Anda di halaman 1dari 20

PERANAN KULTUR BUDAYA DAN PRANATA SOSIAL

DALAM MEMBENTUK HUMAN CAPITAL PADA ERA


KAPITALISME GLOBAL DI INDONESIA

MAKALAH PERJUANGAN

Oleh:

Hendri Prasojo

Kapal layar akan lebih aman bila bersand ar

di pelabuhan, tetapi bukan untuk itu ia diciptakan..

berbuatlah positif untuk negerimu kawan ……!!!

FB: komunal_1985@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun dalam bentuk konsepsi dan menyeluruh agar para pembaca da pat
memahami aspek-aspek jati diri bangsa yang kemudian menjadi harmoni indah dalam
menghadapi tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, khususnya dalam kehidupan atau
ketahanan ekonomi yang selanjutnya dapat menyebar ke aspek yang lain, seperti
IPOLSOSBUDHANKAM. Di dalam makalah ini penulis lebih menekankan pada aspek budaya
dan sosial masyarakat secara historis dan yang terjadi di Indonesia saat ini. Sehingga dapat
mempengaruhi sumbangan ke Human Capital, selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia tentunya.

Penulis meyakini bahwa pembangunan ekonomi ditentukan berdasarkan pertimbangan


yang lebih luas daripada sekedar hitung-hitungan ekonomi dan masalah ekonomi bangsa tidak
dapat dilepaskan dari ikatan ideologi dan budaya bangsa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan memuaskan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk penyempurnaan dan pengembangan
khasanah pemahaman pada tema makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasi h kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangsih makalah ini.

Jember , 23 Agustus 2008

Penulis

FB: komunal_1985@yahoo.com
I. Latar Belakang Masalah

Keadaan wilayah (geografis) dan penduduk (demografi) Indonesia sebagai n egara


terbesar di Asia Tenggara merupakan negara kepulauan, terdiri atas 13.667 pulau maupun
gugusan pulau besar dan kecil, dengan 6.044 di antaranya memakai nama. Panjang wilayah
mencakup 1/8 khatulistiwa. Jumlah luas keseluruhan daratan dan pulau -pulau terpenting
1.849.731 km per segi dan luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia. Di sini dapat
digambarkan bahwa negara Indonesia ialah negara besar dan memiliki kekayaan alam yang
efektif dan potensial, terut ama bahan-bahan vital dan strategis, seperti: minyak bumi, timah,
mangan, batubara, emas dan sebagainya.

Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi jumlah penduduk yang besar


menimbulkan berbagai masalah karena daya dukung ekonomi yang dimiliki sangat terbatas,
berkisar pada; kurangnya penyediaan lapangan kerja yang berakibat pengangguran, tingkat
pendapatan penduduk perkapita yang rendah dan tidak meratanya pendapatan tersebut, jaringan
pengangkutan yang belum sempurna, kurangnya tenaga terdidik dan us ahawan, serta terbatasnya
penanam modal (Sukirno, 1995:203). Laju pertumbuhan penduduk yang dialami Indonesia saat
ini berpengaruh besar terhadap angkatan kerja dan kesempatan kerja baik di pedesaan maupun
perkotaan.

Masalah kependudukan merupakan salah s atu diantara masalah-masalah yang serius


untuk ditangani. Hal ini karena pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Jumlah penduduk yang sangat besar menimbulkan
beberapa pandangan dari berbagai pihak, terutama pada pakar kependudukan. Pendapat pertama
menyatakan bahwa dengan jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan beberapa masalah
dalam pembangunan, dengan alasan semakin besar penduduk maka pendapatan perkapita
semakin menurun. Pendapat kedua menyatakan bah wa apabila terdapat penduduk yang besar
maka dapat dipakai sebagai modal manusia dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pendapat
ini cukup beralasan, karena apabila penduduk mempunyai kualitas yang tinggi maka hal tersebut
dapat mempercepat laju pertumbuh an sosial ekonomi. Namun pada kenyataannya jumlah
penduduk yang besar seringkali sebagai beban dari pada modal pembangunan (Kuncoro,
2000:169). Hal tersebut berarti harus ada perluasan penyediaan lapangan kerja. Perluasan
lapangan kerja selain dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk, juga dipengaruhi oleh
FB: komunal_1985@yahoo.com
laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi internasional (Esmara, 1996:123).

Definisi pertumbuhan ekonomi suatu negara (menurut Simon Kuznets) ialah kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dar i negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologis
terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Ciri proses pertumbuhan ekonomi Kuznets: (I).
tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, (II).tingkat
kenaikan total produktivitas factor yang tinggi, (III). tingkat transformasi struktural ekonomi
yang tinggi, (IV). tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi, (V). adanya
kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk
berusaha merambah bagian -bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan
baku yang baru, (VI). terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.

Hipotesis tentang tahap perkembangan sejarah pertumbuhan ekonomi masyarakat yang


dirumuskan dan dirinci W.W Rostow sempat memukau dan mencengan gkan berbagai pihak,
termasuk para ahli ekonomi dan para praktisi politik. Hipotesis itu begitu berpengaruh karena di
dalam dirinya menawarkan alternative terhadap “dagangan” hipotesis perkembangan ekonomi
masyarakat yang ditawarkan oleh Karl Marx. Marx be ranggapan bahwa masyarakat itu bergerak
dari masyarakat tradisional ke feodal, kemudian menjadi kapitalis, terus ke sosialis, dan akhirnya
menjadi masyarakat komunis. Baru kemudian pada tahun 1950 -an Rostow menawarkan
“barang” alternatif, yaitu masyarakat akan melalui fase-fase tradisional, prasyarat untuk tinggal
landas, tinggal landas, menuju kematangan, dan akhirnya konsumsi massa tinggi. Kedua
hipotesis itu terdiri dari 5 tahap perkembangan. Yang pertama adalah hipotesis Marx dan kaum
Marxis dan yang kedua ialah hipotesis kaum kapitalis.

Bagi kita di Indonesia, hipotesis nol (Marx) tidak mungkin lagi dipilih dan diharamkan
(Tap.MPRS No.25, tahun 1966) sehingga kita harus memilih hipotesis alternatif.

