeda ini menyebabkan perbedaan antara desa dengan
1 Refi, Wahyuni. Pembangunan dan Penguatan Desa. 13 Mei 2013. Diakses dalam
http://www.beritasatu.com/blog/nasional-internasional/2439-pembangunan-danpenguatan-desa.html
2

kota di segala aspek makin tajam. Bahkan, perbedaan tersebut memiliki


kecenderungan ke arah kesenjangan setelah Indonesia merdeka. Kesenjangan
itulah yang hingga kini membuat desa hanya menjadi penyedia bahan pangan
serta sumber alam yang ekonomis bagi masyarakat kota.
Sementara, kota yang cepat mengalami modernisasi dari desa telah
memiliki hubungan sosial produksi industrial yang didukung oleh alat produksi
dengan kapasitas besar. Kapasitas produksi yang besar itu tentu membutuhkan
pasar yang besar pula. Maka di sinilah peran masyarakat desa selaku konsumen
atau pasar potensial, dibutuhkan oleh masyarakat kota. Sejak era kolonial, desa
telah menjadi tujuan utama penjualan hasil produksi dari kota. Maka, kemiskinan
yang terjadi di pedesaan akan membuat masyarakat kota kehilangan pasar. Di
sinilah keterikatan antara rakyat desa dengan masyarakat kota terlihat erat.
Tentunya, kemiskinan yang melanda pedesaan akan berdampak juga kepada
pertumbuhan ekonomi kota. Hal ini mengantarkan kita pada konklusi sederhana,
bahwasanya kemiskinan di pedesaan harus dientaskan, bukan hanya demi
kesejahteraan masyarakat desa, melainkan juga masyarakat kota.
Sepanjang sejarahnya pencarian sumber daya alam memang menjadi titik
sentral dalam perjalananan sejarah manusia pasca revolusi industri. Sebelumnya
pada abad kedelapan belas Robert Malthus telah mengingatkan kita bahwasanya
perkembangan sumber daya alam tidak sebanding dengan pertumbuhan manusia.
Robert Malthus menekankan bagaimana perkembangan sumber daya alam berada
dalam deret hitung, sedangkan perkembangan manusia berlangsung secara deret
ukur. Implikasinya pada suatu titik kulminasi, maka manusia akan mengalami
kelangkaan sumber daya alam. Namun, perkembangan inovasi dan teknologi
manusia modern membuat aktivitas ekonomi hingga kini masih berjalan dengan
semestinya. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan inovasi manusia untuk
mengatasi kelangkaan tersebut bukan berarti menunjukkan jika prediksi Malthus
hanyalah dongeng. Ramalan Malthus hanya tertunda untuk beberapa saat
sebagaimana ramalan Karl Marx.2

2 Malthus, Thomas. dalam Arnsperger, Cristian. Critical Political Economy: Complexity,


Rationality and the Logicof Post-Orthodox Pluralism. London: Routledge, 2008.
3

Bahkan, ramalan Robert Malthus tersebut semakin menunjukkan gemanya


dalam era krisis tahun 2008. Krisis energi kembali menjadi isu yang berkembang
pesat ditengah perkembangan akumulasi kapital ditambah dengan jumlah manusia
yang juga semakin berkembang. Negara industri maju seperti Eropa dan Amerika
Serikat memegang beban yang besar dalam kaitanya dengan upaya
mempertahankan industrialisasinya. Problem semakin bertambah ketika minyak
dan sumber daya alam lainya sebagai penyokong kegiatan industri semakin hari
semakin mahal karena faktor kelangkaan. Kelangkaan tersebut diperparah oleh
instabilitas politik yang terjadi di negara penghasil sumber daya alam seperti
Afrika Utara dan Arab. Terlebih lagi negara industri maju notabene bukan
penghasil sumber daya alam dan mineral. Sehingga beberapa langkah strategis
harus dipikirkan negara maju untuk menghadapi prediksi Malthusian yang mulai
terlihat nyata dalam konteks kekinian.
Beberapa fenomena tersebut membuat penulis perlu untuk kembali pada
dialektika materialisme Marx sebagai pisau analisis dalam karya sederhana ini.
Bukan manusia yang menguasai materi, namun materi-lah yang menguasai
manusia.3 Setidaknya ungkapan tersebut menunjukkan tidak selamanya sains,
teknologi dan modernitas dapat melampaui materi sebagai aspek tak tergantikan
dalam kehidupan manusia.4 Bahkan inovasi dan teknologi tersebut hanyalah
bagian dari dilema yang sedang dihadapi manusia era industrilisasi. Dengan kata
lain teknologi bukanlah subyek, melainkan hanyalah obyek dalam proses
dialektika materialisme. Terlebih lagi, perkembangan sumber daya alam
kontemporer tak lagi sanggup memuaskan perkembangan keserakahan manusia
yang ternyata bahkan melebihi deret ukur.
Daya tahan sistem Kapitalisme yang masih bertahan hingga sekarang
terhadap prediksi suram Marx dan kaum kiri menjadi sebuah misteri. Misteri
tersebut berupaya dikupas oleh David Harvey yang menjelaskan adanya
kemampuan metafisika kapitalisme dalam mereproduksi ruang (reproduction of
3 Lebowitz, Michael. A. Beyond Capital, Marx Political Economy of Working Class.
New York: Palgrave Macmillian, 2003.
4 Michael Burawoy, Marx After Communism, Journal Theory and Society, 29: 151174. Kluwer Academic Publishers. 2000.
4

space). Akumulasi kapital tidak bisa lincah berakselerasi dalam ranah (Ruang
tetap) spatial fix kedaulatan negara (sovereignity), sehingga kapitalisme
membutuhkan ruang tambahan yang disebut spatio temporal fix. 5 Kata Temporal
dan fix dalam ruang tetap temporal (spatio temporal fix) perlu untuk dibaca
dengan cukup kritis karena menggambarkan sebuah perpaduan kata yang saling
meng-antagonismekan. Dimana logika Geo yang statis bertemu dengan logika
politik yang dinamis dan transformatif. Dalam studi ilmu politik, spatio temporal
fix merupakan bagian dari geopolitik dan geoekonomi.6 Namun dalam studi
politik, aspek spatio (ruang) merupakan sesuatu yang dinamis.
Ekspansi perusahaan multinasional ke wilayah desa di Indonesia secara
teoritik dipandang sebagai bagian dari upaya menciptakan spatio temporal fix
yang tak lain sebagai strategi dalam bertahan ditengah kondisi sumber daya alam
yang semakin langka. Secara teoritik, Harvey merumuskan antitesa dari tesis Rosa
Louxembourg yang menekankan bahwasanya proses produksi kontemporer
terjebak dalam rendahnya konsumsi (underconsumption) dan kelebihan produksi
(overproduction). Berdasarkan teori Harvey, maka yang menjadi dilema bagi
perusahaan multinasional kontemporer justru sebaliknya, overproduction
sekaligus overconsumption karena kelangkaan bahan baku, namun di sisi lain
permintaan pasar yang tinggi.
Spatio temporal fix merupakan konsekuensi dari akumulasi kapital yang
berhasrat melepaskan diri atas kontradiskinya dengan logika territorial.7 Sekalipun
dalam beberapa kasus terjadi perselingkuhan antara keduanya, Namun dalam
perjalananya juga senantiasa terjadi benturan antara logika territorial dan logika
Kapital. Hal tersebut karena logika asal dari territorial (geo) adalah bersifat statis
sedangkan logika kapital (political economy) bersifat dinamis. Sebagai contoh,
bagaimana kegagalan infiltrasi AS ke Vietnam dan Irak secara Ekonomi
merupakan bukti sejarah bahwa tidak selamanya logika territorial dan logika
5 Harvey, David. Imperialisme Baru, Genealogi dan Logika Kapitalisme Kontenporer,
terjemahan Nailil Printika, diterbitkan oleh Institute for Global Justice dan Insist, 2010.
6 Thuathail, Gerard O. Understanding critical geopolitics: Geopolitics and risk society,
Journal of strategic studies, vol 22, No.3, 1999. Pp. 107-124.
7 Levebre, Henry. The Reproduction of space. John Wiley and Sons. 1992.
5

kapital bisa berkerjasama. Spatio temporal fix inilah sesungguhnya wajah asli
dari globalisasi yang acapkali kita dengungkan.
Teori spatio temporal fix menunjukkan sebuah posisi dilematis dalam
perekonomian negara industri. Sebagaimana kita ketahui bahwa negara juga
memiliki fungsi untuk menanggung dampak negatif dari eksplotasi alam. Tentu
cukup menyulitkan bagi Indonesia untuk melakukan segregasi kepentingan
dengan negara yang memiliki kepentingan nasional masing-masing. Terlebih lagi,
banyak negara industri asing memiliki ambisi untuk mengamankan pasokan raw
material sebagai antisipasi jangka panjang pasca krisis Global 2008. Sehingga
sampai sejauh mana negara-negara pasca krisis 2008 sanggup mengatasi masalah
kelangkaan SDA yang semakin hari semakin langka. Setidaknya hal tersebut
merupakan problematisasi yang berupaya diungkap oleh tulisan sederhana ini.
Tanpa disadari meningkatnya kemajuan dalam bidang teknologi,
komunikasi, informasi dan transportasi dalam era globalisasi telah mendorong
akselerasi kapital semakin tanpa batas (borderless). 8 Jan. N Pieterse dalam
tulisannya Neoliberal Globalization menyatakan bahwa interdependensi dan
integrasi ekonomi global yang berada didalam kerangka ekonomi pasar bebas
merupakan suatu nilai yang mendasar dalam globalisasi. Dalam artikel The
Globalization of Production yang ditulis oleh Eric Thun, menggambarkan
perubahan aktivitas produksi pada era globalisasi menjelaskan peluang dan
tantangan yang dihadapi oleh pemerintah negara dalam memutuskan suatu
kebijakan ditengah gencarnya penetrasi Multinational Corporation (MNC). Secara
umum hal ini membawa pada globalisasi yang sifatnya lebih khusus dalam
ekonomi. Globalisasi ekonomi merupakan proses penyatuan aspek-aspek ekonomi
dalam sebuah standar yang kemudian difragmentasikan ke seluruh dunia. Manfred
Stegger menerjemahkan globalisasi sebagai a social condition characterized by
the existence of global economic, political, cultural, and environmental
interconnections and flows that make many of the currently existing borders and
boundaries irrelevant.9

8 Pieterse, Jan. N. Neoliberal Globalization, dalam Globalization or Empire?,


London :Routledge. 2004.
6

Globalisasi secara perlahan akan membuat kedaulatan negara menjadi


tersamarkan. Anggapan bahwa kedaulatan negara semakin samar seiring dengan
menyebarnya MNC di seluruh dunia dikemukakan oleh Kenichi Ohmae dalam
bukunya yakni The End of Nation State. Dalam perekonomian internasional,
globalisasi memiliki kajian spesifik ketika adanya rantai produksi MNC. Namun,
anggapan mengenai usangnya negara merupakan fenomena yang sampai saat ini
masih diperdebatkan. Hal tersebut kemudian dibantah oleh Kalvajit Singh dalam
bukunya yakni Questioning Globalization. Singh berpendapat bahwa tidak semua
negara mengalami powerless yang nantinya menjurus pada usangnya nation state
yang diakibatkan oleh aliran modal transnational yang dibawa oleh MNC.. Oleh
karena itu, intervensi pemerintah dalam model ekonomi berbasis pasar bebas
sangat mutlak dibutuhkan.
Hubungan yang terjalin antara Negara dan MNC menunjukkan relasi
saling ketergantungan diantara keduanya. MNC membutuhkan Negara sebagai
tempat yang menyediakan keperluan-keperluan yang dibuthkan oleh MNC seperti
infrastruktur dalam menyediakan jalur atau akses-akses komunikasi dan
transportasi dan juga menyediakan sumber daya manusia. Negara membutuhkan
MNC sebagai sumber pemasukan negara dan mengentas pengangguran.
Sebaliknya, MNC juga membutuhkan Negara sebagai melalui jaminan keamanan
dan perlindungan. Selain itu, MNC juga membutuhkan hukum Negara untuk
dapat mengembangkan usahanya ke suatu Negara.10 Selain itu, penanaman
pengaruh dari negara asal MNC terhadap cabang dari relokasi MNC menjadi
tujuan dari agenda terselubung yakni perluasan wilayah negara atau imperialisme
model baru. Bahkan perkembangan menunjukkan jika MNC terbentuk melalui
merger dan akuisisi yang dilakukan dengan berbagai perusahaan lokal di berbagai
negara berkembang
Oleh karena itu, Liberalisasi perdagangan menjadi syarat ketika MNC
ingin berinvestasi guna mengakses pasar diluar negara asalnya. Namun ketika
9 Stegger, Manfred. Globalization a Very Short Introduction, Oxford: Oxford University
Press. 2003.
10 Singh, Kavaljit. Does Globalization Spell the End of Nation-State, dalam
Questioning Globalization, London: Zed Books, 2005.
7

porsi relokasi rantai nilai harus terintegrasi dengan aktivitas global lainnya, maka
fragmentasi rantai nilai membutuhkan adanya perendahan tarif atau pajak.
Implikasinya, kekayaan asset MNC tersebut justru mampu melebihi GDP sebuah
negara. Sebagai contoh, jumlah karyawan perusahaan Exxon di luar negeri tiga
kali lipat dibanding karyawan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Penjualan tahunan perusahaan General Motors lebih tinggi dari GNP Indonesia,
Turki, dan Yugoslavia. Bahkan diproyeksikan bahwa pada beberapa tahun
kedepan sekitar tiga ratus perusahaan multinasional besar akan mengontrol
delapan puluh persen aset manufaktur dunia. 11
Multinational Corporations (MNC) atau yang dikenal juga dengan
perusahaan multinasional dapat didefinisikan menurut berbagai cara. MNC
didefinisikan sebagai perusahaan yang beroperasi di dua atau lebih negara. MNC
juga dianggap sebagai sekumpulan perusahaan yang berasal dari negara yang
berbeda yang bergabung melalui ikatan-ikatan strategi bersama. Pengertian lain
menyebutkan MNC sebagai perusahaan yang fasilitas pengendalian produksinya
dikontrol oleh dua negara atau lebih, dengan kantor pusat di satu negara tetapi
kantor cabang di berbagai negara maju dan berkembang.
Bagaimanapun juga MNC datang dengan dua sisi, seperti halnya
globalisasi, tidak semuanya buruk dan tidak semuanya baik. Sisi positifnya MNC
datang sebagai agen pembawa transfer teknologi dari negara maju ke negara
berkembang. Transfer teknologi ini sekaligus menjembatani pengetahuan negara
maju dan negara berkembang. Menjamurnya MNC juga diakibatkan kebutuhan
masyarakat yang kian beragam, dan MNC memanfaatkan kondisi tersebut dengan
menyediakan kepada masyarakat sesuatu yang mereka butuhkan. Sedangkan sisi
buruknya, selain memiliki peran dalam mempengaruhi pembentukan kebijakan
negara, bisnis dan korporasi adalah alat untuk mengejar keuntungan.
Buku The Multinational Corporation dari Joseph Stigiltz (2006),
menyatakan setidaknya ada lima aspek penting yang harus dilakukan supaya
pertumbuhan MNC tidak berdampak negatif. Pertama adalah, setiap korporasi
diwajibkan untuk memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR).
11 Stiglitz, Joseph, The Multinational Corporation, dalam Making Globalization Work,
London: Penguin Allen Lane, 2006.
8

Program tersebut bertujuan untuk mendekatkan perusahaan dengan masyarakat di


lingkungannya dan diharapkan akan dapat meningkatkan tujuan bersama. Contoh
nyatanya adalah bagaimana perusahaan dapat membuka lapangan kerja bagi
masyarakat sekitarnya. Yang kedua adalah, pembatasan power dari sebuah
korporasi. Pembatasan diperlukan agar tidak muncul monopoli pasar. Hal ini
mengingat bahwa semakin besar kekuatan ekonomi sebuah korporasi akan
semakin besar monopoli. Ketiga, adalah meningkatkan governance perusahaan,
yaitu bagaimana perusahaan tidak hanya menjadi shareholders namun juga
menjadi stakeholders bagi masyarakat dan karyawan perusahaan. Keempat adalah,
pembentukan peraturan global untuk ekonomi. Peraturan yang sudah dibentuk
juga dilengkapi dengan kerangka kerja legal secara internasional. Yang terakhir
adalah pemberantasan korupsi dimana suatu MNC dapat rusak melalui praktek
korupsi di dalam perusahaan. Weatherbee menyatakan korupsi terjadi di negara
yang demokrasi lemah, hal ini terlihat dari tidak adanya transparansi dalam
pengelolaan anggaran.12
Secara historis, keberadaan perusahaan multinasional tidaklah baru. Sejarah
membuktikan bahwa sejak abad ke-16 perusahaan multinasional sudah ada,
misalnya The Dutch East India Company dan the Massachusetts Bay Company.
Bahkan penjajahan Belanda di Indonesia dijalankan atas nama perusahaan
multinasional VOC. Namun, keberadaan perusahaan mutinasional saat ini dengan
yang dulu sangatlah berbeda. Terlihat dari segi kekuasaan yang dimiliknya yang
mana MNC zaman dahulu mempunyai kewenangan untuk menentukan
kebijakannya sendiri dan bebas melakukan ekspansi ke teritorial lainnya karena
sedikitnya jumlah MNC yang saling bersaing. Kini, pemerintah negara
berkembang menggunakan ekspansi global MNC sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi di negaranya.13 Sehingga kegiatan MNC kini tidak terlepas dari
kebijakan pemerintah dan aturan-aturan terkait yang ditentukan oleh home
12 Weatherbee, Donald E., Human Rights in Southeast Asias International Relations,
dalam International Relations in Southeast Asia. Lanham: Rowman & Littlefield
Publisher Inc, 2005.
13 Thun, Eric.The Globalization of Production, dalam John Ravenhill, Global
Political Economy, Oxford: Oxford University Press, 2008.
9

country maupun host country. Hal tersebut semakin parah ketika pasca Perang
Dunia II, PBB meliberalisasi perdagangan dunia. Kembali ke sejarah bahwa jauh
sebelum para MNC menjamur, istilah tradisional bernama kongsi dagang menjadi
populer dengan contoh yakni keberadaan VOC atau Verenigde Oost Indische
Compagnie yang merupakan salah satu wujud aplikasi dari kata kongsi itu sendiri.
VOC bisa dikatakan merupakan kongsi dagang yang terbesar dan yang kali
pertama ada dalam sejarah dunia perdagangan Indonesia.14 Kongsi dagang pun
kini telah memiliki istilah yang lebih terkesan elite, yaitu Multinational
Cooporation (MNC).
Berkembangnyya MNC dimulai sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat
dan Inggris serta kawasan Eropa lainnya yang dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor pendorong. Dua hal utama yang menjadi determinannya adalah theory of
location dan principle of comparative advantage.15 Michael Billing menyebutkan
bahwa munculnya terminologi globalisasi berkaitan dengan strategi pemasaran
global. Dengan kata lain, globalisasi idrntik dengan perencanaan strategis dalam
perusahaan transnasional yang dipelopori oleh Coca-Cola, Ford, dan Mc Donald.
Sebuah perusahaan didalam menjalankan bisnisnya selalu ingin mencapai profit
yang maksimal. Maka, Proses produksi akan ditempatkan di lokasi yang paling
efisien yang dekat dengan sumber faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja
murah dan sumber produksi lainnya. Selain itu, MNC berusaha untuk mengurangi
biaya transportasi dengan memindahkan fasilitas ke tempat yang lebih dekat
dengan pasar konsumen supaya tidak menelan biaya distribusi yang besar
sekaligus berusaha untuk menghindari hambatan tarif. MNC dapat pindah ke
negeri lain untuk menghindari regulasi pemerintah berupa peraturan perbankan,
pembatasan mata uang, atau regulasi lingkungan.
Globalisasi menjadi elemen kunci pasar bebas terletak pada kemampuan
MNC untuk menyelaraskan, mengintegrasikan, dan membuat produksinya secara
14 Wiharyanto, Kardiyat.,Pergantian Kekuasaan di Indonesia tahun 1800, Yogyakarta :
CAPS, 2007.
15 Gilpin, Robert. The State and The Multinationals, dalam Global Political Economy:
Understanding The International Economic Order. Princeton: Princeton University Press,
2001.
10

fleksibel, melalui penggunaan teknologi komunikasi dan robotisasi produksi.


Upaya rasionalisasi produksi dijalankan melalui integrasi elemen-elemen kegiatan
ekonomi dengan modal swasta dalam skala dunia.16 Globalisasi sebagai wahana
ekspansi perusahaan mutinasional dicitrakan dengan dua hal, yaitu: (1) globalisasi
pemasaran dengan tujuan totalitas konsumsi potensial untuk satu produk di
seluruh dunia dengan operasi skala global; dan (2) publisitas global, sebagai soft
power perusahaan multinasional dalam menciptakan kebutuhan semu, serta
internalisasi dan eksternalisasi suatu produk ke dunia.17
Dalam dunia akademis sekalipun juga tidak jarang muncul perdebatan
antara apakah negara atau korporasi yang harus menjadi aktor utama. IImu
Ekonomi berpijak pada asumsi bahwa mekanisme pasar bersifat alamiah masih
menjadi paradigma utama ketika berbicara masalah pembangunan. Namun dengan
mengedepankan peran korporasi sebagai aktor utama pembangunan, maka wajar
tatkala banyak problem yang termarginalkan, salah satunya adalah sumber daya
alam. Ternyata para ekonom lupa bahwa aktivitas transaksi dapat berjalan adil
dalam sebuah koridor politik yang dinamakan negara yang memiliki otoritas
menjaga sumber alam.18 Sehingga adalah hal yang sangat menguntungkan bagi
negara yang memiliki kapasitas ketergantungan satu sama lain. Tidak ada aturan
terkait tentang perekonomian internasional sehingga negara bebas melakukan
kerjasama dengan negara-negara yang dibutuhkan untuk meningkatkan profit dan
benefit dari setiap unit perekonomian tersebut.
Kita bisa melihat terjadi kesenjangan antar negara dalam teori sistem dunia
yang dikemukakan oleh Wallerstein. Negara digolongkan menjadi tiga klasifikasi
berdasarkan pembagian kerja masing masing yakni Negara inti, pinggiran dan
semi-pinggiran. Negara inti (core) adalah negara industri dengan sistem
pemerintahan demokrasi, pertumbuhan ekonomi tinggi ditunjang nilai investasi
16 Jary, David & Jary, Julia, Coolins Glossary f Sociology Harper. Glaslow : Collins
Manufacturing:. 1991.
17 Outhwaite, William (Ed.). Kamus Lengkap Pemikiran Shared Present. Kencana
Prenada Media Assemble: Jakarta. 2008.
18 Arnsperger, Cristian. Critical Political Economy: Complexity, Rationality and the
Logic of Post-Orthodox Pluralism (London: Routledge, 2008).
11

yang tinggi, impor bahan mentah dan ekspor manufaktur Sedangkan negara
kategori pinggiran alias periperi adalah kebalikan dari karakteristik yang terdapat
pada negara inti, yakni negara dengan perkembangan industri yang minim.
Namun negara-negara yang berstatus periperi cukup banyak memiliki potensi
sumber daya alam. 19
Berkaitan dengan teori sistem dunia dari Wallerstein, maka negara inti
akan berupaya untuk memfokuskan kerjasama dengan langusng maupun tidak
langsung mengeksploitasi potensi negara-negara dibawahnya. Negara core akan
mengincar potensi sumber daya alam negara setempat sesuai dengan kepentingan
nasionalnya. Supaya surplus keuntungan yang diraih negara core lebih besar,
maka pada negara semi-periperi, barang ekspor dan impor mencakup bahan
mentah dan manufakturnya tetapi tingkat kesejahteraan, gaji, serta pelayanan
masyarakatnya sangat kurang. Kita dapat menunjuk bahwa negara-negara di
Eropa, Amerika dan beberapa negara Asia, semisal Jepang adalah negara core
karena mengandalkan pada investasi. Sedangkan sisanya termasuk Indonesia
dapat diglolongkan ke dalam semi-periperi atau periperi.
Cara yang paling canggih yang sering dilakukan korporasi adalah dengan
memanfaatkan lembaga-lembaga multilateral seperti IMF, WTO dan World Bank.
Atas nama globalisasi, IMF, WTO dan World Bank mengajukan tawaran
pembentukan pasar bebas yang dimuklai dari serangkaian hutang luar negeri.
Sebuah skema yang pada akhirnya membuat negara berkembang akan mengalami
ketergantungan Investasi. Selanjutnya, intervensi pemerintah dimarginalkan dan
pelaku bisnis memegang kendali berbagai area publik yang semula dikelola dan
menjadi domain negara. Oleh karena itu, Noreena Hertz menyebut gejala tersebut
sebagai silent take over (pengambilalihan diam-diam). Dimana korporasi
multinasional menjelma jadi institusi dominan yang kekuasaan yang mana
pengaruhnya melebihi organisasi internasional.
Implikasinya, kepentingan yang menguntungkan negara investor selalu
diorientasikan dalam perundingan Internasional macam WTO. Selanjutnya, hasil
regulasi internasional tersebut diinfiltrasi kedalam birokrasi negara berkembang.
19 Baylis, John, "The Globalization of World Politics". Oxford University Press, 2008,
hal. 148.
12

Parahnya dalam era otonomi daerah maka tidak hanya dari pemerintah pusat saja,
bahkan hingga unit birokrasi terkecil seperti kepala desa juga berpotensi ikut
membiarkan eksplorasi alam. Jika hanya keuntungan uang dan sumber pekerjaan
yang dicari maka sangat berbahaya bagi kelangsungan kehidupan desa setempat
terkait potensi sumber daya alamnya. SDA bahkan menjadi tidak dimanfaatkan
oleh warga setempat melainkan untuk kepentingan segelinitir korporasi. Pada
akhirnya masyarakat desanya hanya menjadi penonton karena tidak bisa
mengolahnya sendiri malah justru mendapat perlakuan yang kurang baik karena
dianggap hanya mengganggu aktivitas korporasi.
Dari fakta tersebut setidaknya kita mulai bertanya, apakah yang mendasari
para aktor internasional mengincar desa di Indonesia? Secara historis, setidaknya
terdapat beberapa alasan yang mendasar bagi Negara kolonial menancapkan
dominasinya di Indonesia. Salah satunya yang paling tenar adalah rempah-rempah
dan hasil pertanian Indonesia yang terkenal. Kepulauan Maluku sebagai contoh,
merupakan bagian dari Indonesia yang dijamah pertamakali oleh Portugis pada
tahun 1509, hingga kemudian berhasil diusir di tahun 1595. Spanyol, Inggris, dan
Belanda merupakan Negara-negara Eropa selanjutnya yang menjamah Indonesia
di sekitar abad 16-19. Bahkan Jepang sebagai Negara Asia pertama yang memiliki
derajat setingkat kulit putih Eropa sempat tiga tahun lebih menikmati manisnya
alam Indonesia.20 Namun ternyata kolonialisme juga dijalani dari persekutuan
yang dilakukan oleh beberapa pribumi yang mendukung kolonialisme untuk
kepentingan mereka sendiri. Faktor internal tersebutlah yang membuat Belanda
dapat melakukan penjajahan dalam waktu yang relatif lama, yakni 350 tahun.
Maka total selama 450 tahun hasil pertanian dan perkebunan desa Indonesia
diangkut untuk kesejahteraan Negara lain.
Kini, konstelasi negara dan korporasi ternyata tidak selalu menjadi dilema,
bahkan dalam beberapa adegan, terutama saat krisis terjadi, justru keduanya
berkolaborasi bersama. Logika kedaulatan negara dalam era globalisasi semakin
tidak mampu menahan akselerasi logika akumulasi kapital yang semakin sporadis.
Sebaliknya, logika pasar bebas semakin membutuhkan institusi yang bisa
20 Zeenath Kausar, Colonization to globalization: Might isRight Continues. Thinkers
library.
13

memberikan jaminan dan insentif ketika terguncang krisis. Implikasinya, paradoks


terjadi ketika negara dan korporasi saling menyelamatkan, maka seringkali rakyat
di pedesaan dengan terpaksa harus dilupakan dan dikorbankan.
Disinilah konstitusi 1945 menunjukkan bahwasanya kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.
Namun, Indonesia bukanlah negara yang menutup diri dari kerjasama ekonomi
dengan sesama negara lain. Hal tersebut dicontohkan Sukarno yang aktif menjalin
kerjasama dengan negara negara berkembang lain sebagaimana tertuang dalam
semangat Bandung spirit. Dengan kata lain, Indonesia berusaha untuk tidak
terjebak dalam dikotomi antara ekonomi terbuka dan ekonomi tertutup.
Memurnikan konstitusi pasal 33 menjadi perlu karena pada era kontemporer
negara berpotensi berselingkuh dengan korporasi untuk mengkhianati rakyatnya.
Dengan demikian, maka antisipasi perlu sebagai lampu kuning untuk pemerintah
dalam menjaga desa di Indonesia.

1.2. Sejarah dan Potensi Desa Indonesia


Koentjaraningrat memberikan pengertian tentang desa melalui pemilahan
pengertian komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas besar (seperti: kota,
negara bagian, negara) dan komunitas kecil (seperti: band, desa, rukun tetangga
dan sebagainya). Dalam hal ini, Koentjaraningrat mendefinisikan desa sebagai

14

komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat. Koentjaraningrat tidak


memberikan penegasan spesifik bahwa komunitas desa secara khusus tergantung
pada sektor pertanian. Dengan kata lain bahwa masyarakat desa sebagai sebuah
komunitas kecil itu dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam,
tidak di sektor pertanian saja.21 Sedangkan Sosiolog perdesaan asal AS, Paul
Landis mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan
berdasarkan pada tujuan analisa. Untuk tujuan analisis statistik, maka desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500
orang. Sedangkan untuk tujuan analisa sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai
suatu

lingkungan

yang

penduduknya

memiliki

hubungan

yang

akrab

(gemmenischaaft) dan serba informal di antara sesama warganya. Sedangkan


untuk tujuan analisa ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang
penduduknya tergantung kepada pertanian.22
Pembangunan sejatinya adalah sebuah proses sosial yang mengasumsikan
ekonomi dapat mendorong keterbelakangan kearah kemajuan melalui terciptanya
suatu yang dinamis sehingga mampu membangkitkan pertumbuhan secara
berkesinambungan berupa peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat
modern.23 Sulit dipungkiri, pertanian merupakan basis produksi paling mendasar
untuk memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan primer menjadi sangat
potensial dalam menjadi lahan akumulasi modal. Oleh karena itu pertanian yang
semula merupakan salah satu kegiatan paling awal dikenal peradaban manusia
yang juga merupakan budaya, kini menjelma menjadi industri yang berorientasi
pada nilai materil yang secara tidak langsung mendistorsi nilai-nilai kebudayaan
itu sendiri. Dengan begitu sektor pertanian bukan lagi terfokus dalam pemenuhan
kebutuhan dasar dari manusia, tapi merupakan bussiness as usual. Sebagai
21 Koentjaraningrat (ed.). Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1977.
22. Landis, Paul. dalam Indrizal, Edi Memahami Konsep Pedesaan Dan Tipologi Desa
Di Indonesia, Undip press, 2006, hal 127.
23 Cardoso, Fernando. H. Arus Pemikiran Ekonomi Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana,
2000. Hal. 194.
15

contoh, pemerintahan Belanda pada tahun 1891 mencari tanaman baru pengganti
tembakau yang menguntungkan di pasar Eropa yang dapat di tanam di Timur
Pulau Sumatra. Pada saat itulah pertanian tembakau yang terkenal di tanah Deli
tergantikan dengan pertanian sawit, teh, dan karet. Begitupula dengan pertanian
tebu, kebutuhan akan gula yang besar di Eropa saat itu membuat belanda
menerapkan sistem yang sama sepertihalnya penanaman tembakau, sawit, teh, dan
karet, mereka mendesak petani untuk mengganti tanaman yang ditanam petani
dengan tanaman tebu.
Model tekanan militer untuk mengusai lahan-lahan potensial dan
menguntungkan Negara sudah ditinggalkan. Modernisasi yang terjadi mulai
menggeser model kolonialisasi yang bersifat militeristik terutama pasca
kemerdekaan Indonesia dari Jepang 17 Agustus 1945. Model Multi National
Corporation (MNC) dengan menggunakan motivasi ekonomi dan investasi
menjadi sebuah strategi baru yang di gunakan untuk menyerap Sumber Daya
Alam di Indonesia, sekaligus mengontrol jenis produksi. Teknologi di bidang
pertanian mulai berkembang pesat, peralihan Indonesia sebagai negara pemasok
produk pertanian dialihkan ke Negara-negara maju yang memiliki teknologi
pertanian yang mumpuni. Kini potensi SDA jenis lain, seperti batu bara di
Kalimantan, mining di Sulawesi dan Papua, bahkan jawa yang dahulu merupakan
repersentasi dari pertanian di indonesia, kini mulai tergerus oleh tambangtambang migas di Jawa Timur.
Sebagai contoh di Jawa Timur, Blok Cepu merupakan salah satu Blok
yang terdapat di Jawa Timur dengan cadangan minyak mencapai 7,7 triliun kaki
kubik minyak bumi, atau setara dengan 650 juta barel. Selain Blok Cepu di Jawa
Timur juga terdapat lapangan minyak Sukowati yang dikelola secara Joint
Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) di Kabupaten
Bojonegoro, yang masuk Blok Tuban. Lapangan migas mampu memproduksi
minyak sekitar 43 ribu barel/hari (lihat tabel di bawah). Selain lapangan migas
yang berada di Bojonegoro, di tuban juga terdapat blok migas suci, blok ini di
garap oleh PT Indelberg Indonesia Perkasa (IIP) dengan PT Pertamina EP. Hingga
saat ini sudah di sediakan dana sebesar USD 20,90 juta. Kabupaten lain yang
memiliki cadangan migas terdapat di Sidoarjo, Lapindo memiliki sebanyak 25
16

sumur CNG, 20 sumur berada di Desa Wunut, Kecamatan Porong dan lima sumur
berada di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin. (lihat table di bawah) Selain
berbagai Blok dan lapangan migas yang telah di paparkan di atas secara detail,
terdapat pula potensi migas baru yang berada di Jawa Timur, yaitu Blok Nona.
Blok Nona ini terdapat di berbagai kabupaten di Jawa Timur, seperti Kabupaten
Bojonegoro, Jombang, Lamongan, dan Kota Surabaya.
Tabel. 1.1
Potensi Minyak dan Gas Di Jawa-Timur Berdasarkan Kabupaten

No

Nama Kabupaten/Kota

Potensi/ Kekayaan alam (MIGAS)

Kabupaten Blitar

Blok Migas Nona

Kabupaten Bojonegoro

- Blok Cepu memiliki cadangan 7,7 triliun kaki kubik minyak


bumi, atau setara dengan 650 juta barel.
- Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang menerima DBH
sektor minyak dan gas (migas) pada tahun 2012 sekitar Rp234
miliar, merupakan kabupaten justru sebelumnya menempati
peringkat kemiskinan ke-5 di Jawa Timur pada 2008 yakni
sekitar 576.927 jiwa. 24
- Blok Cepu, diperkirakan produksi minyak perharinya
mencapai 160 ribu/barel.
- Selain Blok Cepu kabupaten Bojonegoro juga memiliki
lapangan minyak Sukowati yang dikelola Joint Operating Body
(JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) di Bojonegoro,
yang masuk Blok Tuban, mampu memproduksi minyak sekitar
43 ribu barel/hari.25

24 http://www.bisnis.com/m/6-kabupaten-dbh-tertinggi-masih-jadi-dadaerah-miskin
25 Pertamina Survei Seismik Potensi Migas Blok Nona, dalam
http://jatim.antaranews.com/lihat/berita/78264/pertamina-survei-seismik-potensi-migasblok-nona, diakses 5 Oktober 2013 Pk 21.12.
17

- selain blok cepu terdapat pula blok nona. Blok ini di garap
oleh PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) dengan PT SER.
3

Kabupaten Tuban

- produksi Minyak dan Gas Bumi (Migas) JOB P-PEJ Blok


Tuban masih pada kisaran 35.000 Barel perhari (Bph). Target
yang di patok sebesar 40.000 Barel per hari.26
- di tuban juga terdapat blok migas suci, blok ini di garap oleh
PT Indelberg Indonesia Perkasa (IIP) dengan PT Pertamina EP.
Hingga saat ini sudah di sediakan dana sebesar USD 20,90
juta.27
-blok tuban, dikelola Joint Operating Body Pertamina Petro
China East Java (JOBP-PEJ) dan penambangan tradisional
milik Pertamina Eksplorasi dan Produksi (PEP).
Di tuban juga termasuk blok cepu, namun sayangnya
Kabupaten Tuban tidak mendapatkan Dana Bagi Hasil (DBS).28

Kabupaten Jombang

Blok Migas Nona

Kabupaten Lamongan

Blok Migas Nona

Kabupaten Siduarjo

- Produksi gas dari lima sumur Kalidawir ditingkatkan dari

26 Puasa Pengeboran Blok Migas Tuban Jalan Terus, dalam


http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Jember/2013-0708/177323/_Puasa,_Pengeboran_Blok_Migas_Tuban_Jalan_Terus, 6 Oktober 2013. Pk.
22.11
27 Capitalinc Investment Anggarkan USD 15 Juta dalam
http://www.bexi.co.id/keuangan/pada-2013--capitalinc-investment-anggarkan-belanjamodal-usd-15-juta/, diakses 7 Oktober 2013
28 Tuban Tak Dapat DBH Migas Blok Cepu dalam
http://www.suarabanyuurip.com/kabar/baca/tuban-tak-dapat-dbh-migas-blok-cepu,
diakses 5 oktober 2013. Pk. 23.33.
18

semula lima juta kaki kubik per hari menjadi 10 juta kubik per
hari. (2011).
- Di Sidoarjo, Lapindo memiliki sebanyak 25 sumur CNG, 20
sumur berada di Desa Wunut, Kecamatan Porong dan lima
sumur berada di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin.
7

Kabupaten Gresik

Blok Ujung Pangkah MIGAS

Kabupaten Bangkalan

West Madura Offshore (blok Kangean) MIGAS. Produksi di


blok ini menembus angka 20.00 Barel/ hari tahun 2013.
(Suaramerdeka.com)

Kota Surabaya

Blok Migas Nona

Sumber telah dihimpun pada catatan kaki yang tercantum masing-masing.


Dari data yang telah dipaparkan di dalam tabel diatas, dapat terlihat
terdapat beberapa perusahaan multinasional yang juga ikut bergabung untuk
mencicipi manisnya keuntungan migas Indonesia. Implikasinya, penguasaan
sektor minyak dalam negeri hanya tersisa lima belas persen yang tentu di pegang
oleh Pertamina sebagai wujud otoritas Pemerintah dalam bentuk perusahaan
BUMN. Pengusaan minyak secara keseluruhan pada tahun 2010 di pegang oleh
Chevron, dengan penguasaan minyak Indonesia sebesar 47 %. Selain Chevron,
terdapat MNC lain yaitu TOTAL dengan pengusaan minyak Indonesia sebesar
sembilan persen. Kmudian terdapat pula Conoco Philips dengan pengusaan
minyak Indonesia sebesar delapan persen. Selain ketiga perusahaan tersebut,
terdapat pula perusahaan multinasional lainnya yang erinvestasi dalam sektor
minyak Indonesia, seperti Kodeco (2%), British Petroleum (2%), Medco (4%),
CNOOC (5%), dan Petro China (7%).29 Sebaliknya,. PetroChina bukan hanya
menggarap lapangan minyak Sukowati yang dikelola dengan cara Joint Operating

29 Indonesia For Global Justice. Anomaly kebijakan minyak nasional, Free Trade
Watch, Edisi Maret 2012.
19

Body (JOB) antara Pertamina dengan Petrochina East Java (PPEJ) di Bojonegoro,
tetapi juga ikut menggarap eksplorasi migas di blok Cepu.
Dari gambar di atas, tampak terlihat Provinsi Jawa Timur merupakan salah
satu dari dua Provinsi di Indonesia yang memiliki sumberdaya minyak yang
sangat melimpah setelah Sumatra Tengah yang memiliki 3.832,11 MMSTB.
Selain Provinsi JawaTimur dan Sumatra Tengah, cadangan minyak di Indonesia
tersebar di berbagai provinsi lainnya, seperti Aceh Sumatra Utara Sumatra Selatan
Jawa Barat sebesar. Sedangkan untuk wilayah Kalimantan cadangan minyaknya
sebesar 670.00 MMSTB, untuk wilayah Sulawesi cadangan minyaknya sebesar
49.78 MMSTB. Selanjutnya di wilayah maluku terdapat 48.07 MMSTB, dan di
Papua sebesar 94.93 MMSTB. Cadangan minyak yang cukup besar berada di
pulau Natuna sebesar 383.35 MMSTB, Sedangkan Pada sektor gas alam, 75 %
dari kekayaan gas Indonesia dikuasai bukan oleh perusahaanmilik negara, dimana
37 % dipegang oleh TOTAL, sisanya kemudian dibagi-bagi kepada Conoco
Philips sebanyak 18 %, Exxon 9 %, Vico 6 %, Petro China 5 % dan beberapa
perusahaan asing lainnya, sedangkan Pertamina sendiri hanya menguasai 15
persen sisanya. 30
Tabel 1.2.
Penguasaan Minyak Bumi 2012

30 Indonesia For Global Justice. Anomali kebijakan minyak nasional, Free Trade
Watch , Edisi Maret 2012.
20

Kodeco; 2% British Petrolium; 2%


Pertamina; 16%
CNOOC; 5%
Petro China; 7%
Conoco Philips; 8%
Total; 9%
Chevron; 47%

Sumber: Indonesia for Global Justice, ibid, 2012.


