Anda di halaman 1dari 4

Analisis Teori Konflik Karl Marx Dalam Realita

Kehidupan Masyarakat Desa Temon Yang Terdampak


Pembangunan New Yogyakarta International Airport
Email : bagusmuhamadmahdi@gmail.com
Mahasiswa Aktif Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Abstrak: Dalam realita saat ini, kehidupan masyarakat dapat ditunjang dan
didukung pesat oleh majunya pembangunan secara infrastruktur maupun secara
tatanan sosial. Tapi dari pembangunan tersebut juga dapat menciptakan sebuah
penolakan ataupun kontra terhadap hal yang baru, dikarenakan mengancam
kehidupan suatu golongan masyarakat yang terdampak pembangunan tersebut.
Salah satunya adalah masyarakat di daerah Kulon Progo, Yogyakarta tepatnya ialah
penduduk Desa Temon. Di media massa, kita sering melihat berita tentang
pembangunan Bandara baru ini, yang dicetuskan untuk menggantikan Bandara
Adisucipto Yogyakarta sebab bandara lama diprioritaskan untuk kepentingan
Militer dibandingkan Sipil. Jika dikaitkan dengan kepentingan banyak masyarakat
memang Bandara ini sangat menunjang aksesbilitas suatu daerah dengan daerah
yang lain. Artikel ini sengaja dibuat agar kita, sebagai masyarakat bangsa Indonesia
bisa lebih terbuka pikirannya dalam menanggapi sebuah pembangunan di negeri
yang kita cintai ini.
PENDAHULUAN
Dari berbagai sumber yang telah saya perhatikan dan juga simak secara saksama,
ternyata bandara ini sudah mulai dibangun dari tahun 2012. Sekarang tahun 2019
akhir, mulai mendekati tahap finishing pembangunan. Jika melihat secara historis
dan geografis, bandara ini terletak dekat dengan Jalur Daendels, yang tersohor di
masanya karena pengerjaannya yang banyak menyiksa bangsa Indonesia pada saat
itu lewat kerja rodinya. Ternyata tidak kalah tersiksanya para masyarakat Desa
Temon khususnya saat bandara ini mulai dibangun, rumah – rumah mereka terpaksa
digusur dan lahan pertanian mereka diratakan. Pemerintah sebelumnya memang
sudah melakukan pendekatan dan mengeluarkan dana untuk membeli lahan
masyarakat melalui PT. Angkasa Pura I. Namu ternyata, masih banyak masyarakat
Kulon Progo yang menuntut kesejahteraan hidupnya, akibat hilangnya mata
pencaharian mereka sehari – hari sebagai petani khususnya. Penolakan terhadap
pembangunan bandara ini dilatar belakangi oleh izin AMDAL, dan juga daerah
yang tergolong rawan bencana, dengan kata lain masuk di dalam zona merah.
Sebelah selatan ialah laut lepas, pantai selatan terkenal dengan ombaknya yang kuat
dan besar, dari hasil penelitian ahli Geografis pada 300 tahun yang lalu kira – kira
pernah terjadi sebuah Tsunami, dan yang tersisa saat ini ialah endapan tanahnya
yang dapat diteliti secara Geologi. Banyak aktivis sosial dan lingkungan yang
mengkritik juga menentang kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini. Dari
media massa, juga menyorot tidak hanya keunggulan dari pembangunan Bandara
ini, namun juga kelemahan dan kekurangan dari pembangunan Bandara ini.
Mungkin seakan seiring berjalannya waktu tuntutan para warga yang terdampak
dan tergusur dalam Mega Project ini tenggelam oleh berbagai isu – isu yang tidak
penting membanjiri Time Line hangat Indonesia di tiap – tiap hari. Hal ini juga
pernah terjadi saat masa Revolusi Industri di Eropa, banyak sekali para petani yang
mau tidak mau meninggalkan mata pencahariannya dan berganti menjadi buruh
pabrik. Sejarah mencatat hampir setiap kejadian pernah terjadi saat masa lampau
namun hanya, memiliki tokoh – tokoh yang terlibat itu berbeda, namun spesifik
penyebab dan permasalahannya sama persis. Muncul seorang tokoh bernama Karl
Marx, yang mengedepankan Sosialisme juga kesetaraan antara Kaum Buruh
(Proletar) dan Kaum Pemilik Modal (Borjuis) dikarenakan pada saat Karl Marx
hidup, realita yang terjadi ialah banyak kaum buruh yang hanya diperas tenaga dan
keahliannya tanpa mendapat imbal jasa yang pantas dari kaum pemodal. Padahal,
Marx menganalisis bahwa sesungguhnya jika tidak ada buruh, maka kaum pemilik
modal tidak akan dapat menjalankan pabrik ataupun usahanya secara semestinya.
Saat itu, para buruh menuntut kesetaraan dalam hal kesejahteraan yang diinginkan
agar tercapai suatu kesejahteraan dan pencapaian keadilan sosial yang dimana tidak
ada lagi sebuah penindasan terhadap kaum buruh.
METODE
Memang dalam pembuatan artikel ini lebih ke empiris sang penulis dalam mencari
sumber – sumber yang aktual dan mutakhir, sehingga dapat ditarik ke masa lampau
yang memiliki keterkaitan secara teori maupun aksi. Bersumber dari Jurnal Ilmiah,
Paper, dan Artikel di media Internet. Keabsahan sumber bisa dianalisis kembali
agar tidak terjadi sebuah pemalsuan sejarah ataupun pembelokan sejarah, karena
data empiris bisa berubah – ubah jika telah melewati tahap orang pertama, orang
kedua, orang ketiga dan seterusnya.
HASIL