Pembangunan ekonomi adalah proses multidimensi, yang m encakup dimensi ekonomi


maupun perubahan kelembagaan, struktur sosial dan perilaku. Pembangunan ekonomi di
berbagai sektor akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap penciptaan

FB: komunal_1985@yahoo.com
lapangan kerja. Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah b agaimana dapat menyerap
tambahan angkatan kerja yang terjadi setiap tahun, dengan memperhatikan peningkatan
produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan. Dengan meningkatnya produktivitas diharapkan
upah meningkat sekaligus kesejahteraan mereka dapat dipe rbaiki. Kenyataan yang dihadapi
adalah kapasitas dan skala kegiatan ekonomi nasional terbatas, sehingga tenaga kerja yang
terserap dengan produktivitas yang memadai masih terbatas. Dampak dari desakan akan
kebutuhan kerja yang tidak tertampung akan memasuk i sektor informal (Ananta, 1993:52).

Menurut Sethurrahman (1991:28) berdasarkan survei yang dilakukan di kota -kota negara
sedang berkembang termasuk Indonesia, didapatkan kira -kira 20-70% kesempatan kerja terdapat
dalam kegiatan kecil-kecilan yang disebut sektor informal. Sektor ini merupakan unit -unit usaha
berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok
untuk menciptakan kesempatan kerja atau kesempatan berusaha bagi dirinya se ndiri. Dalam
usahanya itu dihadapkan pada berbagai kendala seperti faktor modal baik fisik maupun
pengetahuan manusia dan faktor keterampilan.

Terdapat banyak perbedaan antara permasalahan kesempatan kerja di Negara Sedang


berkembang (NSB) dan negara maju, maka diperlukan suatu konsep pembang unan baru. Banyak
konsep pembangunan yang telah berhasil diterapkan di negara -negara Eropa, tetapi gagal
diterapkan di negara-negara Asia atau Negara Sedang Berkembang. Adapula perihal “East Asia
Miracle” di negara-negara Asia Timur, seperti Taiwan, Hongko ng dan sebagainya dianggap
sebagai Buble Economic, yaitu pertumbuhan ekonomi besar namun lemah dan tidak ditopang
oleh fundamental ekonomi yang kuat.

Menyusun konsep pembangunan ekonomi lebih perlu lagi untuk tidak dilakukan secara
gegabah karena teori-teori ekonomi yang ada, yang berasal dari Barat, pada umumnya tidak
realistis, karena banyak menggunakan asumsi -asumsi yang sulit dipenuhi. Salah satu contoh
kekeliruan fatal dari teori ekonomi Neoklasik atau Neoliberalisme dari Barat sudah terjadi yaitu
ketika krisis moneter pada 1997 -1998 yang “diramalkan” tidak mungkin bi sa terjadi di
Indonesia. Dewasa ini pakar -pakar ekonomi bersilang pendapat tentang bisa tidaknya krisis
ekonomi ala Argentina (NSB yang menganut kapitalisme) menyerang Indonesia. Dalam hal
seperti ini kami selalu menolak untuk membuat ramalan. Yang kiranya cukup jelas adalah bahwa
para pemimpin ekonomi Indonesia baik dari kalangan pemerintah, dunia bisnis, atau dari
FB: komunal_1985@yahoo.com
kalangan pakar, dihimbau untuk berpikir keras menyusun aturan main atau sis tem ekonomi baru
yang mengacu pada sistem sosial dan budaya Indonesia sendiri. Jika Pancasila kita terima
sebagai ideologi bangsa, maka kita tidak perlu merasa ragu -ragu mengacu pada Pancasila
lengkap dengan lima silanya dalam menyusun fundamental sistem e konomi yang dimaksud.
Sistem Ekonomi Pancasila mencakup kesepakatan atau ”aturan main etik” sebagai berikut:

1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa: Perilaku setiap warga Negara digerakkan oleh
rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: Ad a tekad seluruh bangsa untuk mewujudkan
kemerataan nasional;
3. Persatuan Indonesia: Nasionalisme ekonomi;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebij aksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan: Demokrasi Ekonomi; dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo nesia: Desentralisasi dan Otonomi Daerah .

Demikian konsep pembangunan masa depan ekonomi Indonesia. Paradigma ini sangat
tergantung pada kesediaan untuk menerima dan melaksanakan ”aturan main etik”, (ada yang
menyebutnya sebagai ”kontrak sosial”). Apapun namanya, sebaiknya kita tinggalkan aturan
main, atau sistem ekonomi kapitalis liberal atau Neoliberalisme yang sejauh ini dianggap bisa.
Kita harus berani mengelak nasehat-nasehat dari luar, atau dari pak ar-pakar yang terlalu yakin
akan kebenaran teori-teori ekonomi dari luar. Indonesia harus percaya diri menyusun at uran
main yang paling cocok dengan kepribadian Indonesia.

Karena alasan itulah muncul suatu konsep pembangunan baru yang menekankan dan
berorientasi pada pembangunan manusia untuk membentuk mod al manusia. Modal manusia
merupakan unsur penting dalam melaksanakan pembangunan. Untuk mengisi lapangan kerja
yang tersedia diperlukan tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan. Perluasan lapangan kerja dan kualitas tenaga kerja digunakan
untuk menentukan proses pembangunan. Konsepsi pembentukan modal manusia adalah suatu
proses memperoleh dan menghasilkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan, dan
pengalaman yang menentukan bagi pembangunan e konomi dan politik suatu negara.