Dengan begitu, semakin banyak ditemukan potensi dan sumber migas di
wilayah-wilayah lainnya akan secara langsung mempengaruhi pergeseran fungsi
lahan pedesaan. Dari semula yang merupakan lahan pertanian masyarakat,
menjadi lahan tambang yang dimiliki oleh Multi National Corporation (MNC).
Kondisi pergeseran budaya pertanian juga dialami oleh provinsi lain di pulau
Jawa, dengan alasan yang sedikit berbeda. Sebagai Contoh Jawa Tengah dan Jawa
Barat pertaniannya mulai tergerus dengan sektor industri. Yang mana hal tersebut
bukan terjadi karena tidak potensialnya lagi daerah-daerah di Jawa Barat dan Jawa
Tengah sebagai sentral pertanian, namun sektor pertanian tidak lagi lebih
menguntungkan di bandingkan sektor industri. Selain itu untuk daerah daerah
tertentu di Jawa Barat dan Jawa Timur, harga sumber daya manusia sangatlah
murah sehingga kondisi ini dapat menjadi alasan ke dua mengapa investor asing
lebih banyak menanamkan investasinya di sektor industri pada wilayah-wilah
yang memiliki upah buruh murah.
Murahnya upah buruh di sektor industri juga merupakan konsekuensi logis
yang harus di terima dengan pembuatan kawasan industri. Hal tersebut melihat
pola berfikir industri yang menekankan profit, termasuk memberikan upah kecil
untuk buruhnya. Penetapan UMR di provinsi merupakan kebijakan pemerintah,
21

yang merupakan hasil diskusi antara pihak buruh dan pengusaha. Namun pada
kenyataannya, untuk wilayah-wilayah yang serikat buruhnya lemah, negosiasi
menjadi timpang di antara mereka. Dengan berbagai cara pemerintah daerah
mencoba menekan UMR hanya untuk mengundang investor atau sekedar
mempertahankan investor.
Data yang disajikan oleh PHI dan Jamsostek mencakup upah buruh di
beberapa daerah yang tergolong murah adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Dari hampir semua Provinsi di Indonesia yang menetapkan UMR
berada di atas satu juta Rupiah, hanya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
yang menetapkan UMR nya berada di kisaran delapan ratus ribuan Rupiah. Data
yang di sajikan di bawah menunjukan peningkatan UMR setiap tahunnya. Ratarata UMR pada 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008 sebesar Rp 745.709.
pada tahun berikutnya meningkat menjadi Rp 841.529, terus meningkat pada
tahun 2010 menjadi Rupiah 908.824. Pada tahun 2011 rata-rata UMR di Indonesia
menjadi Rp 988.829, pada tahun 2012 bertambah menjadi Rp 1.088.902, dan di
tahun 2013 menjadi Rp 1.296.908.
Kenaikan rata-rata UMR di Indonesia nyatanya tidak sebanding lurus
terhadap dua hal. Pertama pemerataan pendapatan melalui tingkat UMR yang
relatif hamper sama pada setiap Provinsinya. Kedua, peningkatan rata-rata UMR
di Indonesia hanya di signifikan di kota-kota besar, seperti DKI Jakarta, Sumatra
Barat, Sumatra Selatan, Kalimantan Timur. Sedangakan di provinsi lain
peningkatan UMR tidak signifikan. Misalnya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan DDI Yogyakarta. Peningkatan UMR pada 4 provinsi di pulau Jawa
tidak signifikan dan cenderung sangat kecil, kisaran kenaikannya hanya sebesar
kurang lebih Rp 100.000. Berikut adalah Data yang dikeluarkan oleh BKPM
mendukung statement bahwa MNC mengincar SDM murah sebagai pekerja.
Tabel 1.2
Data Upah Minimum Regional Provinsi Se-Indonesia 2008-2013
N

Provinsi

2008

2009

2010

22

2011

2012

2013

1
2
3
4
5
6

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera

1.000.000
822.205
800.000
800.000
724.000
743.000

1.200.000
905.000
880.000
901.600
800.000
824.730

1.300.000
965.000
940.000
1.016.000
900.000
927.825

1.350.000
1.035.500
1.055.000
1.120.000
1.028.000
1.048.440

1.400.000
1.200.000
1.150.000
1.238.000
1.142.500
1.195.220

1.550.000
1.375.000
1.350.000
1.400.000
1.300.000
1.630.000

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara

690.000
617.000
813.000
833.000
972.605
568.193
547.000
586.000
500.000
837.000
682.650
730.000

735.000
691.000
850.000
892.000
1.069.865
628.191
575.000
700.000
570.000
917.500
760.000
832.500

780.000
767.500
910.000
925.000
1.118.009
671.500
660.000
745.694
630.000
955.300
829.316
890.775

815.000
855.000
1.024.000
975.000
1.290.000
732.000
675.000
808.000
705.000
1.000.000
890.000
950.000

930.000
975.000
1.110.000
1.015.000
1.529.150
780.000
765.000
892.660
745.000
1.042.000
967.500
1.000.000

1.200.000
1.150.000
1.265.000
1.365.087
2.200.000
850.000
830.000
947.114
866.250
1.170.000
1.181.000
1.100.000

19

Barat
Nusa Tenggara

650.000

725.000

800.000

850.000

925.000

1.010.000

20

Timur
Kalimantan

645.000

705.000

741.000

802.500

900.000

1.060.000

21

Barat
Kalimantan

765.868

873.089

986.590

1.134.580

1.327.459

1.553.127

22

Tengah
Kalimantan

825.000

930.000

1.024.500

1.126.000

1.225.000

1.337.500

23

Selatan
Kalimantan

889.654

955.000

1.002.000

1.084.000

1.177.000

1.752.073

24
25
26
27

Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi

845.000
670.000
740.520
700.000

929.500
720.000
905.000
770.000

1.000.000
777.500
1.000.000
860.000

1.050.000
827.500
1.100.000
930.000

1.250.000
885.000
1.200.000
1.032.300

1.550.000
995.000
1.440.000
1.125.207

28
29
30
31

Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara

600.000
760.500
700.000
700.000

675.000
909.400
775.000
770.000

710.000
944.200
840.000
847.000

762.500
1.006.000
900.000
889.350

837.500
1.127.000
975.000
960.498

1.175.000
1.165.000
1.275.000
1.200.622

23

32 Papua Barat
1.210.000 1.410.000 1.450.000
1.720.000
33 Papua
1.105.500 1.216.100 1.316.500 1.403.000 1.585.000
1.710.000
Rata - Rata :
745.709,2 841.529,55 908.824,5 988.829,39 1.088.902,64 1.296.908,48
2

Sumber: Jamsostek, Diolah oleh Pusat data Dinas Tenaga Kerja, 2013.
Untuk merefleksikan tabel hasil perbandingan UMR menurut Provinsi di
atas, maka kita patut melihat jumlah buruh yang menerima upah tersebut.
Walaupun jumlah pendapatan yang ditentukan pemerintah Provinsi yang menjadi
sentra industri terbilang minim, namun jumlah buruh di Indonesia setiap tahunnya
terus meningkat. Dimulai Pada tahun 2008 per bulan Februari, jumlahnya sebesar
28.515.358 orang. Jumlah tersebut meningkat drastic pada tahun 2010 sebanyak
2.208.803 orang, menjadi 30.724.161 orang. Kemudian meningkat kembali di
tahun 2011 menjadi 34.513.624 orang. Pada tahun 2012 jumlahnya kembali
meningkat menjadi 38.135.062 orang.
Kondisi tersebut setidaknya menunjukan dua hal. Pertama, jumlah
populasi masyarakat Indonesia yang terus bertambah. Kedua, lapangan kerja yang
cenderung tidak meningkat tajam. Kedua gambaran tersebut di bingkai manis
dalam ketidak seimbangan laju populasi dengan peningkatan jumlah lapangan
kerja yang disediakan. Selain itu, kondisi tersebut mencerminkan perkembangan
industri yang tidak sebanding dengan tingkat pendapatan masyarakat di tengah
melonjaknya harga-harga bahan pokok.
Tabel 1.3
Jumlah Pekerja Indonesia Menurut Status Pekerjaan
No.

1
2
3

Status Pekerjaan Utama

Berusaha Sendiri
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap/Buruh Tidak
Dibayar
Berusaha Dibantu Buruh

2008

2009

2010

2011

2012

Februari

Februari

Februari

Februari

Februari

20 081 133

20 810 300

20 456 735

21 149 311

19 543 475

21 599 782

21 636 761

21 922 813

21 308 835

20 367 416

2 979 406

2 968 481

3 016 154

3 594 568

3 930 591

24

4
5
6
7
8

Tetap/Buruh Dibayar
Buruh/Karyawan/Pegawai 28 515 358 28 913 118 30 724 161 34 513 624
Pekerja Bebas di
6 130 481
6 346 122
6 324 719
5 575 925
Pertanian
Pekerja Bebas di Non
4 798 856
5 151 536
5 284 598
5 158 700
Pertanian
Pekerja Keluarga/Tak
17 944 841 18 659 126 19 676 392 19 980 781
Dibayar
Tak Terjawab
Total
102049 857 104 485 444 107 405 572 111 281 744

38 135 062
5 356 265
5 970 608
19 499 388
112 802 805

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013. 31


Bertolak belakang dengan penurunan jumlah petani, jumlah buruh terus
meningkat setiap tahunnya. Jumlah petani terus menurun, pada tahun ketahun
setidaknya pengurangan jumlah petani selama tahun 2008 sampai dengan 2012
sebanyak kurang lebih 400.000 orang. Jumlah masyarakat yang menjadi petani
pada tahun 2010 sebanyak 6.324.719 orang, menurun menjadi 5.575.925 orang
pada tahun 2011, dan kembali berkurang pada tahun 2012 menjadi 5.36.265
orang. Peningkatan jumlah buruh tersebut sering diartikan sebagai kesuksessan
pemerintah dalam memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakatnya. Namun
di sisi lain, kita dapat melihat arah kebijakan pendidikan di Indonesia yang
sepertinya memang pencetak buruh. Bukan hal yang salah apabila sebuah Negara
memilih Industri sebagai instrument untuk mengembangkan ekonominya. Namun
distorsi yang terjadi di banyak Negara berkembang yang memilih instrumen
Industri sebagai pengembang ekonominya adalah kesejahteraan buruhnya kurang
diperhatikan. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak industri dari
luar maupun dalam negeri yang kemudian mendirikan pabriknya di pada kawasan
yang UMR-nya rendah.
Terlepas dari rendahnya upah buruh di daerah, hal yang tidak kalah
penting adalah tergerusnya budaya lokal pertanian di Indonesia. Menjadi
konsekuensi logis apabila pergeseran instrumen pengembangan ekonomi di
31 Badan Pusat Statistik, dalam http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=06&notab=3, diakses 2 September 2013.
Pk.20.19.
25

Indonesia alhasil membuat matinya sektor pertanian setidaknya secara berlahan.


Jawa Tengah dan Jawa Barat yang semula terkenal dengan berbagai produ
pertaniannya, kini mulai meredup, seiring dengan beralih fungsinya lahan
pertanian menjadi lahan pabrik dengan mesin-mesin raksasanya. Selain alih fungsi
lahan, terdapat pula alih fungsi tenaga kerja dari petani menjadi buruh pabrik.
Peralihan pekerjaan pada masyarakat desa menjadi sebuah dilematisasi
tersendiri. Hanya karena prestise dengan menyandang status pegawai pabrik
masyarakat desa mulai beralih profesi, dan meninggalkan profesi lamanya sebagai
petani. Kondisi tersebut banyak terjadi di kawasan-kawasan pedesaan yang masuk
kategori Provinsi dengan upah buruh yang cukup rendah. Seperti di Kabupaten
Purbalingga Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan industri bulu mata dan
rambut palsunya. Atau Jawa Barat yang banyak bertaburan industry otomotif dan
berbagai alat berat lainnya.
Banyak dampak yang akan di timbulkan dari alih fungsi lahan dan alih
fungsi tenaga kerja di desa, seperti kekurangan bahan pokok hasil pertanian,
meningkatnya harga bahan pokok karena stok yang kurang, dan perubahan budaya
yang secara tidak langsung dibawa dalam sistem industri. Bencana kekurangan
kedelai, cabe, bawang, dan berbagai macam bahan pokok yang belakangan
melanda Indonesia seharunya bukan hanya di lihat sebagai permainan kartel
semata, tapi dapat pula di lihat dari pengalihan fungsi lahan dan tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor industri. Hal tersebut secara langsung berakibat
berkurangnya pasokan bahan pokok dan menimbulkan kelangkaan yang kemudian
meningkatkan harga pasaran. Pendekatan dalam memecahkan kelangkaan bahan
pokok hasil pertanian juga seharusnya menggunakan pendekatan budaya
pertanian. Dengan mengembalikan fungsi lahan di desa ke semula, bukan hanya
sekedar peningkatan jumlah kuota impor saja.

26

I.3 Desa Versus Globalisasi : Imperialisme berkedok Kosmopolitan


Geography is dead adalah istilah yang tepat ketika arus globalisasi
membuat dunia menjadi lebih terbuka dan semakin datar. Geografi menjadi
penyebutan yang kerap digunakan sebagai gambaran terhadap dunia dan isinya
yaitu manusia dan alam. Semenjak geografi membagi dirinya kedalam dua hal
yaitu manusia dan lingkungannya, maka matinya geografi lebih disematkan
kepada semakin ringkasnya urusan waktu dan semakin mampatnya jarak dalam
geografis. Walapun secara nyata jarak dan kondisi geografis membutuhkan waktu
ratusan bahkan ribuan tahun untuk mengalami perubahan.
Variabel kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi membuat
pemahaman mengenai seluk beluk bentuk dunia mengalami perkembangan
disetiap masanya. Proses kemajuan ini bisa berlangsung cepat dalam hitungan
puluhan tahun maka akan ditemukan tonggak perubahan yang semakin
menegaskan bahwa dunia ini sudah menjadi tempat yang tidak berjarak dan
semakin terkompresi. Saat ini dunia bisa juga disebut sebagai sebuah ruang
transparan. Ruang transparan dimana interaksi dilakukan tidak lagi dalam
pembagian yang ketat antara internasional, regional, nasional dan lokal. Ketika
dunia ini menjadi rumah bersama maka mobilitas bersanding dengan
konektivitas yang menjadikan kehidupan seperti mengantongi waktu disaku kanan
dan mengantongi jarak disaku kiri. Semisal adalah seperti yang ditulis oleh Alvin
Toffler dalam Future Shock, dikatakan bahwa evolusi dari teknologi komunikasi
dan transportasi dan intensifnya mobilitas lalu lintas manusia memberikan efek
kepada lokasi bukan lagi menjadi sumber utama bagi perbedaan.
Sejalan dengan matinya geografi memberikan pengaruh pada kondisi
yang diyakini sebagai menyusutnya atau mengecilnya dunia. Otomatis bayangan
mengenai jarak menjadi lebih pendek karena waktu tempuh semakin hari
27

semakin singkat sejalan dengan perkembangan teknologi transportasi dan


komunikasi termutakhir. Seperti yang telah diidentifikasi oleh pemikiran
geopolitik posmodern yang mengatakan bahwa : We live in complicated and
confusing times, in spaces traversed by global flows and warped by the intensity
and speed of information technologies.32 Beriringan dengan matinya geografi
maka globalisasi mengambil posisi untuk menjelaskan gambaran kondisi dunia
dimana segala sesuatu di dunia ini terkait mobilitas dan konektivitas menjadi dua
hal yang saling berdampingan. Penjelasan mengenai globalisasi bisa diuraikan
dengan sangat panjang dan beragam. Namun ada beberapa hal yang perlu digaris
bawahi mengenai globalisasi terkait dengan masalah keruangan.
Seperti yang dikatakan diawal bahwa bumi sebagai ruang yang transparan,
maka globalisasi dinilai sebagai pintu pembuka bagi sebuah kondisi dimana
interakasi sosial bisa terjadi dengan lebih intensif karena jarak menjadi tidak lagi
sebagai masalah33, terintegrasinya ekonomi dunia34, deteritorialisasi atau
tumbuhnya suprateritorial bagi relasi diantara manusia35, dan kompresi atau
termampatkannya ruang dan waktu36. Globalisasi merupakan sebuah kondisi yang
tidak bisa terelakkan. Sejarah manusia pun mencatat sejak kerajaan kerajaan di
Eropa Barat melakukan pelayaran internasional, pedagang pedagang dari India
dan Persia menggunakan jalur sutra, bumi ini perlahan lahan mulai mengalami
proses keterbukaan dan globalisasilah yang menjadi wacana dominan semenjak
proses untuk membuka dunia ini beranjak kepada kondisi yang lebih lanjut dan
membuat dunia bergerak laju yang sama.
32 Gearoid O Tuathail, Postmodern Geopolitics ? The modern geopolitical imagination
and beyond dalam Gearoid O Tuathail and Simon Dalby, Rethinking Geopolitics, New
York : Routledge, 1998, hal 16.
33 Seperti yang dikatakan oleh Anthony Giddens (1990 : 21), seperti yang dikutip dari
Anthony Mcgrew, Globalization and Global Politics dalam John Baylis, Steve Smith,
Patricia Owens, The Globalization of World Politics : An Introdution to International
Relations, 4th ed, New York : Oxford University Press, 2008, hal 17.
34 Gilpin (2001 : 364), Seperti yang dikutip, Anthony Mcgrew, Ibid.
35 Scholte (2000 : 46), Seperti yang dikutip, Anthony Mcgrew, Ibid.
36 Harvey (1989), Seperti yang dikutip oleh Anthony Mcgrew, Ibid.
28

Ada beberapa masalah yang kemudian teridentifikasi seiring dengan laju


dunia yang terglobalisasi. Pertama, dalam konteks globalisasi mobilitas dan
konektivitas sebagai sebuah kondisi yang tidak terelakkan dianggap sebagai
situasi yang tercetus oleh perkembangan teknologi semata. Lebih daripada itu dari
sisi ekonomi dunia globalisasi memberikan celah bagi beroperasinya sebuah
pemeragaan kuasa imperial pasca kolonialisme. Kedua, yang dimaksud dengan
bumi yang datar karena gelombang globalisasi tidak menyentuh kepada yang
bernama lokal sehingga lokal dimasukkan sebagai benteng terakhir pertahanan
ketika efek buruk dari globalisasi mulai menjangkiti. Mudah saja untuk
menyebutkan bahwa kearifan lokal adalah resep penyembuh bagi buruknya
pengaruh globalisasi yang merangsek aspek sosial dan budaya masyarakat.
Jika dikatakan globalisasi memberikan celah bagi pemeragaan kuasa
imperial pasca kolonialisme ini selaras dengan konstelasi ekonomi dunia ketika
perluasan teritori mulai dibutuhkan. Masuk tahun 1980-an, istilah emerging
market mulai menggejala ketika perekonomian dunia membutuhkan stimulus
untuk melakukan ekspansi. Ekspansi secara teritori demi emerging market
yang berada dibelahan dunia ketiga dilakukan dengan menggandeng kebijakan
pembangunan dalam kerangka neoliberal. Globalisasi diposisikan sebagai
pembukanya dan agenda pembangunan dalam kerangka neo-liberal digelontorkan
kepada negara-negara yang dibidik bisa menjadi emerging market dengan
memberikan resep deregulasi serta privatisasi yang dibungkus melalui tata kelola
good governance.37 Menurut teori ekonomi liberal kesejahteraan ekonomi bisa
dimaksimalkan jika dua dari faktor produksi yaitu modal dan buruh bisa
berpindah.38 Secara teori ini yang dikatakan sebagai pro globalisasi atau hyper
globalization.
Terdapat tiga teori yang bisa menjelaskan pertalian antara globalisasi
dengan pembangunan, yaitu hyperglobalist yang menilai bahwa globalisasi
menjadi faktor penting untuk mendorong pembangunan. Kedua adalah
transformasionalist dengan argumentasi bahwa implikasi dari globalisasi terhadap
37 Robert N. Gwyenne, Thomas Klak, Denis J.B.Shaw, Alternative Capitalism;
Geographies of Emerging Region, hal 4.
38 Ibid, hal 4.
29

pembangunan sangat bergantung kepada bagaimana pengaturannya. Ketiga adalah


perspektif yang skeptis atau radical hyperglobalist yang menilai bahwa
globalisasi dan pembangunan merepresentasikan perpanjangan dari strategi
imperial untuk mendominasi, seperti yang dijelaskan dalam tabel dibawah ini;39
Tabel 1.4. Klasifikasi Globalisasi.

Pro globalization atau hyper globalization menilai globalisasi akan


mendorong kepada denasionalisasi dimana perekonomian akan ditopang oleh
jejaring produksi, perdagangan dan finansial.40 Sehingga berdasarkan penilaian
pada pendukung globalisasi semenjak ekonomi ditopang oleh jejaring dan ini
sejalan dengan perluasan teritori kepada emerging market untuk tujuan
memperkokoh infrastruktur jejaring, maka sebetulnya wilayah wilayah didunia
ini dibuka dan dihubungkan oleh proses globalisasi ini dan mereka bisa
berkompetisi untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan komparatif
untuk pasar global.41 Bagi pendukung teori ini, baik wilayah miskin hingga maju
39 Warwick E. Murray, Geographies of Globalization, New York : Routledge, hal 266.
40 Opcit, Robert N. Gwyenne, et.al hal 17.
41 Ibid, Robert N. Whyenne, et.al hal 17.
30

masing masing memiliki kesempatan untuk berkontribusi. Disini bisa dipahami


bahwa pembangunan dengan semangat neo-liberal dilakukan untuk
mempersiapkan wilayah wilayah ini untuk menopang jejaring produksi.
Permasalahan selanjutnya adalah globalisasi tidak menyentuh secara
langsung kepada lokal. Argumentasi bahwa globalisasi didorong oleh kemajuan
teknologi yang menyebabkan penyusutan jarak lebih disebabkan oleh kemajuan
teknologi bukan dikarenakan oleh manusia, sejarah maupun kebudayaan.
Sehingga jika diperhatikan efek konvergensi yang dihasilkan dari globalisasi
mengalami perbedaan pada masyarakat, lingkungan dan sosial ditingkat lokal.42
Perlu dicermati bahwa jika menempatkan lokal sebagai sebuah arena dimana
efek dari globalisasi tidak terjadi secara langsung maka sebenarnya efek
globalisasi lebih dirasakan oleh tingkatan yang lebih tinggi. Dalam buku ini yang
dimaksud lokal adalah sama dengan desa.
Pemahaman mengenai desa dan globalisasi bisa diletakkan dalam
perspektif yang berbeda. Tidak bertujuan untuk membenturkan wacana proglobalisasi dan anti-globalisasi. Pemahaman mengenai lokal nasional regional
dan global bisa diletakkan dalam konteks keruangan. Jika dilihat melalui
perspektif ini globalisasi akan bermakna sebagai sebuah proses deteritorialisasi
tatanan geopolitik.43 Deteritorialisasi diletakkan dalam sebuah pemahaman bahwa
arus, lalu lintas, interaksi dan perpindahan dari material dan fisik yang menopang
produksi ekonomi serta reproduksi sosial dilakukan dalam sebuah ruang (space).44
Secara alamiah desa adalah bagian dari representasi teritori negara sebagai
kesatuan politik ditingkatan yang lebih mikro. Sehingga secara hirarkis, desa
diletakkan sebagai bagian terkecil dari pemeragaan penguasaan teritorial didalam
negara. Pengaturan teritori yang dilakukan secara hirarkis seperti ini menjadikan
sentralitas penguasaan terletak pada pemerintah pusat yang disebut dengan
politico administrative of territory.45 Dalam kerangka politico administrative
42 Opcit, Murray, hal 9.
43 Ibid, Tuathail, hal 18.
44 Seperti yang diterjemahkan dari Tuathail, Ibid, hal 18.
45 Jouni Hakli, Manufacturing Provinces : Theorizing the encounters between
governmental and popular geographs In Finland, dalam Gearoid O Tuathail and Simon
31

of territory pusat memperlakukan daerah berdasarkan fungsinya secara


administratif dan utilitasnya dalam melakukan kepemerintahan di tingkat mikro.
Sentralitas terhadap posisi pusat melahirkan sebuah perspektif yang menjadikan
ia seperti sebuah mercusuar. Jadi pusat menjadi tonggak dan melakukan
penglihatan terhadap wilayah sekitar. Implikasi dari posisi sudut pandang ini
menjadikan pusat dalam melihat keberagaman daerah secara populasi, potensi,
kelemahan, permasalahan dan seterusnya membutuhkan metode yang bisa
mencakup semua realitas di lingkungannya. Untuk menyajikan serangkaian
realitas di lapangan tersebut maka disajikanlah dalam sebuah bentuk visualisasi
diatas kertas yaitu statistik dan peta.
Visualisasi atas kondisi nyata yang tertuang dalam bentuk statistik dan
peta mengidentifikasikan dua hal, pertama keingintahuan terhadap kondisi di
masyarakat tidak sebesar rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan. Maka
dengan menggunakan visualisasi berdasarkan statistik dan peta ini menunjukkan
teknologi dan kekuatan dari tata pemerintahan yang semakin berkembang. 46
Hanya mengandalkan pengetahuan yang tersaji berdasarkan visualisasi yang
tertuang dalam peta dan statistik, sebuah kebijakan bisa dirumuskan dan
diputuskan. Ini tidak mengherankan mengingat peta merupakan standarisasi
proyeksi terhadap kondisi sosial dan dunia secara geografis sedangkan statistik
merupakan hasil pengumpulan secara terarah dan tersentral yang dilakukan oleh
organisasi dengan tujuan untuk menetapkan sebuah rutinitas dan keteraturan.
Kedua, dengan mengandalkan kepadda visualisasi berbentuk peta dan hasil
statistik maka segala sesuatunya mengenai kondisi dilapangan sudah tersajikan
diatas kertas, dimana kertas ini dimanfaatkan sebagai rujukan yang mendekati
gambaran seutuhnya dari masyarakat dan geografi.47
Sebagai bagian dari politico administrative of territory menjadikan
posisi desa tidak memiliki ruang gerak yang leluasa. Ketidak leluasaan ini karena
imajinasi terhadap ruang dilakukan secara monocular yaitu yang dilakukan oleh
pusat. Ini menyebabkan desa bersifat pasif dan tidak memiliki imajinasi ruang
Dalby, Rethinking Geopolitics, New York : Routledge, 1998, hal 134.
46 Ibid, Jouni Hakli, hal 134.
47 Ibid, Jouni Hakli, hal 134.
32

yang bisa melampaui imajinasi ruang yang sudah dilakukan oleh pusat dalam
bentuk penguasaan dan kontrol terhadap teritorinya. Dalam kaitannya dengan desa
dalam menghadapi globalisasi, wacana yang muncul adalah serangkaian strategi
untuk melindungi desa dalam menghadapi globalisasi atau yang bisa juga disebut
sebagai anti-globalisasi.
Globalisasi diletakkan sebagai sebuah gelombang yang menerjang
sehingga secara umum dipahami bahwa globalisasi memberikan efek positif dan
negatif bagi siapa saja yang diterpa. Sepadan dengan penjelasan globalisasi bahwa
development geography48 bisa menjelaskan mengapa dibeberapa bagian belahan
dunia ada masyarakat yang hidup dengan kecukupan sedangkan dibelahan bumi
yang lain ada masyarakat yang hidup dengan kekurangan bahkan sangat
kekurangan. Hal ini yang kemudian dijadikan inflitrasi bagi strategi pembangunan
yang bisa masuk melenggang dengan menggandeng globalisasi sebagai
pembukanya. Bahwa globalisasi dinilai positif jika bisa membawa efek kebaikan
bagi pembangunan masyarakat dan menimbulkan efek negatif jika resep
pembangunannya justru menggerus nilai, tatanan masyarakat disebuah komunitas
tertentu dan membuat ketertingalan justru semakin mencolok.
Sampai disini keterhubungan antara deteritorialisasi tatanan geopolitik
dengan politico administrative of territory lantas bersambung dengan desa dalam
menghadapi globalisasi mulai menunjukkan titik persinggungan. Sejalan dengan
semangat dari buku ini, memposisikan desa dalam menghadapi globalisasi
tentunya bukan dalam rangka untuk semata mata mencari solusi seperti apa
untuk mengeluarkan desa dari belitan globalisasi yang saat ini sudah menyatu
dengan neo-liberalisme dan kapitalisme. Lebih daripada itu melalui buku ini desa
bisa memiliki kesempatan untuk menunjukkan potensi dan memiliki keleluasaan
untuk ikut aktif, tidak dalam konteks untuk menyemarakkan globalisasi dan
wacana pembangunanan, tetapi ikut terlibat dan menunjukkan kuasanya dalam
melakukan imajinasi terhadap ruang yang transparan.
Untuk mencapai pada pemahaman seperti yang ditawarkan diatas perlu
untuk meletakkan desa keluar dari logika politico administrative of territory.
Dengan semangat pengetahuan, ini perlu dilakuan agar perbedaan perspektif akan
48 Loccit, Murray, hal 263 270.
33

berujung kepada pemahaman yang lain dalam melihat permasalahan desa dan
globalisasi. Ini sejalan dengan solusi yang ingin diberikan dalam buku ini yaitu
antisipasi desa dalam menyongsong globalisasi. Jika desa diletakkan dalam
pemahaman yang lain dari politico administrative of territory, maka akan
memiliki pemaknaan yang berbeda. Desa tidak diletakkan dalam kategori unit
dari sebuah himpunan dengan hirarki seperti negara, provinsi, kota dan unit
terkecil adalah desa.
Apa implikasi yang muncul dengan kondisi seperti diatas ? Ada beberapa
hal yang bisa dijadikan perhatian dalam membangun desa. Implikasinya lokasi
yang tadinya tersekat berubah menjadi rumah bersama. Konsekuensinya, waktu
menjadi lebih singkat untuk menempuh semua jarak perdagangan. Lalu apa celah
yang bisa dimanfaatkan Desa dari geography is dead ini?. Tidak bermaksud untuk
oportunis, tetapi istilah celah menjadi bermakna peyoratif jika terlalu proglobalisasi adalah bahwa logika jejaring yang mulai masuk dan menyeruak dalam
relasi pada era globalisasi sehingga walaupun tidak berhubungan langsung, logika
network bisa menjadi sebersit solusi
Terlepas dari posisi administratif dan utilitasnya untuk menopang tata
pemerintahan didalam sebuah negara, jika kemudian diposisikan dalam kerangka
deteritorialisasi tatanan geopolitik seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya maka
sebentuk tata pemerintahan dalam tingkatan yang lebih kecil pun berada didalam
sebuah ruang yang transparant. Dunia bisa dipahami sebagai ruang yang
transparant dimana setiap subjek didalamnya memiliki keleluasaan untuk
melakukan relasi. Ada dua hal yang menjadi terbatas dalam prinsip politico
administrative of territory, yaitu power (pemeragaan kekuatan) dan keleluasaan,
sehingga dengan mengimajinasikan dunia sebagai ruang yang transparant maka
pemeragaan kekuatan akan bisa dilakukan dengan keleluasaan dan fleksibilitas
yang lebih besar.
Sebenarnya ada resiko yang besar dengan mengasumsikan bahwa dunia ini
adalah ruang yang transparan dan setiap subjek didalamnya memiliki keleluasaan
dalam hal melakukan imajinasi dan memperagakan kekuatannya. Resiko ketika
menempatkan posisi lokal dalam sebuah ruang yang transparant bisa ditemukan
jika melihat argumentasi Harvey yang membabat pemaknaan ruang. Menurut

34

Harvey pemaknaan ruang yang dilakukan tidak dilepaskan dari kapitalisme.


Harvey melalui argumentasi spatio-temporary fix menunjukkan bahwa dalam
ruang yang transparant ini justru kapitalisme memiliki potensi yang sangat besar
untuk melakukan reproduksi ruang sebagai solusi atas surplus kapital yang
dialami.
Logika sederhanya adalah ruang yang masih berdasarkan kepada teritori
teritori yang bersifat formal tidak lagi mencukupi bagi kapitalisme beroperasi. Ia
membutuhkan sebuah ruang tambahan yang direproduksi berdasarkan imajinasi
keruangan yang melebihi batas teritori, dimana imajinasi didalam ruang yang
transparan bisa dilakukan secara berkali lipat. Sehingga jika mengaitkan antara
spatio-temporary fix dengan bayangan bahwa dunia ini adalah sebuah ruang yang
transparan. Sepertinya tidak ada celah yang tersedia bagi desa lokal untuk
keluar dari belitan ini. Semua pelosok bumi ini seperti dijejali dan sudah dipetak
petak demi menopang surplus kapital. Seperti yang juga ditulis didalam buku ini,
spatio temporal fix merupakan konsekuensi dari akumulasi kapital yang berhasrat
melepaskan diri atas kontradiksinya dengan logika teritorial. Otomatis
keterpaduan antara logika teritorial dan logika kapital akan berujung kepada
pemeragaan kekuasaan demi menopang sebuah imperium.
Sepertinya tidak ada celah bagi yang lokal untuk keluar dari kondisi
demikian. Mengikuti spatio-temporal fix yang dikemukakan oleh Harvey maka
tidak ada ruang yang terbebas dari kepentingan sebagai solusi terhadap surplus
kapital. Tetapi ada yang perlu digaris bawahi, perabaan terhadap relasi kuasa
dalam logika spatio-temporal fix, merupakan sebentuk relasi kuasa yang hirarkis,
bahwa imperium seperti awan hitam besar yang selalu menggelayuti diangkasa
dan membayang bayangi kehidupan dibawahnya. Karena jika dikembalikan lagi
kepada pemaknaan bahwa yang lokal atau desa merupakan unit dari sebuah
struktur maka kembali lagi lokal akan berposisi pasif, menunggu instruksi dan
arahan dari pusat, sehingga terpaan yang kencang terhadap pusat akan menjadikan
lokal sebagai jangkar untuk tetap menyangga dan kembali lagi bahwa kearifan
lokal menjadi solusi akhir.
Sebagai penutup, penting kiranya untuk mendudukan permasalahan desa
versus globalisasi tidak dalam sebentuk pertahanan semata dalam menghadapi

35

terjangan yang ditimbulkan dari globalisasi. Sehingga yang dimunculkan


Tawaran yang bisa diberikan melalui kata pengantar ini adalah untuk mendudukan
permasalahan ini kedalam kerangka yang berbeda. Menempatkan desa didalam
konstelasi jejaring yang memungkinkan ruang gerak desa bisa lebih fleksibel
dan dinamis didalam sebuah ruang yang transparant. Terkait dengan tema besar
dari buku ini mengenai desa mandiri menghadapi globalisasi kiranya perlu untuk
mendudukkan permasalahannya kedalam logika bahwa menempatkan desa yang
berhadapan dengan globalisasi sepertinya membuat kondisi dalam melihat dunia
ini menjadi kikuk Bahwa desa adalah korban globalisasi. Sedari awalnya para
pemikir yang mengkaji mengenai ruang dan politik sudah menyadari bahwa
batas batas geografis bukanlah titik akhir tujuan mereka dalam mengartikulasikan
subjektifitas eksternalnya. Bumi ini adalah ruang yang sudah dipersepsikan akan
menjadi ruang pertarungan sengit.

BAB II
AKTOR-AKTOR GLOBAL DIBALIK PEMBANGUNAN DESA
II.1 Desa Sebagai Penopang Imperium Amerika
Imperium Amerika yang begitu megah ternyata berkembang dari Desa.
Terbukti bahwa AS bukanlah siapa siapa tanpa adanya kekayaan alam desa yang
36

menopangnya. Masuknya AS dalam desa di Indonesia diawali dari legalisasi


rezim orde baru dengan Undang Undang Penanaman Modal tahun 1967.
Penetrasi investasi asing AS ke Indonesia diperkuat oleh pinjaman pertama yang
diberikan AS kepada Indonesia sebesar 40 juta dollar. 49 Tak pelak, pinjaman
tersebut menjadi pintu masuknya perusahaan AS di Indonesia sekaligus juga
terkait dengan upaya membendung komunisme di Indonesia.
Secara perlahan dalam bidang tambang dan pengelolaan blok migas,
Amerika Serikat menjadi salah satu pemain utama di dunia. Tentu masyarakat
Desa di Indonesia sangat familiar dengan Freeport McMoran,yang awalnya
hanyalah merupakan sebuah desa kecil di daerah tembagapura yang mempunyai
potensi emas begitu besar. Akan tetapi pemerintah orde baru pada tahun 1967
dengan mudahnya memberikan kepada pihak AS. Sehingga pada akhitrnya PT.
Freeport yang mengurusi semua hingga menjadi satu satunya perusahaan tambang
yang mengelola lahan sebuah desa di Tembagapura, Mimika, provinsi Papua yang
mana sanggup menghasilkan mencapai ratusan ribu ton biji mentah emas dan
perak setiap harinya.
Tidak hanya Freeport, masih terdapat Newmont, perusahaan asal
Colorado, Amerika Serikat, yang mengelola beberapa tambang emas dan tembaga
di kawasan NTT dan NTB. Sebuah desa yang bernama Cakra Timur, Mataram
dipantau oleh pihak Newmont untuk bisa diambil manfaat alamnya. Tahun lalu,
setoran perusahaan ke pemerintah mencapai Rp 689 miliar dimana sudah
mencakup semua pajak, dari keuntungan total mereka.50 Jika dari NTT saja, pada
2012 pendapatan PT. Newmont mencapai USD 4,17 juta. Belum lagi sederet
operator migas yang rata-rata kelas kakap sebagai mitra pemerintah menggelola
blok migas. Chevron, memiliki jatah menggarap tiga blok, dan memproduksi 35
persen migas Indonesia. Pihak AS mengetahui adanya nilai ekonomi tinggi
sehingga membuat mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk bisa
mengambil lahan Desa di Indonesia.
49 Adam Scwars. Belajar dari krisis 86. 14 September 2010. diakses dalam
http://indo.wsj.com/posts/2013/09/24/belajar-dari-krisis-86/, pada 4 Oktober
2013.Pk.23.09 WIB.
50 Asing Pesta Pora di Indonesia , Surabaya post, 5 Juli 2013.
37

Salah satu cara AS untuk masuk langsung kedalam desa adalah dengan
beberapa program bantuan untuk Indonesia. Sejak tahun 2007 United State
Agency for International Development (USAID) berupaya mengembangkan desa
konservasi di 16 kawasan. Desa tersebut terletak di lima provinsi prioritas, yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah/DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, dan Sumatera Utara.
Desa konservasi merupakan salah satu program yang dirintis oleh Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA), Departemen
Kehutanan. Direktorat Jenderal PHKA telah berencana mengembangkan 132
Model Desa Konservasi (MDK) di sekitar 77 Unit Pelaksana Teknis Balai
Konservasi Sumberdaya Alam atau Balai Taman Nasional.
Desa konservasi sejatinya merupakan sebuah inisiatif USAID dalam upaya
konservasi secara partisipatif. Sebagian besar desa konservasi tersebut terletak di
wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). Oleh karena itu, pengembangan model
desa konservasi menjadi salah satu pendekatan untuk mewujudkan pengelolaan
DAS terpadu, guna mendukung tata kelola kawasan hutan dan konservasi yang
lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain pemilihan lokasi dengan
pendekatan development pathways, pengembangan unit sekolah lapangan di desadesa yang terletak di wilayah hulu dan dekat dengan kawasan konservasi. Selain
itu, juga pengembangan rencana aksi dan penggalangan dukungan para pihak
dalam implementasi rencana aksi konservasi.51 Inisiatif tersebut diasumsikan
sangat penting dan relevan dengan kondisi kawasan konservasi di Indonesia.
Indonesia memiliki sekitar 22 juta hektar kawasan konservasi. Sebagian besar
kawasan tersebut terancam rusak, karena beberapa faktor, seperti tuntutan
konversi lahan, perambahan, kebakaran hutan, illegal logging, perdagangan ilegal
tumbuhan dan satwa langka, serta tuntutan kebutuhan hasil hutan karena tingginya
laju pertumbuhan penduduk.
Namun kini Imperium AS yang dulu begitu megah ternyata berpotensi
runtuh jika tidak segera memulihkan kembali industrinya pasca krisis tahun 2008.
51 Conservation Village Model. Final Report. United State Agency for International
Development (USAID), 2008.

