Anda di halaman 1dari 29

URBANISASI

DAN
PERKEMBAN
GAN KOTA
Franky & Jane
“ Kota
Dimiliki Oleh
Orang Desa”
gejala sosial ekonomi
yang banyak menarik
perhatian para ahli
dan tidak hanya dapat
dibahas sebagai
masalah demografis
saja,
disiplin seperti
antropologi,
ekonomi, planologi,
sosiologi, geografi,
ilmu politik, dan
sebagainya.
complex socio-economic
process closely connected with
the scientific technological
revolution, urbanization
exercises a growing influence on
all aspects of society’s life
affecting the nature of economic
development, the demographic,
ethnic and many social process.
As a complex many-
sided process its study
requires, a comprehensive
approach in involving
many diciplines”
•Masing-masing disiplin tersebut
memandang urbanisasi dari sudut
pandang yang berbeda namun tetap
mempunyai kesamaan yaitu menjadi
faktor penting bagi proses tumbuh
kembangnya suatu kota, wilayah
dan negara yang seringkali juga
dikaitkan dengan perkembangan
ekonomi dan industri.
SUB POKOK BAHASAN:

a)Munculnya urbanisasi
b)Pengertian urbanisasi
c)Teori-teori Urbanisasi
d)Penyebab urbanisasi
MUNCULNYA
URBANISASI
Proses urbanisasi
terjadi sekitar 3500
tahun sebelum
Masehi yaitu pada
masa “pre-industrial
feudal society” .

Pada saat itu kota sebagai tipe
permukiman muncul karena kelebihan
bahan makanan akibat digunakannya
teknik produksi yang lebih baik di
bidang pertanian sehingga muncullah
kota-kota pra-industri yang pertama
seperti Kish, Urbaid dan Urak yang
terbentuk di daerah aliran sungai Eufrat
dan Tigris.

Kemudian pada masa yang
lebih muda lahirlah kota-kota
di daerah Sungai Indus
seperti Mohenjodaro dan
Harappa. Akan tetapi dalam
masyarakat feodal praindustri
urbanisasi berjalan lamban.
Urbanisasi secara besar-besaran
timbul serentak dengan lahirnya
revolusi industri di Eropa pada
abad ke 18 sampai 19 seiring
dengan tumbuhnya industri yang
telah mengundang tenaga kerja
dari desa untuk bekerja di kota
dan pusat-pusat industri.
Sedangkan di negara
berkembang urbanisasi banyak
terjadi terutama pasca-
kolonialisme, sesudah banyak
negara memproklamasikan
kemerdekaannya atau setelah
berakhirnya Perang Dunia II.
•Akan tetapi terdapat
perbedaan kecepatan
pertambahan urbanisasi
yang sangat tergantung
pada kondisi ekonomi
negara-negara tersebut.

Mc Gee melihat bahwa
urbanisasi juga
mempunyai pola, teori dan
realitas yang berbeda
antara negara maju dengan
negara berkembang.
Perbedaan-perbedaan itu menurut
Hauser mencakup: (a). kekuatan
pendorong urbanisasi, (b).
perbandingan jumlah penduduk
terhadap sumber daya yang ada
dan terhadap tingkat hidup, (c).
pandangan hidup dan nilai, serta
(d). keadaan politik dunia.
Dari Ardi Abbas dijelaskan bahwa pada
negara berkembang sebagaimana
Indonesia, urbanisasi lebih banyak
disebabkan oleh migrasi desa ke kota yang
tercermin dari faktor-faktor daya dorong
yang menghimpit kondisi ekonomi desa
(push factors) dan juga karena kondisi
perkotaan yang menarik kaum urbanis
berdatangan untuk mencari penghidupan
yang lebih layak di perkotaan (pull factors).
Push Factors
1. KEMISKINAN DI DESA
LAPANGAN KERJA
Sementara di negara-
negara maju sebanyak 70
sampai 80 persen dari
penduduknya telah
berdiam di perkotaan,
sehingga urbanisasi dapat
menjadi dua arah.
Shogo Koyano membagi
perkembangan urbanisasi di
negara berkembang menjadi dua
priode yaitu: (a) priode Perang
Dunia I sampai Perang Dunia II
yang ditandai oleh usaha negara
untuk mengorganisasi struktur
ekonomi dan masyarakat untuk
menang gulangi ekonomi dunia.
Tujuannya adalah perbaikan transportasi
dan perhubungan untuk pengangkutan
barang dan jasa serta perbaikan sistem
upah agar dapat memperoleh tenaga kerja
untuk memproduksi barang ekspor. Ada
ketidakseimbangan antara desa pertanian
yang menyediakan produk barang ekspor
dan tenaga kerja bergaji rendah dengan
kota besar sebagai pusat perdagangan.
Dengan demikian kota besar
dibangun di atas korban ekonomi
daerah, (b). setelah Perang Dunia II
terjadi pertambahan jumlah
penduduk tinggi disebabkan angka
kematian menurun. Pertambahan
ini tidak hanya disebabkan oleh
perpindahan penduduk ke kota tapi
juga karena pertambahan alamiah.
Dari angka statistik terlihat, menurut
Evers9, banyak ahli demografi
menggambarkan urbanisasi di Asia
Tenggara sebagai “pesat” ataupun sebagai
salah satu yang paling pesat di dunia.
Namun dibandingkan dengan region
(kawasan) lain di dunia ketiga, maka Asia
Tenggara bukan saja yang paling kecil
mengalami urbanisasi, akan tetapi juga
termasuk yang paling lambat berurbanisasi.
Dari sebuah daftar yang memuat
14 kawasan di dunia, Asia
Tenggara termasuk urutan ke 11
dalam sebuah indeks mengenai
urbanisasi dengan mengukur
pertambahan total penduduk
kotanya (lihat tabel Evers).
Demikian juga dengan Djoko
Sujarto menyatakan bahwa
dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya, secara
agregat tingkat urbanisasi di
Indonesia memang relatif
masih rendah.
Dengan menghitung persentase
penduduk yang tinggal di perkotaan
tahun 1980 Rahardjo mengatakan
bahwa bila dibandingkan dengan
persentase penduduk yang tinggal di
perkotaan di Malaysia 29%, Filipina
36% dan Singapura 100%, tingkat
urbanisasi di Indonesia yang kurang
dari 25% juga tergolong rendah.

Anda mungkin juga menyukai