FB: komunal_1985@yahoo.com
I.I. Mempertanyakan Jati Diri Indonesia Seutuhnya

Negara Indonesia adalah bangsa yang besar. Keanekaragaman budaya beserta kehidupan
sosial masyarakatnya yang kaya identitas namun satu jua karena terdapat rasa gotong -royong
yang kuat. Salah satu petikan amanat Bung Karno dalam pidato kenegaraan bahwa “D jiwa
Indonesia adalah djiwa gotong-royong, djiwa persaudaraan dan djiwa kekeluargaan”.
Keanekaragaman sosial-kultural Indonesia membentuk suatu kesatuan jati diri Indonesia.
Bermacam-macam budaya lokal dari kehidupan berbagai suku menyatukan diri menjadi
kebudayaan nasional. Selanjutnya yang disebut budaya nasional ialah ikatan perasaan menjadi
satu yang dimiliki oleh berbagai elemen masyarakat dengan latar belakang yang berb eda untuk
mencapai tujuan bersama atau cita -cita bangsa Indonesia. Salah satu contoh riilnya ialah
pergerakan pemuda-pemuda Indonesia dengan perbedaan budaya, seperti Jong Java, Jong
Minangkabau, Jong Ambon dan sebagainya pada masa perjuangan mencapai kemerdekaan
Indonesia dahulu. Realitanya dikumandangkannya sumpah pemuda pada tahun 1928.

Bentuk nyatanya ialah Pancasila, wujud ideologi bangsa Indonesia yang dirumuskan dan
disusun oleh para cendekiawan cerdas dan negarawan Indonesia pada saat itu, seperti: Bung
Karno, Moch.Yamin, Moch.Hatta, A.A Maramis dan sebagainya. Pancasila adalah pandangan
hidup bangsa yang berakar dari kebudayaan nasional yang berisi nilai -nilai luhur yang
terkandung sejak Zaman Indonesia kun o, Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit (red.P enulis).

Jati diri Indonesia pada era sekarang atau globalisasi telah mengalami kepudaran dan jauh
dari cita-cita bangsa yang diharapkan. Transformasi perilaku manusia -manusia Indonesia saat ini
jauh dari konsep jati diri Indonesia sesungguhnya . Keadaan mentalitas, intelektual, kepribadian
dan semangat manusia Indonesia telah jauh dari harapan para founding fathers (pendiri-pendiri
bangsa).

I.2. Keadaan Budaya dan Sosial Masyarakat Indonesia Berperan dalam Perekonomian

Adalah bentuk atau sistem sosial -budaya berdasar atas kesatuan system kemasyarakatan
dan sistem budaya lokal sebagai unsur dasarnya. Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup
masyarakat yang perwujudannya berupa tingkah laku para anggota masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan tercipta oleh banyak faktor: organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan
psikologis dan lingkungan sejarahnya. Masyarakat budaya membentuk pola budaya sekitar satu

FB: komunal_1985@yahoo.com
atau beberapa fokus budaya. Sedangkan pemahaman dari sosial masyarakat ialah kerjasama
dalam hidup bersama atau masyarakat sebagai satu -kesatuan. Setiap masyarakat mempunyai
empat unsur penting yang menentukan eksistensinya, yaitu: struktur sosial, pengawasan sosial,
media sosial, dan standar sosial.

Masyarakat Indonesia dapat dibagi secara vertikal dan horizontal. Pembagian kelas
secara vertikal (diferensial sosial) menghasilkan golongan sosial tingkatan (tani, pedagang,
pengusaha), sedangkan pembag ian secara horizontal (stratifikasi sosial) bersifat setara, misal:
lapisan masyarakat pedesaan, lapisa n menengah, dan lapisan tinggi.

Dimensi manusia dan kebudayaan adalah penjelmaan manusia dalam sikapnya


berhadapan dengan lingkungan alam dan sosialnya. Dengan pemikiran holistik tersebut, dan
kerja keras dari segenap elemen bangsa, Burhanuddin Abdullah me yakini bahwa terwujudnya
kemakmuran negeri bukanlah sebuah utopia (red.Gubernur Bank Indonesia saat ini) .

I.3. Ketahanan Nasional Bidang Sosial Budaya : Mencetak Human Capital

Konsepsi ketahanan nasional ialah kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan , serta gangguan, baik yang
datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung yang membah ayakan
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan menuju tujuan
nasional (Menhan/Pangab dengan surat keputusan No.SKEP 1382/XII/1974 tanggal 20 desember
1974).

Dari segi ketahanan nasional di bidang sosial budaya pengaruh dari luar perlu lebih
diperhatikan karena dapat membahayakan kelangsungan hidup kebudayaan nasional. Bangsa
Indonesia selalu waspada akan kemungkinan adanya kesengajaan dari pihak luar yang
menyebarkan pengaruhnya dengan tujuan melemahkan bahkan merusak ke hidupan masyarakat
itu sendiri.

Banyak faktor yang dapat menimbulkan perubahan sosial yang tidak diinginkan, di
antaranya yang memegang peranan penting ialah faktor kebudayaan. Faktor-faktor itu dapat
berasal dari dalam dan dari luar. Biasanya, faktor yan g berasal dari luar lebih banyak

FB: komunal_1985@yahoo.com
menimbulkan perubahan sosial sehingga perlu mendapat perhatian khusus, misalnya cara
penempatan diri (sopan dan santun) dan cara berpakaian yang tidak sesuai adat ketimuran
sehingga dapat merusak norma kesusilaan yang ada. Bahkan pada era Perang Dingin pun pihak
blok kapitalisme menyerang pada kehidupan budaya Indonesia dengan film -film tak bermoral,
sehingga dibentuk Departemen Penerangan pada tahun 1972.

Dalam mempertahankan kelangsungan hidup, manusia harus mengadakan ker jasama


dengan sesama manusia. Jadi, manusia harus hidup bermasyarakat tanpa terkecuali. Hal ini dapat
berjalan lancar di dalam keadaan tertib sosial, berda sarkan pengaturan sosial budaya. Kehidupan
sosial budaya menunjukkan hubungan yang erat antara masyar akat dan kebudayaannya. Suatu
masyarakat tidak mungkin ada tanpa kebudayaan, sedangkan kebudayaan hanya ada di dalam
masyarakat.