38

Bahkan kini digambarkan Fareed Zakaria sebagai masa keruntuhan Amerika


Serikat (post-American).52 Apalagi AS sekarang menjadi salah satu penghutang
terbesar di dunia dengan utang luar negeri mencapai angka 101,1 persen dari PDB
dengan Total utang luar negeri sekitar US$14,825 triliun.53 Padahal sebagai
pemenang perang dunia kedua, AS sempat puluhan tahun menguasai pasar dunia
hingga menjadi hegemonic stability melalui program marshall plan. Ditambah
lagi sistem mata uang dunia dijangkarkan terhadap dollar pada zaman tersebut.
Lahirnya doktrin reaganomics yang dicetuskan presiden Ronald Reagan tahun
1970 membuat perusahaan multinasional dari AS menyebar ke hampir seluruh
penjuru dunia, tak terkecuali ke Indonesia.
Implikasinya, Imperium AS sekarang mulai terancam oleh Cina. Bahkan
Cina berencana memberi bantuan kepada AS agar mampu membayar hutang luar
negerinya. Namun dalam forum G-20 Maret 2009, AS menyatakan bahwa barang
buatan Cina telah menyebabkan ketidakseimbangan dunia. Pernyataan AS tentang
ketidakseimbangan global menunjukkan inkonsistensi AS dengan prinsip pasar
bebas neoliberal. Alasan AS menyalahkan Cina adalah karena produk Cina kini
mampu mengalahkan produk AS. Padahal sebelum Cina berjaya secara ekonomi,
produk AS yang menyebabkan ketidakseimbangan global. Jika konsisten dengan
mekanisme pasar bebas, maka seharusnya AS tetap optimis bahwa mekanisme
pasar akan mengembalikan ketidakseimbangan tersebut.
Terlebih lagi krisis finansial AS diperparah dengan menjadikan nilai jual
dari komoditas bahan mentah industri semakin berkembang pesat. Secara statistik,
pasca krisis keuangan diakhir tahun 2008 akhirnya mendorong permintaan pasar
komoditas bahan mentah dari luar negeri sehingga terus mengalami peningkatan.
Hal tersebut tercermin dari harga yang cenderung meningkat secraa signifikan.
Setelah mencapai titik terendah bulan Februari 2009, harga komoditas perkebunan
dunia menunjukkan tren meningkat. Khusus untuk pertanian harga dunia bulan
september 2009 naik 7,9% dibandingkan bulan sebelumnya, namun masih dalam
posisi yang lebih rendah secara tahunan. 54

52 Zakaria, Fareed, The Post-American World. New York: Norton Company, 2008.
53
39

Dalam kondisi kelangkaan bahan mentah seperti itu, maka AS


menginginkan masyarakat desa suatu negara yang memiliki kandungan penghasil
bahan-bahan mentah untuk selalu memproduksi bahan-bahan mentah (The
Country of origin should be the state-producer of raw materials) melalui
Pengaturan tentang hak kekayaan intelektual (Haki). Haki mengharuskan negara
anggota mengadopsi atau mengubah hukum perlindungan kekayaan intelektual
(Haki). Bahkan tidak jarang AS selalu mengaitkan isu Haki dengan isu-isu hak
asasi manusia (HAM) dan demokrasi untuk melakukan kriminalisasi terhadap
negara agar mau didikte untuk mendapat utang dari AS.55 Secara tidak langsung
isu hak intelektual membuat Indonesia akan selalu mengikuti standar dari AS baik
berupa teknologi maupun modal.
Sebelum krisis 2008, negara berkembang seperti Indonesia acapkali
didikte oleh AS. Dalam Konsensus Washington, AS menekankan kepada negara
berkembang bahwa peran swasta yang maksimal tata kelola terbaik dalam menata
pembangunan. Paradigma konsensus washington beranggapan bahwa Preskripsi
seperti deregulasi fiskal, swastanisasi perusahaan negara yang termaktup dalam
konsensus washington dianggap sebagai kata kunci dalam pembangunan sosial.
Ketidaksengajaan dalam mekanisme pasar diasumsikan akan secara gradual
mendorong tatanan global yang dinamis yang tidak hanya dikuasai oleh
kepemimpinan tunggal yang dominatif. 56
Namun asumsi dalam konsensus Washington tentu bertentangan dengan
pasal 33 UUD 1945 karena negara dilemahkan kedaulatanya untuk mengatur
perekonomian sehingga swasta menjadi berkuasa. Padahal Joseph Stiglitz
54 Kenaikan Harga Karet Dunia dan Manfaatnya diakses dari
http://banking.blog.gunadarma.ac.id/peraturanBI/BOKSTRENKENAIKANHARGAKAR
ETDUNIADANMANFAATNYA.pdf, pada 2 September 2013. Pk. 11.12. WIB.
55AS bantah berencana batasi obat murah, dalam
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/449528-as-bantah-berencana-batasi-aksesobat-murah , pada 9 September 2013. Pk. 19.40. WIB.
56 Stiglitz, Joseph. Freefall. America, Free Market and the Sinking of Global Economy.
New York: Norton, 2009.
40

menggambarkan situasi perekonomian pasca runtuhnya sistem bretton-woods


dekade 1970an layaknya kapal yang berlayar ditengah ombak besar. Sebagaimana
analogi tersebut, maka pasar bebas ibarat sebuah ombak yang suatu saat bisa
mengalami guncangan yang begitu hebat tanpa dapat terprediksi karena tidak ada
peran negara yang mampu mengontrolnya. Seperti kita ketahui, dalam era pasca
Bretton Woods telah terjadi krisis besar sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1980
dan 1997. Akan tetapi, dua kejadian krisis sebelumnya tidak membuat negara
negara menyadari bahayanya dominasi swasta. Namun terdapat fenomena yang
berbeda ketika krisis kembali terulang pada tahun 2008.57 Krisis tersebut membuat
AS mulai memikirkan kembali pentingnya peran negara dalam menjaga kekayaan
alam sebagaimana amanah konstitusi 1945.
Sepanjang sejarahnya, struktur perekonomian global pasca runtuhnya
bretton-woods hingga sebelum terjadinya krisis 2008 sejatinya rawan terjadi
krisis. Rapuhnya kestabilan moneter AS pasca bretton-woods juga diungkapkan
oleh Susan Strange, dengan istilah unik, yaitu casino capitalism. Sistem finansial
yang bebas dianalogikan seperti halnya kita bermain casino yang penuh
ketidakpastian lantaran sistem moneter didasarkan atas mata uang mengambang
(floating exchange rate). Sistem mata uang mengambang ini memberikan
kedaulatan bagi spekulan untuk membeli mata uang, yang tentu saja akan
berdampak negatif bagi kestabilan moneter negara. Bahkan Casino capitalism
acapkali melestarikan sektor derivatif yang hanya mengejar pertumbuhan
ekonomi finansial non-riil, namun secara perlahan malah melemahkan
perekonomian yang produktif.58
Implikasinya, krisis finansial tahun 2008 akhirnya kembali menyadarkan
AS tentang perlunya kedaulatan negara. Berbeda dengan krisis tahun 1997 yang
tidak berimplikasi pada perubahan terhadap posisi negara dalam perekonomian
AS. Krisis yang dikenal karena ulah subprime mortage menjadikan pelajaran
reflektif AS yang perlahan mulai memikirkan kembali pendapat John Maynard
Keynes yang sempat ditinggalkan, tentang peran negara dalam day to day
management. Bahkan Joseph Stiglitz meyakini era washington consensus telah
57 Op cit Harvey , Hal.156.
58 Strange, Susan. Casino capitalism. London : Blackwell, 1997
41

jatuh dan digantikan oleh era post washington consensus yang justru banyak
mengadopsi nilai-nilai merkantilisme yang selama ini secara tidak langsung
merujuk pada kembalinya state led development sebagai paradigma kontemporer
dalam pembangunan internasional.
Krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008 dimotori dari gagalnya
pembayaran kredit perumahan. Sebagaimana yang telah diketahui minat atau
keinginan konsumsi dari masyarakat Amerika Serikat akan property perumahan
sangatlah tinggi. Oleh karena itu untuk memelihara permintaan perumahan agar
tetap tinggi, maka bank-bank di Amerika Serikat berlomba-lomba mengucurkan
kredit perumahan terutama bagi golongan berpenghasilan rendah. Kredit
perumahan di Amerika Serikat yang semula niatnya adalah mempermudah
masyarakat di Amerika mendapat kredit perumahan kenyataannya banyak sasaran
yang tidak tepat. Kredit diberikan kepada penduduk yang tidak layak mendapat
pembiayaan sehingga banyak yang tidak mampu menyelesaikan tanggungan
kredit yang dipinjam. Kemudian muncul dengan sebutan (subprime mortage) dan
ninja loan, yaitu pinjaman yang diberikan terhadap nasabah yang no income, no
job dan no asset. 59 Di sisi lain keguncangan perekonomian yang sama juga
dialami oleh Merryl Linch, Citigroup, AIG dan berbagai lembaga keuangan besar
lainnya.60 Kemudian merambah dan berimbas ke pelemahan sektor riil dengan
kebangkrutan berbagai perusahan besar di Amerika Serikat seperti General
Motors, Ford, dan Chrysler sehingga mengancam kelangsungan kerja ribuan
karyawannya.
Untuk mengatasi krisis, Amerika Serikat memfokuskan kebijakan luar
negerinya di kawasan Asia Pasifik yang memiliki potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Sehingga AS akan terus mendorong perdagangan bebas
59 Krisis Ekonomi Global dan Perekonomian Domestik, dalam
http://news.detik.com/read/2010/01/13/083906/1277194/10/krisis-ekonomi-global-dankondisi-perekonomian-domestik diakses pada 21 September 2013 pukul 10.09 WIB
60 Lehman merupakan bank investasi terbesar keempat di AS (setelah Goldman Sachs,
Morgan Stanley, dan Merrill Lynch), melakukan bisnis di bidang perbankan investasi,
ekuitas dan penjualan pendapatan tetap dan perdagangan (terutama AS sekuritas
Treasury) , penelitian, pengelolaan investasi, ekuitas swasta, dan perbankan swasta.
42

yang merupakan bagian dari paket liberalisasi ekonomi di Asia pasifik. Bahkan
setelah pertemuan APEC di Indonesia, semua pemimpin ekonomi negara APEC
sepakat untuk bekerja lebih keras lagi dalam mewujudkan Bogor Goals. Salah
satu poin Bogor Goals yang belum tercapai adalah mewujudkan liberalisasi
perdagangan dikalangan anggota APEC pada 2020. Kedua adalah APEC sepakat
mendukung dan meningkatkan perdagangan di dalam kawasan Asia Pasifik
melalui kerjasama multilateral seperti WTO. Terkait WTO para pemimpin APEC
sepakat untuk menyukseskan konferensi WTO di Bali, Indonesia pada Desember
2013. Skema APEC ditujukan untuk melayani kebutuhan ekonomi AS yang
sepertinya masih sedang mengalami krisis keuangan nasionalnya.
Kawasan Asia Pasifik kini menjadi kawasan yang paling dinamis dalam
hal pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dunia. Asia pasifik mewakili 55
persen pendapatan per kapita dunia dan kontribusi sebesar 45 persen perdagangan
barang dan jasa dunia. Dengan pertumbuhan yang pesat dan pasar yang besar,
tidak ada wilayah lain yang lebih vital dalam pengembangan perdagangan selain
Indonesia dan Asia Pasifik.61 Dengan beban keuangan negara dan tekanan
pengangguran yang sangat berat serta terbatasnya pilihan kebijakan untuk
menyelamatkan ekonomi, kerja sama Asia pasifik dipandang memiliki arti penting
bagi AS untuk merealisasikan sebuah kerjasama perdagangan bebas di kawasan
Asia Pasifik. APEC dipandang tidak hanya perluasan perdagangan bebas, tetapi
menjadi model kerjasama yang lebih luas. Hal tersebut tentu menjadi harapan
baru bagi AS untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan krisis yang
dihadapi. Mengembangkan ekspor yang sangat penting bagi pemulihan ekonomi
dan penciptaan lapangan pekerjaan di AS.
AS ingin meningkatkan kerjasama ekonomi dengan Indonesia yang dinilai
sebagai salah satu negara APEC dengan pertumbuhan ekonomi pesat. Data dari
Kementerian Perdagangan memperlihatkan total nilai perdagangan Amerika
Serikat dengan Indonesia, pada periode Januari-Maret 2013 sebesar 6.7 juta dolar
AS, atau meningkat sebesar 3,45 persen apabila dibandingkan dengan periode
61Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, buletin Direktorat Jenderal Kerjasama
Perdagangan Internasional edisi IV 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
43

yang sama tahun 2012, sebesar 6.49 juta dolar AS. Total perdagangan tersebut,
terdiri dari ekspor Indonesia pada periode Januari-Maret 2013 sebesar 4.7 juta
dolar AS. Sedangkan nilai impor Indonesia pada periode sama sebesar sekitar 1.9
juta dolar AS. Namun pada Okober tahun 2013, Keputusan bank sentral Amerika
Serikat Federal Reserve untuk menunda pengurangan stimulusnya melegakan
Indonesia. Rupiah dan pasar ekuitas yang sempat anjlok kini perlahan mulai
menguat seiring dengan meningkatnya kepercayaan bahwa krisis telah usai. Ini
berujung pada rendahnya investasi AS di luar sektor minyak dan gas. Padahal
Seperti kita ketahui, Hingga awal 1980-an, lebih dari 80% ekspor Indonesia ke AS
terkait dengan minyak dan gas. 62
Bersamaan dengan agenda KTT APEC 2013 di Bali Oktober 2013,
Indonesia dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian kerja sama berupa
pengembangan energi ramah lingkungan antara tiga perusahaan Indonesia dengan
tiga perusahaan AS. Perjanjian kerja sama antara Indonesia dan AS senilai USD
300 juta. Proyek pertama adalah kerjasama antara anak usaha produsen baterai
telekomunikasi asal AS Fluidic Energy, yaitu PT Fluidic Indonesia dengan PT
Indosat untuk memasok baterai Base Transceiver Station (BTS) Indosat.
Kerjasama kedua adalah kerjasama pembangunan perusahaan energi terbarukan
asal AS Ormat dengan PT Pacific Geoenergi untuk membangun Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi sebesar enam puluh Megawatt di Dompu, Nusa
Tenggara Barat senilai USD 250 juta yang diyakini akan mengurangi emisi
sebesar 500 ribu kali setiap tahun. Sedangkan proyek ketiga adalah proyek
pemasangan panel surya bertenaga 15 megawatt antara Sun Edison dengan PT
Angkasa Pura I (Persero) untuk mengalirkan listrik di beberapa bandara yaitu
Ngurah Rai (Bali), Sepinggan (Balikpapan), Juanda (Surabaya) dan Hasanuddin
(Makassar) Yang diperkirakan nilai satu panel surya mencapai USD45 juta. Selain
itu juga ada kerja sama geothermal, dan kerja sama power supply untuk industri
telekomunikasi Indonesia. Ini bukti jika AS memandang bahwa Indonesia
62 Dewa Wiguna,dalam http://www.antaranews.com/berita/399065/amerika-serikattingkatkan-kerja-sama-ekonomi-dengan-indonesia, diakses 2 Oktober 2013. Pk 14.17.
WIB
44

merupakan kendaraan terbaik untuk memajukan kepentingan ekonominya di


wilayah Asia Pasifik.
Tidak cukup dengan APEC, AS pada tahun 2008 juga bergabung dalam
Trans Pacific Partnership (TPP). Motivasi AS dalam TPP dilatarbelakangi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah krisis ekonomi tahun 2008.
Sedangkan faktor eksternal terkait dengan kebangkitan dan perkembangan Asia
pasifik yang beranjak menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia, menyaingi
Amerika Serikat. Konteks kebangkitan China dan India dan menurunnya kekuatan
relatif AS di berbagai belahan dunia, membuat AS mulai melirik kerjasama lintas
pasifik. Kepentingan AS dalam TPP adalah memulihkan perekonomian domestik
AS pasca krisis 2008. Skema TPP juga didasari gagasan untuk membendung
pengaruh dan ekspansi Cina di Asia Pasifik. Sekadar ilustrasi dalam kasus industri
Tekstil di Vietnam sebagian besar produksi memang berada dalam kendali Cina.63
Muncul kekhawatiran bahwa TPP akan menjadi rezim perdagangan yang sangat
rigid, menguntungkan AS, namun merugikan negara lain. Bahkan sejak resmi
bergabung, AS terlihat jelas mengimbangi China di kawasan Asia dari sisi
investasi, perdagangan, dan hak kekayaan intelektual selain keempat negara yakni
Australia, Peru, Vietnam, Meksiko dan Kanada.
World Health Organization (WHO) sebagai organisasi kesehatan sedunia,
telah mengingatkan bahwa penerapan sejumlah peraturan yang berada dalam
organisasi TPP pada perkembangannya akan menguntungkan perusahaanperusahaan besar AS terutama di bidang farmasi dan obat-obatan. Sehingga akan
memberi payung hukum bagi AS dalam memonopoli industri farmasi dan obatobatan dalam skema TPP. Sejumlah peraturan TPP difokuskan pada upaya
meningkatkan validitas periode hak paten dalam produk obat-obatan, dibukannya
akses terhadap produk obat-obatan baru di pasar, dan sekaligus menyingkirkan
semua produk obat-obatan yang dianggap tidak berlisensi yang di Indonesia
disebut Obat Generik. Permainan obat seperti ini akan berdampak pada beberapa
program USAID untuk kesehatan desa.
63http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?
lang=id&id=8703&type=99#.UmPZVHCl4
45

Dengan demikian, maka krisis 2008 tidak malah membuat AS berpuasa


dalam mencari sumber daya alam. Dengan beberapa utang yang masih belum
terbayar, maka AS justru akan semakin melakukan manuver untuk perdagangan
bebas seperti yang telah dijelaskan. Melihat potensi Sumber daya Alam dan
tenaga kerja murah, maka krisis yang terjadi tidak akan mengurangi relokasi
perusahaan multinasional AS ke Indonesia.

II.2 Kisah Klasik Desa Bagi Eropa


Sejenak kita teringat kembali oleh Gold Glory Gospel (3G) sebagai sebuah
trinitas dalam kolonialisme Eropa. Dalam buku pelajaran sejarah, 3G menjadi
sebuah rumus yang masih relevan dalam menganalisis latar belakang kedatangan
Eropa ke wilayah Nusantara. Diantara ketiga trinitas tersebut, yang menarik untuk
disoroti lebih seksama adalah terminologi gold, yang ternyata tidak selalu berarti
emas secara harfiah. Terdapat sesuatu dari negara jajahan yang bernilai langka
seperti halnya emas, namun tidak selalu diasosiasikan dengan logam emas. Emas
dalam konteks ini, dapat dikorelasikan dengan sumber daya alam sebagai bahan
baku (raw material) yang krusial peranannya bagi proses Industri. Terlebih lagi,
tidak bisa dipungkiri jikalau komoditas raw material, semakin hari menjadi
semakin mahal dan langka.

46

Ketika Glory dan Gospel telah menjadi kisah klasik, Gold masih menjadi
perhatian negara Eropa hingga kini. Terlebih lagi, ketersediaan bahan mentah
senantiasa dituntut untuk bersinergi dengan perkembangan industrilisasi yang kian
semakin cepat. Apalagi krisis energi menjadi isu yang mencuat seperti yang
tertuang dalam pertemuan G-20 di Seoul yang menggagas hadirnya pasar energi
yang berfungsi dengan baik transparan untuk pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
negara yang maju industrinya notabene tidak memiliki sumber daya alam yang
cukup memadai ketersediaanya untuk akselerasi industri. Oleh karena itulah,
hasrat ekspansi eropa kedalam wilayah yang kaya sumber daya alam tentunya
tidaklah berhenti pasca era kolonialisme.
Uni Eropa mulai menciptakan sebuah terobosan penting dalam beberapa
tahun terakhir. Salah satu prestasi terbaru yang dimunculkan adalah traktat
Lisabon yang disepakati tahun 2007. Dengan traktat Lisabon, Uni Eropa
mengalami transformasi berkaitan dengan karakteristik institusionalisasi dari Uni
Eropa sebagai sebuah organisasi regional. Kemunculan traktat lisabon tersebut
mengkonsolidasi Uni eropa sebagai sebuah kesatuan organisasional yang lebih
terintegrasi menjadi satu pilar, dari sebelumnya yang masih menggunakan tiga
pilar. Modal integrasi tersebut diasumsikan mampu meningkatkan bargaining
Eropa guna berkompetisi dalam konstelasi ekonomi politik internasional.
Traktat Lisabon perlu untuk mendapat perhatian karena Uni Eropa tengah
bermertamorfosa menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Apalagi Uni Eropa
merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan banyak negara negara maju.
Namun semakin besar sebuah institusi regional, maka beban yang diemban juga
semakin besar. Beban tersebut adalah masalah kesenjangan ekonomi yang dialami
oleh diantara negara Uni Eropa sendiri. Sebuah institusi yang besar tentunya harus
bertanggung jawab untuk melakukan distribusi ekonomi antar anggotanya.
Implikasinya, maka akselerasi industrilisasi menjadi perlu dan tentunya kebutuhan
akan bahan baku menjadi semakin mendesak.64
Sebuah rencana pencarian sumber daya alam perlu lantaran krisis
keuangan global yang mengakibatkan anjloknya indeks produksi industri negara
maju seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang. Tercatat pada bulan Juni 2008 pasca
64 Falahi, Ziyad. Raw Material Iitiative. Free Trede Watch July 2013.
47

krisis, indeks produksi industri AS mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar


0,06% dan mencapai titik terendahnya di bulan Desember 2008 sebesar 8,18%.
Sementara itu, pertumbuhan indeks produksi industri Uni Eropa masing-masing
mulai mengalami kontraksi pada bulan Agustus 2008 (4,74%) dan Mei 2008
(0,57%). Pertumbuhan indeks produksi industri Uni Eropa mencapai titik
terendahnya di bulan Desember 2008 yaitu sebesar 11,94%.65 Dampak lanjutan
krisis keuangan global mulai dirasakan di Indonesia dengan menurunnya harga
komoditi ekspor utama Indonesia seperti CPO, Karet, Minyak dan kertas di pasar
internasional. Kondisi yang kemudian diperparah dengan menurunnya nilai dan
volume ekspor khususnya untuk komoditi ekspor utama seperti minyak dan
produk pertanian mentah.
Oleh karenanya, Uni Eropa menginginkan pasokan Sumber daya alam
sebagai respon atas krisis 2008. Dalam dokumen terbaru An effective and
delivering raw materials policy, dapat diulas satu persatu bagaimana ebuah
rencana besar yang tertuang dalam raw material initiative (RMI). Berdasarkan
keterangan dari komisi Uni Eropa, tujuan dari raw material initiative bersifat
normatif lantaran sebagai sebuah kesatuan organisasional UE memerlukan
koordinasi dalam supply bahan baku. Seperti biasanya, sekalipun berada dalam
naungan komisi uni eropa, namun RMI sangat mengandalkan peran masing
masing negara, terutama negara industri maju. Selain itu dapat pula diketahui
negara mana saja yang terkait dengan sasaran manifesto dari RMI. Pada
hakikatnya, substansi dari Raw Materials Initiative sejatinya memiliki tiga tujuan,
diantaranya adalah Pertama, Penggunaan maksimal atas sumber daya alam
domestik termasuk melalui upaya survei atas potensi mineral Eropa. Kedua
Menginisiasi diplomasi bahan mentah dengan membangun hubungan saling
menguntungkan dengan negara dengan ketersediaan mineral yang belum
terjangkau oleh saingan global. Ketiga Mengadopsi teknologi yang ekonomis
dalam mengkonsumsi bahan baku, daur ulang dan berwawasan66
65 Gejolak tekanan eksternal serta melemahnya perekonomian Riau, dalam
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/5F029C05-3B8C-408D-B0B0
4C21B7679DDA/16564/boks1.pdf, diakses 2 September 2013. Pk. 12.14 WIB.
48

Dari tiga tujuan tersebut, ketentuan nomor dua perlu menjadi lampu kuning bagi
Indonesia.67 Data dari pemerintah Indonesia secara umum menunjukkan adanya
penurunan impor bahan mentah Uni eropa ke Indonesia setelah 2008. Salah satu
yang menjadi sebab adalah Uni eropa masih mengalami kesulitan ekonomi pasca
krisis 2008. Namun kita perlu memikirkan kembali kebenaran mengenai apakah
Uni Eropa yang sedang mengalami krisis benar-benar telah membatasi impor
bahan mentah. Apakah yang terjadi bukan malah sebaliknya, krisis dapat memicu
akselerasi Uni eropa untuk mengejar bahan mentah secara lebih masif. Terlebih
dari dokumen dapat ditinjau bagaimana Indonesia disebut sebagai salah satu
produsen karet dunia yang dirasa mampu memasok kebutuhan industri Eropa.
Currently, natural rubber production is located in SE Asia and sourced
from three countries Thailand, Indonesia & Malaysia, operating a Tripartite Consortium on NR, since 2004 the so-called International
Rubber Consortium (IRCO).68
Kutipan tersebut memberi catatan tambahan guna memperlihatkan
bahwasanya Indonesia merupakan salah satu target manifestasi RMI Eropa. Salah
satu dokumen memberikan penekanan bahwasanya Indonesia dan negara Asia
tenggara memiliki potensi yang cukup besar terutama bagi sektor karet yang kini
menjadi salah satu kebutuhan industri eropa pasca krisis 2008. Lebih Lanjut
Komisi Uni Eropa menyatakan mengenai bagaimana raw material insiative akan
diimplementasikan dengan beberapa langkah teknis, diantaranya adalah double
pricing, pembatasan ekspor dan pajak ekspor. Sesungguhnya tidak ada yang
spesifik saat berbicara mengenai sektor bahan mentah apa saja yang menjadi
66Does Europe Need its own Mineral resources policy, 3 April 2012, diakses dari
http://www.newworldresources.eu/en/media/open-mine/open-mine-01-2012/does-europeneed-its-own-mineral-resources-policy, diakses 3 Oktober 2013. Pk 19.50. WIB.
67 European Tyre and Rubber Association. An effective and delivering raw materials
policy: A cornerstone for industry competitiveness and the EU resource-efficiency targets,
3 Mei 2011.
68 European Tyre and Rubber Association. An effective and delivering raw materials
policy: A cornerstone for industry competitiveness and the EU resource-efficiency targets,
3 Mei 2011.
49

target RMI. Namun Terdapat beraneka konsentrasi sektor bahan mentah yang
menjadi incaran dari RMI, yakni, gas, kelapa sawit dan beberapa lainya
disebutkan dalam dokumen berikut.
These practices include double pricing, export restrictions and export
taxes on ethylene feedstock, gas, palm oil or key minerals such as
fluorspar, yellow phosphorous and rare earths,69

Implikasinya kekayaan alam desa yang diekspor harus mengikuti satandar


Eropa. Standarisasi akan membantu produk Eropa bersaing di pasar global,
sehingga akan tercipta sebuah produk dan jasa berkualitas, serta lulus uji
persyaratan dalam hal kesehatan, keselamatan, dan ramah lingkungan.70 Sebagai
pelopor perangkat industri berat yang canggih, Eropa banyak menyewakan
peralatan tersebut kepada beberapa negara industri di seluruh dunia. Hal ini agar
produksi mereka lebih efisien dan sesuai dengan standar yang berlaku. Dibawah
ini merupakan grafik yang menunjukkan nilai investasi peralatan milik Uni Eropa
dari tahun 2000 hingga pertengahan 2013.
Dengan kemajuan perindustrian di kawasan Uni Eropa, Bahkan di tengah
kondisi krisis ekonomi yang tengah terjadi sejak 2009 silam menunjukkan bahwa
secara perlahan kepercayaan perusahaan untuk berinvestasi pada perangkat
industri Eropa telah semakin membaik. Saat ini Uni Eropa tengah mempersiapkan
strategi perindustrian untuk meningkatkan perekonomiannya. Pada tahun 2012,
Komisi Eropa meluncurkan pembaruan Komunikasi Kebijakan Industri. Sebuah
target yang jelas dan ambisius ditetapkan yakni mengubah penurunan peran
industri Eropa dari sekitar enam belas persen dari PDB menjadi sebanyak dua
puluh persen pada tahun 2020. Untuk mencapai target ini Komisi Eropa akan
terlibat dalam kemitraan dengan negara-negara anggota dan industri untuk jauh

69 EU chemical trade group support push raw material acess, diakses dari
http://m.theindonesiatoday.com/news/eu-chemical-trade-group-supports-push-rawmaterials-access/, diakses 5 Mei 2013.
70 European Comission, European standards standardization policy, dalam
http://ec.europa.eu/enterprise/policies/european-standards/standardisation-policy/
50

meningkatkan upaya untuk meningkatkan penyerapan pasar teknologi manufaktur


maju dan menjadikan Eropa kompetitif dalam revolusi industri baru
Lalu apakah krisis membuat industri Eropa berhenti bereproduksi? Salah
satu bukti kelebihan produksi pangan negara Eropa dikemukakan Profesor
Liselotte Schafer-Elinder dalam British Medical Journal tahun 2005, yang
menyatakan akibat kelebihan pangan di negara-negara Eropa telah memicu
masalah kesehatan di seluruh dunia. Produksi makanan lebih dari kebutuhan
penduduk sehingga menyebabkan konsumsi yang berlebihan dan obesitas. Hal ini
juga merusak pertanian di negara berkembang, menghalangi pemberantasan
kelaparan dan kemiskinan.71 Selanjutnya sektor susu di Uni Eropa adalah sebuah
contoh bagaimana subsidi pertanian dapat menyebabkan efek kesehatan negatif di
Eropa maupun di negara-negara berkembang. Surplus susu diubah menjadi
produk storable (yang dapat disimpan) dan subsidi ekspor diberikan untuk
membuangnya ke negara berkembagg sekaligus merusak komoditas susu di
negara berkembang. Surplus mentega kemudian dijual dengan subsidi untuk
industri makanan, yang mengubahnya menjadi energi makanan padat seperti es
krim dan kue, memicu epidemi obesitas di negara-negara maju.
Semakin lama kegiatan menghasilkan pangan jatuh ke tangan perusahaan
perusahaan yang beroperasi lintas negara. Korporasi pangan menguasasi dari hulu
sampai dengan hilir, mulai dari produksi, distribusi hingga perdagangan pangan.
Bahkan harga pangan yang ditentukan oleh pasar sekunder atau pasar keuangan
derivatif yang mempertaruhkan komoditas pangan dan tidak ditentukan oleh
transaksi riel yang terjadi. Akibatnya nasib jutaan manusia ditentukan oleh
segelintir spekulan yang ada di pasar. Spekulasi pasar komoditi telah mendorong
harga pangan terus meningkat dan semakin tidak terjangkau.
Sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia semakin
kehilangan kontrol atas pangan. Pada saat yang sama tingkat kelaparan yang
sangat tinggi semakin bergantung pada sumber pangan impor. Hilangnya
kemadirian pangan negara-negara berkembang akibat dari kebijakan nasional
71Journal of Medical Sciences. Dalam http://www.newsmedical.net/news/2005/12/02/14804.aspx
51

yang memprioritaskan ekploitasi sumber daya alam dan bahan mentah untuk
kepentingan ekspor. Kebijakan pembangunan berbasis manufaktur telah
menyebabkan lahan-lahan pertanian digantikan dengan pertambangan dan
perkebunan yang menghasilkan komoditas ekspor. Pasar pangan dalam negeri
semakin dipenuhi oleh pangan impor yang berasal dari negara-negara maju yang
memang mengalami over kapasitas.
Jumlah pengangguran yang meningkat akibat banyaknya perusahaan lokal
di Eropa yang bangkrut membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus
bagi warga negaranya. Langkah yang diambil oleh pemerintah Eropa adalah
dengan mendukung program SME (Small and Medium Enterprise), atau yang
biasa disebut UKM (Unit Kegiatan Masyarakat) bagi perusahaan kecil dan
menengah. Fokusnya adalah untuk menciptakan banayk pengusaha mandiri yang
siap menjalankan bisnis mulai dari Small Business Act for Europe (SBA) bisnis
berskala kecil, yang akan didukung pemerintah hingga tingkat kawasan dan
kemudian siap bersaing di tingkat global. Di bawah ini adalah tabel tingkat
pengangguran di Eropa dan Uni Eropa yang akan menjalankan kebijakan SME
dari pemerintah.

Sumber : European Comission, 2013.

52

Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui meskipun perindustrian Uni


Eropa berada dalam situasi yang tidak baik karena krisis ekonomi. Akan tetapi
komisi Eropa masih terus berusaha melakukan inovasi dan pengembangan untuk
dapat mengembalikan kepercayaan para investor asing. Salah satu strategi
pemerintah adalah untuk menciptakan banyak pengusaha mandiri untuk
menciptakan bisnis menengah yang didukung agar dapat bersaing di pasar
global. Untuk itu dibutuhkan banyak tenaga kerja diluar Eropa agar dapat
menjalankan perusahaan-perusahaan yang baru. Dengan kemajuan industri yang
dimiliki Eropa, maka peluang untuk mendirikan perusahaan multinasional di
negara cabang seperti Indonesia akan sangat memungkingkan. Hal ini adalah
strategi untuk kembali memompa denyut perekonomian Uni Eropa.
Adanya syarat syarat berupa ecolabeling seolah
menunjukkan Eropa adalah komunitas peduli lingkungan. Namun
menurut kaum environmentalisme, pemanasan global sejatinya
justru merupakan akibat dari arogansi ide antrhoroposentrisme
yang selama ini menjadi visi Eropa pasca rennnaisssance.72
Environmentalisme berupaya memberi ide alternatif yang lebih
ekologis dengan menempatkan kekuasaan bumi diatas manusia,
bukan manusia diatas bumi sebagaimana filosofi pencerahan
Eropa. Sungguh paradoks, Uni Eropa senantiasa mendikte negara
berkembang untuk menjaga lingkungan, padahal sumber
kerusakan lingkunagn ternyata berasal dari mereka. Dengan
demikian ketika Indonesia memiliki niatan untuk melindungi
bumi sebagai ciptaan tuhan, maka Indonesia perlu untuk
menolak segala bentuk intervensi mengatasnamakan
perlindungan kekayaan alam demi lestarinya bumi Indonesia,
sebagaimana lagu koes plus. Termasuk didalamnya adalah FTA
yang ditawarkan CEPA.

72 Goodin..E. Green Political Theory. Cambridge : Polity Press, 1992.


53

Terdapat contoh kasus tentang bagaimana permainan


Eropa dalam isu pemanasan global. Seperti kita ketahui, global
warming bukanlah sekedar isu yang bersifat lalu lalang dalam
hubungan internasional, melainkan telah menjadi suatu wacana
politis. Bahkan isu global warming yang semakin mengemuka
melahirkan serangkaian konferensi internasional, seperti UNFCC
(united nation forest and climate change), dan protokol Kyoto.
Bahkan telah lahir beberapa kesepakatan, salah satunya adalah
melalui mekanisme CDM (Clean Development mechanism) yang
banyak diprakarsai oleh Eropa.
Namun ironinya, dengan fakta bahwa negara-negara Eropa sebenarnya
menikmati impor kayu dari negara berkembang meskipun kayu tersebut diperoleh
secara ilegal, maka sebenarnya pola CDM yang diusung oleh Protokol Kyoto
akan lebih menguntungkan UE. Dengan memberikan dana yang dipinjamkan
kepada negara berkembang untuk mengembalikan keadaan hutannya, mereka
telah mendapatkan CER dan dianggap berkontribusi menekan emisi akrbon.
Padahal, dibalik itu semua, mereka merupakan pengimpor terbesar kayu secara
ilegal. Apabila Uni Eropa dan negara-negara besar terus membeli kayu dari
Indonesia, maka mereka akan terus mendorong terjadinya penebangan kayu
secara besar-besaran yang kemudian berpotensi memunculkan penebangan ilegal
guna memperbesar keuntungan yang diterima para pengusaha dan kelas borjuis.73
Desa Indonesia dengan ketersediaan bahan mentah berupa CPO dan Karet
tentunya menjadi target bahan Mentah Eropa. Upaya antisipasi perlu untuk
senantiasa ditekankan guna melindungi kekayaan alam Indonesia setelah
menyimak raw material insiative. Raw material insiative merupakan sebuah
strategi terintegrasi Uni Eropa dalam mengamankan pasokan bahan mentah.
Sekalipun manifestasi dan implikasi nyata dari RMI masih belum sepenuhnya
dirasakan Indonesia, namun sinyal alarm perlu digaungkan secepatnya. Apalagi

73 Greenpeace Reports. 2004. Forest Crime: EU enlargement programme fuels the destruction of
Indonesias last rainforests. Greenpeace International : Amsterdam.

54

dari data yang ada menekankan secara eksplisit dan jelas bahwasanya Indonesia
dinyatakan sebagai salah satu target dari manifestasi RMI.
Dengan demikian potensi bahaya dari Eropa sperlu diantisipasi oleh
Indonesia untuk melindungi kekayaan alamnya. Apalagi status Indonesia yang
kini sedang menjajaki hubungan kemitraan strategis yang semakin intensif dengan
Uni Eropa melalui mekanisme CEPA. Secara logika, kondisi ini menunjukkan
adanya peluang yang bisa Indonesia manfaatkan. Yang pertama, Indonesia perlu
untuk meningkatkan bargaining perundingan ekonominya dengan mengajukan
syarat bagi masuknya perusahaan Eropa di Indonesia, terutama sektor karet.
Syarat yang bisa diajukan, semisal adalah asaz resiprokal bagi Eropa untuk tidak
mengkriminalisasi produk Indonesia dengan segala prasyarat sanitasi dan
ecolabeling yang sulit. Bahkan, perusahaan lokal serta beberapa BUMN
perkebunan dan kehutanan perlu untuk lebih berani berinvestasi di Eropa yang
sedang membutuhkan banyak produk kehutanan dan perkebunan. Dan yang tidak
bisa dilupakan, peran masyarakat sipil begitu penting guna mengawasi secara
lebih seksama implementasi dari RMI untuk keberlangsungan sumber daya alam
dan mineral di Indonesia.

II.3 Kebangkitan Negara Pro Desa


Di tengah kondisi krisis yang banyak dialami negara-negara maju seperti
kawasan Eropa dan Amerika Serikat, Cina tengah menjadi bahan pembicaraan
yang menarik. Cina hadir dengan kekuatan produk ekspornya yang diminati pasar
global ditengah kesulitan ekonomi negara industri maju. Bahkan Cina didukung
oleh peluang kerjasama perdagangan tunggal yang telah dilakukannya oleh
beberapa kawasan di seluruh dunia menjadikan produk Cina terserap dengan baik
mengalahkan kompetitor lainnya. Salah satu kerjasama yang menjadikan pasar
terbesar didunia adalah antara Cina dan ASEAN melalui ACFTA (Asean China

55

Free Trade Area). Negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia memiliki


potensi pasar luar biasa dengan jumlah populasi tinggi dan tingkat konsumsi
menengah. Hal tersebut menjadikan produk Cina dengan mudah dapat menguasai
pasar Indonesia.
Padahal, sekitar dekade 1990, Indonesia dan Cina masih bersaing dalam
mengekspor bahan mentah hasil sumber daya alam.74 Namun belakangan Cina
mulai beralih menjadi negara Industri baru (Newly Industrialized Countries) yang
mampu mengolah menjadi produk jadi dan setengah jadi. Untuk menjalankan
agenda kerjasama perekonomian antara dua pihak, keduanya telah meningkatkan
volume investasi dan perdagangan. Para pengusaha China banyak yang ingin
menanamkan modalnya di industri manufaktur Indonesia. Sebelumnya, investor
China banyak berinvestasi pada sektor pertambangan. Sebagai gambaran,
menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada kurun waktu 20072012 sektor pertambangan mencatat realisasi investasi 153,99 juta dollar AS dan
menjadi yang terbesar dari China.75
Cina menjadi pertanda kebangkitan negara yang mengandalkan peran
negara dalam menjaga kekayaan desanya. Sumber daya alam Cina antara lain
batubara, bijih besi, minyak bumi, gas alam, merkuri, timah, vanadium, magnetit,
aluminium, unsur tanah jarang, uranium, potensi tenaga air (terbesar dunia).
Dalam menilai kinerja keseluruhan China dalam menggunakan dan efisiensi
sumber daya, terdapat keadaan khusus untuk dipertimbangkan. Pertama, model
yang digunakan untuk pengembangan terbaru Cina telah sangat berorientasi
ekspor, sehingga porsi yang signifikan dari bahan "Konsumsi" dikaitkan ke Cina
sebenarnya digunakan untuk memproduksi barang untuk konsumsi akhir di negara
lain. Juga, tidak seperti banyak negara-negara industri lain, Cina masih memenuhi
sebagian besar permintaan untuk sumber daya alam dari ekstraksi domestik,
meskipun ketergantungan pada pasokan asing bijih logam dan beberapa bahan
74 Budy P. Resosudarmo. The Politics and Economics of Indonesias Natural
Resources p.71
75 Indo Textile.http://www.indotextiles.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=2733
56

bakar fosil meningkat dengan cepat. Ketergantungan tersebut relatif tinggi dengan
beberapa keuntungan penting, terutama dengan menganggap untuk menjamin
keamanan pasokan, tetapi juga telah menandai kelemahan.
Faktor yang paling penting mendasari agresifitas Cina untuk mengincar
sumber daya alam adalah kepadatan penduduk Cina di wilayah domestik.76 Selain
pertambangan, sektor lain yang menjadi sasaran investasi Ciina adalah makanan
dan minuman, logam, mesin, dan elektronik. Pengalihan ke industri manufaktur
dengan salah satunya di sektor tekstil karena di Cina pelaku industri tekstil
mendapat tantangan yang hebat mengenai harga produk kompetitif dan biaya
produksi. Pengusaha Cina melihat upah buruh di Indonesia dan kawasan, lebih
kompetitif dibanding di Cina dan itu menjadi salah satu potensi investasi. Selain
itu, potensi pasar yang besar di Indonesia dan kawasan dengan total pangsa pasar
enam ratus juta jiwa menjadi salah satu daya tarik lain. Sepak terjang Cina
mengindikasikan lampu kuning bagi desa Indonesia. Pengusaha-pengusaha Cina
tertarik investasi di sektor tekstil melalui pendirian pabrik dengan penawaran
nilai investasi sebesar 150 juta dollar AS. Selain sektor manufaktur, pengusaha
China juga banyak yang mengincar investasi di sektor pertanian dan peternakan.
Dubes Cina untuk Indonesia Liu Jiancha mengatakan sektor manufaktur,
khususnya di tekstil akan menjadi sasaran investor China ke Indonesia dalam dua
hingga lima tahun kedepan.77 Nilai investasi China ke Indonesia melonjak pada
2012 dengan total 141 juta dolar AS dari sekitar 128 juta dolar AS pada 2011. Saat
ini, realisasi investasi China ke Indonesia pada triwulan pertama tahun 2013
tercatat sebesar 60,2 juta dolar AS dengan 99 proyek.Tidak hanya proyek
Investasi, kerjasama perdagangan ekspor dan impor yang dilakukan Indonesia
dengan Cina mencapai angka signifikan pada tahun 2012.
Tabel 2.3. Ekspor Impor Cina pada tahun 2012 78
76 James West, Heinz Schandl, Sonja Heyenga dan Shaofeng Chen. Resource
Efficiency: Economic and Outlook for Chinadalam:
http://www.unep.org/pdf/China_Resource_Efficiency_in_English_2013.pdf hlm 2
77 http://europe.chinadaily.com.cn/business/2013-04/01/content_16365934.htm
78 http://comtrade.un.org/db/ce/ceSnapshot.aspx?px=H4&cc=TOTAL
57

Berdasarkan tabel dan diagram diatas terlihat bahwa China menempati


tempat kedua setelah Amerika Serikat dalam volume impor yang diterima
Indonesia. Sedangkan statistik volume ekspor Indonesia menempati posisi
pertama dengan total lebih dari dua triliun dolar. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa Cina memiliki pengaruh yang signifikan dalam menggerakkan transaksi
perdagangan Indonesia. Selain itu, diketahui pada tahun 2009 Cina banyak
mengincar sumber daya alam Indonesia mulai dari batu bara, minyak dan gas
alam. Beberapa perusahaan Cina seperti PetroChina, Sinopec, Sinosteel,
Mimmetals, dan China Investment Corp (CIC) berupaya secara agresif mengambil
alih kerja sama joint venture dengan sumber invesmen perbankan yang
mengetahui dan memberi saran mengenai perusahaan.
Target yang ingin dicapai oleh para investor Cina termasuk proyek LNG
(minyak mentah), blok perminyakan yang telah dimiliki oleh perusahaan asing,
serta tambang batu bara dengan beberapa kesepakatan bernilai lebih dari 1 triliun
USD.79 Meskipun begitu, kesepakatan tersebut belum menemukan titik temu yang
79 Mining Finance Investment, dalam
http://www.mineweb.com/mineweb/content/en/mineweb-mining-finance-investment-old?
58

pasti berkaitan dengan kondisi ekonomi dan politik di Indonesia. Adanya


keinginan Indonesia untuk melindungi kekayaan alam dalam negerimenjadi opsi
yang membebaskan keinginan Cina dari proyek tersebut. Akan tetapi kebutuhan
Cina akan batu bara sangatlah tinggi, saat ini Cina merupakan konsumen batu bara
terbesar di dunia dengan 3,219 Mt akan terus meningkat. Batubara merupakan
kebutuhan utama Cina dalam menjalankan kekuatan ekonominya dan hampir 80%
daya listrik di jalankan oleh Cina dari pembakaran Batubara.80
Superioritas Cina perlu sikapi Indonesia secara lebih prudent. Sebagai
implikasi krisis 2008, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa untuk pertama
kalinya, China menyalip Amerika Serikat (AS) dan Uni eropa sebagai negara
tujuan ekspor produk-produk non-migas dari Indonesia. Pada Agustus 2012, nilai
ekspor bahan baku non migas ke China mencapai US$1,24 miliar atau lebih tinggi
dibanding ke AS sebesar US$1,14 miliar. Namun, hingga kini, negara tujuan
utama ekspor non migas Indonesia masih didominasi Jepang dengan nilai
transaksi US$1,38 miliar. Sementara itu, total ekspor nonmigas Indonesia
sepanjang Agustus 2010 sebesar US$ 10,6 miliar.81 Dengan demikian maka wajar
jika neraca Perdagangan Indonesia akhirnya terus defisit oleh gempuran produk
Cina setelah ACFTA.
Cina dengan peran BUMN yang sangat besar kini muncul sebagai
kekuatan ekonomi baru tentu menjadi contoh yang menarik. Secara artifisial
Kebijakan Cina terlihat bertolak belakang dari Amerika Serikat yang menekankan
perlunya untuk menghindari campur tangan negara dalam ekonomi. Namun, Cina
sejatinya juga harus berterima kasih pada free market yang digagas Oleh karena
itu, Cina merupakan model negara yang unik, yakni proteksionis kedalam negeri
namun menganut liberalisme keluar negeri. Namun, peranan negara yang sangat
oid=98756&sn=Detail, diakses 2 September 201. Pk 15.13.
80 Perpetual target Indonesian Coal With IPO , dalam
http://www.proactiveinvestors.com.au/companies/news/35225/perpetual-resourcestargets-indonesian-coal-with-ipo-35225.html, diakses 2 September 2013. PK. 21.15.
81 Krisis naikkan harga bahan baku Property dalam
http://m.inilah.com/read/detail/54293/krisis-naikkan-bahan-baku-properti , diakses 11
September 2013. Pk 22.25.
59

besar dalam ekonomi domestik membuat Cina terjebak dalam problem distribusi
kesejahteraan dari negara ke rakyat. Hal tersebut mendorong perdana menteri
Cina Wen Jiabao pada tahun 2010 menekankan pentingnya paradoxal option.82
Solusi paradoxal option menawarkan untuk menggeser investment driven yang
selama ini berada dalam tataran produksi menuju pada consumption driven
sebagai upaya untuk mempertahankan pertumbuhan tinggi Cina yang ternyata
rawan inflasi. Urgensi daripada consumption driven selain diperuntukkan untuk
menekan inflasi, juga sekaligus meningkatkan sirkulasi perekonomian domestik.
Namun solusi paradoxal option yang dikemukakan Wen Jiabao ini memiliki
konsekuensi jangka panjang. Yang perlu untuk dipertimbangkan Cina adalah
masalah distribusi pendapatan, sampai kapan buruh Cina mau dibayar murah?.
Pertanyaan besarnya adalah bagaimana meningkatkan konsumsi domestik
tanpa meningkatkan pendapatan buruh Cina. Sebaliknya, sulit bagi Cina digdaya
menaklukkan pasar Internasional jika buruhnya dibayar mahal. Maka dari itu,
paradoxal option sejatinya memang benar-benar paradoks. Belum lagi konflik
sosial yang marak akhir-akhir ini di China, terutama di provinsi pinggiran menjadi
pekerjaan rumah yang harus segera diatasi.83 Lebih dari itu, kepercayaan untuk
investasi asing di China terancam mehgalami penurunan karena ketidakpastian
keamanan investasi akibat konflik. Padahal China menurut Guoguang Wu adalah
negara yang masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap investasi asing,
sekalipun China memiliki cadangan devisa terbesar di dunia.
Dilatarbelakangi kendala ekonomi domestik tersebut, maka Indonesia
menjadi target untuk ekspansi produk Cina. Wajar jika kemudian CAFTA menjadi
ancaman bagi negara selatan lain yang sudah dapat dirasakan oleh beberapa
negara konsumer, tak terkecuali Indonesia. Meskipun Cina masih tergolong
negara selatan, tetapi ekspansi produk Cina akan mendorong capital outflow dari
Indonesia. Semisal Batik Indonesia yang otomatis terpukul dengan membanjirnya
batik produk China yang memiliki kualilas lebih baik dengan harga lebih murah.
82 Guoguang Wu. China 2010: Dilemmas of Scientific development, Journal Asian
Survey, Vol.51. No.1, Januari-Februari 2011, Hal. 19- 22
83 Hayek, F.A. The Road of Serfdom. Chicago University Press, 1944.
60