Hasil dari analisis fenomena sosial yang terjadi di atas, menunjukkan bahwa ada
pertentangan dalam tubuh bangsa Indonesia, terutama antara pemerintah dan
golongan masyarakat kecil, khususnya buruh tani. Dikarenakan ada pertentangan
yang membuat struktur masyarakat tidak begitu percaya terhadap pemerintah,
dengan kata lain timbul sifat skeptis yaitu curiga. Ini terjadi seperti pada masa
Revolusi Industri dimana, para petani yang dulunya bercocok tanam, dituntut
untunk berubah 180 derajat, menjadi pekerja pabrik yang memegang dan
mengoperasikan mesin – mesin. Sebuah kejadian ini, terjadi karena adanya masa
orientasi atau menyocokkan diri agar tidak terjadi sebuah guncangan dalam
masyarakat, walaupun realitasnya jika sebuah ada modernisasi pasti ada saja
gejolak penolakan yang muncul dari sebagian pihak.
PEMBAHASAN
Untuk sebuah pembangunan idealnya, modernisasi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang terkena dampaknya. Karena tidak ada
pembangunan yang bertujuan untuk memundurkan masyarakat negaranya.
Semakin maju suatu negara membutuhkan dorongan dan dukungan dari
masyarakatnya jika ingin menegakkan apa yang dinamakan demokrasi. Sebuah
konflik dalam peralihan atau suatu pembangunan itu pasti wajar, karena disatu sisi
ada yang merugi dan juga ada yang diuntungkan, dari realitas yang terjadi di Eropa
saat itu dan Indonesia saat ini memiliki corak sama persis. Karena golongan tani
yang menjadi rugi karena sebuah pembangunan, untuk menerapkan petani tersebut
tidak lagi menganggur pemerintah sebenarnya memberdayakan para golongan –
golongan tani tersebut menjadi seorang wirausahawan. Karena jika bandara sudah
jadi, pasti lahan pertanian berkuran drastis dan maka idealnya para petani harus
bertransformasi mengikuti perkembangan juga tuntutan zaman. Jika lahan pertanian
berkurang, sebenarnya ini juga berdampak Negatif, karena pasokan beras dan
cadangan beras negara untuk menstabilkan kekuatan pangan Bangsa pasti akan ada
guncangan, lalu terjadi import beras dari luar Indonesia. Otomatis Negara harus
menumpang tindih agar tidak terjadi defisit dalam bidang tertentu, pembelian beras
dari luar negeri harus ditutup oleh penerbangan internasional yang masuk ke dalam
negeri, pasti itu memunculkan pajak yang besar. Sebenarnya tidak perlu ada konflik
yang berkepanjangan dalam sebuah pembangunan, jika bisa diselesaikan secara
baik – baik dan tidak merugikan suatu golongan masyarakat. Yang jadi
permasalahannya, aparat dijadikan alat dan tameng hidup dalam menangani korban
gusuran Bandara tersebut, ada beberapa pelanggaran HAM dalam penggusuran
perumahan warga juga sawah dalam pembangunan NYIA.
KESIMPULAN
Upaya petani dalam menyuarakan orasinya disambung oleh pihak Mahasiswa
melalui berbagai aksi dalam bentuk Demonstrasi maupun orasi di depan Istana
negara seperti aksi kamisan dan sebagainya. Mahasiswa menilai hak – hak mereka
sebagai petani tercoreng oleh pembangunan yang sangat besar di daerah Kulon
Progo tersebut. Memang terkadang untuk menyuarakan pendapat dan membuat
sebuah perubahan harus dilakukan dengan aksi yang sebelumnya hanya orasi
dikarenakan untuk membuat pemerintah sadar sangatlah tidak mudah. Jadi konflik
yang dicetuskan oleh Karl Marx bertujuan untuk menyuarakan dan menyadarkan
pemerintahan yang berkuasa karena ada suatu upaya penindasan oleh pihak
tertentu. Ke depannya masyarakat Kulon Progo harus menaikkan kemampuan juga
SDM mereka agar dapat berkompetisi dalam bidang profesi selain sebagai petani
tradisional, tuntutan zaman sangat mendorong adanya globalisasi tersebut, namun
tanpa terkecuali Indonesia idealnya harus tetap mempunyai lumbung padi yang
bertujuan sebagai gudang pangan bangsa Indonesia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer G, Smart B. 2014. Hand Book Teori Sosial. Bandung: Penerbit Nusa Media
https://tirto.id/q/bandara-kulon-progo-
5a?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword
https://tirto.id/jokowi-serahkan-pembangunan-tol-akses-menuju-yia-ke-gubernur-
diy-ehd9
https://tirto.id/bandara-internasional-yogyakarta-beroperasi-penuh-akhir-maret-
2020-epsT
https://regional.kompas.com/read/2019/01/09/16342051/5-fakta-di-balik-
pembangunan-bandara-nyia-tercepat-di-dunia-hingga-nama?page=all
https://www.kompasiana.com/hamzhafiri/5c3ec80912ae947a782814b9/mendoron
g-kebermanfaatan-bandara-nyia-bagi-masyarakat-yogyakarta?page=2
https://www.liputan6.com/tag/bandara-kulon-progo
https://www.kompasiana.com/hamzhafiri/5c3ec80912ae947a782814b9/mendoron
g-kebermanfaatan-bandara-nyia-bagi-masyarakat-yogyakarta?page=all
https://tirto.id/aku-ingin-kembali-ke-rumah-yang-berubah-jadi-bandara-nyia-dkrP
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4491141/saran-ratu-hemas-untuk-
warga-kulon-progo-seiring-operasional-nyia

Anda mungkin juga menyukai