II. Rumusan Masalah


Selama ini pendekatan ekonomi dan pendidikan yang dianggap mampu mengkaji
permasalah Human Capital atau modal manusia. Padahal obyek ini bersifat multi dimensional,
artinya bahwa manusia itu sendiri lebih bersifat humanis intinya manusia sebagai makhluk
Tuhan Y.M.E yang dibekali cipta, rasa, dan karsa bukannya “Robot Bernyawa” (lagu ciptaan
Iwan Fals) serta cenderung memiliki sifat dinamis atau mudah dibentuk oleh suatu keadaan yang
menyinggungnya, seperti keadaan keluarga, motivasi , cita-cita dan sebagainya. Masalah ini perlu
dikaji sebagai bahan pertimbangan bahwa kondisi budaya dan sosial berpengaruh dalam
pembentukan Human Capital di Indonesia.
Kondisi manusia Indonesia seutuhnya atau generasi muda saat ini pada umumnya telah
mengalami kepudaran identitas, integritas, mentalitas dan tanggung jawab sebagai akibat dari
dampak negatif dari orientasi pembangunan sem ata atau kapitalisme global. Sehingga bangsa
Indonesia sulit mencapai tujuan nasional dan cita-cita bangsa. Dikarenakan pada era globalisasi
bangsa Indonesia merupakan obyek atau sapi perahan dari kaum -kaum borjuis atau negara
kapitalisme maju, seperti Ing gris , Amerika Serikat dan Sekutunya bukan sebagai subyek atau
pelaku/pemain ekonomi yang ikut memutar lalu -lintas perdagangan dunia (globalisasi).
Begitupun pula mengenai keputusan program ekonomi pemerintah, apakah
mengikutsertakan masyarakat, apakah uns ur lokalitas diberikan prioritas, apakah suatu program
dapat berjalan efektif di suatu daerah, semuanya itu merupakan keputusan yang erat dengan

FB: komunal_1985@yahoo.com
kehidupan sosial masyarakat dan kebudayaannya. Selanjutnya akan memberikan kontribusi
kepada Human Capital itu sendiri.
Menurut teori Myrdall bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab -
menyebab sirkuler yang membuat si kaya semakin kaya dan mereka yang tertinggal semakin
terhambat.
III.Tujuan Pembahasan

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan judul m akalah ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mengetahui peranan budaya dan keadaan sosial dalam membentuk Human
Capital pada era kapitalisme global di Indonesia baik pada kondisi yang telah diharapkan atau
dicita-citakan pada awal kemerdekaan republik Indo nesia dan kondisi nyata saat ini yang sedang
terjadi pada era globalisasi, abad ke -20.

IV. Manfaat Pembahasan

Hasil pembahasan ini dapat digunakan untuk menambah sumbangan pemikiran baru kepada
para pembaca dan kepada pihak lain yang ingin mengadakan penelitia n pada tema makalah ini.

V. Pembahasan Umum: Mendalami Sejarah Kehidupan Manusia Indonesia ---Asal


Usul yang Menghambat Pembangunan Manusia

Sejak masa Indonesia kuno khususnya pada era kerajaan besar , seperti Kerajaan Sriwijaya
dan Kerajaan Majapahit (berakhir pada abad ke-14) Indonesia telah mengenal dan menjunjung
sistem feodalisme. Pada masa ini Indonesia masih berbentuk kerajaan yang terdiri dari kerajaan
kecil ataupun kerajaan skala besar. Tingkat pendidikan sangat rendah dan tertutup terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga hampir tidak mengalami perkembangan teknologi
yang berarti dan diperparah lagi oleh sistem feodalisme yang ada. Kemasya rakatan sangat kaku
dan masih terdapat kasta atau pembedaan kaum, seperti kaum bangsawan, pendeta, prajurit, d an
budak. Bentuk pemerintahan pun masih mengadopsi monarchy absolute yang kuno dan bersifat
korup semata sehingga azas kebersamaan dan nasionalisme masih jauh untuk dicapai. Sehingga
benih-benih kapitalisme kuno (feodalis) telah tertanam kuat pada sejarah Indonesia, maka tidak
mengherankan apabila masyarakat Indonesia saat ini sangat menyambut baik kapitalis, misal
Keraton Jawa dan Bali masih bersifat feodal.

FB: komunal_1985@yahoo.com
Beberapa peristiwa penting yang membawa perubahan pada kehidupan bangsa Indonesia
terutama di bidang politik, sosial, dan budaya, sejak dari era Indonesia Kuno sampai sekarang
ini, antara lain:

1. Pada abad ke-11 ajaran dan pengaruh islam telah masuk di Indonesia ditunjukkan dengan
adanya kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan besar islam pertama d i
Indonesia, tepatnya di Aceh dengan bukti makam Fatimah binti Maemun selaku istri raja.
2. Bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque datang ke Indonesia
sebagai bangsa penjajah pertama pada tahun 1511. Mengeksploitasi hasil rempah -rempah
3. Penjajah kerajaan Belanda datang pada abad ke -16, tepatnya pada tahun 1596 dengan
bentuk sekutu dagang yang bernama V.O.C dipimpin oleh J.P.Coen.
4. Gubernur Jendral Belanda Herman William Daendels menindas rakyat Indonesia dengan
perintah kerja paksa untuk pemba ngunan jalur pos Anjer-Penaroekan di tahun 1808 -
1810.
5. Pada tahun 1830 sampai dengan 1870, Gubernur Jendral Belanda Van Den Bosch
menerapkan kulturstelsel atau sistem tanam paksa yang sangat menyengsarakan rakyat.
Kekayaan alam Indonesia benar -benar dikuras habis oleh penjajah Belanda.
6. Penggagas pertama bentuk pemersatuan antar kelompok ke dalam organisasi massa
pertama adalah berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Sejak ini
masyarakat Indonesia telah mengenal pentingnya akan persatuan ( rasa integrasi) dan
disebut awal kebangkitan nasional.
7. Sumpah Pemuda diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Rasa nasionalisme telah
tumbuh dan dipelihara oleh segenap masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda yang
terdiri dari beberapa suku, agama, bud aya yang berbeda tapi tetap satu jua.
8. Imperialisme Jepang masuk ke Indonesia dengan menundukkan penjajah Belanda
terlebih dahulu. Penjajah Belanda menyerah pada Penjajah Jepang pada tanggal 15 Maret
1942.
9. Pada tanggal 10 Agustus 1945 Imperialis Jepang menyerah kepada Sekutu secara de
yure, karena bom atom yang dijatuhkan oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki.
Keadaan ini telah disebut dengan masa vacuum of power.
10. Segenap Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945 dan di waktu ini Indonesia merumuskan jati diri yang sesungguhnya.
FB: komunal_1985@yahoo.com
11. Pada tanggal 30 September 1965 telah terjadi peristiwa besar, penting dan sulit dilupakan
karena telah mengubah sendi -sendi pemerintahan secara struk tural—revolusi. Awal masa
suram di Indonesia. Kematian beberapa perwira tinggi ditebus oleh pemusnahan kaum
komunis yang tak berdosa kurang lebih 900.000 orang dibantai tanpa proses pengadilan
yang jelas. Awal kehancuran perekonomian Indonesia, terjadinya inflasi rocket hampir
350%, kemudian munculnya TRI TURA.
12. Dikeluarkannya Supersemar pada tanggal 11 Maret 1966 yang sebenarnya masih sebagai
sebuah misteri sampai saat ini telah mengubah era orde lama menuju era orde baru.
Sebuah era baru, era dari sebuah awal penjajahan gaya baru —neoliberalisme atau
kapitalisme yang bercokol di Indonesia.
13. Pada tanggal 21 Mei 1998, zaman Orde Baru telah dilengserkan oleh mahasiswa dan
rakyat Indonesia dan berganti dengan zaman era reformasi. Di sini telah terjadi angin
segar perubahan kebebasan berpendapat ke arah yang lebi h baik.