Bahkan perajin batik Indonesia sudah diboyong ke China untuk membantu


desainnya. Sehingga Motifnya dari Indonesia, tetapi diproduksi di China. Bahkan
seiring dengan membanjirnya produk China secara tak langsung membuat
kecintaan terhadap produk dalam negeri melemah. Implikasinya, Indonesia dalam
CAFTA hanya berperan mengekspor bahan baku dan sumber daya alam ke Cina.
Tak pelak, kemudian neraca perdagangan Indonesia terhadap Cina mengalami
defisit. Contoh CAFTA mengindikasikan bahwa kerjasama sesama selatan
tersebut berpretensi memunculkan exchange value diantara sesama negara selatan
yang didorong oleh hasrat surplus value yang kini menjadi faktor pendorong
proses menuju Negara Industri baru (NICs).
Kebangkitan Cina menjadi arketipe yang ditiru oleh negara BRIC (Brazil,
Russia, India, Cina). Istilah BRIC berawal dari ekonom Jim O'Neill, seorang
analis dari kelompok Goldman Sachs, yang menulis laporan berjudul Building
Better Global Economic BRICs dari Kementerian Luar Negeri Brazil.84 Ide ini
berawal dari pengamatan terhadap empat negara berkembang terbesar di dunia,
yakni Brasil, Rusia India dan Cina. Pada tahun 2003 laporan lain dari kelompok
Goldman Sachs menunjukkan bahwa dalam lima puluh tahun ke depan produk
domestik bruto gabungan negara-negara BRIC akan melampaui produk domestik
bruto gabungan dari negara G-6 (Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Prancis,
Jerman dan Italia). Saat ini, Brasil, Rusia, India dan Cina telah mewakili sekitar
40% dari perluasan Produk Domestik Bruto global, menurut laporan dari Pusat
BricsPolicy (2011).
Sulit dipungkiri, dinamika yang terjadi belakangan menunjukkan semakin
meningkatnya kapasitas BRIC. Dimulai dengan peningkatan PDB (Produk
Domestik Bruto) lebih dari 10% dan 4% perdagangan dunia pada tahun 1990.
Kini BRICS memenuhi sekitar 25% dari PDB dunia dan 15% perdagangan dunia.
Peningkatan PDB menyiratkan bahwa ukuran ekonomi BRIC dalam hal saham di
PDB dunia telah meningkat sebesar 150%. Dalam dua dasawarsa terakhir, seluruh
anggota negara BRICS sekarang merupakan anggota dari institusi multilateral
seperti WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), G-20, dan UN Framework
84 Diulas dari situs http://www.itamaraty.gov.br/temas/mecanismos-interregionais/agrupamento-brics, diakses 2 Oktober 2013. Pk 23.45.
61

Convention on Climate Change (UNFCC). Indikator lainnya seperti tren keluar


masuk Investasi langsung asing (FDI), perdagangan terbuka, berjalannya necara
transaksi, dan cadangan devisa. Salah satu contoh mengapa BRICS begitu
penting bagi perekonomian dunia dapat terlihat dari partisipasinya dalam
pertemuan G-20 di Los Cabos Mexico dengan memberikan bantuan sebesar $75
miliar untuk mencegah dampak Krisis Eropa.
Argumentasi utama mengapa BRIC akan diprediksi menjadi kekuatan ekonomi
yang dominan adalah tingkat pertumbuhan rata-rata dalam lima tahun terakhir
mencapai kurang lebih 7% per tahun walaupun keempat negara ini hanya
melingkupi 42% populasi dunia dan secara rata-rata hanya meliputi 26% dari
PDB dunia. Tidak heran jika BRIC akan menjadi pelopor bagi perkembangan
perekonomian dunia yang memiliki tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan.
Selain itu pertumbuhan pasar saham di BRIC juga menyentuh presentase yang
fenomenal. Persentase pertumbuhan indeks harga saham gabungan di Brazil
mencapai 369%, India 499%, Rusia 630%, dan Cina 201%.85 Beberapa tonggak
terpenting yang dicapai adalah bergabungnya Cina dengan Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001 Setelah itu, pada tahun 2007 China
bahkan menyalip Jerman sebagai negara terbesar ketiga. Kemudian Brasil
bergabung dengan China dan negara-negara Teluk Persia dengan menjadi kreditur
global untuk pertama kalinya, sekaligus menginvestasikan kekayaan negara pada
tahun 2008.
Negara-negara BRICS memperoleh kekuatan dari kemampuan pemerintah
dalam mengelola potensi desa sehingga menjadi daya tarik yang kuat dari luar
negeri investasi langsung (FDI). BRIC adalah tujuan pilihan investasi asing
langsung, (FDI), dengan peningkatan 21% dari arus masuk pada tahun 2011. Kita
dapat membagi kelompok BRIC menjadi dua bagian. Pertama, China dan India,
yang pasar modalnya relatif tertutup dan dikendalikan negara, diikuti oleh Brasil,
Rusia dan Afrika Selatan dengan ekonomi berbasis sumber daya terbuka untuk
perdagangan luar negeri dan arus modal dan dengan pasar modal dikendalikan
oleh sektor swasta dan publik.86 Seperti dalam kasus saham mereka dalam GDP
dunia, pangsa BRIC dalam perdagangan dunia juga telah meningkat secara
85 Goldman Sach Global Economy Group, BRICs and Beyond, Laporan tahun 2007.
62

signifikan selama dua dekade terakhir, dari 3,6% menjadi lebih dari 15%. China,
yang pembagiannya meningkat dari 2% menjadi lebih dari 9%.87 Hal ini, juga
didukung oleh negara-negara BRIC lainnya yang berkontribusi. Saham mereka
juga meningkat, dengan pangsa Brasil meningkat dari 0,8% menjadi 1,2%; Rusia
dari 1,5% menjadi 2,3%, dan India dari 0,5% menjadi 1,8%. 88 Berikut merupakan
deskripsi mengenai nilai investasi dari negara maju ke negara BRIC

Terbukti, bagaimana strategi Brasil yang mengandalkan ekspor terbesar di


sektor pertanian. Namun Brasil juga cukup cermat melihat peluang pasar bebas
untuk mengekspor hasil olahan pertanian. Brasil tertarik pada industrialisasi untuk
mempromosikan industri manufakturnya.89 Pasar domestik Brasil yang besar dan
pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadikannya tetap menjadi tujuan investasi
86 Vanessa da Costa Val Munhoz, Vanessa de Paula Pereira and Larissa Naves de Deus
Dynamics of Financial Flows in BRICS Countries:An Analysis of the Period 2000
2010. Makalah didownload dari situs: www.tnc-online.net/pic/20130711080327929.pdf
hal.429.
87 Suresh P. Singh & Memory Dube. BRICS and the World Order: A Beginners
Guide Hal 9-10
88 Goldman Sach, Ibid.
89 Draper P, BRICS Summit 2012: Inching towards a BRICS Trade and Investment Agenda,
SAIIA, 16 March 2012, http://www.saiia.org.za/feature/brics-summit-2012-inching-towards-abrics-trade-and-investment-agenda.html.

63

yang menarik. Beberapa sumber daya alam yang dimiliki Brazil antara lain
Bauksit, emas, bijih besi, mangan, nikel, fosfat, platinum, timah, unsur tanah
jarang, uranium, minyak bumi, tenaga air dan kayu (Sumber: CIA World
Factbook). Dengan iklim pertanian yang ideal, Brasil meningkatkan perdagangan
ekspor yang baik dalam kopi, gula, kacang kedelai, tekstil dan peralatan listrik.
Negara ini kaya etanol, bijih, besi, batu permata, baja dan minyak. Penemuan
terbaru dari sumber minyak yang berpotensi menyimpan lebih dari sembilan
miliar barel minyak membantu untuk mengkonfirmasi Brasil sebagai perbatasan
eksplorasi minyak baru yang besar. Bahan bakar hijau, seperti bio-diesel dan
ethanol yang terbuat dari tebu, merupakan industri yang berkembang di mana
Brasil diperkirakan akan menjadi pemimpin besar di pasar dunia.90 Merujuk pada
beberapa negara Amerika Selatan seperti Venezuela dan Bolivia yang diasumsikan
berhasil mengembalikan lagi semangat yang sempat terbengkalai. Dalam skala
regional, refleksi kerjasama ini dicontohkan oleh kehadiran Mercosur, ALBA, dan
Bank Selatan.91
Selain itu terdapat India yang konsisten dengan perlindungan kekayaan alamnya.
Sumber daya alam India antara lain batubara (cadangan terbesar keempat di
dunia), bijih besi, mangan, mika, bauksit, unsur tanah jarang, titanium bijih,
kromit, gas alam, berlian, minyak bumi, batu kapur, tanah yang subur (CIA
Worldfact book). Meskipun India memiliki berbagai macam mineral dan sumber
daya alam lainnya, kekayaan per kapita sumber daya kritis seperti tanah yang bisa
diolah, air, kayu, dan cadangan minyak bumi yang dikenal relatif rendah. Namun
demikian, keragaman sumber daya, terutama mineral, melebihi semua tapi
beberapa negara dapat memberikan India keuntungan yang berbeda dalam
pengembangan industrinya. Mineral dalam negeri yang ada merupakan fondasi
penting bagi industri manufaktur diversifikasi India, serta sebagai sumber

90 http://www.landcorpinternational.com/invest-in-brazil/about-brazil/
91 James, Jeffrey, Globalization and Consumption, London: Blackwell, 2000. hal 123187.
64

pendapatan ekspor sederhana. Pemerintah India banyak melakukan nasionalisasi


terhadap perusahaan asing.92
Kendala utama hubungan perdagangan Indonesia dengans esama negara
berkembang Asia dan Amerika latin adalah produk nasional yang belum dikenal
oleh pasar. Selain itu, letak geografis yang berjauhan juga telah memicu
timbulnya masalah di bidang pengangkutan, sistem pembayaran, dan dukungan
keuangan. Faktor penghambat utama dari intensitas lainya adalah homogenitas
komoditas sehingga hubungan kerjasama tidak komplementer. Faktor lainya
adalah jarak yang terlalu jauh menyebabkan biaya angkut dan infrastruktur akan
mempengaruhi harga. Hal tersebut juga berimplikasi pada hubungan kerjasama
yang tidak bersifat langgeng, apalagi sampai terinstitusionalisasi. Tujuan umum
dari pendirian BRIC adalah membangun suatu sistem internasional yang
didasarkan pada aturan hukum dan diplomasi multilateral. Fokus langsungnya
adalah untuk meringankan beban kenaikan harga pangan global.
Meskipun begitu, masih banyak permasalahan yang timbul dari kelompok
BRIC sendiri. Aspek aspek seperti infrastruktur yang memadai, lemahnya
institusionalisasi, dan lemahnya identitas kebersamaan, serta rentannya
keterkatian lingkungan perdagangan dan investasi antar negara-negara BRICS,
serta perbedaan kelompok tentang nilai ekonomi, struktur politik, dan kepentingan
geopolitik. Apabila masalah tersebut tidak diselesaikan dengan cepat, maka dapat
menjadi tantangan serius untuk mencapai apa yang telah diramalkan. Implikasinya
putaran WTO Doha yang hingga kini urung terselesaikan dengan baik. Setidaknya
akan terdapat beberapa kerugian yang harus diterima Indonesia jika tidak segera
menyelesaikan putaran Doha. Indonesia dengan mudahnya menyetujui komitmen
negara utara agar menyepakati agenda special product pertanian Terutama terkait
dengan masalah hak paten terhadap produk pertanian. Negosiasi-negosiasi yang
dihasilkan dalam forum bilateral akan menjadi tidak menguntungkan negara
agraris seperti Indonesia.
Belajar dari kemandirian Cina, India dan Brazil akan membuat Indonesia
tidak selalu tergantung dengan utang dari lembaga keuangan dan negara maju.
92 http://global.britannica.com/EBchecked/topic/285248/India/46411/Resources-andpower
65

Dengan kata lain selama ini Indonesia hanya menjadikan negara seperti Cina
India, dan Brazil sebagai partner smpingan. Padahal peran Indonesia semakin
strategis dalam penguatan kerjasama sesama negara berkembang. Indonesia
berpartisipasi aktif pada forum Bogota High Level Event on South-South
Cooperation and Capacity Development (Bogota HLE) pada bulan Maret 2010.
Indonesia juga berperan dalam Task Team on South-South Cooperation (TT-SSC)
sebagai salah satu dari lima belas anggota Steering Committee yang pertemuan
pertamanya dilaksanakan bersamaan dengan United Nations Development
Cooperation Forum (UN-DCF).93
Kebangkitan kekuatan lama Asia dan Amerika Latin memberikan
pelajaran kepada Indonesia bahwa Negara yang mampu menjaga desanya
merupakan negara yang mampu bersaing dalam pasar global Negara yang
menjaga sumber daya alam desa bukan berarti negara tersebut anti dengan
investasi asing (foreign direct investment/FDI), namun negara seperti Cina dan
India mampu memanfaatkan FDI dengan tetap fokus menjaga aset aset strategis
untuk dikuasai oleh negara. Sekali lagi, Kebangkitan Cina, India dan Amerika
Latin memberikan pelajaran kepada Indonesia bahwa Negara yang mampu
mengelola sumber daya alamnya merupakan negara yang mampu bersaing dalam
pasar global..

II.4 Desa Sebagai Nasabah Bank Dunia


Bank Dunia (World Bank) atau sebelumnya bernama IBRD (International
Bank for Reconstruction dan Development) dibentuk tahun 1944 sebagai hasil
Konferensi Bretton Woods yang berlangsung di Amerika Serikat. Tujuan awal dari
dibentuknya Bank Dunia adalah untuk mengatur keuangan dunia pasca perang
dunia kedua dan membantu korban perang untuk membangun kembali
93 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional , Pengembangan Kerjasama
Selatan-Selatan diakses dalam <http://www.bappenas.go.id/node/116/2709/seminarnasional-pengembangan-kerja-sama-selatan-selatan/>, pada 6 Maret 2012.
66

perekonomiannya. Basis keuangan Bank Dunia adalah modal yang diinvestasikan


oleh negara anggota bank dunia yang berjumlah 186 negara. Lima pemegang
saham terbesar di Bank Dunia adalah AS, Perancis, Jerman, Inggris, dan Jepang.
Kelima negara tersebut berhak menempatkan masing-masing satu Direktur
Eksekutif dan merekalah yang akan memilih Presiden Bank Dunia
Bank Dunia aktif berperan dalam serangkaian proyek di Indonesia sejak
1967. Kebijakan politik pemerintahan Presiden Soekarno yang mendekat ke blok
Uni Soviet menyulitkan Bank Dunia yang memiliki paham berseberangan untuk
mengambil peran lebih banyak bagi Indonesia. Oleh karena itu, Bank Dunia baru
mulai berperan sebagai lembaga pemberi pinjaman bagi Indonesia pada saat awal
masa pemerintahan Presiden Soeharto. Namun sebelum memberikan pinjaman,
Bank Dunia menjajaki Indonesia dengan memberikan bantuan teknis untuk
identifikasi kebijakan makroekonomi, kebijakan sektoral yang diperlukan, dan
kebutuhan pendanaan yang kritis. Pinjaman tersebut telah digunakan pemerintah
Indonesia untuk mendukung pengembangan energi, industri, dan pertanian.
Sementara yang sektor yang paling mendominasi selama 20 tahun pertama yakni
infrastruktur yang pemberiannya kepada masyarakat miskin.94
Pada Periode awal pinjaman, dana pinjaman dari Bank Dunia digunakan
untuk pembangunan di bidang pertanian, perhubungan, perindustrian, tenaga
listrik, dan pembangunan sosial. Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia berhasil
menunjukkan performa ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata pertumbuhan
ekonomi sebesar tujuh persen per tahun, jauh lebih besar dari rata-rata
pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang lain. Di masa-masa awal pemberian
pinjaman, Indonesia masih dianggap sebagai negara yang memiliki nilai credit
worthiness yang rendah. Oleh karena itu, pinjaman yang diberikan oleh Bank
Dunia pada saat itu menggunakan skema IDA atau pinjaman tanpa bunga, kecuali
administrative fee persen per tahun dan jangka waktu pembayaran 35 tahun

94 Rizal Ramli, Membangun dengan Lilitan Utang, sebagaimana diberitakan dalam


http://www.news.id.finroll.com/articles/75304-membangun-bangsa-dengan-lilitanhutang-(2)-oleh-yudhi-mahatma.html diakses pada 13 February 2011, Pk 22.00.
67

dengan masa tenggang sepuluh tahun. Dana pinjaman pertama yang diberikan
kepada Indonesia adalah sebesar lima juta dolar AS pada September 1968.95
Oleh karena itu, sejak dekade 1970-an Indonesia sudah mulai dianggap
sebagai negara yang terpercaya untuk memperoleh pinjaman Bank Dunia yang
konvensional atau dengan menggunakan skema IBRD. Berbeda dari periode
sebelumnya, pada dekade 80-an, pinjaman uang Bank Dunia terlihat lebih terarah
pada masalah deregulasi sektor keuangan, selain masih tetap digunakan bagi
pengembangan sektor-sektor sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Selanjutnya pada awal dekade 90-an hingga sebelum krisis moneter tahun 1997,
Indonesia menunjukkan performa ekonomi yang baik.
Namun sistem pemerintahan orde baru yang terpusat menyebabkan dana
pembangunan yang berasal dari hutang luar negeri tidak sampai ke masyarakat
desa. Oleh karenanya, bank dunia menyarankan dana alokasi yang secara
langsung bisa dimanfaatkan masyarakat desa. Untuk itu, pemerintah mempercepat
Implementasi otonomi daerah yang kemudian didukung oleh program PNPM
Mandiri Perdesaan yang kini sedang ngetop. Sejatinya PNPM merupakan bagian
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010 - 2014 sesuai
dengan Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang Prioritas Pembangunan Nasional.
RPJM diberikan melalui tiga 'cluster', salah satunya PNPM Mandiri Perdesaan
yang terus dilakukan penyempurnaan melalui evaluasi kebutuhan yang belum
tercapai. Sejumlah program diberikan pembinaan dengan menerapkan strategi
berkelanjutan, sehingga pembangunan di daerah dapat terwujud dengan penguatan
program-program PNPM Mandiri Perdesaan.
Selain program PNPM mandiri daerah tertinggal, terdapat pula program
PNPM Generasi. Program PNPM Generasi adalah sebuah program inovatif
dengan menggunakan dana hibah insentif untuk menargetkan tiga tujuan
pembangunan milenium di Indonesia untuk masalah kesehatan ibu dan anak serta
pendidikan dasar universal. PNPM Generasi dibangun pada Program Nasional
95 Hutagalung, Jannes. 2009. Peran Bank Dunia dan IMF dalam Perekonomian
Indonesia Dulu dan Sekarang. Di dalam: Abimanyu, A. dan A. Megantara. 2009. Era Baru
Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. PT Kompas Media Nusantara,
Jakarta
68

Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan (PNPM-Perdesaan) dan saat ini aktif di


delapan provinsi, 290 kecamatan, dan 2.892 desa.96 Pembangunan lainnya yang
juga menggunakan hutang dari luar negeri melalui program PNPM mandiri
adalah, pembangunan atau rehabilitasi 557 drainase, lalu kemidian pembangunan
151 sistem irigasi pembangunan 3.790 unit penyaluran air bersih. Anggran juga di
serap untuk sektor pendidikan, seperti pembangunan dan renovasi 653 sekolah;
penyediaan 1.467 bahan perlengkapan sekolah, 18.722 beasiswa pendidikan
individual. Di sektor kesehatan, pembangunan fisik merupakan yang utama. Kita
dapat melihat dari report yang publis oleh Bank Dunia Indonesia yang mencatat
terdapat pembangunan dan renovasi 352 pos kesehatan dan puskesmas di desa.
Selain itu, penyalahgunaan aggaran yang persentasinya mencapai 86,34% atau
sebesar Rp 6,6 milyar juga menjadi fokus dari program ini untuk dipulihkan
kembali. Pembangunan lainnya adalah 44% sub proyek mendukung perbaikan
penyediaan layanan dasar. 97 Partisipasi belasan juta masyarakat desa Indonesia
meliputi seluruh tahapan program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
pengawasan hingga pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. I
Pemerintah mencatat akumulasi aset atau kapital abadi masyarakat yang
diperoleh dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan mencapai Rp 8,4 triliun sejak program tersebut dibentuk pada 2007
hingga akhir 2012. Jumlah kelompok yang mengelola dana tersebut sebanyak
683.789 kelompok dengan perhitungan rata-rata terdapat 15 orang anggota per
kelompok, sehingga lebih dari sepuluh juta keluarga terlayani program. Dari hasil
evaluasi yang dilakukan Ditjen PMD Kemdagri, program PNPM Mandiri
Perdesaan telah melakukan pembangunan 91.440 kilometer jalan perdesaan,
15.500 kilometer sarana irigasi desa dan 4.584 unit pasar desa Selain itu juga
2.085 unit pembangkit listrik desa (mikrohido dan diesel), 48.571 unit prasarana
air bersih desa, 11.778 unit polindes/ poskesdes serta 27.968 unit sekolah PAUD,
SD/ Madrasah dan SMP/ Tsanawiyah.Selama enam tahun, pelaksanaan program
96 http://www.worldbank.org/en/news/feature/2012/07/04/pnpm-generasi-program-finalimpact-evaluation-report
97 Ibid
69

PNPM Mandiri Perdesaan melibatkan 14.289.584 warga, yang 79,77 persen


diantaranya berasal dari keluarga atau rumah tangga miskin dengan serapan upah
kerja senilai Rp 6,25 triliun. 98

Pengambilan utang bank dunia merupakan cara pemerintah Indonesia


mendapatkan pinjaman dengan bunga ringan. Hal tersebut dikarenakan, apabila
pinjaman tersebut di tujukan untuk pembangunan infrastruktur biasa, maka bunga
yang dikenakan akan sangat tinggi.99 Semisal Bank Dunia mencatat pengucuran
dana untuk program PNPM daerah tertinggal nilainya mencapai US $ 106,5 juta
yang berbentuk hutang dan US $ 34,9 juta berupa dana hibah. Dana tersebut
digunakan untuk menjalankan lebih dari 10.631 kegiatan infrastruktur, ekonomi,
dan sosial di seluruh Indonesia. Dari 10.631 proyek tersebut terkonsentrasi oleh
program-program fisik, baik dalam bentuk infrastruktur seperti pembuatan jalan
sepanjang 1.214,5 km atau 482 pembuatan/perbaikan jembatan, dan berbagai
pembangunan fisik lainnya.100
Kritik seringkali muncul dalam implementasi program pinjaman bank
dunia. Penggunaan bantuan luar negeri secara normatif digunakan untuk
pembiayaan proyek-proyek yang produktif dan bermanfaat. Tetapi persoalannya
pertama yang dihadapi adalah bahwa sirkulasi uang dari transaksi utang tersebut
kembali ke negara donor melalui kontrak dengan pengusaha berasal dari negara
pemberi utang, bantuan teknis konsultan, dan prasyarat-prasyarat lainnya yang
menguntungkan negara donor. Tidak kurang dari tujuh puluh dari aliran uang
utang tersebut kembali ke negara asalnya. Yang tertinggal di negara penerima
98 Djibril Muhammad,
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokvr8-aset-pnpm-mandiripedesaan-capai-rp-84-triliun, 16 Juni 2013.
99 http://www.pnpm-mandiri.org/perpustakaan/klipping/sp_dana_pnpm_20.pdf
100 Bank Dunia
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEX
T/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:21852021~pagePK:1497618~piPK:2
17854~theSitePK:447244,00.html, diakses 2 Oktober 201.
70

adalah wujud fisik dan non-fisik proyek-proyeknya, yang tidak efisien dan bocor
dalam proses lingkar mekanisme keuangan publik.101
Sebagai contoh saat Bank Dunia memainkan masalah isu lingkungan
untuk mengintervensi beberapa undang undang di Indonesia. Bank Dunia selama
ini memang terkenal aktif dalam mempromosikan program pembangunan ramah
lingkungan. Berbicara tentang potensi kehutanan Indonesia, maka wajar jika Bank
Dunia sangat peduli dengan Lingkungan. Para peneliti menyebutkan ada hampir
dua ratus spesies di Indonesia dan merupakan yang terlengkap di dunia. Keajaiban
lainnya adalah terungkapnya manfaat hutan di Indonesia menjadi habitat bagi
30.000 jenis tumbuh tumbuhan obat yang telah dikenal di dunia. Jumlah tersebut
mewakili 90% dari tumbuhan obat yang terdapat di wilayah Asia sebagai potensi
yang amat sangat menghasilkan keuntungan baik dari segi ekonomi maupun
lingkungan karena dapat mencegah pemanasan global bagi Indonesia dan dunia.102
Di beberapa kabupaten kota di Pulau Jawa dan Sumatera, hutan tergerus
pembangunan kota dan praktik perkebunan berskala besar, dengan jenis dan
komoditi beragam. 103
Namun Sejak 2008 hingga saat sekarang ini, Indonesia mencatat rekor
Guinness Book sebagai negara dengan kerusakan hutan terbesar di dunia.
Angkanya sekitar dua persen setiap tahun atau setara dengan 51 kilometer persegi
per hari (sekitar 1,8 juta hektar hutan per tahun). Khusus Pulau Jawa dan Bali,
sekitar 91 persen hutan telah musnah dan beralih fungsi. Konversi hutan menjadi
lahan perkebunan merupakan ancaman tertinggi terhadap keberadaan hutan tropis
Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia laju
kerusakan hutan Indonesia antara 1985 1997 mencapai 1,7 juta ha per tahun dan
mencapai puncaknya sebesar 3,51 juta ha per tahun pada tahun 1997-2000,
101 Rachbini, Didiek J. 2001. Tanggung Jawab Bank Dunia. Agrimedia Volume 7
Nomor 1.
102 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/09/indonesia-gudangnya-habitattanaman-obat-dunia diakses pada tanggal 22 Septemeber 2013, Pk 23.12.
103 http://www.voaindonesia.com/content/indonesia-kembangkan-hutan-bambu-untukperlindungan-sumber-daya-air/1212736.html, diakses pada tanggal 22 September
2013Pk 21.11.
71

selanjutnya menurun menjadi 1,08 juta ha per tahun antara 2000 2005. Luas
tutupan hutan tropis Indonesia pada tahun 2000 sebesar 94.867 kha mengalami
penurunan menjadi 86.039 kha pada tahun 2013 atau sebesar 9,3%. Jika hal ini
terus berlanjut tanpa ada upaya pelestarian, maka diprediksi hutan tropis di
Sumatera akan habis pada tahun 2025, hutan Kalimantan tahun 2030 dan hutan
Papua akan musnah pada tahun 2035.104
Dari banyak pembahasan yang telah dibahas sebenarnya Indonesia
mempunyai cukup potensi untuk menjawab tantangan pemanasan global di dunia,
namun karena pengelolaan yang kurang professional dan rumit akhirnya hutan
justru banyak beralih fungsi sehingga dapat dikatakan apabila mengikuti data
yang ada diatas Indonesia belum bisa menjawab tantangan pemanasan global di
dunia. Dalam konferensi PBB di Oslo, Norwegia, para negara fokus membahas
tata cara mengatasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi karbon dari
penggundulan dan perusakan hutan berupa program Reductions of Emissions from
Deforestation and Forest Degradation (REDD+) di negara berkembang.105 Dari
situlah, Bank Dunia juga terlibat dalam serangkaian proyek lingkungan di
Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam Climate Change Development
Policy Loan (CC DPL). Program CC DPL dikeluarkan pada 26 April 2010 dengan
nominal bantuan dari Bank Dunia sebesar 200 juta US$ (kurs 1$=9310). Berikut
ini adalah rangkuman dokumen CC DPL tahun 2008 menunjukkan beberapa
regulasi pemerintah yang didikte oleh bank dunia.
1. MITIGASI:
- Meresmikan rencana nasional untuk implementasi Reductions of
Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) pada
-

September 2009.
Meresmikan keputusan menteri kehutanan No 68/2008 dan ,
Keputusan mentri Kehutanan No. 30/2009 REDD Procedures, and No.
36/2009 Terkait Komersial Kredit karbon

104 http//: www.kompasiana.com, diakses pada tanggal pada 22 September 2013


105 http://www.bksdamaluku.com/?
page=news&action=view&title=Selamatkan+Hutan+Indonesia diakses pada tanggal 22
September 2013, Pk 19.45.
72

Mengeluarkan Peraturan menteri kehutanan No. 38 tahun 2009 terkait

(System Verifikasi Legalitas Kayu/ SLVK)


Mengeluarkan Peraturan Presiden No. 4 / 2010 untuk memberikan
kewenangan PLN untuk melakukan pembaharuan energi terbarukan

pada Januari 2010.


Memgeluarkan peraturan Menteri ESDM No. 32/2009 Mengenai
standar harga sumbr tenaga listrik PT PLN dari stasiun tenaga listrik
Geothermal dan peraturan Menteri ESDM No31/2009 untuk membeli

kesediaan energi dari energi terbarukan pada November 2009


Mengeluarkan Peraturan menteri keuangan No. 24/2010 terkait insentif

pajak untuk pengembangan energi terbarukan.


Mengeluarkan Peraturan Presiden No. 70/2009 terkait konservasi
Industri .

2. ADAPTATION AND DISASTER PREPAREDNESS


- Mengeluarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2008 untuk
-

Mendirikan Dewan Ketahanan Air Nasional


Melakukan manajemen Integrasi Sumber Daya Air (POLA) dengan
asessmen perubahan iklim di beberapa sungai strategis nasional

semisal Brantas, Pemali-Comal, Jatunseluna, and Serayu-Bogowonto


Merancang Undang Undang No 24/2007 mengenai manajemen

bencana (Disaster Management)


Mengeluarkan peraturan Presiden No. 8 tahun 2008, Untuk

mendirikan Badan nasional Penunggalangan Bencana (BNPB).


Melanjutkan National Action Plan for Disaster Risk Reduction (NAPDRR periode 2010-2012) yang secara formal diluncurkan pada
Februari 2010.

3. CROSS SECTORAL AND INSTITUTIONAL ISSUES


- Mengeluarkan Peraturan Presiden No. 46 tahun 2008 bulan juli 2008
- Meluncurkan Indonesia Climate Change Trust Fund Oktober 2009.
Tiga agenda utama yang disebutkan diatas merupakan persyaratan
Indonesia untuk bisa mendapat Program pinjaman CC DPL. Namun ternyata
agenda lingkungan adalah cara terselubung untuk menyembunyikan keterlibatan
Bank Dunia dalam liberalisasi sumber daya alam dan energi Indonesia. Program

73

utang pertama yang ditawarkan Bank Dunia tidak main-main jumlahnya, yakni
sejumlah 200 juta dollar. Total dengan kucuran utang sebesar empat ratus juta
dollar, Bank Dunia berkerjasama dengan ADB alam mempromosikan agenda
liberalisasi sektor ketenagalistrikan Indonesia. Bank dunia secara perlahan
menciptakan pasar yang kompetitif untuk meningkatkan kinerja serta melibatkan
partisipasi swasta kepemilihan listrik. Ujungnya, Bank Dunia mendesak
pemerintah untuk mempercepat pembuatan UU No 20 tahun 2002 tentang
ketenagalistrikan yang berisi tentang agenda privatisasi ketenagalistrikan. ADB
berharap Perusahaan Listrik Negera (PLN) dapat dikurangi perannya sebagai satusatunya pemain tunggal di Indonesia. Tentu saja ketika perusahaan listrik swasta
internasional dilibatkan, selain dapat meraup keuntungan luar biasa di Indonesia,
maka harga listrik akan berpengaruh 106
Strategi Bank dunia untuk mengendalikan Indonesia patut diacungi
jempol. Secara tidak sadar, Indonesia didorong melakukan beberapa hal lain yang
secara tak langsung berkaitan dengan masalah perubahan iklim.107 Contohnya,
Bank Dunia menekankan pemerintah Indonesia untuk melakukan kebijakan yang
berkaitan dengan finansial semisal memperketat kebijakan moneter, dengan
Social saftety net. Program social safety nets bank dunia ini disinyalir memiliki
kesamaan dengan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang juga
direkomendasikan ADB tahun 2002.
Ternyata Bank Dunia tidaklah sendirian. Jika kita mengurai isi dari
dokumen development policy Loan (DPL) yang keluar tahun 2005, maka kita akan
melihat crosscutting agenda Bank Dunia dengan rencana ADB dan Jepang.
Dengan demikian, maka skema pembiayaan hutang Bank dunia sejatinya juga
merupakan kerjasama kolaborasi antara Jepang dan ADB. Jika disimak lebih
lanjut, ruang lingkup dari bantuan DPSP Bank Pembangunan Asia ternyata sama
dengan Developmenat Policy Loan dari Bank Dunia. Setidaknya terdapat tiga
Agenda yakni stabilitas makroeonomi, iklim investasi dan manajemen keuangan
106 ADB Completion Report. 2006. Project Number: 39928. Proposed Loans Republic
of Indonesia: PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk for the South Sumatra to West
Java Phase II Gas Pipeline Project.
107 Ibid., pada Annex 3 halaman 89,
74

publik, sama dengan yang tertulis dalam dokumen DPL tahun 2005.108 Program
utang Bank Dunia kebanyakan dieksekusi oleh Kementrian Keuangan dan
didukung oleh beberapa institusi seperti Bappenas, menko UKM, dan Bank
Indonesia.
Serangkaian fakta tersebut menunjukkan banyak sekali pintu masuk untuk
menguras potensi desa Indonesia, baik melalui isu pendidikan dan kesehatan
seperti PNPM, maupun isu lingkungan melalui CC DPL. Sulit menolak fakta
bahwa Lingkungan telah menjadi salah satu isu global. Dukungan internasional
terhadap isu perubahan iklim cukup besar seiring kehadiran berbagai NGO
Internasional sehingga problem lingkungan di Indonesia begitu sangat politis.
Belum lagi, seiring adanya ketentuan kredit Karbon di PBB, maka Isu pemanasan
Global menjadi potensial bagi Indonesia yang memiliki potensi hutan. Sehingga
climate change development policy loan (CC DPL) merupakan tawaran hutang
yang nyaris sulit ditolak oleh Indonesia. Namun sekali lagi bahwa program Bank
Dunia adalah utang yang dikenai persyaratan lain yang wajib dipenuhi. Oleh
sebab itu, melalui rancangan undang-undang (RUU) Desa yang saat ini masih
dibahas di DPR RI, berharap pembangunan desa dapat tercapai sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan masyarakat.

II.5 Skenario Pembangunan Oleh Bank Pembangunan Asia


Ditinjau secara global, pembangunan infrastruktur desa di Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari peranan lembaga keuangan internasional. Sebuah konsep
pembangunan tidaklah muncul dan populer dengan sendirinya dalam ruang
domestik yang statis. Terdapat konteks politik yang memicu semakin intimnya
transaksional antara pemerintah Indonesia dan Swasta dalam pengembangan
sektor infrastruktur. Bahkan Public Private Partnership (PPP) yangkini
berkembang di Indonesia juga tidak bisa dipisahkan dari dari konstelasi
108 Asian Development Bank. Propose Loan Republic of Indonesia first Development
Policy Support Programme. Project Number: 39605 (2005). Hal. 8
75

perekonomian global kontemporer. Hal tersebut terindikasi dari beberapa


bantuan lembaga finansial internasional yang mendesak pemerintah Indonesia
agar membuka pasar sektor infrastruktur kepada para investor.
Salah satu lembaga Internasional yang serius membidik kerja sama
infrastruktur adalah ADB. Hasil kajian ADB menyebutkan, dalam sepuluh tahun
kebutuhan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di wilayah Asia mencapai
USD delapan triliun. Besarnya kebutuhan pendanaan untuk pembangunan
infrastruktur kini bisa diperoleh melalui lembaga pendanaan dalam satu kawasan
yakni ASEAN Infrastructure Fund. Indonesia sudah terlibat di dalamnya dengan
menanamkan investasi sebesar USD 135 juta. Namun, untuk jenis proyek
infrastruktur yang berpotensi memperoleh pinjaman, belum ditentukan.
Pertimbangan ADB adalah ketersediaan infrastruktur di Indonesia belum cukup
mendukung laju pertumbuhan ekonomi Namun, yang perlu dipertegas bahwa dana
pinjaman dari ASEAN Infrastructure Fund hanya sebagai katalisator.
Sebagai lembaga kreditor multilateral tingkat regional, peran ADB di
Indonesia sangat besar bagi pembangunan Infrastruktur desa. Terutama dalam
menyalurkan sejumlah pinjaman reformasi kebijakan dan perundang undangan
untuk memuluskan pembiayaan nfrastruktur. Selama empat puluh tahun bekerja
sama dengan Indonesia, ADB telah mengucurkan lebih dari USD 25 miliar untuk
kepentingan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Sedangkan pasca reformasi
pada tahun 2004, Indonesia tercatat menjadi negara penerima bantuan teknis
terbesar dari Asian Development Bank (ADB) pada kuartal tiga 2004. Dari jumlah
bantuan teknis sebesar US$ 32,6 juta Indonesia mendapat porsi 15,8 persen atau
US$ 5,15 juta. Urutan kedua penerima dana terbesar setelah Indonesia adalah
Republik Rakyat Cina (RRC) US$ 3,81 juta atau sebesar 11,69 persen. Begitu
pula Pada tahun 2006, ADB menyetujui pinjaman dan hibah untuk proyek sebesar
$8,5 miliar dan bantuan 242 juta US$ . 109
Yang terbaru, Bank Pembangunan Asia (ADB) kembali berkomitmen
untuk turut serta membantu pembangunan di Indonesia. Perlu diketahui, Indonesia
109 Asian Development Bank.. News Release {online}. Ekonomi Indonesia akan
Meningkat., dalam http://www.adb.org/Documents/Translations/Indonesian/IndonesiaAkan-Meningkat.pdf, (2006) diakses pada 19 Februari 2013.
76

juga merupakan salah satu pemegang saham terbesar di ADB. Selain pemegang
saham terbesar, kekuatan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi
pertimbangan ADB untuk memperkuat kerja sama. Dalam pertemuan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bali november 2011. Sekarang ADB kerja sama
19 proyek di Indonesia dengan dana sekitar USD 1,8 miliar. 110 Sementara itu,
dialokasikan sebesar USD830 miliar untuk kebutuhan infrastruktur di Indonesia
hingga tahun 2025 seperti yang tercantum dalam dokumen Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).111
Oleh karena itu, dari penelusuran sejarah diatas kita telah melacak siapa
aktor dibalik Public Private Partnership (PPP) di Indonesia. Secara historis, krisis
moneter tahun 1998 menjadi momentum dalam perkembangan PPP lanytaran
minimnya cadangan uang akibat krisis keuangan yang melanda. Secara praktik,
sesungguhnya PPP telah diimplementasikan sejak tahun 1974 melalui
Pembangunan Jalan Tol Jakarta- Ciawi. Namun, model kerjasama pemerintahswasta belum mejadi primadona karena sumber pembiayaan utama masih berasal
dari pinjaman luar negeri. Pada tahun 1978 sampai 1987, seluruh jalan tol
dibangun oleh PT. Jasa Marga dengan biaya pinjaman Government to
Government dan dana obligasi dari PT. Jasa Marga. Investor swasta mulai
diikutsertakan baru pada tahun 1987 melalui sistem BOT (Build, Operate,
Transfer) melalui proyek Jalan Tol Swasta pertama adalah Tangerang Merak.112
Perlahan namun pasti sejak krisis ekonomi 1998, belanja infrastruktur Indonesia
terus menurun, puncaknya pada tahun 1995 sebesar 9,2% dari GDP menjadi kirakira 3,2% pada tahun 2005, dan kemudian mulai meningkat kembali menjadi
3,9% pada tahun 2009.113
110 Harian Seputar Indonesia edisi 25 November 2011. (online) Dalam
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/446268, diakses 20 februari
2013.
111

Ibid

112 Gunawan, Adji The Smart Handbook of Public Private Partnership. Rene Publisher:
Jakarta, 2010.
113Supriyadi, Dedi Priyatna, Pembiayaan Infrastruktur Melalui Dana Pemerintah dan
Swasta, Jakarta: BAPPENAS, 2009.
77

Salah satu faktor pendorong arus liberalisasi sektor infrastruktur adalah


terbatasnya sumber dana pembangunan infrastruktur dari perbankan nasional.
Pada umumnya proyek infrastruktur memerlukan waktu antara 15-30 tahun untuk
kemudian melunasi investasinya. Sedangkan perbankan umumnya tidak tertarik
mendanai proyek-proyek berjangka panjang. Karena itu, perlu terobosan inovatif
untuk mengatasi kebutuhan dana jangka panjang bagi pembangunan infrastruktur.
Tidak hanya terpaku pada soal dana, pemerintah dibebani untuk senantiasa
menjaga tingkat pelayanan jalan pada jalur-jalur utama perekonomian untuk
meningkatkan daya saing produk. Tantangan lainnya adalah bagaimana Indonesia
yang belum memenuhi standar internasional dalam pelayanan transportasi perlu
segera dipenuhi. Dengan demikian, reformasi tak ayal menjadi pintu masuk untuk
memperderas arus liberalisasi sektor infrastruktur.
Adanya campur tangan Bank Pembangunan Asia menunjukkan bahwa
Public Private Partnership bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan
merupakan kecenderungan global kontemporer. PPP sebagai sebuah skenario
dimanifestasikan melalui beberapa program tecnical assistant yang diberikan oleh
Lembaga Finansial asing. Apalagi setelah program Letter of Intent dari IMF
berhenti pada tahun 2003, Bank Dunia mulai memegang peranan yang signifikan
di Indonesia. Program pinjaman dari Bank dunia yang bernama Development
Policy Loan (disingkat DPL) merupakan salah satu program dengan pengaruh
besar bagi proyek infrastruktur Indonesia pasca reformasi. Program DPL edisi
pertama secara resmi dikeluarkan pada 23 November 2004 dengan nominal
bantuan yang diberikan mencapai sebesar 300 juta dollar (dengan kurs 1$ sebesar
8983 rupiah).114
Terdapat trend yang kentara dalam perkembangan PPP dunia dimana
lembaga finansial Internasional menjadi agen penyusun mekanismenya
Implikasinya, pemerintah ditekan untuk menyiapkan pembangunan infrastruktur
melalui skema Public Private Partnership (PPP) yang berasal dari ADB dan
sekutunya. Data tersebut memperlihatkan bahwa efisiensi, kompetisi, transparansi
merupakan sisi positif yang ditawarkan dalam skenario PPP. Kementerian
114 Bank Dunia. Program document, on a proposed loan, in amount of $300 million to
the republic of Indonesia for a first development policy loan, 2004.
78