V.1. Benturan Budaya Sebagai Konsukwensi Keterbukaan: Benteng Indonesia Terlalu


Lemah—Kita Diserang dan Kita Hampir Kalah

Salah satu bentuk nyata dari tradisi atau budaya adalah benteng budaya Jepang yang
berakar kuat semenjak tahun 1192 hingga t ahun 1864, mampu membawa Jepang kearah
percepatan pembangunan yang mengagumkan . Dikenal dengan Bushido ialah budaya yang
menanamkan kerja keras, harga diri, keberanian, jiwa kesatria, budaya malu, hemat, kejujuran,
dan disiplin yang tinggi. Budaya Bushido yang kental sekali dengan masyarakat kerajaan Jepang
mampu membawa ke arah modernisasi nasional hingga Jepang menjadi salah satu kekuatan
utama Asia Timur Raya yang disegani pada era Perang Dunia II. Pihak sekutu lawan kesulitan
melawan serdadu Jepang dan armada perangnya waktu itu. Hingga pada tanggal 6 dan 9 Agustus
1945, dijatuhkan bom atom yang membinasakan kota Hiroshima dan Nagasak i. Salah satu
bentuk perang pengecut di pihak sekutu. Jepang menyerah dan kalah. Akan tetapi semangat
Bushido yang membudidaya sangat kuat sekali, Jepang mampu merangkak dan berdiri kembali
dari kekalahan Perang Dunia II menjadi negara maju. Hanya dalam waktu empat dekade. Pada
tahun 1980-an Jepang menjadi negara industri maju.

Benturan peradaban antara Timur dan Barat adala h sebuah fenomena tersendiri saat ini .
Fenomena budaya Timur yang mulai terkikis dan luntur begitu mengerikan. Identitas kita
FB: komunal_1985@yahoo.com
sebagai bangsa timur yang kaya akan kebudayaan dan memiliki kekhasan lama -kelamaan mulai
hilang satu-persatu. Perkembangan media s osial adalah salah satu faktor yang paling besar dalam
mempengaruhi hal ini. Bahkan dulu nilai -nilai luhur yang kita junjung secara turun -temurun
lama-kelamaan kita jauhi. Tak dapat dipungkiri bahwa kita adalah obyek dari Barat.

Memang dalam hal ini manus ia, khususnya generasi muda di zaman sekarang cederung
memiliki kejenuhan dan berusaha mencari sesuatu yang baru . Tetapi dalam konteks ini
Pemerintah sebagai “Orang Tua” harus mengarahkan generasi muda selaku “A naknya” ke arah
yang benar. Untuk mencegah ge nerasi muda terjerumus ke lembah masalah.

V.2. Kontribusi Media Sosial Terhadap Modal Manusia Indonesia

Lihat apa yang terjadi pada generasi Indonesia saat ini. Telah terjadi Missing of
Personality, sebagai akibat dari wacana tentang proses pencapaian yang begitu mudah atau serba
instan. Hampir tiap hari mulai pagi hingga larut malam tayangan televisi Indonesia dan Barat
selaku media sosial yang paling sering digunakan masyarakat selalu mencekoki manusia
Indonesia selaku Human Capital yang dimiliki Indonesia dengan tayangan-tayangan yang tidak
mendidik sama sekali, seperti: sinetron, telenovela, tayangan kekerasan dan sejenisnya.
Tayangan yang tidak mendidik karena tidak memberikan sumber ilmu pengetahuan dan
mencekoki mental kita menjadi manja dan ingin s erba instan. Perhatian pula alur cerita suatu
film atau sinetron, kebanyakan diperumpamakan berlatar belakang antara si kaya dan si miskin,
tipu muslihat, kelicikan, pemerkosaan atas nama cinta dan sebagainya. Media sosial berupa surat
kabar, radio dan internet juga memiliki peran tapi lebih bersifat mendidik daripada media
televisi. Media televisi adalah media paling dominan yang digunakan masyarakat kita. Dari hasil
penelitian didapat 58% responden memilih televisi sebagai media yang sering digunakan.
Sedangkan penggunaan radio sebanyak 31% dan surat kabar atau majalah sebesar 11% dari 165
responden yang notabene mahasiswa Universitas Jember dari berbagai fakultas (hasil survey
polling Majalah Mahasiswa Tegalboto edisi X).

V.3. Transformasi Manusia Indon esia Sekarang

Telah terjadi tumpang-tindih identitas pada masyarakat Indonesia saat ini. Ini adalah
salah satu bentuk akibat dari benturan budaya tersebut. Banyak pencitraan diri yang menyalahi
kodratnya, misal pemuda laki -laki banyak yang berambut panjan g, memakai anting, feminis, dan

FB: komunal_1985@yahoo.com
bahkan menyalahi kodrat dengan menjadi gay. Sedangkan kaum wanita pun demikian, banyak
diantara mereka yang bergaya macho atau bahkan bersifat agresif khalayak kaum pria. Tentunya
ini tidak bermasalah bagi lingkungan sekitar nya dan secara luas tetapi ini menunjukkan
parameter kebobrokan generasi Indonesia, khususnya golongan muda sekarang ini. Bahkan
generasi muda saat ini yang ditunjuk sebagai generasi penerus atau calon pemimpin bangsa
Indonesia masa depan telah mengalami d egradasi mentalitas, identitas, nasionalisme, intelektual
dari tahun ke tahun. Bahkan dulu Indonesia pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1965
mempunyai ikon kebanggan negeri, bahkan dunia khususnya negara Asia. Presiden pertama
Republik Indonesia Soekarno. Ikon perlawanan penjajahan terhadap negara lain. Diplomasi kita
sangat kuat, bahkan negara kita sebagai pencetus penggalang anti penjajahan dengan Konfrensi
Asia Afrika yang notabene dipelopori Indonesia untuk menggalang dukungan menentang bentuk
penjajahan, sehingga Birma, India, dan negara Afrika lainnya mendapat kemerdekaannya. Dan
bentuk lain adalah KTT Non blok sebagai salah satu bentuk penggalangan dari Indonesia yang
tidak mengikuti Blok Barat (kapitalisme) dan Blok Timur (komunisme). Memang betul dan tak
dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia telah memiliki banyak orang pintar, bahkan ada yang
menjadi Guru Besar di perguruan tinggi luar negeri atau mempunyai ilmuwan berotak brilian,
seperti B.J.Habibie yang merancang pesawat CN 250 dan laku di pasaran dunia Internasional dan
sebagainya, akan tetapi mereka kebanyakan enggan hidup di Indonesia dan berbuat jasa kepada
Ibu Pertiwi Indonesia. Siapa yang patut disalahkan?! Mau tidak mau merekalah yang patut
disalahkan. Seharusnya mereka merasa memiliki dan tidak melupakan Ibu Pertiwi -nya.

Begitupun generasi muda sekarang, banyak anak di bangku sekolah yang terjerumus ke
dunia hitam, narkoba, mencari kesenangan sesaat di diskotik atau tempat pelacuran, dan
sebagainya. Anak sekolahan sekarang identik dengan tawuran, pengeroyokan, menusuk dari
belakang, dan tidak memiliki jiwa ksatria sama sekali apalagi rasa tanggung jawab , terutama
terhadap orang tua mereka. Semakin mencengangkan lagi kaum intelektualitas atau mahasiswa
yang berperan terhadap perubahan untuk negeri jauh dari kriteria golongan cendekiawan.
Mahasiswa kebanyakan di Indonesia memiliki etos kerja yang rendah, malas, menganut paham
“kalau bisa dikerjakan besok, ngapain mesti sekarang” menunda -nunda kewajiban, statis;
ditunjukkan dengan hanya belaja r di dunia kampus tanpa melihat roda kehidupan sosial yang
ada, dan sebagainya. Kebobrokan ini dapat dilihat dari banyaknya angka pengangguran terdidik
atau pengangguran kaum intelektual. Dari tahun ke tahun jumlah pengangguran terdidik
FB: komunal_1985@yahoo.com
meningkat. Kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan tidak terpenuhi oleh kemampuan mereka.
Mentalitas yang lemah dan tidak “tahan banting” membuat mereka kalah dalam menghadapi
persaingan yang ketat, padahal banyak dari mereka memiliki nilai Indeks Prestasi yang baik.
Dapat ditekankan di sini bahwa, nilai tidak bisa dijadikan acuan penting dalam pengembangan
Human Capital, akan tetapi etos kerja dan mentalitas yang tinggi dapat membentuk mereka dan
tentunya ini terkait oleh kehidupan budaya dan sosial yang melatar belakangi kehidupan seorang
modal manusia.

Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) di bangku sekolah atau kuliah dapat ditangkap


dengan baik, karena adanya kecerdasan, sikap, dan motivasi yang kuat. Keterlambatan
masyarakat kita menyerap teknologi baru, bukan karena kecerd asan kita yang kurang atau lebih
rendah dari daripada kecerdasan bangsa -bangsa lain. Tidak ada satu pun hasil penelitian yang
menunjukkan tingkat Intellegence Question (IQ) kita, bangsa Indonesia lebih rendah dari negara
lain. Dua hal yang paling menentuka n dalam penyadapan teknologi atau ilmu pengetahuan
adalah sikap dan motivasi (ESQ). Lemahnya motivasi belajar di kalangan mahasiswa dan pelajar
kita maupun tenaga pengajar dan dosen sudah sering disorot berbagai pihak. Akan tetapi,
keadaan tampaknya tidak menjadi baik. Di kebanyakan ruang -ruang kuliah di Amerika atau
Benua Eropa, mahasiswa Indonesia tidak masuk hitungan oleh “kompetitor” utamanya, yaitu
mahasiswa Amerika sendiri . Kalau di dalam kelas itu ada mahasiswa dari Afrika Selatan, Timur
Tengah, dan Indonesia, umumnya mahasiswa Amerika akan lebih senang karena daya saing
mereka di atas angin. Lain halnya kalau di dalam kelas tersebut ada mahasiswa Jepang, Korea,
dan Taiwan, mahasiswa Amerika mulai ancang -ancang harus bekerja lebih keras. Kompetitor
mahasiswa dari tiga negara Asia yang disebut terakhir ini adalah lawan -lawan tangguh dan
sering menjadi unggulan pertama di dalam kelas. Masalahnya bukan karena mereka lebih pintar,
tetapi motivasi belajar mereka lebih menggelora sehingga belajar serius samp ai pagi pun hampir
menjadi pekerjaan yang rutin untuk mereka, bukan hanya di waktu ujian. Bagaimana dengan
mahasiswa Indonesia ??!!..