Perhubungan juga telah membuat program prioritas sektor transportasi 2010-2014


yang termasuk kedalam bagian MP3EI meliputi transportasi darat, kereta api, laut
serta udara.115 Kebijakan lain yang terkait dengan liberalisasi sektor infrastruktur
ADB adalah Perpres No.26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional (Sislognas).116 Penyusunan Sislognas bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi logistik nasional. Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional, dijabarkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) setiap Kementerian dan Lembaga, serta Pemerintah
Daerah terkait pada periode 2011-2015, periode 2016-2020, serta 2021-2025..
Hutang ADB ke Indonesia menunjukkan jika RAPBN tahun 2013 tidak
dikelola dengan baik. komitmen membenahi kualitas infrastruktur direfleksikan
melalui alokasi belanja modal yang mencapai Rp.193.8 triliun atau 11,76% dari
anggaran belanja negara sebesar Rp.1.657,9 triliun. Angka ini meningkat 14,9%
dari alokasi belanja modal dalam APBN-P tahun 2012. Alokasi belanja
infrastruktur sebesar Rp. 188,4 triliun.117 Alokasi ini belum memperhitungkan Rp.
24 triliun dari SAL (Saldo Anggaran Lebih) tahun 2012, dan rencana target Rp.12
triliun dari pengalihan subsidi listrik untuk belanja modal. Besaran alokasi belanja
negara ini ekuivalen dengan 13,8 % (Rp.229,8 triliun) dari total anggaran belanja
negara 2013. Sementara itu, Bappenas memproyeksikan adanya tambahan
anggaran berasal dari alokasi anggaran transfer ke daerah untuk infrastruktur
sebesar Rp. 96 triliun (18% dari total transfer ke daerah sebesar Rp. 518 triliun),
115Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, dalam
http://www.kemlu.go.id/_layouts/mobile/PortalDetail-NewsLike.aspx?l=id&ItemId=
-4ba2-8510-8ab3ed36566e, diakses 1 September 2013.
116Pemerintah siapkan kebijakan perbaikan infrastruktur pembangunan, dalam
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt504f3d20cb5a7/pemerintah-siapkankebijakan-perbaikan-infrastruktur-perhubungan, 11 September 2012, diakses 16
September 2013.
117 Badab perencanaan Pembangunan Nasional, Korea Indonesia Puclic Private
Partnership Road Show 2012 dalam http://pkps.bappenas.go.id/index.php/berita/143berita-internal/1065-korea-indonesia-public-private-partnership-road-show-2012, diakses
2 September 2013..
79

dan kontribusi BUMN sebesar Rp. 77 triliun dan peran swasta diharapkan dapat
mencapai minimal enam triliun rupiah. Dengan demikian, besaran alokasi
pembangunan infrastruktur secara agregat dapat mencapai Rp.457,4 triliun atau
sebesar 4,9% dari target PDB 2013 sebesar Rp. 9.300 triliun.118
Pasca Reformasi, tepatnya pada November 2005 Asian Development Bank
berupaya untuk memberikan rekomendasi finansial kepada Indonesia yang
tertuang dalam skema pembiayaan development policy support program (DPSP).
Implementasi DPSP edisi pertama yang dimulai pada awal tahun 2006 dengan
Nominal Bantuan yang teralisasikan sebesar dua ratus juta dollar. DPSP
merupakan sebuah rekomendasi yang didesain ADB sebagai respon atas konteks
makroekonomi Indonesia pasca menjalani pemilihan umum yang dimenangkan
oleh presiden SBY. Terlebh lagi, DPSP diasumsikan memiliki peranan krusial
dalam skema pinjaman utang luar negeri Indonesia setelah Indonesia di masa
pemerintahan SBY keluar dari program post-crisis IMF. Prinsip-prinsip dalam
DPSP diyakini oleh ADB bersifat kompatibel dengan kondisi Indonesia pada masa
tersebut. Bahkan DPSP inheren dengan rencana jangka panjang menengah
(RPJM) yang direncanakan pemerintahan presiden SBY. Dalam RPJM, Indonesia
menargetkan pertumbuhan ekpnomi sebesar enam hingga tujuh persen selain
Indonesia juga menargetkan program pengentasan kemiskinan.
ADB melalui DPSP meyakini akan turut berkontribusi bagi upaya
Indonesia dalam mengurangi separuh kaum miskin dengan menciptakan
kestabilan pertumbuhan ekonomi. ADB menyatakan secara tersurat dalam DPSP
pertama bahwa akan bekerjasama finansial (co-financing) dengan pemerintahan
Jepang (JICA) dengan nominal seratus juta dollar dan Bank Dunia sebesar empat
ratus juta Dollar pada periode tahun 2005. 119 Dalam bidang makroekonomi, Bank
Pembangunan Asia melalui DPSP memberikan rekomendasi kepada Indonesia
untuk segera membentuk LPS (lembaga Penjamin Simpanan) sebagai manifestasi
dari bagian pertama (makroekonomi & kepercayaan kredit) DPSP. Lalu dalam
118 Imanzah, RAPBN dan Pengembangan Infrastruktur, dalam
http://www.setkab.go.id/artikel-5492-.html, diakses 2 September 2013.
119 Untuk mengetahui detail tabel co financing Bank Dunia, ADB dan JICA dapat
dillhat di pembahasan mengenai bank dunia.
80

kaitanya dengan Iklim Investasi, ADB mengarahkan keuangan Indonesia guna


menerapkan treasury single account (TSA) melalui UU No. 1 tahun 2004.
Sedangkan policy area ketiga DPSP yakni Manajemen Publik, maka ADB
mendorong implementasi atas UU 33 tahun 2004 dan UU 32 tahun 2004 tentang
otonomi daerah. 120
Sebelum itu, Asian Development Bank (ADB) pada desember 2002
memberikan bantuan kepada Indonesia sebanyak 250 juta dollar.121 Agendanya
adalah, ADB menekankan pentingnya reformasi sektor asuransi sebagai pelajaran
berharga dari krisis Indonesia 1997. Tidak hanya berhenti sampai disitu, ADB
melalui program utangnya Financial Governance and Social Security Reform
(FGSSR) mendorong realisasi undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang
sistem jaminan sosial nasional (SJSN). Melalui Undang-Undang 40 tersebut,
diharapkan memberikan kedaulatan bagi lembaga asuransi independen/ swasta
berpengalaman untuk menangani problem kesehatan di Indonesia. Ketentuan
ADB tersebut disambut baik oleh kementrian keuangan Indonesia melalui surat
resmi tanggal 14 november 2002. Salah satu substansi penting dalam surat
tersebut adalah kementrian keuangan akan segera merealisasikan pembentukan
Otoritas jasa keuangan (OJK) yang anggotanya terdiri dari lembaga finansial
internasional dan tenaga professional dari sektor privat. Dengan demikian maka
keterlibatan ADB jelas terlihat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK).122
Kesemua Undang undang yang dibiayai ADB mulai pendirian OJK, SJSN,
dan otonomi daerah adalah sebuah skenario sistematis untuk melancarkan peran
ADB dalam pembangunan infrastruktur Indonesia berdasarkan skema public

120 Development Policy Support Programme, Op cit.


121 ADB completion Report, Project Number: 33399 Loan Number: 1965 November
2006, Indonesia: Financial Governance and Social Security Reform Program, diakses
dari http://www.adb.org/Documents/PCRs/INO/33399-INO-PCR.pdf, diakses pada
tanggal 28 Januari 2012, pkl. 09.00
122 Ibid
81

private partneship.123 Secara perlahan ADB akan memainkan lembaga keuangan


(OJK) untuk transparansi anggaran sehingga investor swasta asing dapat masuk
dalam sektor infrastruktur. Sedangkan SJSN akan mendorong pembangunan
infrastruktur kesehatan dan asuransi untuk masyarakat desa yang implementasinya
disesuaikan dengan standar asing. Terakhir Undang Undang otonomi daerah, akan
memudahkan investor asing untuk langsung dengan mudahnya berinvestasi
membangun infrastruktur desa sehinggabanyak program pembangunan lain di
daerah yang menggunakan dana dari ADB. Dana tersebut dapat berbentuk
pinjaman lunak, atau dana hibah. Seperti yang kita ketahui, bahwa tidak ada
makan siang gratis, yang kemudian dapat kita lihat pula pada pendanaanpendanaan yang di kucurkan oleh lembaga asing dalam setiap program
pembangunan kerap kali memiliki agenda tersendiri. 124
Dari sanalah kemudian kita dapat merasakan apa latar belakang
pemerintah menyetujui program hutang tersebut. Pembangunan Infrastruktur
merupakan pembangunan yang menjadi idola para pejabat, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah. Pembangunan fisik begitu menjadi primadona karena
mudahnya mengukur keberhasilan sebuah program apabila berbentuk fisik. Klaim
atas keberhasilan tentu dapat terlihat dan di rasakan secara langsung. Dengan
begitu, pembangunan fisik akan menjadi suatu materi kampanye untuk pemilihan
kepala daerah di periode berikutnya. Dilatarbelakangi hal tersebut sebuah
pernyataan kritis terhadap proyek utang ADB justru datang dari Komisi Penasihat
Kongres Amerika Serikat (AS) tentang Keuangan Internasional atau lebih dikenal
sebagai Komisi Meltzer. Komisi Meltzer menyebutkan bahwa sedikitnya tujuh
puluh persen proyek utang ADB di Indonesia kecil kemungkinannya membawa
manfaat jangka panjang baik secara ekonomis atau sosial. Salah satu kegagalan
123http://coalminingandgeology.com/coal-mining-company/pt-jorong-barutamagreston-coal-mining-company/, diakses pada 06 Oktober 2013.
124 Menurut Salamuddin Daeng bahwa di dalam surat kabar Sumbawa News, dana
PNPM mandiri berasal dari hutang luar negeri. Pernyataan tersebut juga di dukung oleh
pernyataan Saujana Royat yang selaku kordinator bidang penanggulangan kemiskinan
yang di dokumentasikan oleh PNPM mandiri diakses dalam
.http://www.sumbawanews.com/berita/bbm-naik-tipu-tipu-sby-ala-blt
82

proyek utang ADB di Indonesia dapat dilihat dari dampak buruk proyek tersebut
bagi keberlanjutan ekologi desa. Menurut catatan Down The Earth, proyek ADB
di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besarbesaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan.125
Dengan kata lain, mampukah skema PPP yang dikenariokan ADB mampu
menyentuh daerah tertinggal?. Tanpa peran pemerintah, maka PPP hanya terpusat
pada sektor perkotaan saja. Pemerintah Indonesia sejatinya telah mengalokasikan
tambahan anggaran untuk pembangunan daerah tertinggal. Sebelumnya presiden
berjanji menaikkan anggaran bagi pembangunan daerah terpencil dalam
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013. Selain itu,
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal juga akan ditambah dananya untuk
perbaikan langsung kepada daerah tertinggal. Namun, ternyata tidak cukup,
sehingga pemerintah perlu melakukan akselerasi pembangunan infrastruktur di
daerah tertinggal dengan pembangunan desa mandiri. Dengan demikian, alasan
utama kenapa APBN perlu dialokasikan langsung ke desa menjadi jelas, untuk
mengantisipasi skenario global dalam public private partnership.
.

II.6 Implikasi Regulasi WTO terhadap Pertanian dan Pasar Tradisional


WTO dibentuk pada tahun 1995 sebagai hasil dari perundingan GATT
yang acapkali disebut Putaran Uruguay (Uruguay Round). Negara anggota WTO
hingga kini berjumlah 134 negara anggota, dan 33 negara pengamat. Mekanisme
pengambilan keputusan di WTO dibuat dengan cara pemungutan suara (voting)
atau konsensus yang mana setiap negara memiliki jatah setara satu suara. WTO
125 Cahyadi, Firdaus.. Utang Ekologis ADB di Indonesia, Koran TEMPO edisi 2 Mei 2009.
83

adalah institusi internasional yang bertugas menjalankan seperangkat aturan


pedagangan seperti, antara lain, General Agreement on Tariffs and Trade (GATT
=Perjanjian Bea-masuk dan Perdagangan), dan juga General Agreement on Trade
in Services (GATS= Perjanjian Perdagangan Jasa).
Banyak pihak optimis mekanisme WTO akan lebih menguntungkan negara
berkembang seperti Indonesia tidak seperti IMF yang terkenal dengan prinsipnya
one dollar one vote. Namun realitanya acapkali negara-negara maju Amerika,
Jepang, dan Uni Eropa mengeluarkan keputusan kolektif sepihak dalam
pertemuan tertutup, tanpa mengikutsertakan anggota WTO lainnya. Inilah fakta
yang menunjukkan adanya wajah ganda dalam WTO. Disatu sisi WTO
mengutamakan proses musyawarah, namun ternyata dibalik musyawarah telah
terdapat rezim aturan-aturan yang tidak boleh diganggu gugat. Padahal
kebanyakan aturan WTO banyak ditentang negara berkembang, semisal dalam
Trade Related Intellectual Property Rights atau yang berhubungan dengaan Hak
Atas Kekayaan Intelektual (TRIPs). Jika dahulu pengetahuan adalah barang yang
sifatnya tidak terbatas, kini melalui Trips maka pengetahuan menjadi barang
langka. Atas nama hak asasi manusia (HAM), WTO menjadikan informasi sebagai
komoditas yang mahal.126
Selain itu, bagaimana isu Trips (trade in relation in intellectual property
right) yang dimanifestasikan dalam konferensi WTO menjadi bukti bagaimana
pengetahuan menjadi mahal. Jika dahulu pengetahuan dan informasi adalah
barang yang sifatnya tidak terbatas, kini melalui Trips maka pengetahuan menjadi
komoditas sangat langka dan mahal. Dalam diskursus Trips yang sedang booming
dalam WTO, maka setiap transaksi yang berkaitan dengan hak paten, maka harus
ada kompensasi yang dibayarkan yang tentu saja akan menguntungkan negara
maju yang memiliki teknologi kelas tinggi. Oleh karena itulah setiap negara
berkembang cenderung antipati dalam perjanjain Trips karena negara berkembang

126 Elliot, Philip. (2001). Intellectuals, The Information Society and The
Disappearance of The Public Sphere dari Media, Culture and Society, Schlesinger, P. dan
Sparks, C. (ed.) Academic Press, London, Vol.4, No.3, pp.244-6. 2009.
84

harus memgeluarkan biaya besar ketika hendak mengakses teknologi dari negara
pemilik hak paten.127
Implikasinya langsung ke Desa, dimana Hukum kekayaan intelektual
(Trips) memberikan perusahaan multinasional hak eksklusif atas benih, psetisida
dan pengairan. Selain itu, Hak Paten sebagaimana yang dianjurkan Trips WTO
tentunya berdampak langsung pada kehidupan desa karena dengan demikian
pertanian harus disesuaikan dengan standar internasional. Implikasinya maka
sekitar 82% dari pasar benih komersial di seluruh dunia yang terdiri dari biji
dipatenkan tunduk pada monopoli eksklusif seperti properti intelektual Industri
benih yang berhubungan erat dengan pestisida. Perusahaan benih multinasional
secara langsung mendominasi sektor pestisida. Bahkan lebih tinggi monopoli
industri pestisida karena sepuluh perusahaan terbesar mengontrol sebesar 84
persen dari pasar pestisida global. Dengan seringnya pengembangan dan
pemasaran kedua produk ini dilakukan bersama-sama.
Pintu kedaulatan negara seringkali cukup longgar untuk ditembus MNC.
Seringkali merger dan akuisisi perusahaan lokal oleh MNC merupakan taktik
untuk mengelabui regulasi domestik dan kedaulatan suatu negara. Semisal, pada
tahun 2007, perusahaan benih terbesar di dunia dan perusahaan kimia terbesar,
Monsanto dan BASF, melakukan perjanjian kerjasama dalam penelitian dan
pengembangan untuk meningkatkan kinerja dan toleransi terhadap kekeringan
jagung, kapas, dan kedelai di Amerika Latin. Dengan demikian, maka Perjanjian
TRIPs dalam WTO memberikan hak eksklusif kepada perusahaan multinasional
(MNC) untuk menikmati semua manfaat pasar oligopoli tanpa batasan antimonopoli.

Tabel 2.6. Nilai Penjualan Bibit dan Pupuk ( dalam US$ millions)
No

Nama Perusahaan/Negara

Nilai Penjualan

PotashCorp (Canada)

1,104

127 Eckersly, John. R . Environmentalism and Political Theory: Toward an Ecocentric


Approach. London: UCL Press, 1992
85

Yara(Norway)

1,027

Mosaic (USA)

944 (Cargill has 55%


stake)

Israel Chemicals Ltd. (Israel)

461

Agrium (Canada)

441

K+S Group (Germany)

303

Sociedad Quimica y Minera (Chile)

165

Source: World Social Forum, 2012.


Selain problem hak paten pertanian, WTO juga memainkan isu tentang
pemanasan global dalam masalah kehutanan. Didalam perjanjian Clean
Development Mechanism (CDM) perlu dikritisi karena dalam implementasi-nya
ternyata ada yang diuntungkan dan ada pula yang dirugikan. Fakta mencatat,
bahwa dalam perjanjian CDM, terdapat klausul-klausul yang mengharuskan
negara Annek II untuk membeli teknologi hijau (green technology) dari negara
annek I karena teknologi negara berkembang yang diasumsikan tidak ramah
lingkungan. Yang menjadi masalah adalah teknologi hijau tersebut membuat
negara Annek II mengalami kerugian. Jika memang masalah pemanasan global
merupakan tanggung jawab bersama, seharusnya teknologi tersebut dijual ke
negara Annek II dengan harga yang tidak memberatkan. Apalagi dalam peraturan
WTO berupa standar kesehataan produk yakni Sanitary and Pitosanitary (SPS),
maka harga green technology tersebut akan semakin mahal. 128
Tidak cukup berkaitan dengan pertanian dan kehutanan saja. Kini sektor
perdagangan pasar tradisional juga harus mendapat dampaknya. Liberalisasi
128 CDM adalah mekanisme dibawah Kyoto Protocol/UNFCCC dimaksudkan untuk
membantu negara maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisidan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan konvensi perubahan iklim. Lebih lanjut pada
<http://www.theredddesk.org,/id/redd-book /government/australia>, diakses 12 desember
2010.
86

sektor retail yang menuai problem tersebut diyakini merupakan rekomendasi


lembaga finansial internasional WTO. Meskipun sesuai aturan WTO mengenai
usaha ritel, sebenarnya masih diperbolehkan untuk ditutup dari investasi asing.
Namun, Penandatanganan Letter Of Intent (LOI) IMF pada 15 Januari tahun 1998
secara tidak langsung telah menandai era liberalisasi sektor ritel yang memberi
keleluasaan masuknya peritel asing kawakan berinvestasi ke Indonesia, terutama
untuk segmen hypermarket dan minimarket.
The Indonesian government in January 15, 1998 signed a letter of intent
with the IMF stating that the Indonesian government should revoke the ban on
foreign investors to enter the wholesale and retail businesses .129
Bisnis retail merupakan bidang usaha yang tengah berkembang pesat dan
signifikan dalam perekonomian Indonesia. Industri retail jugalah yang diyakini
menjadi daya dorong pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca krisis
finansial tahun 1997 dan 2008. Potensi pasar retail Indonesia tergolong cukup
besar karena Industri ritel ternyata memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap
pembentukan Gross Domestic Product (GDP) setelah industri pengolahan. GDP
Indonesia yang banyak ditopang oleh pola konsumsi masyarakatnya jika
ditelusuri, ternyata memiliki hubungan erat dengan industri ritel. Di Indonesia,
Industri ritel dapat dikategorikan menjadi industri yang merupakan hajat hidup
masyarakat banyak karena sekitar sepuluh persen dari total penduduk Indonesia
menggantungkan hidupnya dengan berdagang. Selain itu, Industri ritel juga
menempatkan diri sebagai industri kedua tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja
di Indonesia setelah industri pertanian. 130
129 Pembentukan Harga Produk Industri melalui Structure-Conduct Performance
Model. diakses pada www.bi.go.id/NR/rdonlyres/66FF46B3.../cdampakliberalisasi pada
20 Januari 2011 pk 22.08.
130 Dengan karakteristik industri ritel yang tidak membutuhkan keahlian khusus serta
pendidikan tinggi untuk menekuninya, maka banyak rakyat Indonesia terutama yang tergolong
dalam kategori UKM masuk dalam industri ritel ini. Lebih lanjut pada Tulus, Tambunan,
Nirmalawati, Dyah, & Arus Silondae, Kajian persaingan retail di Indonesia, diakses dari
http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/dokumen/KADIN-98-2832-09052008.pdf pada 20 Januari
2004. Pk 13.56.

87

Potensi Indonesia yang signifikan dalam sektor retail tersebut menarik


perhatian para investor luar negeri untuk membuka bisnis retail di Indonesia.
Masuknya beberapa retail modern dan peritel asing mengakibatkan kompetisi
dalam industri ritel di Indonesia menjadi semakin ketat. Berkembangnya ritel
modern tersebut di satu sisi memberi peluang bagi pemasok untuk memasarkan
produknya ke dalam jaringan ritel modern. Namun di sisi lain terjadi persaingan
yang semakin ketat antar pemasok untuk merebut akses jaringan ritel besar.
Kehadiran supermarket asing seperti telah menciptakan jurang tajam dengan ritel
modern lokal dan pasar tradisional. Kondisi yang tentunya akan berdampak pada
tersisihnya pasar tradisional pedesaan.131
Padahal Indonesia sejak tahun 1969 sudah menutup pintu bagi retail asing
guna melindungi retail kecil. Dengan demikian, maka Indonesia sejak tahun 2000
secara resmi mengeluarkan bisnis ritel dari daftar terlarang (negative list)
penanaman modal asing (PMA). Namun pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Perpres No. 112 Tahun 2007 yang mengatur ritel tradisional dan
ritel modern khususnya yang terkait dengan wilayah (zoning). Dalam ketentuan
zoning berupaya untuk yang membatasi pembangunan pasar modern dan
mereduksi dampaknya terhadap pasar tradisional. Dalam ketentuan tersebut
dibahas pula mengenai jam buka, perizinan sampai dengan masalah trading term
yang sangat meresahkan pemasok pasar modern. Permasalahan yang terjadi
adalah sejauh mana aturan tersebut efektif diterapkan dan berdampak bagi pelaku
usaha ritel. Tidak hanya itu, pemerintah mengeluarkan aturan pendukung dalam
Perpres 112 tahun 2007 dimana dalam Bab III pasal 8 diatur hubungan antara
pemasok dengan toko modern. KPPU melalui positioning paprenya yang berjudul
Rancangan peraturan presiden tentang penataan dan pembinaan usaha pasar
modern dan usaha toko modern menyebutkan perlunya upaya pemerintah untuk
melindungi lokasi yang dimiliki retail kecil. 132
131 Siti Astiyah, Akhis R. Hutabarat, Desthy V.B. Sianipar. Dampak Liberalisasi Perdagangan
terhadap Perilaku melalui Structur Conduct Performance Model. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, edisi Maret 2005.

132 Tulus, Tambunan, Nirmalawati, Dyah, & Arus Silondae, Kajian Persaingan Retail di
Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha. (2004)., diakses dari

88

Selain WTO dan IMF, dalam perjalannya Bank dunia juga terlibat dalam
upaya untuk meningkatkan penetrasi modal asing dalam sektor retail melalui
mekanisme hutang development policy loan edisi keempat. SME (small medium
enterproses) policy package adalah rekomendasi yang ditawarkan oleh skema
pinjaman Bank Dunia development policy loan. Ironinya perintah Bank Dunia
tersebut didukung pemerintah setelah dikeluarkanya Inpres No. 61 tahun
2007tentang UKM. Dalam peraturan mengenai UKM diatur mengenai ruang
lingkup UKM secara komprehensif sebagaimana yang diatur melalui perpres 112
tahun 2007. Selain itu, Bank Dunia juga menganjurkan pemerintah Indonesia
supaya merestrukturisasi daftar negatif investasi (DNI) yang didalamnya salah
satunya termasuk industri retail. 133
Dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil, maka telah
diberlakukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah yang salah satu pasal di dalamnya mengatur kemitraan usaha.
Undang-undang tersebut berfungsi sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Selanjutnya legalisasi terhadap investor asing
oleh Perpres nomor 99 tahun 1998 dan surat keputusan no.29/SK/1998. Peraturan
tersebut menggarisbawahi perlu adanya syarat dan lisensi produk yang sama
antara retail luar negeri dan domestik. Namun, UndangUndang sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas belum sepenuhnya melindungi peritel kecil. Terlebih
lagi, saat ini hanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang mengatur tentang
aturan persaingan usaha. Hingga sekarang, Undang-undang yang secara khusus
mengatur bisnis retail secara spesifik belumlah ada. 134
Berdasarkan payung hukum yang berlaku tersebut, Depperindag tidak
mempunyai kewenangan membatasi masuknya ritel asing. Tak adanya
http://www.kemendag.go.id/addon/kajian_balitbang/file/0220080001.pdf, 15 Januari 2013
Pk.23.23.

133 Hadi Syamsul, Kudeta Putih. Pelembagaan Kepentingan Asing dalam Ekonomi
Indonesia; Jakarta: AEPI, 2013.
134 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan
pembinaan pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. diakses dari
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ed4b0334cdb4/, pada 1 Februari 2012. Pk 12.20.

89

kewenangan Depperindag juga dikaitkan dengan Undang Undang No 22 tahun


1999 dan UU No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Otonomi Derah. Dengan pengertian lain,
kewenangan pemberian izin usaha ritel sepenuhnya ada di pemerintah daerah,
termasuk dalam pengaturan jarak usaha ritel. Tanpa adanya peraturan yang jelas,
maka retail modern secara ekspansif mengembangkan jaringan di ibukota provinsi
atau kabupaten. Industri retail modern bermodal besar memiliki kekuatan
dominan dalam menguasai sumber pasokan barang sehingga harga barang dapat
dikontrol dan ekpektasi konsumen terhadap ritel modern semakin meningkat.
Terlebih lagi, bahwa peritel MNC diuntungkan dengan tiadanya peraturan
tentang pembagian area untuk pembangunan outlet ritel. Sebagai hasilnya, peritel
asing yang memiliki struktur modal kuat mampu menancapkan outletnya di
tempat-tempat strategis. Padahal seperti kita tahu, strategi dasar dalam industri
ritel adalah lokasi. Meskipun dalam aturan Permendag No. 53 Tahun 2008 lebih
rinci lagi diatur mengenai masalah zoning serta trading term 135 Sekalipun ternyata
masih sering terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut. Dalam kondisi
seperti inilah, maka pemerintahan daerah memiliki kewenangan yang sangat
krusial dalam memberikan izin retail.
Ditengarai oleh semakin maraknya kasus hukum antara peretail besar dan
kecil, maka KPPU berencana mengusulkan revisi terhadap UU No 5 Tahun 1999.
Revisi atas UU No 5 Tahun 1999 diharapkan dapat memperjelas kewenangan
serta kelembagaan KPPU dalam menengahi persoalan pasar tradisional. Selain itu,
KPPU berharap revisi undang-undang juga dapat memperjelas sejumlah pasal
dalam UU No 5 Tahun 1999 seperti ketentuan pidana dan tata cara
pelaksanaannya. Seharusnya KPPU diberi kewenangan penyitaan dan upaya paksa
dalam penanganan perkara. Hal tersebut karena dalam Undang Undang nomor 5
tahun 1999 masih Banyak kekurangan dan kelemahan sehingga membuat KPU
sulit untuk bertindak, terutama mengenai hak sita dan hak paksa. Guna
merealisasikan hal tersebut, KPPU sementara hanya diberikan wewenang untuk
135 Erlinda Muslim1 dan Glory Teresa Febriana. 2007., Aliran Persaingan Hypermarket dengan
Struktur Conduct prformance. Diakses pada www.depdagri.go.id/produkhukum/1006/6778787
pada 28 januari 2012 pk. 12.45.

90

menyiapkan naskah akademis dan lainnya terkait revisi Undang Undang No.5
Tahun 1999, namun keputusan tetap ada ditangan legislatif. 136
Kehadiran WTO yang hendak mempersatukan perdagangan dunia adalah
hal utopis. Sebagai contoh sederhana, beberapa negara yang tergabung dalam
forum ekonomi yang relatif lebih longgar, sebut saja Asia Pacific Economic
Cooperation (APEC) saja kurang berhasil memperjuangkan kepentingan negaranegara berkembang meskipun didirikan lebih dari satu dekade. Maka dari itu,
dalam WTO muncul beberapa Grup-Grup semisal G-7, G-77 dan yang terbaru
adalah G-20 dimana Indonesia masuk dialamnya. Namun, negara-negara yang
tergabung dalam G-20 merupakan kumpulan negara yang terdiri atas kekuatan
diplomatik yang tidak seimbang dimana ada AS dan Russia. Di sisi lain,, negara
berkembang yang menjadi wakil dalam forum G-20 hanyalah India dan Indonesia
saja. Jika dievaluasi secara kritis, sejak tahun 1999 berdiri, G-20 hanya terfokus
pada isu-isu makroekonomi.
Besarnya pendanaan yang digelontorkan oleh lembaga Bank dunia serta
Bank Pembangunan Asia tersebut merupakan cara untuk investor kelas dunia
masuk kedalam desa-desa. Pembangunan mayarakat desa yang menjadi dalih
pembangunan dalam setiap proyek tidak didukung dengan produk domestik yang
bisa dikonsumsi masyarakat desa. Alhasil, pembangunan infrastruktur seperti
jalan, dan jembatan hanya menjadi syarat untuk mempermudah MNC untuk
membangun industri di pedesaan, atau untuk sekedar memasok produk agar
masuk ke segmen desa. Sedangakan pembangunan infrastruktur sekolah hanya
dimaksudkan untuk memperoleh SDM yang cukup handal namun tidak terlampau
pintar. Kita dapat melihat gejala tersebut dengan tidak adanya pembangunan
Universitas/ sekolah tinggi di daerah apalagi di pedesaan. Pembangunan
infrastruktur pendidikan desa hanya sebatas sampai SMK.
Wajar Kiranya jika dalam WTO, agenda perekonomian pro desa, seperti
pertanian dan pasar tradisional tidak pernah dituntas diajukan oleh negara negara
136 Komisi Persaingan Usaha. 2004. Positioning paper Rancangan peraturan presiden tentang
penataan dan pembinaan usaha pasar modern dan usaha toko modern. Diakses dalam
http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_ritel.pdf, pada 20 januari 2012,
pada 4 Juli 2013, Pk. 14.45.

91

anggotanya. Karena WTO tak lain merupakan bagian dari Bank Dunia dan Bank
pembangunan Asia. Tiga serangkai tersebut menjalankan fungsinya masing
masing untuk menciptakan askes bagi korporasi untuk masuk kedalam desa. Bank
dunia memberikan pinjaman untuk pemberdayaan lingkungan dan corporate
social responsibility. Lalu ADB membiayai infrastruktur supaya MNC dapat
masuk ke desa. Dan Yang terakhir dan terkrusial adalah WTO yang memberikan
rezim aturan liberalisasi perdagangan. Serangkaian fakta tersebut menunjukkan
banyak sekali pintu masuk yang halus bagi kekuatan eksternal untuk menguras
potensi desa Indonesia.

BAB III
DESA MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI
III.1 Prospek MP3EI untuk Pembangunan Desa
Desa merupakan sebuah komunitas kecil. Namun sebagaimana yang telah
dijelaskan, fungsi desa tidaklah sekecil yang diduga. Bahkan Desa kini menjadi
penyambung nafas ekonomi dunia setelah diguncang krisis tahun 2008. Terlepas
dari posisi administratif dan utilitasnya untuk menopang tata pemerintahan
didalam sebuah negara, jika diposisikan dalam kerangka deteritorialisasi tatanan
geopolitik seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka sebentuk tata

92

pemerintahan dalam tingkatan yang lebih kecil yaitu desa, berada didalam sebuah
ruang yang transparan. Dunia ini bisa dipahami sebagai ruang yang transparant
dimana setiap subjek didalamnya memiliki keleluasaan untuk melakukan relasi
yang membentuk sebuah jejaring.
Namun jika kita perhatikan dengan seksama, ada perubahan yang cukup
drastis di Indonesia terkait dengan menjawab tantangan jejaring global. Jika
mengambil contoh kasus dari negeri sendiri, Indonesia mulai memaknai
keruangannya dan imajinasi terhadapnya. Saat ini terdapat dokumen kerja Master
Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011
2025. Sejalan dengan visi Indonesia 2025 yaitu mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju adil dan makmur maka salah satu pilar
penopangnya dari tiga strategi utama MP3EI yaitu penguatan konektivitas
nasional, sebagai prinsip dasar keberhasilan pembangunan nasional. 137 Potensi
potensi ekonomi yang tersebar diwilayah Indonesia, berusaha diintegrasikan
secara nasional dan dikoneksikan ketingkat global dengan motto terintegrasi
secara lokal, terhubung secara global.138 MP3EI bisa diraba sebagai upaya untuk
menghubungkan Indonesia dengan menggunakan logika konektivitas jejaring
perdagangan dunia.
Konektivitas didalam dokumen MP3EI yang bersifat lokal adalah
pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas,
yaitu barang, jasa dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI.139
Sehingga diperlukan simpul atau jaringan transportasi, pelayanan inter-moda
transportasi, komunikasi dan informasi serta logistik.140 Untuk globally connected
sendiri diartikan sebagai sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien
yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global
melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara internasional

137 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011


2025 Republik Indonesia, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011, hal 24.
138 Ibid, Dokumen MP3EI, hal 36.
139 Ibid, Dokumen MP3EI, hal 36.
140 Ibid, Dokumen MP3EI, hal 36.
93

(international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry


facilitation.141
Kehadiran MP3EI diharapkan mampu merubah wajah perekonomian
Indonesia yang hingga kini mengandalkan sektor konsumsi. Perekonomian
Indonesia terlihat secara statistik sangat mengandalkan pada ekonomi berbasis
konsumerisme. Pada masa krisis saat ini tampaknya sektor konsumsi menjadi
jawaban satu-satunya untuk dapat menjadi buffer yang membantu mengangkat
kembali kondisi ekonomi. Karena itu, kendati dalam kondisi krisis, ekonomi
Indonesia masih bisa tumbuh di atas enam persen. Bersama China dan India,
perekonomian Indonesia tercatat masih bisa tumbuh positif di tengah krisis global.
Dalam triwulan II-2009, ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesa 3,7%,
setelah pada triwulan sebelumnya mencatat 4,4% yoy. Pada triwulan III tahun
2009 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 4,2% atau membaik dari
perkiraan semula yang hanya 3,9%. Secara keseluruhan tahun 2009, ekonomi
Indonesia diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4%-4,5%. Angka pertumbuhan
Indonesia tersebut terlihat cukup meyakinkan di tengah melesunya perekonomian
global pasca krisis.142
Dari semangatnya, dengan menempatkan konektivitas (baik secara
nasional dan global) sebagai salah satu pilar penting dari 3 pilar strategi utama
MP3EI bisa dipahami dari permukaan bahwa ada upaya untuk merebut kembali
kembali pemaknaan dari spatio-temporal fix selalu berujung dengan strategi untuk
menghindari surplus kapital. Meski spatio-temporal fixes bisa dilihat dalam
kerangka teritori, namun pada dasarnya merupakan relasi-relasi material dan
sosial antar kawasan yang terbangun melalui proses molekuler dari akumulasi
kapital dalam ruang dan waktu.143 Melalui MP3EI maka upaya untuk memupuk
modal dilakukan sedari lini yang paling kecil agar koridor koridor ekonomi
yang sudah dirancang bisa terbangun. Koridor ekonomi merupakan strategi untuk
141 Seperti yang dikutip dari Opcit, Dokumen MP3EI, hal 36.
142 Investor Daily. Soliditas Kerja Emiten, diakses dalam
<http://www.investor.co.id/tajuk/soliditas-kinerja-emiten/11267>, pada 2 Maret 2012
143 Virtous Setyaka, Ruang dan Waktu Dalam Pemikiran David Harvey, diakses dari
http://indoprogress.com/lbr/?p=1268.
94

menjadikan simpul simpul utama ekonomi sebagai tulang punggung dan


ditopang oleh infrastruktur yang memadai, seperti ilustrasi dibawah ini;
Gambar 3.1. Masterplan Percepatan Ekonomi Indonesia

Dokumen MP3EI

Apa yang direbut dari pemaknaan spatio-temporal fix? Melalui MP3EI


yang direbut adalah pemaknaan terhadap ruang. Jika diawal dikatakan bahwa
spatio-temporal fix adalah pertautan antara logika teritorial dan logika kapital,
maka logika teritorial yang dijadikan bantalan untuk Indonesia selalu bisa
terkoneksi secara global. World is Flat adalah kiasan Thomas L. Friedman yang
semakin mendekati kenyataan. Beraneka gadget, handphone, komputer yang
menghiasi kehidupan masyarakat Indonesia kontemporer menunjukkan kita
sedang memasuki era Informasi. Ketika dunia semakin terjejaring satu dengan
lainya, maka perpindahan antar ruang kini tidak lagi memerlukan selisih waktu.
Dengan kata lain, kita sedang hidup dalam dunia yang sedang tunggang langgang
dimana tiada yang bisa menahanya.144
Barangkali penerawangan Thomas L Friedman memang telah menjadi
kenyataan. Namun satu hal penting yang tidak bisa dilupakan adalah bahwa
144 Anthony Giddens, 2005, The Consequences of Modernity. London: Sage
95

perubahan dunia tersebut tidak terjadi secara alamiah. Oleh karena itu, Proyek
MP3EI di Indonesia juga bukanlah semata untuk menjawab perkembangan
zaman. Namun lebih jauh, perkembangan konektivitas produksi di Indonesia
sejatinya tidak bisa dilepaskan dari tranformasi struktur material yang terjadi, tak
lain adalah infrastruktur. Dirunut lebih dalam lagi, perubahan struktur Infromasi
di Indonesia ternyata tidak bisa dipisahkan dari perubahan yang terjadi dalam
jejaring produksi internasional.
Dalam bentuk relasi yang hirarkis, power terdistribusi berdasarkan posisi
hirarkinya. Sehingga unit yang lebih kecil bisa dipastikan hanya memiliki porsi
power yang kecil dan posisinya sebagai penopang sebuah struktur hirarki yang
lebih besar. Dalam bentuk jejaring seperti ini, maka keleluasaan dalam hal
pemeragaan kekuatan menjadi terbatas. Kepatuhan terhadap posisi hirarkis
menjadikan manuver yang dilakukan sekalipun menjadi terbatas tidak bisa
melampaui proyeksi yang dilakukan oleh posisi yang dominan. Kepatuhan
terhadap posisi hirarkis ini bisa membuat potensi-potensi dari unit yang lebih
kecil menjadi terhalang dan tidak bisa mencuat. Mengutip dari Manuel Castells
dibagian awal buku Communication Power .in the structure and dynamics of
society may also be linked to the actual subordination of these networks to the
logic of vertical organizations, whose power was inscribed in the institutions of
society and distributed in one-directional flows of command and control.145
Kontrol dan komando menjadi hal yang akan sering mengiringi sebentuk
pemeragaan kekuasaan dalam bentuk hirarkis.
Keluar dari pemahaman umum, Manuel Castells mengiring kita kepada
sebuah bentuk relasi tidak hirarkis, yaitu jejaring. Jejaring yang dimaksud Castells
adalah jejaring sebagai bentuk relasi sosial dimana power tetap menjadi poin
utamanya. Perbedaan yang ada dari pemeragaan power dalam bentuk jejaring
adalah ketika masing masing subjek atau individu berupaya untuk memainkan
fungsinya berdasarkan peranan sebagaimana Castell menguraikan Networks have
their strength in their flexibility, adaptability and capacity to self-reconfigure.146
Poin utama yang bisa diambil dari Castells adalah keleluasaan dan bentuk relasi
145 Manuel Castells, Communication Power, Oxford University Press : 2009, hal 22.
146 Ibid, Castells, hal 23.
96

power secara tidak hirarkislah yang bisa dimanfaatkan untuk menempatkan


MP3EI dalam pemahaman yang lain. Dengan bentuk relasi yang memberikan
potensi bagi keleluasaan maka MP3EI bisa diletakkan sebagai bentuk pemberian
kesempatan atau memberikan peluang terhadap desa untuk terlibat langsung
dalam konstelasi jejaring ini.
Apa celah yang bisa dimanfaatkan MP3EI dari kondisi geography is dead?
Jejaring sendiri adalah sebuah wahana dimana pemeragaan kekuasaan dan
imajinasi terhadap ruang yang transparant bisa dilakukan secara leluasa karena
mereka tidak bersifat hirarkis; ; A networks is a set of interconnected nodes.147
Nodes sendiri disematkan sebagai penamaan kepada unit yang terhubung dan
memperkuat jejaring tersebut. Jika unit adalah bagian kecil dari sebuah struktur
hirarkis, maka nodes adalah bentuk lain dari sebuah relasi yang bersifat terbuka
dan tidak hirarkis. Posisi nodes tidak saling mendahului dan mengepalai (siapa
pimpinan siapa bawahan). Posisi nodes setara, saling terkoneksi dan saling
menguatkan dan secara jumlah bisa berkali kali lipat. Nodes dengan peran yang
cukup penting dinamakan sebagai centers.
Logika jejaring yang ditawarkan oleh Castells menggiring kita untuk
memahami sebuah relasi yang tidak hirarkis dan keluar dari kungkungan batasan
teritorial yang tegas sebagai landasan bagi sebuah keterhubungan. Jejaring yang
dimaksud Castells adalah jejaring sebagai bentuk relasi sosial dimana power tetap
menjadi poin utamanya. Perbedaan yang ada dari pemeragaan power dalam
bentuk jejaring adalah ketika setiap nodes memiliki keleluasaan untuk memainkan
fungsinya berdasarkan peranan. Poin utama yang bisa diambil dari Castells adalah
keleluasaan bentuk relasi power secara tidak hirarkislah yang bisa dimanfaatkan
untuk menempatkan desa versus globalisasi dalam pemahaman yang lain.
Dengan bentuk relasi yang memberikan, maka MP3EI bisa diletakkan sebagai
bentuk pemberian kesempatan atau memberikan peluang terhadap desa untuk
terlibat langsung dalam konstelasi jejaring global.
Apa langkah yang bisa dimanfaatkan dari pemahaman yang ditawarkan
diatas? pertama, celah yang paling bisa teridentifikasi adalah keleluasaan.
147 Manuel Castells, Communication Power, Oxford University Press : 2009, hal 19.
97

Keleluasaan bagi desa yang tadinya dipahami sebagai unit, tetapi ketika
menggunakan logika jejaring maka desa menjadi nodes. Dimana nodes memiliki
posisi yang lebih menjajikan untuk membuat desa bisa menggali dan
menunjukkan potensi potensi yang dimilikinya tanpa harus khawatir dengan
batasan teritorial. Networks have their strength in their flexibility, adaptability and
capacity to self-reconfigure.148 Fleksibilitas yang dimiliki oleh networks justru
membuat kesempatan desa sebagai nodes bisa terkoneksi secara langsung
dengan nodes yang lain.
Kedua, dengan memahami bahwa dunia adalah sebuah jejaring maka kita
bisa memberikan pandangan yang lain bahwa dunia tidak hanya semata mata
terglobalisasi. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pemaknaan
terhadap globalisasi seperti dua sisi mata uang, bahwa disatu sisi akan
memberikan faedah namun disisi yang lain justru memberikan kerugian. Untung
rugi dalam logika jejaring tidak diartikan secara sederhana, tetapi ketika disadari
bahwa posisi kita sebagai nodes maka secara logika yang perlu dilakukan adalah
melakukan akselerasi dan penyesuaian terhadap laju gerak jejaring tersebut
dengan tidak menghilangkan atau mengecilkan posisi desa sebagai nodes.
Kita bisa melihat Infrastruktur desa masih menjadi masalah utama dalam realisasi
proyek Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI). Dua faktor yang mempengaruhi pembangunan infrastruktur adalah
modal yang cukup besar dan kepastian hukum atas tanah. Pengadaan infrastruktur
berupa jalan sangat dibutuhkan kepastian hukum. Karena pembangunan jalan
tentunya membutuhkan pembebasan lahan. Masalah di lapangan yang muncul
adalah sejumlah warga tidak mau melepas tanahnya atau minta harga tinggi yang
tentunya akan menghambat pembangunan jalan. Kemudian contoh terbaru, ketika
proyek perluasan untuk pelabuhan. Beberapa tempat membuktikan perluasan
pelabuhan selalu terkendala dengan sikap dan kondisi masyarakat setempat,
sehingga tidak bisa berkembang. Hambatan lainnya adalah perkembangan negatif
ekonomi dunia seperti Eropa, China, India dan Amerika Serikat (AS). Tempat148 Ibid, Castells, hal 22.
98

tempat di mana diharapkan modal bisa masuk menjadi terhambat karena krisis.
Sebagaimana diketahui, sistem ekonomi Indonesia saat ini adalah ekonomi
terbuka. Sehingga, apapun yang terjadi di perekonomian luar negeri akan sangat
berdampak baik negatif atau positif secara langsung maupun tak langsung.
Perubahan teknologi sangat signifikan terutama dalam aspek informasi
yang memungkinkan terjadinya transaksi ekonomi yang cepat secara global perlu
dierhatikan oleh MP3EI. Munculnya negara industri baru (Newly Industrializing
Countries) seperti Brazil dan Insia membuat negara industrialiasasi lama (Eropa
Barat dan AS) lebih mendorong terjadinya spesialisasi pada jenis teknologi inti
baru. Negara memiliki kepentingan untuk mendorong pengembangan secara
teknologi sebanyak mungkin perusahaan untuk mendapatkan untung dari hal itu.
Negara juga harus memindahkan sokongan industri menjauh dari sektor-sektor
yang meorosot pada sektor-sektor baru.149 Dengan kata lain, era infromasi
memungkinkan bentuk mutakhir dari manajemen kapitalisme kontemporer seperti
kutipan dari Amin Ash; Terms such as structural crisis, transformation and
transition have become common descriptors of the present, while new epithets
such as post-Fordist , post-industrial , post-modern, fifth Kondratiev and
post-collective have been coined by the academic prophets of our times to
describe the emerging new age of capitalism. 150
Dari sisi tersebut, kita bisa melihat semacam proses pergeseran kekuasaan
dalam ketenagakerjaan. Sistem post-fordis dapat diterapkan secara fundamental
berdasar atas produksi yang lentur. Pertambahan pendapatan untuk setiap buruh
yang mampu mengerjakan banyak pekerjaan sekaligus.151 Hal tersebut
menunjukkan bahwa restrukturisasi industri yang fleksibel berdampak
meningkatkannya keuntungan ditambah faktor teknologi dan inovasi. Bila dalam
era Fordisme negara masih banyak melakukan campur tangan dalam industri,
tetapi di rezim post-Fordisme, mekanisme pasarlah yang menentukan tata kelola
tenaga kerja. Dengan kata lain, artinya bahwa kekuasaan telah bergeser dari
149 Munck, Ronaldo. Globalization and Labour, London: Zid Book, 2003, hal. 94
150 Amin, Ash., Post-Fordism: A Reader. Blackwell Publishers Ltd.UK. Oxford:
2000. Hlm 1-2.
151 Harvey, Op Cit.
99

negara (state) ke market. Di dalam konteks kasus-kasus perselisihan perburuhan


yang terjadi di sekitar kita, rupanya akan segera terlihat adanya kekuasaan yang
bertingkat. Kekuasaan market atas buruh berbentuk PHK, pergantian pemilik atau
pengelola, relokasi, sub-kontrak dalam hubungan kerja yang fleksibel. Sedangkan
kekuasaan negara atas buruh nampak dalam praktek intimidasi, kekerasan dan
pembatasan-pembatasan gerakan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka MP3EI akan dihadapkan tantangan
dalam manajemen tenaga kerja. Tenaga kerja (Labour) merupakan aset penting
bagi suatu perusahaan untuk membantu jalannya kegiatan produksi dimana
masing-masing mengejar target pertumbuhan dalam menyelesaikan proyeknya
demi keuntungan maksimal yang diharapkan investor Penulis menekankan bahwa
yang terjadi pada saat era post fordisme lahir adalah bagaimana sistem kerja di
suatu perusahaan lebih tertata sesuai dengan masing-masing zaman. Bagaimana
sebelum merdeka, tenaga kerja desa Indonesia dalam era fordisme, dikejar dan
dituntut untuk mengerjakan dan melakukan kegiatan apapun demi target rempahrempah yang diambil oleh penjajah. Meski secara manajemen belum terstruktur,
mayoritas pada saat itu bagaimana sebisa mungkin para tenaga kerja desa dipaksa
untuk menanam tanaman rempah-rempah.
Memasuki abad konektivitas global, tenaga kerja di pedesaan dibayangi
sistem post-fordisme. Tenaga-tenaga kerja desa diarahkan untuk berprofesi
sebagai buruh di perusahaan-perusahaan Multinasional sekaligus membuat adanya
satu kebijakan yang dibuat secara fleksibilitas dalam setiap rantai keputusana.
Ketika global market yang mengatur, maka tenaga kerja desa harus melakukan
penyesuaian dengan target dan fokus permintaan (demand). Spesialisasi kerja
menjadi kian optimal karena terdapat sinkronisasi dalam banyak elemen yang
terlibat sehingga tetap berjalan pada sistemnya. Kenyataan secara faktual, tenagatenaga kerja desa harus tetap mengikuti apa yang diinginkan oleh perusahaan
dalam memenuhi demand produksi masyarakat urban. Terlebih dalam era
informasi sekarang, tidak ada kembali tekanan yang dipusatkan dari pemerintah
untuk mengontrol tenaga kerja pedesaan

100

Tabel 3.2. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Ditinjau Dari Sisi Produksi


tahun 2013 yang dimiliki oleh BAPPENAS

Pembagian ekonomi kedalam berbagai koridor ekonomi sebagaimana


rencana MP3EI secara kalkulasi cukup ampuh untuk menciptakan pertumbuhan,
tetapi memiliki beban berat dalam menciptakan pemerataan. Secara garis besar
data yang mengambil ratarata dari kepulauan dihimpun melalui BPS (Badan
Pusat Statistik). Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I2013 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar
terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 57,79 persen, diikuti oleh Pulau
Sumatera sebesar 23,99 persen, Pulau Kalimantan 8,89 persen, Pulau Sulawesi
4,70 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,49 persen. Kontribusi terkecil berasal dari
kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni sebesar 2,14 persen.152
Dalam hal ini Maluku dan Papua yang merupakan daerah berbasis desa masih
terbilang kecil. Pertanian yang dihasilkan dari desa masih terbilang masih kecil
dibandingkan dengan komoditi lain.153 Sumber daya alam ( SDA ) seperti panas
bumi di dataran tinggi dieng, batu bara di Kalimantan, minyak bumi di lepas
152 http://www.bps.go.id/?news=1008, diakses pada tanggal 21 September 2013
153 http://www.slideshare.net/ailman/bappenas-kerangka-ekonomi-makro-apbn-201314464001 diakses pada tanggal 21 September 2013
101

pantai hampir seluruh bagian Indonesia, gas bumi yang terdapat di daerah pulau
Sumatra, emas dan aneka tambang di tanah papua yang bisa menghidupi lebih dari
para petani dan warga desa itu sendiri.
Tabel
Realisasi Investasi Asing Kuartel II 2013 Berdasarkan Sektor (US$
Million)
No

SECTOR

INVESTMENT

Mining

1,242.04

Transport Equipment and Other

1,005.88

Transport Industry
3

Transportation, Storage, and

760.21

Telecommunication
4

Metal, Machinery and Electronic

684.12

Industry
5

Chemical and Pharmaceutical

544.99

Industry
6

Food Industry

542.19

Electricity, Gas and Water Supply

470.36

Food Crops and Plantation

372.55

Construction

334.84

10

Housing, Industrial Estate and Office

250.40

11

Non Metallic Minerals Industry

220.20

12

Paper and Printing Industry

180.43

102

13

Textile Industry

160.53

14

Trade and Repair

130.26

15

Rubber and Plastic Industry

74.28

16

Hotel and Restaurant

65.74

17

Other Services

55.16

18

Other Industry

30.34

19

Forestry

22.63

20

Wood Industry

12.67

21

Livestock

8.24

22

Leather Goods and Footwear Industry

3.84

23

Fishery

0.62

24

Medical Instrument, Precision,

0.00

Optical and Watches Industry


Total

7,172.51

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2013154


Banten misalnya, merupakan Provinsi kedua setelah Jawa Barat yang
memperoleh investasi luar negeri yang cukup besar. Nilainya investasi asing yang
di peroleh dari luar negeri mencapai 1,263.98. Kondisi tersebut pada dasarnya
juga dapat dimaklumkan, melihat tingkat UMR di Provinsi tersebut cukup kecil,
sebesar Rp 1.100.000.155 Selain itu, Banten juga merupakan Provinsi penghubung
antara Provinsi Lampung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat sehingga
154 Badan Koordinasi Penanaman Modal. .DOMESTIC AND FOREIGN DIRECT
INVESTMENT REALIZATION IN QUARTER II AND JANUARYJUNE 2013, hal.12,
155 Badan Koordinasi Penanaman Modal, DOMESTIC AND FOREIGN DIRECT
INVESTMENT REALIZATION IN QUARTER II, JANUARYJUNE 2013, hal.12.
103

menjadi pemicu banyaknya investasi dari luar negeri yang mengalir ke Provinsi
tersebut. Jawa Tengah juga merupakan Provinsi yang pada tahun 2013 sekarang
ini merupakan provinsi dengan tingkat upah yang cukup rendah. Tidak
mengherankan apabila di wilayah Semarang memiliki banyak industri, khususnya
tekstil dan garmen. Untuk wilayah lainnya seperti Purbalingga, yang terkenal
dengan industri bulu mata dan rambut palsu. Oleh karenanya Jawa tengah cukup
diminati oleh investor dari luar negeri yang kemudian total investasi asing yang
diperoleh Provinsi Jawa Tengah sebesar US$ 91.14 juta. Kalimantan Timur yang
termasuk kedalam tingkat UMR terendah diantara 32 Provinsi lainnya, juga
merupakan penerima investasi luar negeri yang cukup besar. Oleh karenanya,
tidak mengherankan apabila Provinsi ini mendapatkan aliran dana sebesar US$
487.20 juta pada kuartel II tahun 2013.156
Setelah kita melihat data total investasi menurut daerah, maka selanjutnya
kita dapat melihat total investasi modal asing menurut sektor. Hal tersebut untuk
memperjelas dan memperkuat pernyataan bahwa perusahaan multinasional yang
banyak bermain dalam peralihan fungsi lahan desa dan peralihan peran SDM. Ke
sektor industri. Data BKPM pada kuartel II di tahun 2013 mencatat tingginnya
jumlah investasi pada sektor industri yang mencapa kurang lebih US$ 3.096
jutadari total investasi dari luar negeri sebesar US$ 7,172.51 juta pada tahun yang
sama. Angka tersebut menunjukan, hampir separuh dari investasi yang berasal
dari luar negeri terfokus pada sektor industri.
Sedangkan, realisasi investasi asing pada sektor pertambangan sebesar
US$ 1,242.04 juta, sehingga angka tersebut tidak mencapai separuh dari investasi
yang di tanamkan pada sektor industri. Berikut berbagai jenis industri yang
banyak diminati investor asing. Sebagai contoh bagaimana untuk sektor peralatan
Transportasi sebesar US$ 1,005.88 juta. Sedangkan sektor Metal, Mesin and
Elektronik sebesar US$ 684.12. juta. Sedangkan untuk jenis bahan kimia dan
farmasi nilai investasinya sebesar US$ 544.99 juta. Industri makanan juga

156 Badan Kpoordinasi Penanaman Modal.Domestic And FDI Realization In Quarter


II And JanuaryJune, 2013, hal.12,
104

merpakan salah satu jenis dari sektor industri yang nilai investasinya cukup besar,
sebesar US$ 542.19 juta.157
Pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia yang di klaim sebesar enam
persen pertahun dapat dilihat dari penjualan properti rumah, apartemen maupun
perkantoran. Kondisi tersebut yang kemudian menarik investasi dari luar untuk
menanamkan investasinya di sektor industri properti. Nilai investasi pada sektor
ini mencapai US$ million 250.40 pada kuartel II tahun 2013. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia juga dapat dilihat dari tingkat konsumsi kendaraan bermotor.
Tingginya konsumsi kendaraan bermotor masyarakat Indonesia, menjadikan
alasan untuk investor menanamkan investasinya pada jenis industri turunannya,
yaitu industri karet dan plastik. Tidak sedikit nilai investasi yang di kucurkan dari
luar negeri angka industri lainnya yang tidak di jabarkan US$ 30.34 Juta untuk
jenis industri kulit dan alas kaki juga berhasil menarik investasi dari luar, dengan
memperoleh investasi sebesar 20 US$ juta .
Sedari awalnya para pemikir yang mencoba menkaitkan mengenai ruang
dan politik sudah menyadari bahwa batasbatas geografis bukanlah titik akhir
tujuan mereka dalam mengartikulasikan subjektifitas eksternalnya. Bumi ini
adalah ruang yang sudah mereka persepsikan akan menjadi ruang pertarungan
sengit. Sehingga yang perlu ditonjolkan adalah keleluasaan dan pemeragaan
kekuasaan bisa dilakukan juga oleh desa. Sepertinya dalam melihat dunia ini kita
beranggapan bahwa desa adalah korban dan globalisasi terkait dengan tema besar
dari buku ini mengenai perlunya desa mandiri menghadapi globalisasi
Pemeragaan kekuatan dan keleluasaannya adalah dua hal yang bisa dipertaruhkan
MP3EI untuk tetap berkembang tidak merasa terbelit dari kondisi yang tanpa
celah ini. Kiranya perlu untuk mendudukkan permasalahan MP3EI kedalam
logika konektivitas yang berhadapan dengan globalisasi, bagaimana MP3EI
mampu untuk menempatkan desa sebagai subyek bukan obyek.
Sebagai penutup, penting kiranya untuk mendudukan permasalahan
kemandirian desa tidak dalam sebentuk pertahanan semata dalam menghadapi
terjangan yang ditimbulkan dari globalisasi. Sehingga yang dimunculkan sebagai
157 BKPM, Op cit.
105

solusi adalah sebentuk pertahanan semata. Tawaran yang bisa diberikan melalui
kata pengantar ini adalah untuk mendudukan permasalahan ini kedalam kerangka
yang berbeda. Menempatkan desa didalam konstelasi jejaring yang
memungkinkan ruang gerak desa bisa lebih fleksibel dan dinamis didalam
sebuah ruang yang transparant.

III.2 Undang Undang Desa dan Problemnya


Melakukan redefinisi kembali tentang makna desa menjadi
krusial dalam merespon perkembangan zaman yang berbeda.
Oleh karena itu perumusan Undang Undang desa juga merupakan
salah satu cara menyiasati perkembangan yang terjadi.
Berdasarkan pasal satu Undang Undang Desa, dapat difahami
bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan hak

106

asal-usul, adat istiadat dan sosial budaya masyarakat setempat


sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.158
Undang Undang Desa sejatinya akan digunakan untuk menyempurnakan
berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait desa. Seperti UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Pemda). Oleh karenanya, sangat penting
untuk ditelusuri tentang sejarah desa secara komprehensif. Misalnya, seperti apa
pengelolaan desa di masa pemerintahan kolonial Belanda, masa penjajahan
Jepang, Orde Lama, Orde Baru dan reformasi. Hal serupa juga terjadi di awal
pemerintahan Orde Baru, namun dengan kucuran utang luar negeri, sekitar tahun
1970-an pembangunan desa dimulai. Seiring waktu, desa di berbagai wilayah
tergolong meningkat kesejahteraannya ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tapi,
masuk tahun 1990-an, kesenjangan antara orang kaya dan miskin di desa malah
semakin tinggi. 159
Terdapat beberapa persoalan yang dibahas Panitia Khusus (Pansus) Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam membahas Undangundang (RUU) tentang Desa. Implikasinya sempat terjadi keterlambatan
pengesahan UU Desa yang rencana awalnya ditargetkan selesai pada Masa
Persidangan IV pada Tahun Sidang 2012-2013. Kenapa demikian?, RUU desa
sudah membahas banyak hal, mulai kelembagaan demokrasi desa hingga masalah
mengenai desa adat. Namun masih terdapat beberapa masalah krusial yang hingga
akhir masa sidang masih menjadi perdebatan, salah satunya ialah masalah
anggaran untuk desa. Para Anggota pansus krusial membahas anggaran desa
namun menimbulkan pro dan kontra yang belum menemukan titik temu pada
158 Parade Nusantara. Draft Undang Undang Tentang Desa Yang telah Disetujui Pada
Rapat Timus 3 Oktober 2013.
159 Pansus Sulit Menyelaraskan Dengan Konstitusi, dalam
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5109402e438e6/pansus-ruu-desa-sulitmenyelaraskan-dengan-konstitusi, 30 Januari 2013. Diakses pada 20 September 2013. Pk
21.14.
107

masa persidangan terakhir. Dengan pengalokasian anggaran untuk desa akan


menjadi pembeda sekaligus

penegasan bahwa UU Desa dapat memberikan

faedah konkret, baik untuk kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Sementara itu,
hampir semua fraksi di DPR mayoritas sepakat untuk mencantumkan persentase
nominal dana alokasi desa. Dengan adanya persentase tersebut, akan ketahuan
berapa anggaran yang masuk desa. Bahkan beberapa elemen masyarakat ingin
mengonsolidasikan anggaran desa tersebut masuk desa lewat satu pintu.160
Dalam Rancangan UU Desa, maka pengakuan tentang desa adat telah
diatur keberadaanya sehingga tidak muncul kendala dalam persidangan. Selain itu
tertuang dalam RUU Desa, bahwasanya desa adat merupakan persekutuan
masyarakat hukum adat yang terbentuk berdasarkan asal usul dan sejarah
perkembangan masyarakat yang bersangkutan sendiri. Desa adat memiliki batasbatas wilayah dan susunan pemerintahan yang mengurus pemerintahan dan
pembangunan sesuai dengan kepentingan dan prakarsa masyarakat yang
bersangkutan dalam sistem NKRI. RUU Desa menyebutkan secara umum
perbedaan desa adat dan desa praja (desa pada umumnya atau desa dinas) ada di
mekanisme pemilihan kepala desa. Pemilihan langsung dan mekanisme adat
setempat, jenis kekayaan atau aset, tanah kas desa atau bengkok dan tanah ulayat,
"Dasar pembentukan desa adat dibentuk berdasarkan perundang-undangan dan
desa adat dibentuk berdasarkan hukum adat yang setelah disesuaikan seperlunya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 161
Dalam proses perumusan Undang Undang Desa sejatinya telah mendapat
persetujuan pihak pemerintah. DPR sendiri juga sudah meyetujui hampir seratus
persen draft RUU Desa. Seperti diketahui, produk UU yang dibahas di DPR harus
atas persetujuan kedua belah pihak, baik DPR maupun pemerintah. Jika salah satu
tidak setuju, maka UU Desa tidak bisa disahkan. Namun justru terganjal oleh
160 Ainurrahman, dalam http://www.jurnalparlemen.com/view/4992/penyebab-ruudesa-tidak-selesai-sesuai-target.html diakses 2 November 2013. PK. 13.15.
161 Zul Sikumbang, RUU atur keberadaan Desa Adat, dalam
http://www.antaranews.com/berita/395342/ruu-desa-atur-keberadaan-desa-adat, diakses
20 september 2013. Pk 21.17.
108

pemerintah, karena masih ada beberapa pasal yang belum disetujui Departemen
dalam negeri, terutama terkait dengan status perangkat desa. Terdapat alternatif
apabila aparat desa tidak bisa diangkat menjadi PNS, mereka minta agar digaji
secara resmi dari APBN sesuai besaran gaji PNS golongan IIA. 162
Untuk itu sebuah regulasi terkait metode pemilihan dan status perangkat
desa menjadi perlu diuraikan. Perangkat Desa yang diatur berdasarkan UU No. 32
Tahun 2004 sangat berbeda dengan pengaturan dalam UU No. 22 Tahun 1999.
Perangkat desa berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 terdiri dari sekretaris desa dan
perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi oleh pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam UU No. 32
Tahun 2004 memiliki fungsi bersama Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa
dan sebagai penampung dan penyalur aspirasi. Berbeda dengan BPD model UU
No. 22 Tahun 1999 yang memiliki peran pengawasan terhadap pemerintah desa.
BPD tidak lagi dipilih rakyat secara langsung, namun ditetapkan dengan cara
musyawarah.
Terdapat perdebatan berkaitan dengan tata cara pembentukan, fungsi, dan
peran BPD model UU 32 Tahun 2004. Hal tersebut diasumsikan akan mereduksi
demokratisasi di tingkat desa. Bagaimana mungkin suatu badan yang dibentuk
bukan sebagai representasi rakyat bisa menjalankan fungsi legislasi. Pelaksanaan
otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat desa untuk lebih mandiri
dalam mengatur dan mengurus rumah tangga desa, termasuk dalam hal ini adalah
mengatur dan mengurus Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes),
Pendapatan Asli Desa (PADes) sebagai salah satu sumber anggaran penerimaan
atau pendapatan Desa memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan
Desa dan bagi pelaksanaan otonomi Desa. 163
Undang Undang Desa perlu dirumuskan supaya tidak terjadi overlapping
dengan Undang Undang pemerintahan daerah yang lain. Semisal Undang
162 RUU Desa Tunggu pesetujuan Pemerintah, Pikiran Rakyat, edisi 12 Juli 2013.
163Pendapat Komisi Hukum Nasional mengenai RUU Desa dalam
http://www.komisihukum.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=428%3Apendapat-khn-tentang-ruudesa&catid=1%3Alatest-news&Itemid=50&lang=in, diakses 2 Oktober 2013.
109

Undang-undang tentang desentralisasi Pemerintahan daerah yang didalamnya


diatur tentang tatacara pemilihan kepala daerah. Artinya kepala daerah harus
sudah memaparkan Visi misi dalam melaksanakan pemilihan Pemilihan umum
kepala daerah. Selanjutnya UU tentang Keuangan Negara hingga akuntabilitas
penyelenggaraan Negara. Misal Departemen/kementrian dan lembaga serta
organisasi pemerintah daerah harus sudah membuat laporan akuntabilitas kinerja
(LAKIP) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
Selanjutnya dengan UU nomor 25 tahun 2004 mulai disusun Rencana Jangka
Panjang mulai Nasional hingga daerah selama 20 tahun, Rencana Jangka
Menengah selama lima tahun dan rencana jangka pendek selama satu tahun pada
setiap level pemerintahan.
Satu aspek yang perlu dipantau lebih jauh setelah pengesahan Undang
undang desa adalah kaitanya dengan implementasi pasal 33 UUD 45.
Pertanyaannya ialah sejauh mana pemerintah desa dengan model yang diatur
dalam undang undang desa mampu berwenang menjaga kekayaan alam ketika
berhubungan dengan kekuatan perusahaan multinasional. Sekali lagi, pada
akhrnya banyak dampak yang akan di timbulkan dari alih fugsi lahan dan alih
fungsi tenaga kerja di desa. Yang pertama adalah kekurangan bahan pokok hasil
pertanian, meningkatnya harga bahan pokok karena stok yang kurang, dan
perubahan budaya yang secara tidak langsung di bawa dalam sistem industri.
Bencana kelangkaan kedelai, cabe, bawang, dan berbagai macam bahan pokok
yang belakangan melanda Indonesia seharunya bukan hanya di lihat sebagai
mekanisme pasar semata, tapi dapat pula di lihat dari pengalihan fungsi lahan dan
tenaga kerja desa dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal tersebut secara
langsung berakibat atas berkurangnya pasokan bahan pokok dan menimbulkan
kelangkaan yang kemudian meningkatkan harga bahan pokok di pasaran.
Tanpa adanya aturan terkait wewenang pemerintah Desa dalam investasi
MNC, maka akan berujung semakin kuatnya interfensi MNC untuk mengatur desa
dalam pengkonsentrasian ekonomi. Terlebih pengelolaan desa di era reformasi,
lebih bersinggungan dengan keterlibatan swasta. Alhasil, pemanfaatan sumber
daya yang ada di desa tak jarang dimanfaatkan oleh swasta. Walau ada kebijakan

110

pemerintah yang memberi kucuran dana untuk pembangunan daerah, seperti


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) namun pengucurannya
cukup sulit. Atas dasar itu, RUU Desa sebaiknya mencantumkan ketentuan yang
memperketat pengelolaan swasta atas desa. Serta, pembangunan desa harus
diutamakan untuk menyejahterakan masyarakat desa golongan ekonomi lemah,
khusunya petani dan buruh.
Sejak setelah perjalanan Marco Polo ke Hindia, desa Indonesia menjadi
daya tarik tersendiri. Bagi Eropa Marco Polo mendeskripsikan Asia dalam catatan
perjalanannya dan membuat alam Asia yang subur memancing perjalanan kaum
Eropa lainnya. Selanjutnya, Christopher Colombus, Vasco da Gama dan
Ferdinand Magellan merupakan tokoh yang juga sangat berperan dalam penemuan
rute-rute baru dalam pelayaran yang membuka mata banyak orang Eropa
mengenai dunia luar. Disinilah hubungan antara satu belahan dunia dengan
belahan dunia lain mulai terjalin. Penemuan kompas, kertas, mesin cetak oleh
Cina semakin memperkuat munculnya globalisasi Klimaks perkembangan
ditandai dengan adanya revolusi Amerika dan revolusi Prancis. Saat inilah banyak
orang mulai menyadari arti penting kebebasan. Pasca perang dunia pertama dunia
mengalamai krisis dalam segala aspek, kemudian pasca perang dunia kedua
muncul adanya semangat untuk membangun kembali dunia melalui utang
pembangunan Bank Dunia.164
Pendekatan dalam memecahkan kelangkaan bahan pokok hasil pertanian
berpangkal pada tiadanya regulasi agraria. Contoh paling nyata adalah beralihnya
fungsi lahan dan peran masyarakat dalam pembangunan desa, yang semula
merupakan lahan pertanian dan masyarakatnya bekerja menjadi petani, berubah
menjadi sektor indusrri. Hal demikian merupakan intervensi yang secara tersirat
Berlandaskan moderenisasi, sehingga pembangunan sosial di desa mulai
kehilangan ruhnya. Dengan mengembalikan fungsi lahan desa ke semula,
sehingga pembangunan bukan hanya diukur berkutat pada peningkatan jumlah
kuota impor saja. Pembangunan secara fisik merupakan dampak yang nyata
164 LeGrain, Philippe., A Brief History of Globalisation, dalam Open World: the
Truth about Globalisation, London: Abacus Book, 2003.
111

terlihat dari besarnya intervensi asing melalui investasi MNC yang mereka
keluarkan. Namun acapkali pembangunan mereduksi pembangunan sosial yang
berlandaskan atas dasar kearifan lokal.
Konsep dasar pembangunan agraria lahir dari pergulatan pemikiran para
pendiri bangsa untuk menghilangkan sisa-sisa feodalisme era kolonial terutama
pengusaan tanah oleh tuan-tuan tanah yang tak berkeadilan. Sejak awal para
pendiri bangsa menyadari secara mendalam struktur sosial ekonomi dan budaya
masyarakat Indonesia yang agraris sehingga mayoritas tinggal dipedesaan yang
miskin. Akhirnya setelah melalui perdebatan dan pergulatan selama 12 Tahun
sejak pemerintah membentuk Panitia Agraria Yogya pada tahun 1948, maka pada
24 September 1960 UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria atau dikenal dengan Undang-Undang Pembaruan Agraria (UUPA)
disetujui DPR. Melalui persetujuan tersebut secara mendasar telah dikonsepkan
dasar cita-cita pembangunan negeri ini berbasiskan Pembaruan Agraria. Hingga
akhirnya tanggal ditetapkanya UUPA yakni tanggal 24 September kemudian
dijadikan Hari Tani. 165
UUPA menjadi titik awal dari kelahiran hukum pertanahan menggantikan
produk hukum agraria kolonial yang saat itu dianggap monumental sekaligus
revolusioner. UUPA antara lain mengatur pembatasan pengusaan tanah,
kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh hak atas tanah,
pengakuan hukum adat, serta warga asing tak punya hak milik atas tanah Hingga
akhirnya kita harus meresapi semangat pembaruan agraria tersebut saat itu adalah
tanah untuk rakyat. Khususnya rakyat tani tak bertanah,166 Undang-undang
Pokok Agraria (UUPA) tidak melarang sewa tanah oleh asing, asalkan kedua
pihak baik masyarakat maupun penyewa sama-sama diuntungkan. Bahkan
Gubernur, bupati, dan wali kota berwenang menerbitkan peraturan daerah (perda)
berkaitan dengan sewa tanah oleh asing.
DPR sendiri kini tengah membahas Rancangan Undang Undang (RUU)
tentang Pertanahan. Salah satu yang ditekankan adalah adanya pembatasan luas
165 Hendri F Isnaeni dalam Majalah Historia: Tanah Untuk Rakyat.
166 Gunawan Wiradi dalam Reforma Agraria: Dari Desa ke Agenda Bangsa.
112

tanah yang dikuasai, atau dikelola sebuah grup perusahaan.. Bila dulu bisa
menguasai tanah hingga 10 juta hektar, di RUU Pertanahan ini DPR mengusulkan
maksimal hanya 50 ribu hektar. Namun DPR optimis Rancangan Undang-Undang
(RUU) Pertanahan mampu mendorong reformasi agraria. Apalagi semangat
reformasi agraria sudah menjadi amanat dalam UUD 1945 yang mengamanahkan
untuk mengelola Sumber Dalam Alam (SDA) untuk kemakmuran rakyat yang
kemudian diperkuat dengan diterbitkannya UU Pokok Agraria 1960 dan Tap
MPR/XI/2001. Soal ancaman oleh kepentingan asing atas tanah, terlihat dari
dijadikanya UU No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai rujukan
teknis. Padahal secara prinsipil UU PMA 2007 membuka masuknya modal asing
seratus persen melalui asas perlakuan yang sama (equal treatment) antara modal
asing (orang asing, badan hukum asing) dengan negara RI, badan hukum
Indonesia, dan perseorangan Indonesia.167
Permasalahan lain muncul karena DPR dinilai terlambat dalam merancang
undang undang untuk menciptakan reformasi agraria. Data Konsorium Pembaruan
Agraria (KPA) mencatat, sekitar 64,2 juta hektar tanah atau 33,7 persen daratan
telah diberikan kepada perusahan pertambangan gas, mineral dan batu bara berupa
izin konsesi. KPA juga menyebut, 5000 dari sekitar 10.000 izin usaha
pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pemerintah ilegal. Bahkan dari 8.000 IUP
di seluruh Indonesia terdapat 6000 IUP bermasalah
Terjadinya ketimpangan inilah yang menjadi akar dari berbagai konflik
agraria yang merebak dalam beberapa tahun terakhir di berbagai desa Indonesia.
Pada periode 1970-2001, KPA mencatat sengketa agraria 1.753 kasus, tersebar di
2.834 desa dan kelurahan. Tanah yang disengketakan mencapai 10,9 juta hektar
dan hampir 1,2 juta keluarga menjadi korban. Sepanjang tahun 2011, terdepat 163
konflik pertanahan dengan jumlah rakyat yang menjadi korban meninggal dunia
mencapai 22 orang. Setidaknya pada tahun 2010 telah terdapat 106 konflik agraria
dengan jumlah tiga orang meninggal. Data KPA juga menunjukan , konflik agraria
http://harian-pelita.pelitaonline.com/cetak/2013/09/24/regulasi-agrariaancam-kepentingan-nasional#.Uoy8veL8g28
167

113

yang terjadi tahun 2011 melibatkan 69.975 kepala keluarga dengan luas areal
konflik mencapai 472.048,44 hektar. Dari 163 konflik agraria tahun 2011,
rinciannya 97 kasus di sektor perkebunan, 36 kasus di sektor kehutanan, 21 kasus
di sektor infrastruktur, 8 kasus di sektor pertambangan, dan 1 kasus wilayah
tambak dan pesisir.
Dari data ini kita dapat menarik benang merah yang mendasar konflik
agraria dan terjadinya ketimpangan agraria di negeri ini merefleksikan pudarnya
keadilan agraria di dalam masyarakat serta adanya pola pembangunan dan cara
mensejahterakan masyarakat yang salah secara mendasar. Bagaimanapun
Indonesia yang diwariskan para pendiri bangsa sesuai cita-cita Proklamasi 1945
tidak pernah mengamanatkan terjadinya penguasaan ekonomi dikuasi segelintir
orang/kelompok saja sehingga demokrasi yang kita usung bersama ini tidak hanya
demokrasi dibidang politik tetapi demokrasi di bidang ekonomi.
Permasalahan tata pemerintahan desa dimulai setelah masuknya kekuasaan
pemerintah Belanda ke Nusantara. Kedatangan Belanda telah menggantikan posisi
kerajaan/ suku atas komunitas adat lokal. Untuk menumpulkan hukum lokal,
pemerintahan kolonial menerapkan dua sistem pemerintahan. Pertama,
membangun sistem pemerintahan langsung di bawah Belanda. Kedua,
memberikan kewenangan kepada penguasa lokal untuk menjalankan sistem
pemerintahan sendiri dalam penyelengaraan pemerintahan. Dengan catatan,
penguasa lokal harus loyal terhadap kepentingan kolonial. Pemerintah Belanda
memanfaatkan utusannya (residen) untuk mengawasi situasi desa. Residen di
tunjuk langsung oleh kolonial. Posisi Residen secara langsung telah dimanfaatkan
Belanda untuk membangun suatu lembaga administrasi di tingkat desa. Dengan
adanya struktur pemerintahan baru bentukan pemerintah kolonial, mereka dengan
mudah dapat memonopoli Sumber Daya Alam di wilayah tersebut.168 Cara-cara
kolonial di lanjutkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan mengeluarkan UU
No.5 tahun 1979 tentang Desa. Undang-undang tersebut dimanfaatkan pemerintah
pusat. Mereka menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, atas sponsor

168 Kolonialisasi Masyarakat Adat, Kompas, 13 April 2013.


114

investasi asing melakukan penyeragaman bentuk pemerintahan. Tujuannya untuk


mempermudah agar SDA dapat di monopoli oleh pemerintah pusat.
Barulah peran desa sebagai subyek pemerintahan mulai didengar ketika
memasuki periode Good Governance Indonesia yang dimulai pasca epilog
pemerintahan Orde Baru berakhir pada tanggal 21 Mei 1998. Wacana diperkuat
Memasuki era reformasi Kabinet Abdurrahman Wahid yang dikenal Kabinet
Reformasi Gus Dur, paska transisi Presiden Habibie dilanjut dengan Kabinet
Megawati Soekarno Putri yang dikenal dengan Kabinet Gotong Royong sejak
pertengahan tahun 1998, sangat disadari pentingnya membangun kembali
manajemen pemerintahan melalui paradigma baru (new paradigm) menuju good
governance.169 Pada perkembangannya di Indonesia hingga tahun 2013, telah
banyak dikeluarkan aturan dalam rangka mengimplementasikan prinsip good
governance. Sebagai contoh UU tentang kebebasan informasi Publik dengan
membentuk Komisi informasi publik, kemudian UU tentang Lingkungan hidup
hingga mulai menerapkan proses pasar bebas dimulai dari ASEAN hingga dengan
China (ACFTA). Melalui regulasi sejak tahun 1999 setelah reformasi
dilaksanakan, terbitlah banyak UU yang mengatur dan menjadi bagian dalam
implementasi good governance di Indonesia, diantaranya UU tentang Hak Asasi
manusia, UU penyelenggara Negara yang bebas dari KKN.
Secara historis, konsep good governance mulai mencuat pada akhir tahun
1980-an yang terpicu oleh runtuhnya tembok Berlin dan kemiskinan di Eropa
Timur, Afrika, dan Asia. Konsepsi good governance yang lahir di Eropa mendapat
dukungan kuat dari negara industri di luar Eropa dan badan-badan pemberi
pinjaman internasional, seperti U.K. Overseas Development Administration, dan
World Bank. Bahkan pada tahun 1992, lembaga internasional Eropa menggunakan
keruntuhan Uni Soviet sebagai alasan untuk menyebarkan good governance.
Sejak itulah negara penerima bantuan dijadikan salah satu persyaratan oleh
lembaga keuangan internasional. Sebenarnya governance dalam literatur sudah
dikenal sejak Woodrow Wilson menjadi Presiden USA ke 27 memperkenalkannya
kurang lebih 125 tahun lalu. Terutama setelah berbagai lembaga donor
169 Dwiyanto, Agus, 2006, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press
115

internasional menetapkan good governance sebagai persyaratan utama untuk


setiap program hutang. Sehingga wajar jika di Indonesia spirit good governance
justru meminimalkan peran negara dan cenderung mengedepankan peran swasta
dan pihak luar negeri.
Konsep Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh
Indonesia. Namun demikian masih banyak yang rancu memahami konsep
Governance. Terminologi government dan governance seringkali dianggap
memiliki arti yang sama, yaitu sebuah cara menerapkan otoritas dalam suatu
organisasi, lembaga atau negara. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan
governance sebagai Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya
lembaga negara yang disebut eksekutif, karena eksekutif hanyalah salah satu dari
tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor
lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani).
Karenanya memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran
antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan
main yang disepakati bersama.
Kata governance sering dirancukan dengan government.

170

Akibatnya,

negara dan pemerintah masih menjadi sentral, bahwa pemerintah pusat adalah
sasaran satu satunya yang berhak

melakukan perbaikan. Badan keuangan

internasional mengambil prioritas untuk memperbaiki birokrasi pemerintahan di


Dunia Ketiga dalam skema good governance. Bahkan Good governance berhasil
mendekatkan hubungan antara badan-badan keuangan multilateral dengan para
aktivis politik yang sebelumnya bersikap sinis pada hubungan antara
pemerintahnya dengan lembaga finansial internasional. 171
170 Irwanto, Arief. Memahami Good Governance dalam bernegara. 2007. Ikatan
Nasiolal Konsultan Indonesia. Dalam http://www.inkindo-jateng.web.id/?p=779
171Daniel Kaufmann, Aart Kraay dan Massimo Mastruzzi dalam bukunya
mengenai indikator tata pemerintahan yang baik (World Governance
Indicators/WGI) mengartikan pemerintahan yang baik pasti akan
memberantas kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup yang tinggi dari
tata pemerintahan yang baik. Dalam
http://www.brookings.edu/research/opinions/2009/06/29-governance-

116

Menurut United Nation Development Program (UNDP) terdapat empat


belas prinsip good governance, yang menyangkut banyak unsur dan prinsip dalam
menjalankan Good Governance dengan masing-masing penjelasan.172 United
National Development Program (UNDP) sebagai sub-organ perserikatan bangsa
bangsa (PBB) mendefinisikan governance sebagai penggunaan wewenang
ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan pada semua
tingkat.173 Indikator-indikator tersebut antara lain: hak suara dan akuntabilitas,
stabilitas politik dan anti kekerasan, efektivitas pemerintah, kualitas regulasi, rule
of law, dan pengendalian Korupsi.174 Menurut World Governance Indicators
mencatat pada tahun 2009, negara yang menganut demokrasi seperti Amerika
Serikat hanya menduduki posisi kelima belas. Sedangkan Indonesia yang juga
sama-sama mengaku menganut demokrasi menduduki posisi ke-31.. Hal tersebut
bisa terlihat peringkat negara dalam persepsi korupsi indeks hanya menduduki
peringkat ke-118 pada tahun 2012. 175
Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dalam kategori
good governance, meskipun Indonesia sudah termasuk dalam jajaran negara yang
menjunjung tinggi demokrasi. Oleh sebab itu, indikator-indikator pada good
governance bisa mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam politik
khususnya wanita. Partisipasi wanita dalam politik merupakan tolak ukur
pemerintah untuk meilihat seberapa besar perlindungan pada golongan perempuan
karena hk perempuan dalam memperjuangkan haknya merupakan bagian
demokrasi.176 Bahkan ternyata partisipasi wanita dalam politik jauh lebih unggul
Indonesia dibandingkan Amerika Serikat Sekalipun Amerika Serikat sendiri jauh
lebih dulu menerapkan demokrasi di negaranya dibandingkan Indonesia.177

indicators-kaufmann

172 Tjager, I.N., A. Alijoyo H.R. Djemat, dan B. Sembodo. Corporate governance:
Tantangan dan kesempatan bagi komunitas bisnis Indonesia. Forum Corporate
Governance in Indonesia (FCGI). 2003.
173 United National Development Program.
174 Ibid
175 http://www.transparency.org/cpi2012/results
176 Ani Widyani, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Jakarta : Kompas 2005. hlm.12
117

Berdasarkan Fakta diatas menunjukkan bahwa ada sebuah anomali dalam politik
di negara demokrasi, khusunya Indonesia.
Dalam era Globalisasi dimana peran Korporasi begitu besar, manajemen
kepemerintahan desa tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan
manajemen berjalan dengan efisien dan efektif. Diperlukan instrumen lain yang
lebih terbuka dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang
bertujuan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan transparan dan
konsisten. Banyak perusahaan swasta kini sudah mulai menerapkan Good
Corporate Governance karena menjadi bagian penting dari keterbukaan dan
tuntutan publik agar tidak merugikan publik. Tujuannya adalah bagaimana
mengarahkan dan mengontrol perusahaan melalui distribusi hak/ tanggungjawab
semua pihak ketimbang lebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan
pengaturan.

Prinsip

Good

Corporate

Governance

dimaksudkan

untuk

meningkatkan kesejahteraan pihak desa yang berhubungan dengan perusahaan


multinasional. Diharapkan dirumuskan dan diterapkan lebih lanjut dalam semua
perusahaan multinasional karena pengakuan publik terhadap perusahaan yang
berkualitas akan diakui keberadaannya perusahaan.
Dalam era otonomi daerah, maka sebuah regulasi perundang-undangan
terkait pemerintahan desa merupakan upaya untuk menciptakan persatuan
Indonesia. Tanpa definisi yang pengakuan yang jelas, maka otonomi absolut akan
membuat tidak sinerginya pembangunan desa dan pembangunan nasional. Alokasi
Anggaran tersebut juga menunjukkan adanya bantuan pemerintah yang selama ini
dianggap lamban dalam merespon desa tertinggal. Implementasi Good
Governance akan berjalan baik jika didukung oleh tiga pilar, yaitu Pemerintah dan
perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan
masyarakat. Sehingga menjalankan good governance sebaiknya dilakukan dengan
bergotong royong pada tiga pilar tersebut. Desa berfungsi sebagai elemen
masyarakat dalam tiga pilar tersebut

sehingga desa bukan lagi ditempatkan

sebagai obyek dalam pemerintahan, tetapi menjadi subyek. Apabila pelaksanaan


177 Inter Parlement Union, dalam www.ipu.org/wmn-e/classif.htm, diakses 2 Oktober
2013.
118

hanya dibebankan pada pemerintah pusat maka keberhasilannya kurang optimal,


sehingga perlu adanya desentralisasi.
Dengan demikian, anggaran sepuluh persen APBN menjadi penting
supaya masyarakat desa memiliki visi dan kesempatan untuk mengembangkan
desa secara mandiri. Tanpa adanya anggaran, maka investasi asing akan dijadikan
patokan utama dalam membangun desa yang belum tentu inheren dengan visi
ekonomi nasional. Tidak selalu pembangunan infrastruktur akan berkonsekuensi
secara linier dengan terciptanya desa mandiri karena bisa jadi justru sebagai alat
yang dimanfaatkan perusahaan multinasional. Tanpa adanya bantuan pemerintah
untuk desa mandiri, maka dana bantuan PNPM dan sebagainya justru akan
mengakibatkan ketergantungan desa terhadap utang luar negeri. Sebaliknya MNC
menjadikan pembangunan desa sebagai ongkos gratis untuk mempercepat
akumulasi kapitalnya.
Oleh karena itulah Undang Undang desa mengalokasi anggaran sepuluh
persen APBN untuk membangun desa secara mandiri. Alokasi anggaran menjadi
penting supaya masyarakat desa mampu mengidentifikasi pembangunan
disesuaikan dengan kebutuhan desa. Namun setelah disepakati, masalah anggaran
tersebut mencuat kembali karena juga dijelaskan lebih lanjur bahwa anggaran
sepuluh persen bisa terealisasi jika pemerintah memiliki kesanggupan untuk
mengalokasikan dana. Jangan sampai Undang Undang Desa menjadi setengah
hati dalam memproyeksikkan desa Indonesia yang mandiri supaya tidak
tergantung dari utang luar negeri.

III.3 Siapkah Desa Menghadapi Pasar Bebas ASEAN ?


Kerjasama Asia Tenggara (ASEAN) memegang peran kunci dalam
pelaksanaan kerjasama internasional karena merupakan lingkaran konsentris
terdekat di kawasan dan menjadi pilar utama pelaksanaan politik luar negeri

119

Indonesia.178 Kerjasama ASEAN sekarang ini tengah menuju pada tahapan baru
yang lebih integratif dan berwawasan ke depan melalui pembentukan ASEAN
community pada tahun 2015. Komunitas yang didalamnya memiliki visi hidup
dalam lingkungan yang damai, stabil, dan makmur, dipersatukan oleh hubungan
kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. ASEAN community
dibentuk dengan dasar integrasi untuk menghadapi perkembangan konstelasi
internasional, baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
maupun pertahanan dan keamanan. ketika menjadi ketua KTT ASEAN di Bali
tahun 2003, Indonesia telah mensponsori keseimbangan kerja sama ASEAN yang
dikemas dalam charter of the ASEAN dengan program tercapainya ASEAN
community (One Vision, One Identity and One Community) yang menjamin
terimplementasinya pilar, Asean Politic and Security Community, Asean
Economic Community,dan Asean Sosio Cultural Comunity.
Pergerakan barang, modal, jasa, investasi dan manusia yang telah
disepakati dalam Komunitas ASEAN akan berlangsung bebas keluar masuk di
antara negara anggota ASEAN. Rencana untuk menciptakan pasar tanpa hambatan
baik tarif maupun nontarif menjadi tantangan sekaligus peluang. Peluang, karena
produk-produk kita akan mendapat pasar di kawasan ASEAN. Populasi ASEAN
pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto sebesar
2,1 triliun dolar AS. Secara umum, semua pengerjaan dan pengolahan untuk
tujuan penentuan negara asal harus telah dilakukan di negara penerima manfaat
ekspor. Namun juga menjadi tantangan, karena jika kita tidak siap maka justru
produk dari negara ASEAN lainnya yang akan menyerbu Indonesia. Saat ini pun,
banyak produk impor yang masuk ke Indonesia sehingga muncul keraguan apakah
Indonesia akan siap.
ASEAN atau Association of south east Asian Nations telah lama berdiri
dari tahun 1955 silam, akan tetapi semangat untuk mempererat pasar tunggal
178 Peran Indonesia dalam Mewujudkan ASEAN Social-Culture Community guna
Mendukung Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14, Desember
2012. Hal. 88.
120

regional baru akan diagendakan pada tahun 2015 mendatang. Secara bertahap,
Antusiasme negara-negara satu kawasan untuk membentuk tatanan regionalisme
semakin lama terasa dari dataran Asia Tenggara. Kontribusi ASEAN sebagai pasar
tujuan ekspor Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar terhadap ekspor
non migas Indonesia. Terlihat pada tahun 2012 ASEAN berkontribusi sebesar
20,4 persen terhadap total ekspor non migas Indonesia (31,21 miliar dolar AS)
yang meningkat 19,88 persen dari tahun sebelumnya.179.
Yang menarik, jika melihat kondisi negara ASEAN, maka tingkat
demokrasi berbanding terbalik dengan percepatan pertumbuhan ekonomi. Robert
Dahl mencontohkan bagaimana demokrasi diimplementasikan ASEAN hanya
sebatas nama saja. Hal tersebut menciptakan demokrasi hybrid seperti yang
dipraktekkan di Indonesia era Suharto dan Singapura pada rezim Lee Kuan Yeuw.
Perlu diketahui jika berdasarkan laporan Chicago tribune, maka negara ASEAN
yang otoriter secara umum memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih
baik ketimbang negara yang sepenuhnya menerapkan nilai demokrasi. Sehingga
otoritarianisme sering dianggap sebagai pilihan terbaik dalam negara yang
mempertahnkan kestabilan politik sekaligus mengharapkan suntikan investasi
demi pembangunannya.
Sehingga demokrasi sesungguhnya bukanlah alat melainkan adalah
tujuan. Perlu untuk meninjau asumsi dari Martin Lipset yang melihat bahwa
demokrasi akan timbul dengan sendirinya sebagai konsekuensi dari kesejahteraan
yang meningkat. Teori Lipset tersebut menjadi kritik terhadap proses
demokratisasi yang berwajah ganda semisal rezim otokratik Singapura yang
justru menjadi sahabat negara barat. Sehingga tidak heran jika dalam kasus
beberapa negara berkembang di ASEAN, kesejahteraan justru tidak kunjung
datang mengikuti demokratisasi. Bahkan Rachel Caoli menekankan bahwa
demokrasi justru cenderung menyebabkan destabilitas politik, sehingga investor
memilih untuk tidak berinvestasi karena destabilitas politik menyebabkan proses
pembuatan hukum menjadi tidak stabil sehingga tidak nyaman untuk investasi.
179 Unggul Ratomo, 18 Agustus 2013.
http://www.antaranews.com/berita/391103/masyarakat-ekonomi-asean-di-depan-mata,
diakses 2 Oktober 2013.
121

Satu aspek penting yang acapkali dilupakan dalam pembentukan ASEAN


ialah regional identity awareness. Oleh karena itu, sekalipun terlihat solid dengan
komunitas ASEAN, namun ASEAN sangat mudah didikte oleh negara diluar
ASEAN. Alexander Wendt denghan pendekatan konstruktivis menoba melihat
gagalnya suatu institusi regional karena setiap anggota ASEAN tidak memiliki
identitas kebersamaan. Wendt mengasumsikan adanya dua fase dalam melihat
proses terintegrasinya sebuah institusi regional, yakni vertikal linkage dan
Horizontal Linkage. Sebelum berekspansi secara horizontal, baik perluasan bidang
maupun perluasan keanggotaan, setiap institusi regional harus terlebih dahulu
menanamkan benih-benih persatuan dalam internal mereka secara vertikal.
Identitas menjadi kajian analisis yang penting karena self and others
mempengaruhi ranah persepsi yang nantinya menghambat proses pendalaman
(vertikal linkage).180 Analisis tersebut dapat menjelaskan mengapa ASEAN yang
telah berhasil berkekspansi secara horizontal dalam ASEAN Regional Forum dan
Asean China Free Trade Area (ACFTA) ternyata masih menyisakan problem
masalahan identitas kebersamaan vertikal linkage.
Harusnya ASEAN mampu mempererat kerjasama sesama negara
berkembang. Terlebih lagi, mekanisme perdagangan bebas multilateral yang
dikoordinir oleh World Trade Organization seringkali menemukan benturan
kepentingan antara negara maju dan negara berkembang. Dilacak dalam trayektori
teori sosial, ASEAN Community merupakan sebuah bentuk organisasi
regionalisme yang berpijak pada mahzab supranasionalisme. Salah satu
pemikirnya adalah Nicholas Onuf yang mengangankan proses pembentukan
institusi yang tidak bersifat Top down sebagaimana asumsi kaum neo-realis yang
mempercayai power sebagai instrumen pembentukan regionalisme. Nicholas Onuf
mengangankan bahwa institusi regional bermula dari scope ekonomi yang
pragmatis lalu spillover hingga keranah keamanan (security), kemudian
menciptakan institusi politik yang memiliki kekuatan hukum.181
180 Wendt, A. The Agent Structure Problem in International Relation Theory.International
Organization. (1987).Vol.41, No.3.

181 Onuf, Nicholas. Institution, Intention, and International Relation, Review of


International Studies, Vol. 28, No.7. (2002), Hal. 2-8
122

Sampai sekarang hanya Uni Eropa dengan hadirnya konstitusi uni eropa
saja yang ditasbihkan sebagai satu-satunya kategori model regionalisme yang
mendekati supranasional. Oleh karena itu, model pasar tunggal yang diterapkan
kawasan Uni Eropa seringkali meninspirasi bagi kawasan. Banyak yang menilai
pasar tunggal Eropa berhasil. Namun preposisi tersebut nyatanya masih bisa
diperdebatkan lantaran banyak terjadi pertentangan Jerman terhadap Inggris yang
enggan mengakuisisi Euro. Ditambah fakta terbaru adalah perbedaan posisi antara
Jerman dan Perancis dalam menyikapi bantuan atas krisis Yunani. Kenyataan
tersebut seharusnya memberikan pelajaran bahwa Uni Eropa sebagai model paling
aktual saja masih sulit untuk terintegrasi, sekalipun telah diproyeksikkan sejak
lebih dari setengah abad, apalagi ASEAN.
Bahkan ASEAN memiliki ketergantungan yang tinggi terutama dengan
negara Eropa. Secara keseluruhan, ASEAN adalah mitra dagang ketiga terbesar
UE di luar Eropa (setelah Amerika Serikat dan China). Total perdagangan barang
dan jasa antara keduanya mencapai 180 miliar di tahun 2012. Di sisi lain, Uni
Eropa, adalah mitra dagang kedua terbesar ASEAN setelah China, mencapai 11%
dari total nilai perdagangan ASEAN di seluruh dunia. Terlebih UE sejauh ini
adalah investor terbesar di ASEAN, memiliki sekitar seperempat dari jumlah
investasi asing di ASEAN.182 Sementara itu Uni Eropa percaya bahwa jika negaranegara bisa beraksi bersama, ASEAN dan UE dapat membentuk sebuah kekuatan
yang lebih kuat dan lebih efektif.183
Namun pada saat yang sama perubahan-perubahan yang cepat tersebut
juga mendorong UE untuk memainkan Skema Generalised System of Preferences
(GSP). GSP dari UE memungkinkan produk-produk yang diimpor dari negaranegara ASEAN penerima manfaat GSP mendapatkan akses bebas bea atau
potongan tarif. Dari keseluruhan impor UE dari Indonesia yaitu sebesar 14
182 Rudi. http://www.lensaindonesia.com/2013/04/19/uni-eropa-akui-asean-mitradagang-terbesar-ketiga-setelah-as-dan-china.html 19 april 203.
183http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/documents/press_corner/20130402_01_id.pdf
siaran press FORUM DISKUSIKAN PERAN INDONESIA, ASEAN DAN UNI EROPA DALAM
PERDAGANGAN DUNIA 2 april 2013

123

milyar pada tahun 2010, sekitar 45% memenuhi syarat untuk mendapatkan
perlakuan istimewa berdasarkan fasilitas GSP.

184

Agar memenuhi syarat untuk

mendapatkan tarif istimewa berdasarkan aturan GSP, produk-produk yang


diekspor dari Indonesia harus memenuhi rules of origin yang mana hal ini berarti
bahwa barang-barang harus dibuat dari bahan-bahan mentah atau komponenkomponen yang ditanam atau diproduksi di negara penerima manfaat, atau
pengerjaan atau pengolahan, sekurang-kurangnya dalam taraf tertentu, dilakukan
di negara penerima manfaat. Akan tetapi, kumulasi regional berlaku untuk
negara-negara ASEAN, yang berarti bahwa, apabila suatu produk telah dibuat di
dua negara ASEAN atau lebih, masukan dari negara ASEAN lainnya diperlakukan
seolah-olah masukan tersebut berasal dari negara dengan status penerima manfaat
ekspor.185
Selain Eropa, perlu diwaspadai manuver AS yang juga semakin intensif
terhadap negara-negara di kawasan ASEAN, tak terkecuali Indonesia. 186AS ingin
memaksimalkan manfaat Desa Indonesia yang memiliki sumber daya manusia
murah dan sumber daya alam untuk merespon kondisi krisis domestiknya
sekaligus sebagai respon atas pertumbuhan Cina. Semisal AS mempelopori
negosiasi Trans Pasifik Partnership sebagai upaya menciptakan 'standar emas' bagi
perekonomian

pada

abad

21.

Gencarnya

Amerika

Serikat

dalam

mempresentasikan dengan mendorong banyak negara yang bergabung, sehingga


AS bisa menemukan solusi cerah dalam permasalahan krisis ekonomi nasional
yang pernah dirasakannya. Nilai persagangan yang semaikn meningkat di ASEAN
ketika dalam waktu mendatang persaingan global AS versus Cina akan semakin
menajam di kawasan ASEAN Perdebatan dari negara-negara lainnya dalam
184 http://www.lensaindonesia.com/2013/04/19/uni-eropa-akui-asean-mitra-dagangterbesar-ketiga-setelah-as-dan-china.html 19 april 2013
185 Eurpean Comission, dalam
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/eu_indonesia/trade_relation/market_access/in
dex_id.htm 22 September 2013
186 AS terus rayu sejumlah-negara-ikut-kemitraan-trans-pasifik
dalamhttp://berita.plasa.msn.com/bisnis/tribunnews/as-terus-rayu-sejumlah-negara-ikut-kemitraantrans-pasifik

124

negosiasi masuk menjadi anggota TPP masih berlangsung. Sebagai contoh negara
lain yang enggan mengikuti organisasi TPP adalah Jepang. Jepang sampai
sekarang masih enggan bergabung dalam TPP meskipun memiliki kedekatan
dengan AS. Sektor pertanian di Jepang dianggap belum siap menghadapi
gempuran beras murah dari AS dan Vietnam. Selama ini, Jepang memberlakukan
ketetapan tarif impor beras nyaris delapan ratus persen dan lebih dari 250 persen
untuk impor terigu. Bila Jepang ikut dalam TPP, maka aturan tarif itu akan
dihapuskan.187 Menurut jepang pemberlakuan perdagangan bebas akan merugikan
sektor pertanian negaranya yang tengah melambat
Tidak hanya berhenti pada TPP, wilayah Asia Pasifik tengah menjajaki
kemungkinan mendirikan komunitas regional yang lebih luas dari sebelumnya.
Gagasan bernama Asia pacific Community (APC) sebagai sebuah ide dari seorang
Kevin Rudd bukanlah proyek main main. Tidaklah mengherankan jikalau ide
besar untuk mendirikan Asia Pacific Community tersebut memunculkan pro dan
kontra.188 Tidak sedikit pihak yang pesimis terhadap rencana Kevin Rudd tersebut
jika berpijak pada realita bahwa banyak sekali institusi regional yang hingga kini
dihadapkan pada problem internal seperti ASEAN. Pihak yang pesimis berpijak
pada fakta bahwa para negara anggota dalam APC sesungguhnya menghadapi
problem stagnasi integrasi dalam region masing-masing. Sehingga tidak salah jika
kaum yang bersikap pesimis lebih tepat untuk merefleksikkan kompleksitas
kepentingan dalam APC. Disimak lebih lanjut, APC merupakan institusi yang
dialamnya terdiri dari negara dari wilayah Asia Timur, Asia tenggara, dan pasifik
yang masing masing negara tersebut tidak berhasil dalam menata kelola institusi
regional mereka seperti ASEAN, dan East Asia Community. Bahkan muncul
sindiran bahwa sebelum para negara tersebut berpikir institusi yang lebih makro,
urusi dulu institusi regional mereka sendiri. Maka dari itulah, keinginan untuk
mempersatukan entitas yang terdiri lebih dari empat puluh negara tentu menjadi

187 http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/114610, 5 Oktober 2013


188<http//.www.eastasiaforum.org, diakses 5 oktober 2013.
125

tidak mudah. Terlebih lagi, keempat puluh negara tersebut terpisah jauh baik
secara geografis maupun secara kultural.
Sehingga, menjadi sulit dihindari jika APC akan membuat lalu lintas
barang jasa dan manusia akan semakin intens di Asia Pasifik. Bahkan rencana
memasukkan nama Russia dan China sekaligus juga memiliki konsekuensi positif
dan negatif untuk memberikan ruang bagi kekuatan penyeimbang AS didalamnya
supaya proses artikulasi kepentingan regional dapat berlangsung secara adil. Oleh
karena itulah rencana model APC tersebut adalah model regionalisme yang paling
demokratis, Namun kelemahanya adalah institusi regional tanpa hegemon tunggal
seperti APC nantinya hanya akan menjadi arena bertemunya kepentingan jangka
pendek (pragmatis), dan akan mengalami kesulitan dalam menciptakan komunitas
jangka panjang.189
Melihat perkembangan yang pesat di wilayah Asia pasifik, maka Indonesia
diperkirakan tak akan siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC)
pada tahun 2015. Kekurangan tenaga terampil di Indonesia yang terjadi
diperkirakan terus berlanjut hingga AEC dilaksanakan. Daya saing Indonesia
dikhawatirkan semakin menurun karena kondisi itu jika AEC diterapkan, arus
bebas tenaga kerja tak bisa lagi dilarang. Indonesia kini hanya bisa mencukupi
kurang dari dua puluh persen kebutuhan tenaga terampil. Saat ini, jumlah tenaga
kerja setingkat manajer saja belum memadai. Kondisi itu dinilai sangat
memprihatinkan karena Indonesia mendatangkan manajer asing. Defisit tenaga
terampil sudah berlangsung setidaknya selama sepuluh tahun terakhir. Jika AEC
diberlakukan tanpa disertai kesiapan, daya saing Indonesia dicemaskan semakin
turun. Peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2012 menempati urutan ke-44.
Saat ini, peringkat Indonesia turun antara ke-46 atau ke-48 dari 66 negara yang
disurvei. Daya saing Indonesia meningkat. Masalahnya, negara-negara ASEAN
lain lebih pesat,190
189Viotti,P.R and Mark V. Kauppi,.,Intenational Relation Theory 4th Edition. New York:
Pearson Education, 2010. Hal 90-107
190 Dwi Radius, 16 Mei 2013, dalam
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/29/2020371/Indonesia.Tak.Siap.Hadapi.
ASEAN.Economic.Community, diakses 2 Oktober 2013. Pk 21.14.
126

Dengan upah minimum regional yang murah, maka Indonesia akan


menjadi sasaran investasi asing. Sebagaimaa yang telah menjadi kebiasaan, upah
buruh atau karyawan merupakan beban dari perusahaan. Sehingga sebisa mungkin
di efisienkan tanpa mempengaruhi efektifitas perusahaan. Sebagai bukti bahwa
industri mengincar daerah-daerah yang memiliki UMR yang rendah dapat dilihat
dari nilai Investasi asing yang di tanamkan oleh investor dari luar negeri di daerah
dengan tingkat UMR yang rendah. Seperti Jawa Barat yang memperoleh investasi
dari luar negeri pada kuartel II tahun 2013 sebesar 1,653.90, angka tersebut
merupakan yang terbesar di antara 32 Provinsi lainnya di Indonesia. Dalam
kondisi ini, maka Indonesia perlu khawatir jikalau perkembangan SMK di
Indonesia hanya untuk mencetak buruh murah.
Dengan demikian, maka siapkah masyarakat Indonesia, terutama desa?
Pertama dari segi infrastruktur, sekitar 27 persen masyarakat Indonesia tidak
tersentuh listrik terutama di wilayah pedesaan. Di sisi lain, Pemerintah tidak
harus memberikan kompensasi kenaikan BBM subsidi kepada rakyat miskin
berupa bantuan langsung tunai (BLT). Melainkan berupa jaminan kesehatan dan
pendidikan maupun pembangunan infrastruktur desa serta infrastruktur energi.
Kurang lebih debesar 2,6 persen dari GDP sangat membantu pertumbuhan
ekonomi. Infrastruktur ke desa bisa mampu meningkatkan kemampuan ekonomi
dimana subsidi jadi kesempatan positif.
Sebaliknya pemerintah Indonesia secar percaya diri menyatakan Indonesia
sudah siap bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community/AEC) tahun 2015. Industri Indonesia sudah 83 persen dalam suasana
AEC, khususnya pada sektor peralatan listrik dan elektronik. Sehingga Indonesia
harus memanfaatkan potensi pasar di ASEAN yang begitu besar, yakni meliputi
sepuluh negara dengan lebih dari lima ratus juta penduduk. Mengenai persiapan
di dalam negeri, antara lain dengan memperkuat daya saing, mengamankan pasar
domestik, dan mendorong ekspor. Di tingkat nasional, upaya-upaya untuk
mempersiapkan Indonesia memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN
dikoordinasikan di bawah Kantor Menko Perekonomian yang juga mewakili
Indonesia di ASEAN Economic Community Council dan membawahi semua
kementerian sektor di bidang ekonomi.
127

Indonesia kiranya perlu membahas strategi dalam menghadapi ASEAN


Community seperti peningkatan daya saing dalam berbagai bidang. Banyak
masalah Indonesia yang harus dibahas dahulu seperti biaya logistik masih mahal
sehingga menjadi pertanyaan apakah Indonesia bisa meraup keuntungan. Selain
itu pemerintah harus mempersiapkan secara matang infrastruktur, tenaga kerja dan
iklim bisnis dalam negeri. Tentu diperlukan peraturan yang mendukung dunia
usaha untuk mempermudah seseorang untuk mendirikan usaha di Indonesia.
Pemerintah harus menentukan bidang apa yang menjadi andalan Indonesia
menghadapi pasar bebas ASEAN. Selama ini Indonesia tidak tahu sektor mana
yang akan dibebaskan pada asing dan dikelola sendiri secara maksimal.
Tidak lama lagi, ketika komunitas resmi diadakan pada tahun 2015 akan
banyak bermunculan masyarakat dari negara Asia Tenggara tinggal di Indonesia.
Desa akan diwarnai oleh manusia manusia dari segala latar belakang, warna kulit
dan ras. Desa tidak lagi dimiliki oleh masyarakat pribumi Indonesia saja. Dengan
begitu, maka masyarakat desa harus berkompetisi dengan orang asing bahkan
sekedar untuk mencari nafkah di lahan milik nenek mereka sendiri. Perlahan
namun pasti tidak ada lagi perbedaan yang jelas antara masyarakat pribumi dan
orang asing. Tanpa sosialisasi, maka banyak masyarakat desa akan kaget atas
perubahan yang terjadi. Dengan demikian, maka persatuan desa perlu digalang
oleh masyarakat desa Indonesia. Tanpa identitas bersama maka desa akan tercerai
berai dalam menghadapi serbuan masyarakat ASEAN.

III. 4. Desa Kosmopolitan Yang Sedang Krisis


Sejak tahun 1970-an, semakin banyak akademisi yang mengungkapkan
konsep globalisasi untuk menjelaskan berbagai proses perubahan ekonomi,
politik, dan kultural yang tengah terjadi. Belum ada definisi globalisasi yang

128

secara umum diterima, kecuali beberapa gambaran umum seperti peningkatan


keterkaitan global, intensifikasi yang cepat dalam relasi sosial dunia, pemampatan
ruang dan waktu, serangkaian proses yang kompleks yang didorong oleh paduan
pengaruh ekonomi dan politik, dan perpindahan dan arus yang relatif tak
terbendung dalam hal modal, orang, dan gagasan yang melintasi batas-batas
negara.191 Globalisasi diyakini sebagai suatu proses hubungan sosial secara relatif
yang menemukan tidak adanya batasan jarak dan menghilangnya batasan-batasan
secara nyata, jadi ruang lingkup kehidupan manusia makin bertambah didalam
dunia sebagai kesatuan tunggal.192
Oleh sebab ketidakpastian yang ditimbulkan maka muncullah pro dan
kontra sebagai bentuk perdebatan akan globalisasi. Bagi sebagian orang
mempercayai adanya globalisasi mendapat sumbangan dari modernisasi Barat,
atau yang dikenal dengan Westernisasi.193 Menurut Robert Jackson dan Sorensen,
globalisasi adalah meluasnya dan meningkatnya hubungan ekonomi, sosial,
hingga budaya yang melewati batas batas internasional.194 Sedangkan menurut
Callinicos globalisasi adalah rencana ekonomi dan politik yang dihasilkan oleh
kebijakan Neoliberal dalam Konsensus Washington mengenai aturan yang
semuanya dilakukan untuk mempertahankan posisi negara industri maju.195 Ian
Clark menjelaskan bahwa bahwa semakin hari muncul berbagai bentuk integrasi
dan interdependensi antar negara.196 Bukan hanya dalam permasalahan
perimbangan kekuasaan, tetapi juga menjaga keamanan kolektif dan lain
191 Steger, Manfred B., Globalisme, Bangkitnya Ideologi Pasar (di terjemahkan oleh:
Heru Prasetia, Globalism, The New Market Ideology). Yogyakarta: Lafadl Pustaka. 2002.
192 Rudy, May T., Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah Masalah Global,
Rafika Aditama, Bandung, 2003.
193 Held, David et al. Introduction, dalam Global Transformation Politics, Economics,
and Culture. Stanford University Press, 1999.
194 Jackson, Robert & Sorensen, Georg., Introduction of International Relations.
Oxford University Press : New York, 1999.
195 Held, David & A. McGrew., Globalization, Imperialism, and the Capitalist World
System, dalam Globalization Theory: Approaches and Controversies. Cambridge: Polity
Press, 2007.
129

sebagainya.197 Meski banyak sekali bermunculan tentang opini-opini globalisasi,


namun sejatinya menurut Colin Hay, tidak ada definisi pasti tentang apa itu arti
globalisasi.198 Menurut Modelski, bahwa definisi dari globalisasi telah
menemukan ekspresi pemahamannya masing-masing dalam berbagai bahasa
utama di dunia. Ini berarti seluruh dunia telah memiliki cara mendefinisikan
masing-masing terhadap globalisasi.199
Di tengah hiruk pikuk perdebatan globalisasi, beberapa pemikir beropini
bahwa globalisasi adalah mitos, dimana kesemua aktor melakukan eksploitasi.200
Scholte menjelaskan secara kronologis munculnya globalisasi melalui munculnya
suprateritorialitas yang dimulai dengan munculnya agama di dunia pada 500SM.
Kemudian munculnya teknologi mutakhir seperti telegraf, pengenalan sistem
kesatuan waktu dunia yang berpusat di Greenwich tahun 1884, munculnya
berbagai media seperti radio, televisi, komputer, munculnya perusahaan
multinasional, konferensi-konferensi internasional, dan perkembangannya
berlanjut pada institusi global tahun 2000. Kesemuanya memiliki karakteristik
yang mirip dimana globalisasi ditandai dengan mulai munculnya kemudahan
akses interaksi antara kelompok masyarakat satu dan yang lainnya.
Setelah revolusi industri, kreasi peradaban barat yang terus berkembang
menghasilkan terciptanya berbagai Inovasi. Inovasi mesin-mesin tumbuh semakin
canggih dari mesin uap hingga mesin yang digerakkan dengan bahan bakar
minyak bumi. Dan karena lebih efisien dan inovatif, semua mesinpun dirancang
196 Scholte, Jan Aart., The Globalization of World Politics, in Baylis, John & Smith,
Steve (eds.), The Globalization of World Politics, 2nd edition, Oxford University Press,
2001.
197 Clark, Ian., Opcit.
198 Hay, Colin., International Relations Theory and Globalization, in; Tim Dunne, Milja
Kurki & Steve Smith (eds.) International Relations Theories, Oxford University Press,
2007.
199 Modelsky, dalam Held, David et al., Introduction, dalam Global Transformation
Politics, Economics, and Culture. Stanford University Press, 1999.
200 Smith, Steve & Baylis, John., Introduction, in Baylis, John & Smith, Steve (eds.),
The Globalization of World Politics, 2nd edition, Oxford University Press, 2001.
130

mengikuti desain bahan baku minyak bumi. Industri modern sejak abad delapan
belas hingga kini telah Hampir semua pasokan minyak bumi diperuntukan bagi
konsumsi industri, penggerak pabrik, kebutuhan transportasi, tenaga listrik dan
rumah tangga. Seiring waktu, mesin ciptaaan terus berkembang menjadi mesin
penggerak pabrik, listrik dan transportasi. Sehingga semua bahan baku minyak
bumi di inovasi berdasarkan kebutuhan berbagai mesin.
Dalam era globalisasi, melihat dampak penggunaan minyak bumi yang
semakin luas mempengaruhi seluruh sektor kehidupan, dan minyak bumi bisa
menjadi senjata politik yang menakutkan karena sektor industri dunia sangat
bergantung pada pasokan minyak bumi, maka dilakukan upaya-upaya
penanggulangan krisis tersebut. Salah satu diantaranya adalah melakukan
diversifikasi pemakaian sumber energi, dari yang semula hanya memanfaatkan
energi fosil, lalu diperluas dengan memanfaatkan energi berbahan baku nabati
atau bahan bakar hayati yang disebut biofuel sebagai sumber energi alternatif.
Bahan bakar biofuel tersebut terdiri dari bioalkohol, biodiesel, bioethanol, dan
biogas. Sumber dari biofuel tersebut dihasilkan secara langsung dari tanaman
seperti kelapa sawit, jagung, kedelai, gandum, kentang, singkong dan tebu. Uni
Eropa sendiri telah mencanangkan harus menambah lima persen bioethanol pada
bahan bakar fosil di tahun 2010 dan 20 persen di tahun 2020. Di Amerika Serikat
penggunaan biodiesel tumbuh dengan cepat dari 25 juta galon pertahun pada 2004
menjadi 78 juta gallon pada 2005. Selanjutnya produksi biodiesel diperkirakan
meningkat empat kali lipat menjadi satu milyar galon.201
Khusus untuk kebutuhan transportasi, kreasi bahan bakar minyak bumi
pun terus dikembangkan sesuai kebutuhan. Bahan bakar tersebut diolah dalam
berbagi jenis seperti solar, avtur, premium dan karosin. Jutaan barel minyak bumi
dibutuhkan setiap hari untuk menggerakan roda transportasi tersebut.Kondisi yang
mengakibatkan kebutuhan yang terus meningkat terhadap minyak bumi. Secara
langsung dan tak langsung negara industri besar seperti Amerika dan Eropa
menguasai kegiatan eksploitasi di seluruh belahan dunia. Termasuk dengan
201 Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, dalam
http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/3055-perkembanganbiofuel-di-beberapa-negara.html
131

melakukan ekspansi ke negara berkembang dan miskin dengan mempengaruhi


kebijakan demi mendapatkan sumber minyak.
Trend energi alternatif biofuel yang dikembangkan oleh negara-negara
industri maju tersebut justru menjadi salah satu faktor penyebab krisis pangan
dunia. Hal ini terjadi karena beberapa komoditi pangan kini dipergunakan sebagai
bahan baku biofuel. Komoditas macam Jagung, kedelai dan kelapa sawit yang
sebelumnya diperuntukan bagi konsumsi masyarakat dunia, tetapi kini banyak
dijual untuk biofuel yang permintaannya cukup tinggi. Selain itu keterkaitan
biofuel dengan kenaikan harga pangan menjadi sangat erat. Jika harga beli jagung,
kedelai dan kelapa sawit untuk kebutuhan biofuel lebih tinggi dibanding harga
beli untuk kebutuhan konsumsi, maka pelaku pasar memiliki kecenderungan
untuk menjual hasil panen jagung dan kedelai mereka ke produsen biofuel. Dan
yang lebih menyeramkan adalah bagaimana Bank Dunia dan WTO memberikan
solusi dari krisis energi yang terjadi dengan menggunakan bahan bakar biofuel
yang berasal dari tanaman pangan. Hal ini artinya masyarakat desa harus bersaing
dengan mesin-mesin mobil dan industri maju untuk sekedar memperebutkan
pangan. Ini sama dengan menempatkan masyarakat desa tidak lebih berharga
dibawah mesin mobil dan industri.
Krisis pangan adalah fenomena kenaikan harga pangan secara global pada
tingkat yang semakin tidak terjangkau. Meskipun pada saat yang sama terjadi
overproduksi pangan secara global yang dihasilkan oleh negara-negara maju dan
perusahaan pangan raksasa terkemuka di dunia. Dalam sebuah dokumen yang
sangat menghebohkan Wikileaks tahun 2010, disebutkan bahwa sejumlah faktor
yang saling berhubungan telah diidentifikasi sebagai penyebab kenaikan harga
pangan yaitu ; (1) Kekeringan di Australia dan Eropa Timur dan cuaca buruk di
Kanada, Eropa Barat dan Ukraina pada tahun 2007 telah mengurangi pasokan
yang tersedia. Pengurangan saham telah mendorong banyak negara untuk
membatasi ekspor. (2) Naiknya harga minyak dan energi telah mempengaruhi
semua tingkat produksi pangan dan rantai pemasaran dari biaya pupuk untuk
pemanenan, pengangkutan dan pengolahan makanan. (3) Pendapatan yang lebih
tinggi di pasar negara berkembang seperti China dan India telah mengakibatkan
permintaan yang kuat untuk komoditas pangan, daging dan makanan olahan dan
132

harga yang lebih tinggi di pasar dunia. (4) Peningkatan permintaan untuk biofuel
telah mengurangi ketersediaan produk pertanian untuk penggunaan pangan atau
pakan. (5) pembatasan Ekspor di banyak negara telah memperburuk situasi
pasokan. 202 Jika kita membaca seluruh penyebab kenaikan harga pangan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebut adalah bukti dari kontradiksi
globalisasi pasar bebas.
Penguasaan sumber-sumber kehidupan seperti pangan, energi dan sumber
daya alam di tangan segelintir orang menjadi sebab munculnya masalah-masalah
ketidakadilan dan kelaparan. negara- maju terus mensubsidi produksi pangan
mereka dan memberlakukan proteksi perdagangan. Lembaga-keuangan global
didorong untuk mendistribusikan pinjaman secara lebih luas khususnya ke negaranegara berkembang agar membuka diri terhadap investasi asing di sektor pangan
dan membuka impor pangan. Selain itu, negara-negara miskin dalam posisi yang
sangat rentan untuk biofuel dan faktor lain yang membawa efek besar harga
komoditas pertanian di pasar internasional. Sasaran bahan bakar terbarukan
Energi AS tercatat antara tahun 2005 dan 2007 dengan konsumsi empat miliar, 7,5
miliar, dan kemudian agrofuel sebesar 36 milyar galon setahun. Pasar energi
tersebut wajib - ditambahkan dengan tarif dan subsidi yang menopang setengah
dari harga pasar grosir etanol sehingga telah menyebabkan agrofuel boom di
seluruh dunia. 203
Bahan bakar terbarukan malah menjadi paradoks dalam merespon problem
pemanasan global. Dari data kita dapat menyimak bagaimana
tingkat permintaan terhadap hasil hutan berasal dari negara
yang justru menyuarakan solusi pemanasan global berupa clean
development mechanism (CDM), seperti Inggris, Prancis, Cina
dan Jepang. Fakta tersebut tentu perlu dipertanyakan karena
menunjukkan ketidakadilan dalam menjustifikasi siapa yang
202 Wikileaks, CRS report for Congress, Order Code RL34478, Charles E. Hanrahan, Senior
Specialist in Agricultural Policy, Resources, Science, and Industry Division, Rising Food Prices
and Global Food Needs, The U.S. Response, May 8, 2008

203 Eric Holt-Gimenez adalah Direktur Eksekutif Food First,


http://www.foodfirst.org/en/node/2141
133

dipersalahkan dalam kasus Illegal logging. Sejatinya jika negara


maju yang menyuarakan teknologi hijau tersebut berkomitmen
untuk mengatasi pemanasan global, maka harusnya negara
tersebut tidak mengimpor kayu dalam jumlah besar. Padahal seperti
yang diungkapkan WWF, penebangan ilegal terjadi akibat tingginya permintaan
kayu, baik untuk hal-hal seperti mebel dan lantai, maupun untuk benda-benda
remeh seperti tisu. Permintaan ini datang dari negara-negara Eropa Barat dan
Amerika Serikat, serta Jepang dan Cina. Hal tersebut memperlihatkan dinamika
ekspor kayu dan non-kayu menuju negara tersebut. Selain itu juga dapat dilihat
bahwa pertumbuhan ekspor kayu kepada dunia telah meningkat amat tajam,
terutama dalam rentang periode tahun 2000.
Ini menunjukkan adanya kebutuhan pasar dunia akan kayu yang amat
besar. Pernyataan ini juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa perdagangan
mebel dunia terus meningkat. Bila pada tahun 2005 volume perdagangan mebel
dunia mencapai angka 76 milyar dolar AS, maka pada tahun 2006 saja angka ini
telah meningkat menjadi sekitar 80 milyar dolar.204Akibatnya harga pangan dan
produk hutan tidak berhenti naik. Menurut indeks harga pangan FAO terjadi
peningkatan sebesar 12% dari tahun 2005 hingga 2006, 24% pada tahun 2007, dan
peningkatan sekitar 50% pada bulan Januari dan Juli 2008. Bank Dunia
menyatakan harga telah meningkat 83% dalam tiga tahun terakhir. Biji-bijian dan
komoditas lain yang dimakan oleh strata luas penduduk terutama di negara-negara
Selatan global (gandum, kedelai, minyak sayur, beras dan sebagainya) telah
mengalami peningkatan yang paling signifikan. Biaya gandum telah naik sebesar
130%, kedelai sebesar 87%, beras 74% dan jagung 31% (Holt-Gimenez dan
Peabody, 2008).205 Terlepas dari perkiraan yang baik untuk produksi sereal,
perkiraan FAO bahwa harga pangan akan tetap tinggi di tahun mendatang, dan
204 Tacconi L., Obidzinski K., Agung F. Learning Lessons to Promote Certification and
Control Illegal Logging in Indonesia, Report for the WWF/TNC Alliance to Promote
Forest Certification and Combat Illegal Logging in Indonesia, Centre for International
Forestry Research. 2004.
205 Ballesteros, C. (2007) caoccion Tu es tu voto, Madrid, Ediciones HOAc
134

sebagai hasilnya, negara-negara miskin akan terus menderita dampak krisis


pangan. 206
Tabel 3.10. Indeks Pangan Dunia (2002 2011)
Meat
Price
Index
98.7

Dairy
Price
Index
98.3

Cereals
Price
Index
87.1

Oils
Price
Index
69.9

Sugar
Price Index

Tahun
2000

Food
Price
Index
92.9

2001

98.97

102.40

113.62

91.47

71.75

130.12

2002

96.64

96.24

88.38

101.63

93.52

105.06

2003

97.66

96.74

95.09

98.04

100.78

100.53

2004

105.11

106.32

114.70

100.42

104.91

95.10

2005

109.68

112.37

126.59

96.73

96.93

131.23

2006

116.49

109.08

117.79

111.84

103.09

192.90

2007

139.42

109.99

186.73

146.68

148.66

125.73

2008

164.46

126.26

180.92

196.00

185.74

149.63

2009

134.89

114.34

121.75

149.42

128.98

221.33

155.98

164.83

257.98

2010
158.07
129.87
171.20
Sumber : Food Agricultur Organization, 2011

119.5

Perdagangan bebas dibawah teori "keunggulan komparatif," yang menjadi


dasar bagi globalisasi telah menimbulkan ketidakadilan. Negara miskin yang
sebelumnya swasembada pangan telah berubah menjadi pengimpor makanan.
Sedikitnya tujuh puluh persen dari negara-negara berkembang sekarang menjadi
net importer pangan. Empat puluh tahun yang lalu negara agrikultur secara
keseluruhan memperoleh surplus perdagangan tahunan dalam makanan sebesar $

206 Bello, W. (2008) Como generar una krisis Mundial de los alimentos: lecciones del
Banco Mundial, el FMI y la OMC en: http://alainet.org/images/Enfoque% 20sobre%
20Comercio 20140.pdf%
135

tujuh miliar. Namun kini defisit makanan Selatan telah membengkak menjadi $ 11
miliar per tahun.207
Kenaikan harga pangan tidak diikuti dengan penambahan lapangan
pekerjaan dan pendapatan masyarakat desa maka pengangguran akan mewabah di
negara-negara berkembang terutama di perdesaan yang sebelumnya menjadi basis
bagi pertanian. Kemiskinan dan pengangguran inilah yang lebih lanjut telah
menyebabkan masyarakat desa tidak lagi dapat mengakses kebutuhan paling
mendasar yang mengalami kenaikan. Sama halnya dengan krisis keuangan global
yang nyatanya bukanlah cerita tentang ketiadaan uang, modal. Krisis keuangan
adalah penggelembungan uang (financial buble) oleh pasar keuangan derivatif
yang jauh melebihi kemampuan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa.
Krisis tersebut mengancam keberlanjutan sistem keuangan modern dan sistem
kapitalisme dikarenakan krisis terjadi secara beruntun melanjutkan krisis
overproduksi.
Apa yang dimaksud krisis overproduksi? krisis overproduksi adalah
sesuatu yang lazim dalam sistem kapitalisme. Suatu keadaan dimana produksi
tidak mungkin dapat ditingkatkan dikarenakan tidak tersedianya pasar yang
disebabkan tidak adanya daya beli. Hilangnya daya beli dikarenakan rendahnya
pendapatan mayoritas masyarakat. Sebagian besar sumber ekonomi dan
pendapatan terakumulasi pada segelintir minoritas. Overproduksi telah terjadi
dalam komoditi utama dalam perdagangan global saat ini, seperti besi, baja,
otomotif, produk manufkatur lainnya dan juga produk pangan. Produk yang
sebagian besar dihasilkan oleh korporasi di negara-negara maju mengalami
kelimpahan produk dan pada saat yang sama mengalami kelangkaan pasar di
dalam negerinya, yang pada akhirnya berimplikasi di luar negeri .
Peningkatan produksi dengan menggunakan cara yang semakin efisien
menyebabkan berkurangnya pendapatan tenaga kerja, yang dalam jangka panjang
mengakibatkan menyusutnya pasar. Dampak selanjutnya adalah perusahaan harus
menekan produksi dan melakukan PHK. Ini adalah salah satu kontradiksi klasik
dalam kapitalisme. Peningkatan modal konstan memiliki dampak negatif terhadap
207 Eric Holt-Gimenez Direktur Eksekutif Food First, dalam
http://www.foodfirst.org/en/node/2141 diakses 2 Oktober 2013. Pk 23.18.
136

modal variabel. In the economy, unplanned growth of profits leads to market


saturation and financial collapse as the result. Unplanned growth results in a
crisis of overproduction that leads to high unemployment, depression and no
market for what has been produced. In the case of a huge overproduction of food
under the profit motive, when the market either does not exist or collapses, the
result is the destruction of food that can feed the hungry, just so prices can rise
and be more profitable.208
Dengan berkembangnya industri, maka beberapa tahun terakhir banyak
produk agroindustri yang secara lokal sudah terkenal mereknya justru dijual ke
MNC. Selanjutnya korporasi tersebut memakai mekanisme pasar untuk
memuluskan praktik dominasinya, antara lain dengan sistem rantai pangan
(agrifood chain). Sistem ini menghubungkan mata rantai pangan dari sejak gen
sampai dijual di supermarket, tanpa ada titik-titik penjualan. Artinya, sektor
pangan mulai dari produksi, perdagangan, pengolahan, dan bahkan ritel makin
terkonsentrasi di tangan korporasi. Menurut laporan South Center, pada tahun
2005 sebesar 85-90 persen perdagangan pangan dunia dikontrol hanya oleh lima
MNC. Riciannya, dua MNC menguasai 75 persen perdagangan sereal, sekitar dua
MNC menguasai lima puluh persen perdagangan dan produksi pisang, tiga MNC
menguasai 83 persen perdagangan kakao, tiga MNC menguasai 85 persen
perdagangan teh, lima MNC menguasai tujuh puluh persen produksi tembakau,
tujuh MNC menguasai 83 persen produksi dan perdagangan gula, empat MNC
menguasai hampir tujuh puluh persen pestisida, 25 persen bibit (termasuk paten)
dan menguasai seratus persen pasar global bibit transgenik. 209
Dengan penguasaan pasar, MNC bisa mengontrol harga input pertanian,
membentuk harga kartel, mendepak perusahaan lokal dari pasar, dan membeli
komoditas petani dengan harga paling murah. Korporasi meraup untung yang
besar dengan dua cara. Pertama, memasok harga input dan olahan dengan harga
208 The Problem With Unplanned Growth dalam http://hubpages.com/hub/Theproblem-with-unplanned-growth , diakses 2 Oktober 2013. Pk 12.14.
209 Khudori, Korporasi dan Krisis Pangan, dalam http://artikelmedia..com/2011/06/korporasi-dan-krisis-pangan.html/, diakses 2 Oktober 2012.
Pk.21.15.
137

tinggi. Kedua, dengan menekan harga beli komoditas petani serendah mungkin.
Akibatnya harga komoditas primer di pasar dunia terus merosot. Sebaliknya,
harga yang dibayar oleh konsumen untuk produk olahan atau produk jadi terus
meningkat. Selain itu lewat kebijakan led export production, model pertanian
berubah secara radikal, dari terdiversifikasi dalam skala kecil, jadi model eksporindustrial yang digerakkan korporasi. Hal ini ditambah lagi dengan sistem
monokultur yang diadopsi petani yang mengakibatkan petani bergantung asupan
kimiawi dan paket teknologi pertanian dari korporasi yang menguasai teknologi
pertanian. Jadi mekanisme pasar yang didesain korporasi tidak hanya merugikan
petani, tetapi juga merugikan konsumen.
Sebaliknya, negara-negara pertanian terpaksa menerima impor pangan
sebagai hasil dari liberalisasi perdagangan. Pangan dari negara-negara maju yang
penuh dengan subsidi menyerbu pasar negara-negara berkembang. Keadaan ini
menyebabkan hilangnya kemampuan bersaing dan pendapatan petani-petani pada
tingkat pedesaan yang dalam jangka panjang menghancurkan kekuatan produktif
mereka. Meskipun pasokan pangan berlimpah, akan tetapi sebagian besar
masyarakat negara-negara berkembang dan miskin tidak memiliki kemampuan
untuk membeli pangan. Implikasi lebih lanjut terjadi pada pusat-pusat produksi
pangan di negara maju yang akan mengalami stagnasi. Secara lebih lanjut akan
memicu ekspansi keluar perusahaan-perusahaan penghasil pangan ke negaranegara berkembang.
Kini, sistem industri pangan tidak lagi ditujukan untuk kebutuhan gizi
manusia, atau untuk produksi yang berkelanjutan berdasarkan penghargaan
terhadap lingkungan hidup. Akan tetapi didasarkan pada model yang berakar pada
logika mencari keuntungan maksimal, dan optimalisasi biaya. Barang-barang
publik seperti air, tanah, bibit, yang selama berabad-abad telah milik masyarakat
desa, telah diprivatisasi, diambil dari petani dan dikonversi ke dalam bisnisMNC
menguasai industri pangan dari hulu sampai ke hilir, mulai dari penguasaan tanah,
sarana produksi seperi obat-obatan pertanian, pupuk, bibit, hingga produksi dan
perdagangan pangan. Krisis pangan justru menciptakan keuntungan yang besar
bagi pemilik modal, dikarenakan harga pangan dapat ditentukan oleh segelintir
pelaku usaha.
138

Kemunculan multi national corporation (MNC) menandai adanya suatu


konstelasi baru dalam hubungan Internasional. Kedatangan MNC dalam suatu
negara bukan hanya berdampak secara ekonomi, melainkan juga dapat dilihat dari
sisi politis. Eksistensi MNC tak pelak menjadikanya sebagai salah satu institusi
yang mampu melakukan fungsi-fungsi sebagaimana institusi politik, terutama
yang berkaitan dengan kemampuan bernegosisasi. Bahkan beberapa pihak
menyebut bahwa kapabilitas MNC dalam menjalin relasi diasumsikan setara
dengan Negara atau malah lebih karena MNC jauh lebih flexible. Diangankan
demikian, karena kepentingan ekonomi yang menjadi tujuan MNC sifatnya lebih
pragmatis ketimbang kepentingan ideologis atau keamanan yang menjadi beban
Negara.Sehingga wajar jika infiltrasi MNC perlu diperhitungkan dalam dunia
dewasa ini.
Gilberto Sarfati (2008) mengungkapkan bahwa kekuatan MNC lebih
disebabkan oleh dua factor yang ia sebut sebagai structural power dan soft power.
Aspek pertama lebih dipandang sebagai ikhwal dari luar (external) yang sifatnya
deterministik sehingga membuat Negara harus bersedia untuk menerima
kedatangan MNC untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Sedangkan factor kedua
lebih merupakan skill dari MNC tersebut untuk dapat merebut mindshare dari
masyarakat agar dapat memperileh legitimasi. Kedua Faktor tersebut merupakan
sarana yang menyebabkan kenapa MNC menjadi sangat berpengaruh,
Hingga saat ini masih muncul perdebatan mengenai apakah MNC
merupakan aktor yang bergerak untuk dirinya sendiri atau masih dibawah bendera
Negara asalnya (Home Country). Berdasarkan asumsi Sarfati mengenai structural
power, maka dapat disimak bahwa seringkali kondisi ekonomi suatu Negara yang
kurang baik sebagai isyarat mengenai perlunya MNC. Masalah pengangguran dan
Tingkat GDP rendah menjadi pendorong Negara untuk terbuka terhadap investasi.
Disnilah MNC memainkan perananya sebagai institusi yang filantropi untuk turut
berjasa menumbuhkan perekonomian. Aspek struktural dapat juga disebut sebagai
jalan formal MNC untuk memuluskan langkahnya. Sarfati menyebut ada dua
aspek, yakni aspek sensitivity dan vurnerability. Pandangan mengenai sensitivity
menyebutkan bahwa kedatangan MNC memiliki ketergantungan yang besar
apalagi jika MNC mampu beradaptasi dengan cepat dalam market suatu Negara.
139

Sedangkan asumsi mengenai Vulnerability lebih melihat mengenai kegiatankegiatan MNC yang acapkali melakukan kegiatan non-ekonomi untuk
mempengaruhi politik Negara. Dengan kekuatan structural, maka Kepentingan
ekonomi MNC akan mudah terealisasi. Aspek struktural ini seringkali dilakukan
melalui lobi-lobi yang sifatnya sangat elittis dan birokratis.
Sedangkan faktor yang kedua yakni Soft Power merupakan kemampuan
yang menjadi cirri khas dari multi national corporation. Melalui suatu strategi
pasar, MNC turut memainkan persepsi masyarakat mengenai merk. Sehingga
wajar jika dalam realitanyaternyata merk MNC jauh lebih disegani ketimbang
produk lokal. Semisal bagaimana Mc D yang menjadi suatu produk yang telah
mengglobal dalam hal consumer goods. Merk menunjukkan suatu nilai yang
signifikan yang kemudian menyebabkan ada suatu keuntungan yang lebih bagi
MNC ketimbang perusahaan local. Ini sekaligus menunjukkan bahwa soft power
MNC amatlah penting sebagai komplemen dari structural power. Soft power jika
kita simak sesungguhnya memiliki fungsi yang sama seperti halnya propaganda
yang sering pula dilakukan oleh Negara. Strategi marketing berupa pencitraan
merk agaknya menunjukkan bahwa MNC tidak naya dapat mempengaruhi elit dan
birokrasi dalam suatu Negara, melainkan juga turut menkonstruksi legitimasi
dihadapan masyarakat. Kemampuan soft power semacam inilah yang kurang
dimiliki oleh Negara sehinggga menunjukkan kelebihan MNC.
Sebagai sebuah simulasi, sarfati menekankan untukmelihat lebih dalam
kasus mengenai Genetically Modified Organism atau Organisme Hidup Hasil
Modifikasi secara Genetik (OHMG). Peraturan mengenai organism hidupini
dituangkan melalui Protokol Cartagena adalah kesepakatan antara berbagai pihak
yang mengatur tatacara gerakan lintas batas negara secara sengaja baik berupa
penanganan dan pemanfaatan suatu organisme hidup yang dihasilkan oleh
bioteknologi modern dari suatu badan ke negara lain. Dalam protokol ini, dimuat
juga kesepakatan untuk menanam tanaman yang tahan penyakit sehingga dapat
menurunkan penggunaan pestisida. Pusat pengembangan rekayasa genetik
terdapat di Amerika yang mana produksinya didominasi oleh perusahaan
multinasiona yakni Monsanto yang menguasai 90% peredaran benih transgenik di

140

seluruh dunia. Secara gradual maka benih-benih yang semual dikuasai petani akan
menjadi komoditas perusahaan.
Sekarang ini, kontrol MNC sektor pangan besar terhadap pasar pangan
semakin dominan. Perusahaan seperti Monsanto, Dupont, Singenta, dan tujuh
produsen lainnya menguasai menguasai lebih dari 68 % bisnis bibit pada tingkat
global. tidak hanya bibit perusahaan, mereka juga menguasai produksi sumbersumber produksi pertanian lain seperti obat-obatan pertanian. Tidak hanya itu
perusahaan-perusahaan raksasa yang berkantor pusat di negara-negara maju
tersebut juga menguasai bisnis produk akhir dari sektor pertanian. Pada tahun
2012 perusahaan benih utama, Monsanto dan Du Pont, menyatakan peningkatan
keuntungan sebesar 44% dan 19% untuk tahun sebelumnya. Perusahaan pupuk
terbesar, Potash Corp, Yara dan Sinochem melihat keuntungan tumbuh sebesar
72%, 44% dan 95% antara 2007 dan 2006.210
Perusahaan multinasional (MNC) dengan matriks mereka di negara-negara
industri, menyerap rantai kecil di seluruh dunia memastikan ekspansi mereka
secara internasional, terutama di negara-negara selatan. Monopoli dan konsentrasi
memungkinkan kontrol yang kuat untuk menentukan apa yang dimakan, berapa
harganya, dengan cara apa, dan bagaimana disusun dan sebagainya. Pada tahun
2007 perusahaan terbesar di dunia dalam hal pendapatan penjualan, sesuai dengan
daftar Global Fortune 500, adalah multinasional ritel Wal-Mart (nomor satu
dalam daftar) menjelang raksasa minyak dan mobil seperti Exxon Mobile, Shell,
British Petroleum atau Toyota. Lebih jauh ke bawah diantaranya adalah: Carrefour
(nomor 33), Tesco (nomor 51), Kroger (nomor 87), Royal Ahold (nomor 137), dan
Alcampo (nomor 139). Model distribusi ritel memberikan sebuah dampak negatif
yang kuat terhadap aktor yang terlibat dalam rantai makanan: petani, pemasok,
konsumen, pekerja, dan seterusnya. Kondisi semacam ini menyebabkan hilangnya
pekerjaan dan pendapatan jutaan petani kecil dan masyarakat pedesaan.
Diserahkannya urusan pangan pada mekanisme pasar, diperparah oleh hilangnya
subsidi dan proteksi perdagangan telah menyebabkan perusahaan kecil dan usaha
menghasilkan pangan oleh rakyat kehilangan kemampuan bersaing. 211
210 Vivas Esther, 27 Juni 2010, Krisis pangan: penyebab, konsekuensi dan alternatif
211 Daeng Salamuddin, Makro Ekonomi Minus, Jakarta: Indonesia for Global justice, 2010.
141

Tabel. 3.11. Penjualan Bibit Pertanian Oleh MNC ( %)


No

Nama Perusahaan

Jumlah

Pangsa

Penjualan

Pasar

1.

Monsanto Amerika Serikat dan Eropa

US $ 4,964

23%

2.

Dupont Amerika Serikat dan Eropa

US $ 3,300

15%

3.

Syngenta Swiss

US $ 2,018

9%

4.

Groupe Limaigrain Prancis

US $ 1,226

6%

5.

Land O Lakes AS

US $ 917

4%

6.

KWS AG Jerman

US $ 702

3%

7.

Bayer Jerman

US $ 524

2%

8.

Sakata Jerman

US $ 396

2%

9.

DLF Trifolium Denmark

US $ 391

2%

10.

Taaki Jepang

US $ 347

2%

Sumber : Potash Group, 2010.


Seluruh rantai makanan agribisnis terkena konsentrasi bisnis yang tinggi.
Pada tahun 2007, nilai tambah dari merger dan akuisisi dalam industri pangan
global (termasuk produsen, distributor dan penjual) adalah, dua kali lebih besar
dari tahun 2005. Merger korporasi mencerminkan kecenderungan dalam
penciptaan monopoli dalam industri makanan. Jika kita mulai dengan link yang
pertama dari rantai, bibit, kita mengamati bahwa sepuluh perusahaan global
terbesar (Monsanto, DuPont, Syngenta, Bayer dan sebagainya) setengah dari
penjualan mereka menguasai pasar.
Banyak pihak mengira bahwa krisis pangan adalah tentang ketiadaan atau
kelangkaan sumber-sumber pangan. Dugaan ini keliru dikarenakan krisis pangan
ternyata adalah melimpahnya produksi pangan, namun pada saat yang sama

142

sebagian besar masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk membeli. Hal


tersebut secara sederhana dapat dibuktikan dengan data sebagaimana telah
disebutkan bahwa dalam periode krisis pangan, volume perdagangan pangan
justru mengalami peningkatan.
Gencarnya wacana isu krisis energi dan krisis pangan merupakan
fenomena yang penuh dengan anomali. Mengapa wacana krisis tersebut dinisiasi
oleh negara maju dan lembaga keuangan internasional? Bisa dibayangkan
bagaimana jika wacana krisis ini disuarakan oleh negara kecil, atau masyarakat
miskin di Afrika yang miskin tentu saja efeknya tidak seramai yang sekarang.
Gayatri Spivak mencoba untuk menjelaskan bahwa kaum yang dipinggirkan oleh
kekuasaan tak akan mampu berbicara, sebagaimana kiasanya can subaltern
speak?.212 Padahal suara mengenai krisis energi dan pangan telah terdengar jauh
sebelum sekarang, namun mengapa gaungnya baru dirasakan hari ini. Sehingga
muncul kritisisme lebih jauh mengenai apa motivasi sesungguhnya dibalik
gencarnya wacana krisis ini? Sehingga yang perlu ditelaah dalam suatu wacana
adalah apa yang dibalik teks sebagaimana Derrida mengisyaratkan bahwa we
need to intrepret intrepretation than a intrepret thing. 213 Dengan demikian, maka
kita akan semakin tergelitik untuk berupaya membongkar apa motivasi kekuasaan
dibalik wacana krisis sumber daya alam tersebut.
Secara teoritik, Michael Foucault dalam karyanya the archeology of
Knowledge berusaha membongkar kemesraan antara logika kekuasaan dan
wacana. sesungguhnya tidak pernah ada yang dinamakan pengetahuan bebas nilai.
Latar belakang peneliti, tempat, dan waktu sangat menentukan hasil pemikiran
para teoritisi seperti yang disebut Mark Rupert sebagai situated knowledge.
Bahkan, Robert Cox menyebutkan bahwa Theories is always for someone and
for some purpose. Oleh karenanya, pengetahuan dan politik sulit dipisahkan
karena fondasi kekuasaan ternyata membutuhkan legitimasi pengetahuan.214
Dengan kata lain setiap wacana yang muncul, tanpa terkecuali global warming
212 Gayatri Spivak, Can subaltern speak? (Hertfordshire: Harvester Wheatsheaf,1994).
213 Derrida, Jacques. Writing and Difference. Terj.Alan Bass. Routledge: London,
1978.
214 Michael Foucault, The Archeology of knowledge, (London: Routledge, 1969).
143

dan krisis pangan, merupakan wacana yang sesungguhnya tidaklah netral.


Ketika kita membongkar narasi tersebut, maka akan terlihat sebuah kepentingan
untuk mendominasi.
Namun bukan berarti krisis pangan, krisis energi dan pemanasan global
adalah isu yang harus kita tolak sebagai sebuah realitas. Tak bisa dipungkiri, krisis
pangan dan krisis energi merupakan sebuah realitas. Namun, sebuah realita yang
dipropagandakan untuk tujuan dominasi beberapa orang. Realita yang senantiasa
dipropagandakan tersebut inheren dengan apa yang disebut Baudrillard sebagai
hiperrealitas. Hiperrealitas adalah dramatisasi dari sebuah realitas yang
diperuntukkan untuk mendesain opini publik. Bahkan realitas yang disimulasikan
oleh lembaga internasional menjadi jauh lebih nyata ketimbang kenyataanya.215
Oleh karenanya sekarang tidaklah penting bagi publik untuk mempertanyakan
asli atau palsu dari skenario drama krisis tersebut. Akan tetapi perlu sikap
waspada mengenai adanya permainan kamuflase kekuatan besar yang hendak
memanfaatkan wacana krisis.
Globalisasi langsung telah mengakibatkan terciptanya krisis sumber daya
manusia dan sumber daya alam. Jutaan petani kini menjadi petani gurem yang
dulunya adalah petani mandiri. Petani-petani kehilangan tanah, kehilangan mata
pencaharian, dan kehilangan sumber pangan. Sumber daya alam tanah pertanian
yang sebelumnya diolah dengan kearifan lokal menjadi tereksploitasi dengan
massif, hutan-hutan menjadi hilang dan kekayaan hayati lokal turut lenyap.
Adapun MNC raksasa pada awalnya mereka masuk hanya di perdagangan, lalu
kemudian untuk memastikan terjaminnya pasokan mereka juga masuk ke
produksi. Untuk meningkatkan volume produksi, mereka menguasai industri
benih dan menciptakan ketergantungan. Belum cukup, mereka melangkah lebih
lanjut masuk ke industri pengolahan melalui akuisisi perusahaan nasional. Bahkan
untuk menjamin produk mereka terjual, korporasi raksasa tersebut juga masuk ke
bisnis ritel. Lengkap sudah strategi MNC dalam mengepung kehidupan desa dari
segala penjuru.

215 Jean Baudrillard, Simulacra and Simulation, (Cambridge: Polity Press, 2005).
144

BAB IV
KESIMPULAN
Selamat datang dalam era desa cosmopolitan. Jika sebelumnya desa
identik dengan sesuatu yang terbelakang , namun perlahan namun pasti desa akan
berubah dengan wajah yang kontemporer. Dulu, kita memandang Desa dan
Globalisasi merupakan dua hal yang terlampau jauh untuk dihubungkan ibarat
david dan golliath. Namun dari pembahasan yang telah diuraikan ternyata peran
desa tidaklah sekecil yang diduga. Analisis globalisasi membuka mata kita yang
selama ini memandang desa sebatas sebuah ikhwal yang terbelakang. Padahal
dalam era globalisasi, Desa bukanlah obyek pasif yang mengikuti begitu saja
kemana globalisasi membawanya. Desa justru berpotensi menjadi subyek aktif
yang menopang sistem global yang tengah krisis
Namun demikian, perlu sejenak kita merenungkan ketika desa bukan milik
kita. Kita terancam tidak lagi memiliki desa akibat oleh krisis yang terjadi di sisi
lain sumber daya alam yang semakin langka tentu menjadi kebutuhan mendesak
bagi para pelaku usaha diseluruh dunia. Sebagaimana yang telah diuraikan, Desa
dalam era globalisasi menjadi rebutan para investor karena Desa memiliki sumber
daya yang dibutuhkan. Desa akan menjadi barang dagangan yang bisa dimiliki
oleh individu. Seruan Ini desaku! yang bernada mengusir akan sering kita dengar
menunjukkan tidak ada lagi kekitaan atau kepemilikan bersama atas desa. Desa
tidak lagi memiliki nuansa persahabatan dan silaturrahmi karena telah berubah
menjadi ajang persaingan individu untuk memperebutkan kekayaan.
Padahal, Desa dan kita adalah dua hal yang tidak terpisahkan satu sama
lain karena Desa bukanlah milik perseorangan, namun desa adalah milik bersama.
Inilah yang membedakan masyarakat desa dengan kota yang lebih cenderung
menonjolkan saya ketimbang kita. Dengan adanya kekitaan dan kebersamaan,
Desa akan selalu mengingatkan kita tentang keindahan alam dan keramahtamahan
manusianya. Namun, ketika desa bukan milik kita, maka desa akan menjadi milik
perseorangan atau segelintir orang yang memiliki uang
Renungan yang akan membuat kita menyadari kemungkinan masa
mendatang. Bayangkan kemana kita semua akan mudik ketika Hari Raya.
Jawaban sekarang tentu adalah desa karena kita masih memilikinya. Namun

145

beberapa tahun mendatang bisa jadi kita tak mampu menjawabnya. Selain itu,
Penduduk pribumi bahkan tidak bisa dikenali karena banyak orang dengan ras,
kulit yang beraneka variasi tinggal dalam satu desa. Desa tidak lagi sejuk karena
industri berlomba lomba meraup keuntungan dengan produksi sebanyak
banyaknya tanpa menghiraukan kerusakan alam. Dengan demikian, Desa tak
ubahnya seperti kota dalam versi yang miskin karena kekayaanya diangkut untuk
memenuhi hasrat manusia diluar teritorinya.
Banyak yang beranggapan bahwa globalisasi masuk desa telah lama
terjadi, sehingga bukanlah barang baru. Namun dari pembahasan, kita dapat
menyimpulkan bahwa kini masuknya aktor aktor global kedalam desa adalah
melalui kerjasama, dan bukan koersif. Motif bantuan seringkali membuat aktor
aktor tersebut disambut dengan hangat oleh penduduk desa. Sebuah modus
operandi yang tentu berbeda dengan zaman kolonialisme yang memunculkan
banyak sekali pertentangan. Dengan kata lain, yang dialami masyarakat pedesaan
Indonesia dalam era globalisasi masuk desa bisa menjadi lebih buruk dari zaman
penjajahan. Telebih setelah meninjau beberapa penetrasi lembaga keuangan
internasional yang secara halus mulai masuk kedalam desa-desa. Pembangunan
yang dilakukan oleh lembaga keuangan disetujui begitu saja oleh perangkat desa.
Bahkan infrastruktur yang dijalankan dengan utang luar negeri telah menjadi
kebiasaan yang sulit dihindari. Lalu sejenak kita mulai bertanya kembali, jika
pembangunan jembatan, jalan, dan sebagainya berasal dari luar negeri, lalu apa
yang sebenarnya masih menjadi milik kita.
Dengan meninjau secara makro pada level global, maka kita akan
mengetahui bagaimana nasib desa-desa di masa mendatang. Krisis ekonomi 2008
menyebabkan adanya transformasi kekuatan perekonomian dunia. Implikasinya.
kini bukan hanya AS dan Eropa yang berpotensi mengincar sumber daya alam
Indonesia. Namun banyak kekuatan kekuatan dunia baru seperti Cina, India dan
negara berkembang lainya yang akan memperebutkan desa. Jangan-jangan kondisi
kontemporer merupakan sebuah klimaks dari era kolonialisme. Sebuah era yang
bisa jadi bisa lebih parah dari kolonialisme yang dulu sempat kita rasakan
sebelum 1945. Dengan penjajah yang jumlahnya semakin banyak dan semakin

146

rakus, nusantara tidak lagi dijajah oleh segelintir orang, melainkan dikepung oleh
kekuatan modal dari segala penjuru dunia.
Tinggal sekarang bagaimana masyarakat Indonesia mampu merumuskan
sebuah konsep pembangunan pro desa yang tidak terlalu latah mengikuti resep
resep luar negeri. Tidak perlu jauh jauh meminta nasehat dari luar negeri dalam
membangun desa. Pasal 33 UUD 45 merupakan jawaban yang sudah ada, namun
kita terlalu tidak percaya diri sehingga sering melupakannya. Oleh karena itulah,
bukan pemerintah saja yang kita bebani tanggung jawab untuk menjaga desa
dengan segala kekayaan alamnya. Dari data yang telah dipaparkan terlihat
bagaimana pemerintah dalam era globalisasi pasar bebas telah kehilangan
perannya. Perusahaan multinasional dengan lincahnya berpetualang untuk
berinvestasi seolah negara sudah tidak ada lagi. Namun melalui sikap gorong
royong antara pemerintah dan masyarakat diharapkan akan mengembalikan
kembali kuasa negara dalam menghadapi globalisasi sebagaimana amanah
Undang Undang Dasar pasal 33.
Dalam era globalisasi, masyarakat desa dianalogikan seperti Ray Breslin
dalam film Escape Plan. Sebuah film yang menceritakan perjuangan manusia
untuk keluar dari penjara modern yang dirancang secara futuristik. Sebuah penjara
berlapis yang kokoh sehingga hanya orang yang cerdas yang mampu keluar dari
penjara tersebut. Globalisasi dipandang layaknya suatu penjara dalam kehidupan
manusia modern yang didalamnya hasrat untuk mencari keuntungan senantiasa
membelenggu. Kembali kepada teori klasik yang menyatakan bahwa setiap
produksi yang dilakukan manusia, maka senantiasa berkonsekuensi pada
menurunnya sumber daya alam. Ketika pembangunan desa diarahkan untuk
akselerasi pertumbuhan ekonomi, maka semakin cepat lari pertumbuhan ekonomi,
semakin banyak alam yang terkorbankan.
Tentunya buku sederhana ini bukan dimaksudkan untuk anti terhadap
kemajuan yang telah diciptakan. Namun kemajuan bukanlah sesuatu yang seratus
persen positif. Realitas sosial adalah sesuatu yang terlampau kompleks untuk
dipahami sepenuhnya. Hal ini menyebabkan munculnya banyak persepsi yang
memandang suatu fenomena dari sudut pandang yang berbeda. Tentunya para
akademisi akan terus berdebat mengenai masalah sosial dibalik pembangunan era

147

globalisasi. Pandangan mengenai positif tidaknya globalisasi secara konseptual


belum disepakati hingga sekarang. Perdebatan akademis yang terjadi merupakan
sebuah proses untuk mendapatkan jawaban tunggal yang bisa diterima secara
umum, namun seperti yang telah disebutkan di atas, hingga sekarang belum ada
definisi pasti tentang globalisasi. Oleh karena itu, tidaklah etis jika karya ini
seakan menutup perdebatan yang tengah berlangsung.
Banyak orang memakai kata globalisasi dalam perbincangan sehari-hari
namun tanpa di sadari globalisasi ternyata merupakan istilah yang problematik.
Secara umum globalisasi dimaknai sebagai relasi yang saling ketergantungan
(interdependence) antar negara di seluruh dunia dalam bidang sosial politik dan
ekonomi yang didasarkan atas kerjasama. Akan tetapi realitas globalisasi ternyata
tidak sesuai dengan definisi disebutkan di atas. Ternyata yang terjadi bukanlah
saling ketergantungan antar negara, namun lebih pada ketergantungan banyak
negara terhadap kekuatan kapital. Dengan kata lain, hubungan antara negara
investor sektor perkotaan dengan negara agrikultur pedesaan tidak didasarkan atas
kerjasama yang adil, melainkan eksplotatif dan asimetris.
Globalisasi yang semakin berkembang dirasa belum mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakat desa. Terlepas dari problem rendahnya upah buruh di
daerah pedesaan, aspek yang tidak kalah penting adalah tergerusnya budaya
pertanian di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat yang semula
terkenal dengan berbagai produk pertaniannya, kini mulai meredup, seiring
dengan beralih fungsinya lahan pertanian menjadi lahan pabrik dengan mesinmesin raksasa. Selain alih fungsi lahan, terdapat pula alih fungsi tenaga kerja dari
petani menjadi buruh pabrik. Peralihan pekerjaan pada masyarakat di desa-desa
menjadi sebuah dilematis tersendiri. Hanya karena gengsi karena menyandang
status pegawai pabrik masyarakat desa mulai beralih profesi, dan meninggalkan
profesi lamanya sebagai petani. Kondisi tersebut banyak terjadi di kawasankawasan pedesaan yang tergolong kedalam Provinsi dengan upah buruh yang
cukup rendah.
Dalam era pasar bebas, MNC (Multi Nasional Corporation) dapat dengan
mudah memindahkan pabrik mereka ke wilayah atau negara dimana upah pekerja

148

jauh lebih murah dibandingkan negara asal mereka, serta dapat membeli bahan
baku produksi dari wilayah yang menjual paling murah. Hal ini dapat memberikan
keuntungan dari dua sisi kepada perusahaan-perusahaan MNC tersebut. Pertama,
memberikan keuntungan kepada perusahaan-perusahaan secara drastis. Kedua,
dapat mengeksploitasi sumber daya manusia dan sumber daya alam di negaranegara berkembang, karena di negara-negara berkembang upah pekerja dan bahan
baku produksi sangatlah murah. Khusus untuk sumber daya alam, era globalisasi
yang muncul telah mengakibatkan berpindahnya kota ke desa, bukan hanya
sebaliknya desa ke kota.
Dari data yang dipaparkan terlihat peran dan dominasi perusahaan
multinasional pun semakin bercokol di sektor pertanian dan energi. Di sisi lain,
masalah-masalah internasional juga mengalami peningkatan, misalnya krisis
lingkungan hidup, krisis energi, krisis pangan dan sederet masalah lainnya. Tentu
mengharapkan CSR dari perusahaan multinasional tidaklah cukup untuk
mengatasi problem global tersebut. Dalam bidang pangan, pasar bebas telah
menyebabkan seluruh korporasi berlomba-lomba untuk menguasai pasar pangan
dunia. Berbagai strategi dilakukan oleh korporasi pangan agar produk pangan
mereka bisa mendominasi pasar Negara maju, seperti AS dan Uni Eropa,
menyubsidi produk pertanian mereka secara berlebihan untuk sejumlah komoditas
pangan, terutama beras, jagung, kedelai, gula, gandum, susu, daging sapi dan
unggas, serta komoditas hortikultura seperti sayur. Kebijakan pemberian subsidi
menyebabkan ketidakseimbangan dalam perdagangan pangan dunia. Harga
komoditas pertanian negara-negara maju menjadi rendah. Ini membuat produk
pertanian dari negara-negara berkembang tidak dapat bersaing di pasar dunia.
Akibatnya petani pedesaan berkembang tidak dapat melakukan kegiatan produksi
karena menjadi tergantung pada komoditas pertanian, seperti bibit, pupuk,
pestisida dan standarisasi kesehatan dari negara maju.
Dengan kata lain, tidak ada exit strategy yang lebih ampuh
dari jeratan globalisasi selain merdeka seutuhnya sebagaimana
visi para pendiri bangsa. Merdeka seutuhnya tidaklah harus

149

diasosiasikan dengan bersikap egois, eksklusif dan anti dengan


kerjasama. Namun Indonesia perlu waspada bahwa disetiap
kerjasama ada kompetisi. Sehingga kerjasama dan kompetisi
adalah dua sisi mata uang yang perlu untuk diwaspadai. Masih
segar di ingatan bahwa tujuan Belanda datang ke Indonesia juga
dengan alasan kerjasama. Merdeka yang dimaksudkan disini
dimanifestasikan melalui sikap berani melakukan perlawanan
atas dominasi imperialisme yang dulu juga pernah diperjuangkan
oleh para pendiri bangsa. Sebuah perjuangan yang
sesungguhnya masih relevan, mengingat sampai hari ini
imperialisme tetap menjadi penyebab krisis, bukan hanya di
Indonesia, namun juga dunia.
Lalu mana perjuangan yang lebih baik, melalui mekanisme perundingan
atau melawan secara fisik?. Kita tentunya tidak lupa perdebatan antara Shahrir
dan Tan Malaka. Shahrir dalam bukunya perjoangan kita mengkritik karya
gerpolek dari Tan Malaka yang menyarankan gerilya sebagai solusi
memepertahankan kemerdekaan. Shahrir optimis bahwa perundingan adalah jalan
keluar paling rasional dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Shahrir
pada sidang PBB menegaskan bahwa negara Indonesia bukan negara tertutup dan
fasis karena Indonesia menjunjung tinggi ketertiban dunia sebagaimana amanah
pembukaan Konstitusi 1945. Sejarah memperlihatkan bagaimana Indonesia
memiliki kapasitas untuk bernegosiasi dalam forum Internasional.
Dalam konteks internasional cara yang dapat ditempuh Indonesia adalah
dengan negosiasi tingkat tinggi antar pemimpin negara. Klausul yang dituntut
Indonesia adalah merubah kebiasaan buruk dari perjanjian perdagangan bebas
yang senantiasa berorientasi agar perusahaan multinasional dapat menjual
produknya tanpa halangan perdagangan seperti tarif dan non tarif. Ynag
diutamakan adalah bagaimana mendorong perundingan internasional dapat
menghasilkan kerjasama yang saling menguntungkan. Negosiasi yang dilakukan
dapat bersifat bilateral, regional dan internasional. Meskipun seringkali menuai
kepahitan dalam perundingan, namun masih terdapat peluang bagi Indonesia
150

untuk merenegosiasi beberapa perundingan. Pada tahapan bilateral contohnya


adalah IJEPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement), sedangkan
pada tahap regional seperti AEC (ASEAN Economic Community), APEC (Asia
Pacific Economic Cooperation), ASEM (Asia Europe Meeting) dan di level
internasional seperti WTO (World Trade Organization).
Secara sederhana globalisasi dapat didefinisikan sebagai proses yang
memungkinkan individu, kelompok, maupun negara untuk saling berinteraksi,
bergantung, berkerjasama dan melintasi batas-batas geografis. Sehingga istilah
globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas
kedaulatan negara. Namun menjadi kontraproduktif ketika kita senantiasa
mempertentangkan antara negara dan globalisasi karena Indonesia bukanlah
negara fasis yang eksklusif dari kerjasama luar negeri. Sebuah kondisi yang
mengingatkan kita tentang pasal 33 dimana negara adalah instrumen perlindungan
kekayaan alam. Namun konstitusi juga mengamanahkan kita untuk ikut andil
dalam perdamaian dunia dan menghapus penjajahan dunia. Tanpa menjalin
kerjasama dengan negara lain, maka penjajahan dunia tidak bisa dihapuskan dan
perdamaian tak bisa direalisasikan.
Tidak dapat dipungkiri, globalisasi dan segala kompleksitasnya telah
membawa implikasi yang cukup signifikan bagi segala aspek kehidupan manusia.
Seperti yang dijelaskan di atas, pertukaran teknologi, informasi, ideologi, dan
ekonomi menjadi semakin mudah dan cepat. Teknologi semacam internet, ponsel,
dan gadget lainnya berkembang sedemikian cepatnya yang mengindikasikan
kepesatan konektivitas global. Sehingga MP3EI memiliki tugas untuk bersinergi
dengan kondisi ruang yang semakin terjejaring. Pasar bebas yang ditandai dengan
meningkatnya interdependensi antarnegara berakibat pada pertumbuhan aktivitas
perdagangan internasional menjadi tantangan tersendiri bagi proyek MP3EI.
Bagaimanapun konektivitas global bukan sebaiknya membuat Desa harus
menyesuaikan dengan pasar dunia, namun justru merupakan faktor pendorong
agar pembangunan pedesaan agar lebih mandiri sesuai amanah konstitusi.
Menghadapi era globalisasi, maka Lembaga-lembaga desa perlu untuk
diperkuat dan dikembangkan sehingga menjadi kekuatan desa dalam memberikan
respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di desa.

151

Bukan berarti sekedar memperkuat otonomi desa, karena otonomi berlebihan akan
menyebabkan NKRI menjadi terfragmentasi. Yang lebih penting adalah
bagaimana peran aktif pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan
lembaga kemasyarakatan desa dalam rangka penyusunan dan implementasi
kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan yang sinergi dengan visi nasional.
Melihat keterbatasan kewenangan desa, dana, sumber daya, dan kedudukan yang
ambivalen antara organisasi pemerintah (desa) dengan lembaga kemasyarakatan,
maka pemerintah desa perlu menerapkan strategi pengembangan peningkatan
peran kelembagaan desa yang dilakukanera otonomi daerah yakni meningkatkan
kapasitas kepemimpinan yakni dengan meningkatkan kepemimpinan kepala desa
atau badan permusyawaratan desa serta meningkatkan fungsi agregasi, budgeting,
pengawasan, serta legislasi untuk badan pemerintahan desa.
Oleh karena itu, pelaksanaan tata pemerintah desa perlu disesuaikan
dengan azas kerjasama yakni bertumpu pada tiga pilar yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat. Yang mana ketiga pilar tersebut harus bekerja secara sinergis.
Dengan kata lain, setiap pilar diharapkan mampu menjalankan perannya dengan
optimal agar pencapaian tujuan berhasil dengan efektif. Penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila dalam
penerapan otoritas dan administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan
interaksi yang setara. Pemerintah berfungsi menciptakan lingkungan politik dan
hukum yang kondusif, sedangkan swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan.
Kemudian masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, politik
termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat desa untuk
berpartisipasi aktif.
Tak ayal, peran masyarakat desa perlu terintegrasi kedalam visi
pembangunan nasional sebagai respon atas perkembangan globalisasi. Pendidikan
menjadi kata kunci untuk mengarahkan masyarakat desa mampu menjadi
masyarakat madani atau masyarakat sipil yang memiliki visi dalam merespon
Globalisasi. Wawasan global bukan hanya sekedar dikonsumsi oleh pemerintah
dan akademisi, namun sekaranglah saatnya masyarakat desa juga memiliki
kapasitas intelektual untuk mampu merumuskan gagasan. Masyarakat desa

152

hendaknya tidak lagi ditempatkan sebagai obyek, namun sebagai subyek dalam
pembangunan jika masyarakat pedesaan juga terlibat didalamnya. Tanpa kapasitas
tersebut, maka dana bantuan luar negeri untuk pembangunan desa yang seolah
melimpah sekarang ini, justru berimplikasi pada kerusakan alam. Terlebih dalam
era otonomi daerah, korporasi dimudahkan untuk dapat langsung berinteraksi
dengan masyarakat desa.
Oleh karena itulah dalam era Globalisasi langsung, maka jarak dan
waktu menjadi tak relevan. Namun perlu diingatkan, kemajuan pembangunan
yang ditawarkan globalisasi berpotensi untuk runtuh seketika jikalau krisis
sumber daya alam menjadi semakin mahal dan langka. Apalah arti inovasi
teknologi, industri, transportasi, komunikasi cyber, dan gedung gedung pencakar
langit, jika masyarakat dunia banyak yang terancam kelaparan. Angka angka
pertumbuhan ekonomi seolah sia-sia tanpa adanya kekayaan alam yang tersedia.
Tak ayal, menjaga desa erat kaitanya dengan menjaga keberlangsungan proyek
globalisasi. Dengan demikian, maka selamat datang dalam era ketika globalisasi
masuk desa. Ungkapan Globalisasi masuk desa mengingatkan kita pada istilah
zaman orde baru, ABRI Masuk Desa. Maknanya hampir sama yakni bagaimana
desa diatur dan dibangun, meskipun aktor yang membangun berbeda
Kita tentunya kembali teringat oleh simbol Bhinneka Tunggal Ika yang
memproklamirkan kita bahwa meskipun kita terpecah menjadi banyak suku
bangsa dan ribuan desa, tapi identitas kita tetaplah satu, yaitu Indonesia. Jangan
sampai perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan sumpah pemuda harus
kembali di pecah belah oleh sentimen kedaerahan. Teringat ungkapan dari Bapak
Mohammad Hatta, persatuan Indonesia hanyalah sebatas persatean menjadi
renungan bahwa merealisasikan Sila ketiga pancasila ternyata tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Apalagi dalam era otonomi daerah yang membuat
tidak ada kekompakkan antara pemerintah pusat dan daerah. Sebuah kondisi
perpecahan yang malah semakin membuka pintu bagi aktor aktor global untuk
masuk kedalam desa.
Oleh karena itulah, semangat "satu desa satu bangsa" perlu didengungkan
demi terwujudnya persatuan desa dalam menjaga kekayaan alam Indonesia.
Meskipun Indonesia terdiri dari berbagai desa, namun tetap satu bangsa, yakni

153

Indonesia. Dengan prinsip Satu Desa Satu Bangsa, Indonesia akan menjadi
negara yang tidak mudah terombang ambing, dan memiliki arah yang jelas dalam
menjawab tantangan globalisasi masuk desa. Sehingga bukan globalisasi yang
selalu menentukan arah pembangunan desa, namun sebaliknya, bagaimana desa
Indonesia yang berperan menentukan arah Globalisasi. Semangat satu desa satu
bangsa merefleksikkan harapan bagi Indonesia perlu segera kembali menjadi
negara yang merdeka seutuhnya. Merdeka dengan menjadi subyek yang secara
otonom mampu mengidentifikasi siapa dirinya, dimana tujuanya, tanpa
mengharapkan nasihat dari globalisasi yang kini sedang masuk desa. Dengan
bersatunya desa, maka Negara akan kembali mampu menjaga kekayaan alam
sesuai amanah dalam Pasal 33 .
.

154

Anda mungkin juga menyukai