V.4. Transformasi Yang Seharusnya Dimiliki Manusia Indonesia

Menurut Kuntjaraningrat bangsa Indonesia belum memiliki ciri mental yang cocok untuk
pembangunan. Ini berarti bahwa agar pembangunan berhasil diperlukan perombakan mentalitas
dengan meninggalkan mentalitas yang tidak cocok dengan pembangunan, dan yang cocok untuk
FB: komunal_1985@yahoo.com
pembangunan harus dikembangkan. Perombakan mental ba ngsa tidak dapat dilaksanakan dalam
waktu yang pendek. Dalam hal ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting . Menurut
Y.Tinbergen bangsa yang ingin maju harus memiliki cirri -ciri sebagai berikut:

1. Menaruh perhatian besar terhadap nilai atau peluang


2. Menilai tinggi teknologi
3. Berorientasi ke masa depan
4. Berani mengambil resiko
5. Mempunyai jiwa yang tabah dalam usahanya
6. Berdisiplin dan kerjasama serta bertanggung jawab

Sebuah pandangan yang menegaskan bahwa kebudayaan dalam arti sikap dan orientasi nilai
sangat berperan dalam membangun kemajuan bangsa dan negara yang bernama Cultur Matters.
Di antaranya sikap dan orientasi nilai yang:

1. Berorientasi ke masa depan


2. Kerja keras, kreativitas, prestasi penting untuk menghasilkan, dan harga diri
3. Hidup hemat pangkal kaya
4. Prestasi patut dihargai
5. Saling percaya atau Positive Thinking
6. Keadilan dan bersifat terbuka

Keadaan sosial yang rumit juga memiliki andil yang besar. Bentuk kebiasaan dan pola pikir
yang membelenggu perkembangan harus segera dirubah. Salah satu bentuk nyata di masyarakat
Jawa dan Bali, masih banyak terdapat pembatasan gender dan aturan pembauran (perkawinan)
antar suku, ras, bahkan warna kulit. Masyarakat Jawa dan Bali pada umumnya melarang anak
perempuan mereka untuk mengeyam pendidikan lebih tinggi daripada anak laki-lakinya dan
masalah pembauran masih banyak terdapat hitung-hitungan kuno, misal: primbon, neptu, dan
sebagainya. Ada pula kebiasaan masyarakat Jawa yang tidak patut ditiru, seperti mangan ora
mangan asal ngumpul bareng , banyak anak laki-laki mereka yang disarankan oleh orang tuanya
untuk tidak jauh-jauh dari kampung halamannya padahal itu untuk urusan mengeyam pendidikan
(anak rantau). Ini berbeda dengan kebiasaan suku Padang atau Minangkabau, bagi mereka yang
punya anak laki-laki pada saat umur dewasa. Anak laki -lakinya diharuskan oleh orang tuanya

FB: komunal_1985@yahoo.com
untuk pergi merantau di luar daerah bahkan luar negeri, karena pada masyarakat ini masih
terdapat anggapan bahwa anak laki -laki yang sudah dewasa jika tidak merantau dan sukses
dianggap sebagai benalu. Kebiasaan tradisi ini harus dirubah karena tidak sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh pembangunan manusia sebenarnya.

V.5. Missing of Human Capital

Telah terjadi suatu kebocoran modal manusia untuk pembangunan ekonomi itu sendiri .
Kebocoran secara daerah, propinsi, dan nasional. Kebocoran di sini mempunyai arti bahwa telah
terjadi kehilangan kesempatan dalam memenuhi kebutuhan lowongan pekerjaan secara luas di
dalam pembangunan, baik daerah, regional, dan nasional. Kebocoran ini disebabkan oleh tidak
adanya kriteria atau syarat-syarat yang dibutuhkan di dalam modal manusia itu sendiri. Misal: di
daerah Jember terdapat lowongan pekerjaan di suatu perusahaan, akan tetapi penduduk asli
Jember atau tenaga kerja dari Jember tidak memenuhi persyaratan untuk mengisi lowongan
tersebut sehingga banyak tenaga kerja dari luar daerah Jember, seperti dari daerah yang lebih
maju Surabaya, Malang, dan sebagainya yang mampu mengisi lowongan pekerjaan tersebut.
Telah terjadi kebocoran daerah di sini, begitupun ke bocoran secara regional dan nasional.
Pendidikan pada masalah kebocoran ini sangat memegang peranan penting di dalamnya.

V.6. Pengaruh Iklim di Indonesia

Manusia di daerah tropis secara intrinsik tidak berbeda dengan manusia di bagian/belahan
lain dunia. Semuanya memiliki kesamaan kodrat. Mereka adalah makhluk yang dititipi hidup,
kesadaran, dan penyadaran terhadap dirinya ( Schumacher, 1977). Akan tetapi, lingkungan tropis
diduga mampu membuat manusia tropis kurang tangguh karena banyaknya penyakit -penyakit
tropis. Apalagi di Indonesia yang notabene “ZAMRUD KATHULISTIWA”, yang diberkahi oleh
Tuhan YME dengan tanah yang subur hingga Tongkat Kayu pun Jadi Tanaman dan mampu
membuat manusia Indonesia menjadi malas. Di samping itu, ada dugaan pula bahwa suhu dan
kelembaban udara mempengaruhi proses fisiologis dalam diri manusia.

Pengaruh-pengaruh iklim tropis tersebut memberikan dampak yang kurang


menguntungkan terhadap efisiensi kerja, kreativitas, dan inisiatif untuk melakukan sesuatu.
Penurunan produktivitas ini terutama terlihat pada stamina kerja sehingga orang yang bekerja di
tempat panas seringkali beristirahat, duduk -duduk, karena tidak tahan bekerja pada interval

FB: komunal_1985@yahoo.com
waktu yang relatif panjang.

Kemerosotan stamina kerja ini sangat berpengaruh terhadap produ ktivitas kerja. Usaha
modern untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan alat pendingin ruangan (AC). Dan
menurut beberapa penelitian tentang hal ini membuktikan bahwa penggunaan AC dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Akan tetapi, karena st ruktur perekonomian di
negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berat ke sektor primer, yaitu pertanian dan
eksploitasi sumber-sumber alam lainnya, maka hikmah teknologi AC ini belum dapat
dimanfaatkan.

Keadaan ini diperburuk lagi dengan banyaknya jen is penyakit yang mengurangi
ketangguhan bekerja seseorang. Bank Dunia telah meneliti hal ini di tiga tempat di Jakarta pada
tahun 1974. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pekerja -pekerja bangunan menderita
berbagai penyakit cacingan yang berkisar 44 persen hingga 87 persen. Lebih parah lagi, hal ini
terjadi pada pekerja di kawasan industri. Kita mengetahui penyakit cacingan akan menyebabkan
kekurangan zat besi (iron deficiency anemia) yang menurunkan gairah bekerja. Menurut
penelitian tersebut, sekitar 45 persen pekerja mengidap penyakit iron deficiency anemia, yang
menurut pengukuran mereka, penyakit tersebut dapat menurunkan keluaran (output) sebanyak 20
persen. Belum lagi dengan penyakit -penyakit tropis lainnya yang sering menyerang kita, seperti
malaria, kolera, dan lepra.

Meskipun demikian, hal tersebut tidak berarti pengaruh -pengaruh lainnya, seperti
pengaruh pendidikan, lingkungan, dan sejarah bangsa, tidak menjadi faktor yang dominan.
Masalahnya, kita sering lupa bahwa kita hidup di daerah t ropis yang menguras tenaga dan
kejernihan inisiatif. Dan masalah iklim inilah yang sering dilupakan oleh ahli -ahli ekonomi kita
dalam menyusun model jalan keluarnya.

VI. Kesimpulan dan Saran


Masalah pembangunan juga bukan hanya masalah ekonomi semata tetapi me nyangkut
banyak aspek sosial lainnya. Sebab itu masalah pembangunan harus ditangani secara
multidispliner dan tidak bisa dipecahkan dari aspek ekonominya saja.
Rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
Indonesia golongan “menengah-bawah” dengan jumlah 80 persen dari jumlah total populasi

FB: komunal_1985@yahoo.com
Indonesia merupakan faktor utama yang menyebabkan tingkat produktivitas tidak mengalami
perkembangan yang cukup berarti.
Struktur sosial dan pandangan masyarakat Indonesia kebanyaka n masih sangat
tradisional, dan terdapatnya institusi -institusi ekonomi ataupun sosial yang sifatnya sangat tidak
mendukung untuk melaksanakan inovasi.
Hubungan sosial dan ikatan kekeluargaan ( terlalu fanatik) masih sangat erat dan
membatasi kemerdekaan seseorang dalam berfikir dan bertindak maju.
Saran
1. Kurikulum pendidikan yang mengajarkan kemandirian harus dimulai dari sejak dini,
sehingga para generasi muda lebih mudah mengembangkan bakat yang terpendam selain
ilmu akademik, misal: kegiatan Pramuka, Peci nta Alam dan sebagainya.
2. Selama ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dianggap kurang prospek terhadap
penyerapan tenaga kerja, akan tetapi anggapan ini salah besar. Karena di SMK ini para
siswa diberi pendidikan yang aplikatif lebih banyak daripada SMU.
3. Kurikulum pada SMU dan Perguruan Tinggi memiliki banyak kekakuan dan monoton.
Memiliki Indoktrinasi penekanan kepada para murid atau mahasiswa sebagai pecundang
atau secara khususnya menjadi pencari kerja bukan pencipta kerja (wirausaha). Sehingga
lapangan kerja di Indonesia dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan secara
kontinue signifikan.
4. Pemerintah sebagai ujung tombak keberhasilan seharusnya mampu merubah paradigma
yang telah mengakar dan melakukan tindakan yang progresif revolusioner dengan dasa r
hukum yang jelas di Indonesia, Pancasila di segala aspek, khususnya yang sesuai dengan
sejarah bangsa dan cita-cita luhur. Memang sekarang sudah tidak zaman lagi
membicarakan Perang Dingin di era ini. Akan tetapi, pada kenyataannya telah terjadi
perang Jati Diri sesungguhnya. Siapa yang tidak kuat pendirian prinsip tentunya akan
mudah dibodohi walaupun negara itu secerdas Albert Einstein dan siapa yang tidak
mempunyai keimanan yang kuat dalam mengendalikan nafsu, tentunya ia akan jatuh
walaupun negara itu sekuat Julius Caesar akibat kecantikan Cleopatra.

FB: komunal_1985@yahoo.com
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Burhanuddin.. 2006. Menanti Kemakmuran Negeri. Jakarta: Erlangga.

Bakry, Noor. 1996. Ikhtisar Pendidikan Kewiraan . Cetakan Pertama. Jogyakarta: Liberty.

Chang, Ha-Joon dan Ilene Grabel. 2008. Membongkar Mitos Neolib . Upaya Merebut Kembali
Makna Pembangunan (hasil terjemahan). Yogyakarta: Insist Press

Giddens, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Jakarta: Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia.

Hadi, Shaummil. 2004. Media dan Pengaruhnya Terhadap Kita . Tegalboto: Majalah Mahasiswa
Universitas Jember. Edisi X. Halaman 73 -79.

Lemhanas. 1992. Kewiraan Untuk Mahasiswa . Cetakan ke-13. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Mubyarto. 2001. Ekonomi Rakyat Indonesia. Jogyakarta: Yayasan Agro Ekonomika Universitas
Gadjah Mada

Oetoyo, Usman dan Alvian. 1992. Pancasila Sebagai Ideologi . Jakarta: Diterbitkan oleh BP -7
Pusat.

Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan.
Medan: Borta Gorat

Sutardjo, Wiro. 1996. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Todaro, Michael dan Stephen C.Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

SURAT KABAR

Harian Kompas, Edisi Jumat 22 Agustus 2008

FB: komunal_1985@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai