Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Pembangunan Gab D

Dosen Pengampu : Erwin Kurniawan A, S.E., M.Si

Disusun Oleh :

NAMA : ERNANTI WAHYUNI

NIM : 2001016020

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Serta
shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di hari akhir kelak. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan yang diampu oleh Bapak Erwin Kurniawan A, S.E.,
M.Si

Terima kasih juga kepada teman-teman kelompok yang telah berkontribusi, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis harap, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Terlepas dari itu, penulis sadar
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat, maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 10 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi pembangunan merupakan ilmu yang dipelajari di Negara berkembang. Karena


pada dasarnya negara berkembang cenderung akan terus meningkatkan pembangunan
ekonomi dalam rangka meningkatkan kemakmuran di negaranya. Oleh karena itu, penting
bagi mahasiswa untuk mempelajari ekonomi pembangunan untuk menambah wawasan serta
ilmu di bidang ekonomi. Ekonomi pembangunan dan pembangunan ekonomi merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur
ekonomi dan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejaheraan penduduk atau
masyarakat. Kemiskinan, keterbatasan modal dan rendahnya kualitas sumber daya manusia
adalah beberapa contoh masalah pembangunan yang harus diatasi. Dengan adanya
pembangunan ekonomi diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
merangsang proses produksi barang maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).
Suatu ciri khas negara-negara berkembang adalah pada hakekatnya semua negara itu
memperlihatkan fertilitas yang jauh lebih tinggi dari yang terdapat pada negara maju atau
negara industri. Kependudukan tidak hanya sekedar masalah jumlah tapi juga menyangkut
masalah pembangunan serta soal kesejahteraan manusia secara keseluruhan Pertambahan
penduduk yang sangat cepat menimbulkan aneka permasalahan yang serius bagi
kesejahteraan umat manusia sedunia. Seandainya usaha-usaha pembangunan kini telah
dilaksanakan benar-benar berhasil meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang meliputi
perbaikan tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan umum, serta
termasuk pula peningkatan harga diri dan kebebasan untuk memilih. Pertumbuhan penduduk
yang begitu pesat dewasa ini sedikit banyak dipengaruhi oleh transisi cepat yang melanda
kecenderungan kependudukan dunia. Angka kelahiran di hampir semua negara maju
memang sudah terbilang rendah, akan tetapi angka kelahiran di kebanyakan negara-negara
berkembang masih terhitung sangat tinggi, apalagi bagi sejumlah negara yang belum lama
melaksanakan upaya-upaya pengendalian kelahiran. Di satu sisi, ada yang beranggapan
bahwa pertumbuhan penduduk itu sangat membantu pembangunan ataupun kemajuan negara.
Tapi di sisi lain, pertambahan penduduk justru menjadi beban yang akan menghambat usaha
pembangunan suatu negara, apabila proses menuju pembangunan itu sendiri tidak berjalan
efektif. Sebenarnya masalah yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat tidak
hanya masalah kependudukan, tapi masalah akan muncul satu demi satu jika masalah
kependudukan ini tidak bisa teratasi. Masalah kebutuhan, kesejahteraan, kualitas SDM dan
lain sebagainya melekat pada penduduk di segala penjuru dunia. 2 Dan juga, Didalam teori-
teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas
dari faktor-faktor produksi, seperti sumber daya manusia, kapital, teknologi, bahan baku,
entrepreneurship, dan energi (Tambunan,2000:76). Akan tetapi, faktor penentu tersebut
untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, bukan pertumbuhan jangka pendek. Dengan
perkataan lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal dapat dibedakan lagi antara faktor-faktor ekonomi
dan faktor-faktor nonekonomi, khususnya politik dan sosial. Sedangkan faktor-faktor
eksternal didominasi oleh faktor-faktor ekonomi, seperti perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan
pembangunan suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga penting untuk mempersiapkan
perekonomian menjalani tahapan kemajuan selanjutnya, kesempatan kerja dan produktifitas
serta distribusi pendapatan (Daniel Sitindon:2013). Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan rakyat dikatakan semakin sejahtera jika output perkapita meningkat.
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu Negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduk nya.
Dengan demikian Pentingnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan munculnya berbagai
teori-teori pertumbuhan ekonomi terdahulu. Kemunculan teori-teori pertumbuhan ekonomi
karena pada dasarnya sistem perekonomian mempunyai sifat yang mengglobal dan
perekonomian suatu daerah ke daerah yang lain maupun dari satu negara ke negara lain yang
saling mempengaruhi maka, tidak hanya satu negara saja yang memikiran bagaimana cara
mengembangkan perekonomian menuju arah yang lebih baik,bahkan seluruh dunia
memikirkannya berbicara masalah ekonomi dari satu periode ke periode berikutnya.
Perkembangan ekonomi senantiasa menjadi pokok pembicaraan yang menarik adanya
masalah perekonomian tersebut maka munculah berbagai teori-teori ekonomi dan
tokohtokohnya yang mengemukakan berbagai pendapat. Seiring berjalannya waktu untuk
memperbaiki sistem perekonomian menjadi lebih baik muncul teori ekonomi baru yang
membawa pemikiran yang berbeda dengan sebelumnya. Berbagai macam pemikiran dan
teori-teori dari pada tokoh inilah yang bisa mengambil suatu tindakan ekonomi yang tepat
guna meningkatkan perekonomian. Tindakan ekonomi yang tepat guna mendorong
meningkatnya perekonomian muncul berbagai tokoh-tokoh pemikiran serta teori
pertumbuhan ekonomi. Banyaknya teori pertumbuhan ekonomi bermunculan yang terdiri
dari teori pertumbuhan ekonomi klasik. Pada teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dan
David Ricardo. Kemunculan teori ekonomi Klasik pada tahun 1789 berawal dengan adanya
keributan di Perancis yang menjurus sampai dengan pecahnya revolusi-revolusi Perancis.
Keributan ini dimulai dari adanya pertentangan pendapat. Teori dari aliran ini yaitu, aliran
merkantilisme 2 dan paham fisiokrat. Keributan ini sampai meluas, keributan ini muncul
karena kepastian hidup. Kaum Klasik menempatkan teori harga pusat analisa ekonomi
dengan bantuan penyelidikan kearah faktor-faktor permintaan dan penawaran yang
menentukan harga. Menurut pemikiran Smith Setiap penawaran akan menciptakan
permintaan itu sendiri atau supply creats is own demand, berapa pun barang yang dihasilkan
pasti akan habis terjual. Jadi itulah sebabnya kenapa teori ekonomi Klasik ini muncul
pertama kalinya sebagai teori pertumbuhan ekonomi yang menjadi acuan suatu Negara.
Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik. Aliran Neoklasik ini disebut juga
dengan “teori hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpastian dengan teori
klasik dan juga penyempurnaan teori klasik. Munculnya teori Neoklasik diawali dengan
adanya inspirasi percobaan yang dilakukan di pabrik Howthorne tahun 1924 milik
perusahaan. Mazhab Neoklasik telah mengubah pandangan mengenai ekonomi baik dalam
teori maupun dalam metodeloginya. Teori ini dinilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi beralih pada kepuasan marjinal. Salah satu pendiri mazhab
Neoklasik yaitu Gossen, beliau telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi
yang kemudian disebut sebagai hukum Gossen I dan hukum Goseen II. Sistem tersebut dapat
memberikan keterkaitan antara berbagai aktifitas ekonomi seperti teori produksi,konsumsi
serta distribusi. Teori ini muncul setelah dan sebagai penyempurnaan teori klasik maka perlu
adanya penyempurnaan terhadap teori ini. Kemunculan dari teori-teori pertumbuhan ekonomi
dengan demikian mempunyai kelemahan dan kelebihan tersediri. Tujuan yang dimiliki oleh
masing-masing teori untuk memperbaiki perekonomian menjadi lebih baik. Pada teori Klasik
ini lebih menekan kepada masyarakat atau rakyat lebih bisa kreatif dalam mengembangkan
perekonomiannya, karena mereka lebih efesien dan tidak serumit apa yang dikembangkan
oleh pemerintah. Teori klasik tidak mengikut sertakan campur tangan pemerintah. Menurut
Smith jumlah penduduk akan meningkatkan jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dan
tingkat subsisten, yaitu tingkat upah yang hanya cukup untuk sekedar bertahan hidup
(Lincolin Arsyad : 2000). Namun hal itu tidak dapat membawa perubahan yang lebih baik
terhadap perkembangan perekonomian yang pada akhirnya muncul teori ekonomi Neoklasik.
Teori ini menyatakan bahwa pencapaian kemajuan ekonomi dengan kepentingan pribadi,
keuntungan bersama yang diperoleh dari perdagangan internasional, guna untuk
meningkatkan keuntungan penjual dan pembeli. Unsur-unsur baru dari model pertumbuhan
NeoKlasik adalah modal dan perubahan teknologi (Samuelson Nordhaus ; 2010). Makalah
ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ahli ekonomi terdahulu dalam 3 mengembangkan
teori pertumbuhan yang banyak dijadikan referensi pada saat ini. Oleh karena itu makalah ini
berjudul “Teori Pertumbuhan Ekonomi”
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan
keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu
dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi
berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
Menurut Boediono (2013) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang. Dengan kata lain, perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada
pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya. Dalam pengertian ekonomi makro,
pertumbuhan ekonomi adalah penambahan Produk Domestik Bruto (PDB), yang berarti
peningkatan Pendapatan Nasional/PN (Tambunan, 2012). Keberhasilan suatu negara dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya diukur melalui tingkat pertumbuhan ekonomi
yang berhasil dicapai. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil dari tahun ke tahun
berarti kesejahteraan ekonomi meningkat, sedangkan pertumbuhan ekonomi dengan nilai
negatif berarti tingkat kesejahteraan disuatu negara juga menurun. Tinggi rendah laju
pertumbuhan ekonomi di suatu negara menunjukkan tingkat perubahan kesejahteraaan
ekonomi masyarakatnya (Boediono, 2013). Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam
konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian 2 perekonomian bangsa tersebut. Bagi Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk
mencapai cita-cita nasional. Ada indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan salah satunya pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto
(PDB).
Distribusi pendapatan merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi atau rendahnya
kesejahteraan maupun kemakmuran suatu negara. Distribusi pendapatan yang merata kepada
masyarakat akan menciptakan perubahan dan perbaikan suatu negara seperti peningkatan
pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan sebagainya.
Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Manusia
sebagai tenaga kerja, input pembangunan, dan juga konsumen dari hasil pembangunan itu
sendiri. Ketenagakerjaan yang merupakan aspek mendasar kehidupan ekonomi dan sosial.
Sasaran pembangunan ekonomi adalah untuk mensejahterakan penduduknya dan juga
menyediakan lapangan kerja. Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan
prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk
meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pendidikan sehingga kualitas pendidikan harus
senantiasa ditingkatkan. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, kualitas SDM
ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan
terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan.
Dalam ekonomi suatu negara, harus ada sesuatu yang dikembangkan untuk meningkatkan
ekonomi yang ada pada negara tersebut. Karena ekonomi sangatlah penting pada suatu
negara. Dengan ekonomi, para masyarakat yang berada di negara tersebut bisa memenuhi
kebutuhannya. Apabila suatu negara tidak dapat meningkatkan ekonominya, maka negara
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Karena negara atau perusahaan
tidak dapat melakukan produksi yang sesuai dengan permintaan pasar yang ada.Pada
makalah ini, kami akan menjelaskan bagaimana cara suatu negara agar dapat meningkatkan
pembangunan ekonominya. Agar masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhannya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Definisi – definisi Ekonomi Pembangunan.


b. Definisi – definisi Pembangunan Ekonomi
c. Mengulas Pertumbuhan Ekonomi
d. Persyaratan Dasar Pembangunan Ekonomi
e. Aspek apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi?
f. Perubahan struktur ekonomi di negara berkembang?
g. Apa Yang Dimaksud Pertumbuhan Ekonomi ?
h. Apa Itu Teori Ekonomi Klasik ?
i. Bagaimana Mazhab Historis ?
j. Bagaimana Mazhab Klasik ?
k. Apa Itu Aliran Neoklasik ?
l. Bagaimana konsep pertumbuhan ekonomi baik dilihat dari ekonomi konvensional
maupun syariah?
m. Bagaimana kesejahteraan masyarakat dalam perekonomian?
n. Apakah ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan berhubungan dengan kinerja
pemerintah ?
o. Apa pengaruh penduduk dan tenaga kerja dalam proses pembangunan ?
p. Apa definisi Pendidikan SDM dan pembangunan ?
q. Apa itu faktor kapital dalam pembangunan ekonomi?
r. Apa peran penting tabungan dalam pembangunan ekonomi?
s. Apa saja yang menghambat pembangunan ekonomi?
t. Apa saja kriteria penggunaan dalam pembangunan ekonomi?
u. Apa macam-macam teori investasi?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi – definisi ekonomi pembangunan


b. Untuk mengetahui definisi – definisi pembangunan ekonomi
c. Untuk mengetahui dan mengulas pertumbuhan ekonomi
d. Untuk mengetahui apa saja persyaratan dasar pembangunan ekonomi
e. Mengetahui aspek apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
f. Mengetahui perubahan struktur ekonomi di negara berkembang.
g. Menganalisis Bagaimana Perbandingan Antara Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik,
NeoKlasik dan Keynes
h. Bagaimana Pandangan Adam Smith, David Ricardo, Solow Swan dan Schumpeter serta
Harrod-Domar tentang Pertumbuhan ekonomi
i. Mengetahui apa itu konsep pertumbuhan ekonomi
j. Mengetahui tentang kesejahteraan masyarakat
k. Untuk mengetahui bagaimana ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan
l. Untuk mengetahui pengaruh penduduk dan tenaga kerja dalam proses pembangunan
m. Untuk mengetahui definisi dan manfaat pendidikan SDM dan pembangunan
n. Untuk mengetahui faktor kapital dalam pembangunan ekonomi
o. Untuk mengetahui pentingnya tabungan dalam pembangunan ekonomi
p. Untuk mengetahui hal hal yang dapat menghambat pembangunan ekonomi
q. Untuk mengetahui kriteria penggunaan dalam pembangunan ekonomi
r. Untuk mengetahui macam-macam teori investasi

1.4 Manfaat Penulisan

a. Dapat mengetahui definisi – definisi ekonomi pembangunan


b. Dapat mengetahui definisi – definisi pembangunan ekonomi
c. Dapat mengetahui dan mengulas pertumbuhan Ekonomi
d. Dapat mengetahui persyaratan dasar pembangunan ekonomi
e. Untuk Memahami Tentang Pertumbuhan Ekonomi
f. Untuk Mengetahui Teori Ekonomi Klasik
g. Untuk Memahami Mazhab Historis
h. Untuk Memahami Mazhab Klasik
i. Mengetahui Tentang Aliran Neoklasik
j. Dapat memahami ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan
k. Dapat memahami penduduk dan tenaga kerja dalam proses pembangunan
l. Dapat memahami definisi pendidikan SDM dan pembanguna

BAB II
PEMBAHASAN
Definisi – definisi Ekonomi Pembangunan

Definisi ekonomi pembanguan telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi,


diantaranya : Menurut Profesor Simon Kuznets, ekonomi pembangunan adalah
meningkatnya kemampuan suatu negara untuk menyediakan beragam barang yang
dibutuhkan penduduknya dalam jangka panjang. Menurut Schumpeter, ekonomi
pembangunan adalah perubahan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional yang
terjadi secara spontan dan tidak terputus Ekonomi Pembangunan merupakan suatu
cabang dari ilmu ekonomi yang bertujuan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi
oleh negaranegara berkembang serta cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut, supaya
negaranegara tersebut dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat (Sadono
Sukirno, 1985).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan dari analisis ekonomi
pembangunan adalah untuk:
a. Menelaah masalah-masalah perekonomian yang terjadi khususnya di negara sedang
berkembang.
b. Menelaah faktor-faktor penyebab keterlambatan pembangunan khususnya di negara
sedang berkembang.
c. Mengemukakan cara atau pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi, sehingga dapat mempercepat jalannya pembangunan ekonomi
khususnya di negara-negara tersebut. Ekonomi pembangunan berbeda dengan ilmu
ekonomi yang lain seperti ilmu ekonomi mikro maupun ilmu ekonomi makro.
Perbedaannya adalah ekonomi pembangunan belum memiliki pola analisis yang mapan
yang dapat diterima oleh kebanyakan ahli-ahli ekonomi. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:
a. Sangat kompleksnya masalah pembangunan.
b. Banyaknya faktor yang memengaruhi pembangunan dan banyaknya faktor yang
terpengaruh oleh pembangunan. Hal ini menyebabkan topik yang dianalisis dalam
ekonomi pembangunan meliputi bidang yang sangat luas. Beberapa contoh bidang yang
dianalisis dalam ekonomi pembangunan adalah: masalah pertumbuhan ekonomi,
kemiskinan, distribusi pendapatan dan pembangunan, pengangguran, pembentukan
modal, perdagangan luar negeri, pengerahan tabungan, bantuan luar negeri, migrasi,
permasalahan dalam bidang pertanian, industri, dan lain sebagainya.
c. Ketiadaan teori-teori pembangunan yang dapat menciptakan suatu kerangka dasar
dalam memberikan gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi. Sampai saat ini
para ekonom belum mencapai kesepakatan mengenai faktor-faktor apa yang memegang
peranan paling penting dalam pembangunan ekonomi, dan bagaimana mekanisme proses
pembangunan ekonomi tersebut terjadi. Dalam pembicaraan tentang masalah ekonomi,
istilah ekonomi pembangunan sering dianggap sama dengan pembangunan ekonomi.
Padahal kedua istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda. Di samping kedua istilah
tersebut masih ada istilah lain yang sering dipertukarkan yaitu antara pertumbuhan
ekonomi dengan pembangunan ekonomi atau perkembangan ekonomi.

2.2 Definisi – definisi Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi


ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena
ekonomi yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan menurut
para ahli, pembangunan ekonomi memiliki beberapa definisi, antara lain: Adam Smith ,
menjelaskan bahwa definisi pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara
pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambanhnya penduduk suatu negara
harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan
kebutuhan dalam negeri. Schumpeter, menjelaskan bahwa definisi pembanguan ekonomi
adalah perubahan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional yang terjadi secatra
tiba-tiba dan tidak terputus. Simon Kuznets, menjelaskan bahwa definisi pembanguan
ekonomi adalah meningkatkan kemampuan suatu negara untuk menyediakan beragam
barang. Perspektif mengenai tujuan dan makna pembangunan kemudian berkembang
menjadi lebih luas lagi. Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan
total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa
mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok
sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba
lebih baik secara material maupun spiritual. Oleh karena itu, indikator pembangunan
ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan PDRB maupun PDRB perkapita tetapi
juga indikator lainnya seperti: ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah
penduduk miskin. Hal ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai
mengedepankan pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan,
serta penurunan tingkat pengangguran (Kelautan, 2014).
Menurut Rostow pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan
keadaan sistem politik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan struktur
ekonominya.
Rostow membedakan proses pembangunan menjadi lima tahap yaitu: masyarakat
tradisional, prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, menuju kedewasaan dan masa
konsumsi tinggi. (Cahyasari, 2017).
(Sukarniati & Khoirudin, 2017) mengajukan beberapa persyaratan pembangunan
ekonomi yaitu:
1. Atas dasar kekuatan sendiri, pembangunan harus bertumpu pada kemampuan
perekonomian dalam negeri/daerah. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk
menciptakan kemajuan materil harus muncul dari masyarakatnya.
2. Menghilangkan ketidaksempurnaan pasar. Ketidaksempurnaan pasar menyebabkan
immobilitas faktor dan menghambat ekspansi sektoral dan pembangunan.
3. Perubahan struktural, artinya peralihan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi
ekonomi industri yang ditandai oleh meluasnya sektor sekunder dan tersier serta
menyempitnya sektor primer.
4. Pembentukan modal, merupakan faktor penting dan stategis dalam pembangunan
ekonomi, bahkan disebut sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi.
5. Kriteria investasi yang tepat, memiliki tujuan untuk melakukan investasi yang paling
menguntungkan masyarakat tetapi tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian.
6. Persyaratan sosio-budaya. Wawasan sosio budaya serta organisasinya harus
dimodifikasi sehingga selaras dengan pembangunan.
7. Administrasi. Dibutuhkan alat perlengkapan administratif untuk perencanaan ekonomi
dan pembangunan.
Paradigma tradisional memandang pembangunan ekonomi sebagai peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDB) suatu negara secara terus menerus. Pada lingkup daerah,
pembangunan ekonomi difokuskan pada peningkatan - Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota (Kuncoro, 2010). Seiring
perkembangannya, muncul definisi pembangunan ekonomi yang menekankan pada
peningkatan pendapatan per kapita. Definisi Endang Mulyani ini menekankan pada
kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan
penduduk di negara tersebut. Paradigma modern mulai mengedepankan dethronement of
GNP (penurunan tahta pertumbuhan ekonomi), distribusi pendapatan yang semakin
timpang, pengentasan kemiskinan, dan penurunan tingkat pengangguran. Pandangan
tersebut telah membawa perubahan dalam paradigma pembangunan bahwa pembangunan
harus dipandang sebagai suatu proses yang multidimensional (Kuncoro, ¬2010).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa pembangunan ekonomi memiliki
empat sifat penting. Keempat sifat tersebut adalah:
1. Suatu Proses Artinya pembanguan ekonomi itu berlangsung secara terus menerus,
bukan merupakan sesuatu yang bersifat insidental. Dalam analisis ekonomi
pembangunan, antara satu faktor dengan faktor yang lain saling berkaitan, berhubungan
dan saling memengaruhi pembangunan ekonomi. Dengan demikian, deretan peristiwa
yang timbul akan mewujudkan peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan taraf
kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap pembangunan ke tahap berikutnya.
2. Usaha untuk Meningkatkan Pendapatan Perkapita Pembangunan ekonomi merupakan
upaya menaikkan pendapatan perkapita.
Kenaikkan pendapatan per kapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya
perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi
suatu negara, ditunjukkan dengan tingkat pertambahan pendapatan nasional baik dalam
bentuk Gross National Product (GNP) atau Gross Domestic Product (GDP). Gross
National Product (GNP) adalah pendapatan yang dihasilkan oleh masyarakat suatu
negara, baik yang tinggal di negaranya dan juga warga negara yang sedang berada di luar
negeri, misalnya untuk bekerja atau belajar. Gross Domestic Product (GDP) adalah
pendapatan suatu negara yang dihasilkan oleh masyarakat yang berada di wilayah suatu
negara, baik warga negara asli ataupun warga negara asing. Terdapat beberapa
kelemahan dari cara di atas, karena hanya menunjukkan indikator pembangunan ekonomi
dalam arti materiil. Sesuai dengan definisi, dikatakan terjadi pembangunan ekonomi jika
terdapat kenaikan pendapatan juga dibarengi adanya berbagai perubahan baik dalam
kelembagaan, pola pikir Ekonomi Pembangunan maupun teknologi. Misalnya pada tahun
X pendapatan nasional dihitung, terjadi pertambahan pendapatan nasional, namun di sisi
lain juga terjadi pertumbuhan penduduk. Jika tingkat pertambahan pendapatan nasional
(GDP/GNP) sama dengan atau lebih rendah dari tingkat pertambahan penduduk, maka
pendapatan per kapita akan tetap sama atau bahkan menurun. Hal ini berarti bahwa
pertambahan GNP/GDP tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekononomi masyarakat.
Kenaikan Pendapatan per Kapita Berlangsung dalam Jangka Panjang Jangka panjang
dalam hal ini bukan berarti pendapatan per kapita harus mengalami kenaikan secara terus
menerus setiap tahun, tetapi pada suatu waktu tertentu dapat turun sebab masalah yang
bersifat sementara, misalnya pada saat terjadi pergolakan politik, kemunduran sektor
ekspor yang menyebabkan kondisi ekonomi turun. Hal penting yang perlu diperhatikan
adalah bahwa pendapatan per kapita secara rata-rata meningkat dalam jangka panjang. 4.
Kenaikan Pendapatan per Kapita Bersama dengan Terjadinya Perubahan Teknologi dan
atau Kelembagaan. Pembangunan ekonomi terjadi ketika terdapat peningkatan
pendapatan per kapita yang dibarengi dengan terjadinya modernisasi. Artinya, dikatakan
terjadi pembangunan ekonomi jika terjadi peningkatan pendapatan nasional yang
dibarengi dengan perubahan teknologi, perubahan kelembagaan, perubahan sistem politik
maupun perubahan pola pikir masyarakat.
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan antara lain: Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, maupun sosial
yang pada mulanya mengarah ke dalam suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.
a. Perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat, dari melakukan penanaman
modal yang tidak produktif misalnya penanaman modal berupa emas, tanah maupun
rumah menjadi digunakan untuk wiraswasta.
b. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari
menginginkan banyak anak menjadi membatasi jumlah keluarga.
c. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang dalam
masyarakat, dari semula ditentukan oleh kedudukan keluarga atau suku bangsa menjadi
ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan.
d. Perubahan dalam pandangan masyarakat yang mulanya berkeyakinan bahwa
kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan alam sekitarnya, dan selanjutnya
berpandangan bahwa manusia harus memanipulasi alam sekitarnya untuk menciptakan
kemajuan.
Sejak Adam Smith mengeluarkan bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nation”, para ahli ekonomi mulai mempelajari tentang perkembangan ekonomi
suatu negara. Analisis tentang perkembangan ekonomi suatu negara dipelajari oleh suatu
ilmu yang diberi nama Ekonomi Pembangunan (Development Economics). Apa
pengertian ekonomi pembangunan? Selanjutnya bacalah uraian berikut.

2.2.1 Tujuan Pembangunan Ekonomi Pembangunan

Ekonomi merupakan salah satu aspek kehidupan yang terusmenerus


dikembangkan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi menyangkut
kesejahteraan masyarakat luas. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah untuk
mencapai kemakmuran seluruh rakyat dalam suatu negara secara merata. Untuk
mencapai tujuan tersebut negara akan mengeluarkan dana yang besar guna membangun
sarana dan prasarana ekonomi yang menunjang. Indonesia terus mengupayakan
pembangunan ekonomi sejak masa kemerdekaan sampai sekarang. Setiap kali berganti
masa pemerintahan, kebijakan di bidang pembangunan ekonomi selalu mengalami
perubahan. Kebijakan pembangunan masa Presiden Soeharto berbeda dengan masa
Presiden Joko Widodo, meskipun pada dasarnya sama yaitu untuk mencapai tujuan
nasional negara kita yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Guna merealisasikan tujuan nasional tersebut, pembangunan nasional
diselenggarakan secara berencana, terarah, meyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dalam suasana perikehidupan
bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia
yang merdeka,bersahabat, tertib, dan damai.
Selain itu, tujuan pembangunan nasional juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Tujuan jangka pendek
Tujuan pembangunan nasional jangka pendek adalah meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang adil, merata serta meletakkan
landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
b. Tujuan jangka panjang
Tujuan pembangunan nasional dalam jangka panjang adalah mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata secara material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu, dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, dan
dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan
damai.

2.2.2 Manfaat Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi pada suatu negara memberikan beberapa manfaat yang
baik bagi masyarakat maupun negara. Beberapa manfaat terjadinya pembangunan
ekonomi antara lain sebagai berikut:
a. Kekayaan dari output suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah.
b. Memberikan kesempatan kepada manusia yang lebih besar untuk mengoptimalkan
manfaat dari sumber daya yang ada.
c. Pembangunan ekonomi dapat menambah kesempatan untuk mengadakan pilihan yang
lebih luas.
d. Terjadinya pembangunan ekonomi, akan tersedia lebih banyak jasa yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
e. Pembangunan ekonomi akan mengurangi jurang perbedaan antara negaranegara yang
sedang berkembang dengan negara-negara yang sudah maju.

2.2.3 Kerugian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi selain memberikan manfaat atau dampak positif tentu


memiliki konskuensi berupa dampak negatif atau kerugian. Pembangunan yang berhasil
adalah yang menghasilkan dampak positif yang besar dan dampak negatif yang minimal.
Adapun dampak positif pembangunan ekonomi seperti adanya peningkatan kualitas
hidup masyarakat atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu dampak positif
yang lain sebagai berikut:
a. Perbaikan lingkungan hidup melalui pembangunan pemukiman.
b. Adanya jaminan sosial yang lebih baik.
c. Penerangan listrik tersedia sehingga masyarakat mampu meningkatkan aktivitas
perekonomian.
d. Kemajuan teknologi yang mempermudah kehidupan sosial masyarakat.
e. Pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu
mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
f. Adanya daerah pemukiman baru yang lebih sehat dan tersedianya sarana dan prasarana.
g. Terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, Dengan demikian,
akan mengurangi pengangguran.
h. Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung
bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
i. Adanya perubahan struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi
struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara
akan semakin beragam dan dinamis.
j. Peningkatan kualitas SDM sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan berkembang dengan pesat. Sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain mendatangkan dampak positif, pembangunan ekonomi juga menimbulkan
kerugian-kerugian. Permasalahan dalam pembangunan ekonomi sangatlah kompleks dan
multidimensional, karena pembangunan ekonomi selalu berkaitan dengan aspek lain.
Setiap negara dalam menjalankan pembangunan ekonomi pasti akan mengalami berbagai
hambatan dimana antara negara satu dengan negara lain bisa sangat berbeda. Kerugian-
kerugian yang harus ditangung negara dan masyarakat akibat pembangunan tidaklah
sedikit. Kerugian ini dapat secara materi atau nonmateri. Secara materi kerugian akibat
pembangunan ekonomi dapat diperhitungkan sebagai biaya, namun kerugian nonmateri
ini sangat sulit untuk diperhitungkan sebagai biaya. Namun demikian, kedua kerugian
tersebut dapat digolongkan sebagai biaya sosial atau social cost yang harus ditangggung
oleh pemerintah maupun masyarakat.
Ada beberapa kerugian yang ditimbulkan akibat pembangunan ekonomi antara lain :
1) meningkatnya pengangguran Jumlah penduduk yang terus meningkat dapat
menyebabkan jumlah pengangguran yang meningkat terus. Hal ini dikarenakan
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, sehingga
menimbulkan masalah pengangguran. Negara sedang berkembang, secara umum
menjalankan model pembangunan yang lebih diarahkan pada tenaga kerja yang
mempunyai skill, yaitu pada sektor industri. Padahal masyarakat di negara berkembang
pada umumnya merupakan masyarakat agraris. Ironisnya sektor pertanian seringkali
diabaikan dan dijauhkan dalam jangkauan pembangunan.
2) munculnya ketimpangan di berbagai bidang Model pembangunan yang baik adalah
model pembangunan yang diikuti dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan di segala
bidang dan antar daerah. Namun, pada kenyataannya masih terdapat masalah
ketimpangan seiring dengan meningkatnya pembangunan ekonomi. Munculnya berbagai
ketimpangan ini, tidak terlepas dari keterbatasan dana dan manajemen yang dimiliki.
Penentuan skala prioritas dalam pembangunan harus benar- benar dilakukan secara adil
dan merata. Seringkali yang terjadi adalah pemilihan prioritas berdasarkan pada adanya
kepentingan politik maupun pribadi. Sehingga tidak mengherankan apabila di negara
sedang berkembang tumbuh dengan suburnya masalah kemiskinan, pengangguran dan
kesenjangan pembangunan antar daerah atau wilayah.
3) Pencemaran Lingkungan Pembangunan ekonomi di negara berkembang pada
umumnya identik dengan pembangunan sektor industri. Bagi negara berkembang untuk
dapat menjadi negara maju, maka sektor indutri harus dikembangkan. Persepsi ini
dilatarbelakangi oleh keadaan negara Eropa yang merupakan negara maju, dengan sektor
industri yang berkembang sangat pesat. Pembangunan industri berkaitan langsung dengan
lingkungan. Negara berkembang yang pada umumnya kaya akan sumber daya alam,
benar-benar memanfaatkan kondisi ini dengan menarik investor dari luar. Bagi negara
berkembang yang penting industri tersebut dapat memberi masukan bagi negara, maka
sepanjang hal tersebut dapat dicapai hal lainnya tidak dipikirkan dengan serius, seperti
kerugian akibat pencemaran limbah industri, hilangnya hutan dan sebagainya.
4) Rusaknya tatanan nilai-nilai sosial budaya Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
keterbukaan, keleluasaan dalam menyerap berbagai nilai-nilai dalam suatu masyarakat.
Dengan semakin terbukanya hubungan dengan dunia internasional, maka semakin banyak
nilainilai sosial budaya yang beriteraksi dengan nilai-nilai budaya setempat. Pergeseran
ini sering terjadi dan menimbulkan permasalahan sendiri dalam masyarakat sebab, nilai-
nilai sosial budaya yang berasal dari luar negeri belum tentu sesuai dengan nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat. Maka dalam kondisi seperti nilah terjadi benturan-
benturan. Sebagai contoh sikap hidup materalistis, individualistis merupakan gaya hidup
bagi masyarakat kapitalis. Bagi mereka gaya hidup seperti itu adalah hal biasa dan wajar-
wajar saja, tetapi bagi masyarakat negara sedang berkembang tentu akan menjadi hal
yang dianggap tidak wajar dan dianggap tidak sesuai dengan budayanya.
5) meningkatnya kaum urban Model pembangunan yang timpang, dapat menimbulkan
berbagai gejolak sosial dalam masyarakat. Model pembangunan yang banyak berfokus di
kota jelas akan menimbulkan rasa iri bagi penduduk di pedesaan Kehidupan yang yang
dianggapnya jauh lebih baik dilihat dari sisi pendapatan akan mendorong penduduk desa
untuk beramai-ramai pindah ke kota dan mencari pekerjaan di kota. Oleh karena itu,
biasanya daerah-daerah dengan tingkat konsentrasi industri yang tinggi, kemungkinan
ditinggali lebih banyak masyarakat pendatang.
6) Terjadinya pergeseran mata pencaharian Orientasi pembangunan yang menekankan
pada sektor industri akan menggeser peran sektor pertanian ke sektor industri. Pergeseran
ini otomatis juga menggeser mata pencaharian penduduk. Sebagai contoh pekerjaan
semula petani kemudian beralih menjadi buruh indutri atau sebagai buruh pada proyek-
proyek pembangunan di kota dengan alasan upah yang lebih menarik. Pergeseran ini
dapat terjadi secara paksa atau sukarela. Pergeseran yang terjadi secara paksa, misalnya
pelebaran jalan yang mengenai sawahsawah atau pembanguan real estate. Sedang
pergeseran yang terjadi secara sukarela lebih dikarenakan keinginan untuk memperbaiki
tingkat pendapatan.
7) kerugian masyarakat secara psikologis dan sosial Secara psikologis pembangunan
ekonomi mendorong seseorang untuk berpikir dan bertindak lebih mementingkan diri
sendiri serta mendorong seseorang lebih bersifat materialistis. Secara sosial, hal ini
mengakibatkan sifat hidup gotong royong semakin berkurang dan sifat kekeluargaan serta
hubungan keluarga semakin berkurang.

2.3 Mengulas Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan dalam pendapatan nasional, tanpa


memandang apakah kenaikkan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertambahan
penduduk atau apakah terjadi perubahan dalam struktur ekonomi atau tidak. Suatu negara
dapat dikatakan ada pertumbuhan ekonomi apabila terdapat lebih banyak output, dan
dikatakan terjadi pembangunan/perkembangan ekonomi apabila tidak hanya terdapat
lebih banyak output, tetapi juga terjadi perubahanperubahan dalam kelembagaan dan
pengetahuan teknik (terjadi modernisasi) dalam menghasilkan output yang lebih banyak
tersebut. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah:
a. Akumulasi kapital
b. Pertumbuhan penduduk
c. Kemajuan teknologi

2.4 Persyaratan Dasar Pembangunan Ekonomi

Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor sejarah, psikologi,


sosiologi dan pengetahuan politik. Syarat-syarat yang diperlukan agar perkembangn
dapat berjalan seperti yang mereka harapkan menurut Baldwin dan Meier ada enam, yaitu
harus ada:
1. Indegenous forces (kekuatan dari dalam untuk berkembang) Kekuatan dari dalam
adalah kekuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk berkembang. Hal ini sangat
penting untuk mewujudkan perkembangan. Kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar
masyarakat dapat mendorong dan memeberikan fasilitas-fasilitas pada kehendak untuk
berkembang, namun kekuatan dari luar hanya merupakan pelengkap dan tidak dapat
menggantikan kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri.
Bantuan luar negeri belum tentu dapat menjamin terus berkembangnya perekonomian
tersebut. Lagi pula bantuan luar negeri yang berupa investasi asing akan cenderung
memanfaatkan modalnya kearah sumber-sumber alam untuk pasar dunia, dan belum tentu
hal ini menguntungkan rakyat setempat
2. Mobilitas Faktor-Faktor Produksi Ketidak sempurnaan pasar (market imperfections)
akan sangat membatasi mobilitas faktor-faktor produksi dari penggunaan yang kurang
produktif ke penggunaan yang lebih produktif. Untuk mengatasi hal ini maka market 12
imperfections harus ditiadakan, sehingga faktor-faktor produksi dapat digunakan
sepenuhnya. Schulz dalam bukunya “The role of government in promoting economic
growth”, mengatakan bahwa sebenarnya perkembangan ekonomi negaranegara sedang
berkembang tidak cukup hanya mengatasi kesukaran-kesukaran yang ada.
Untuk perkembangan ekonomi perlu menempatkan usaha-usaha dan capital dalam tiga
bentuk:
a. Meningkatkan jumlah barang capital
b. Memperbaiki kualitas penduduk sebagai produsen
c. Menambah tingkat usaha produk
3. Akumulasi kapital Akumulasi capital merupakan faktor penting untuk pertumbuhan
ekonomi. Akumulasi dapat berwujud kenaikkan dalam volume tabungan riil, sehingga
sumber uang yang semula untuk tujuan konsumtif dapat diarahkan untuk tujuan
produktif.
Untuk mengukur banyaknya capital yang dibutuhkan perlu diperhatikan beberapa hal
antara lain:
1) perkiraan tingkat pertambahan penduduk;
2) target kenaikan pendapatan riil per kapita dan
3) angka rasio pertambahan antara investasi dan output atau Incremental Capital Output
Ratio (ICOR). Apabila pendapatan per kapita hendak dinaikkan maka akumulasi capital
harus semakin bertambah besar. Ini berarti bahwa investasi harus ditingkatkan, dengan
cara: menaikkan tingkat tabungan dengan membatasi konsumsi, pemerintah menjual
obligasi, pembatasan impor barang-barang konsumsi dan barang capital agar ada inovasi
didalam negeri.
4. kriteria dan Arah investasi Untuk mengalokasikan capital terlebih dulu harus diadakan
kriteria untuk arah investasi. Pemilihan kriteria tidaklah mudah sebab mungkin kriteria
yang satu berupa memaksimumkan total output untuk suatu waktu tertentu, sedangkan
kriteria yang lain mungkin lebih baik untuk memaksimumkan output pada waktu lain.
Kriteria produktivitas sosial marjinal ditafsirkan sesuai dengan perubahanperubahan
faktor-faktor tersebut dan biasanya menimbulkan perbedaan pendapat. Beberapa faktor
yang harus diperhatikan diantaranya adalah pendapatan per kapita, pendapatan nasional,
faktor waktu, kepentingan masyarakat, unsur pasar, titik pertumbuhan, pertumbuhan
seimbang atau balance growth, teknik produksi
5. Penyerapan kapital dan Stabilitas Setiap masyarakat dalam suatu negara mempunyai
batas kemampuan penyerapan kapital (capital absorption capacity). Kapasitas ini
ditentukan pada umumnya oleh dua hal yaitu disatu pihak ditentukan oleh adanya atau
tersedianya faktor-faktor produksi komplementer yang bekerja sama dengan capital, dan
dilain pihak oleh syarat-syarat yang diperlukan untuk menghindari 13 inflasi dan untuk
mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran internasional.
Penyerapan kapital juga dipengaruhi oleh masa perkembangan perekonomian disitu;
misalnya karena waktu yang diperlukan lama maka terjadi inflasi dan deficit dalam
Neraca Pembayaran Internasional. Variansinya sebagai berikut:
a. Jika akumulasi kapital melebihi kemampuan penyerapan, seperti yang terjadi di negara
sedang berkembang, setiap tambahan investasi bahkan cenderung menimbulkan inflasi.
Hal ini terjadi karena fasilitas-fasilitas yang tersedia belum banyak.
b. Jika akumulasi kapital lebih kecil daripada kemampuan negara untuk menyerap
kapital, maka akan timbul kesulitan-kesulitan terutama di bidang neraca pembayaran
karena negara-negara tersebut sangat membutuhkan devisa untuk impor barang-barang
yang diperlukan. Impor terutama untuk waktu dekat berupa barang-barang konsumsi dan
bukan barang kapital. Namun karena harga barang-barang impor ini cenderung naik
sehingga biaya-biaya untuk ekspor dan menghasilkan barang-barang ekspor naik pula.
Akibatnya kemampuan ekspor menurun dan impor barang-barang capital akan semakin
menurun juga.
6. Nilai dan Lembaga-Lembaga yang Ada Kelima faktor tersebut di atas bersifat
ekonomi, sedangkan nilai-nilai dan lembaga-lembaga bersifat nonekonomi. Namun faktor
ini tidak kalah penting dalam peranan yang dimainkannya untuk perkembangan ekonomi.
Perkembangan ekonomi dapat melaju cepat bila diciptakan kebutuhankebutuhan baru,
motif-motif baru, cara/metode-metode produksi baru, demikian pula harus ada perubahan
lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat. Kriteria ekonomi dari investasi (economic
criteria of investment) saja tidaklah cukupuntuk digunkan sebagai patokan kebijaksanaan
investasi.
A. Hakekat Ilmu Ekonomi Pembangunan

Ilmu ekonomi pembangunan (development economics) mempunyai ruang lingkup


yang lebih luas dibandingkan dengan ilmu ekonomi tradisional (traditional economics)
atau ilmu ekonomi politik (political economics). Selain mengupas cara-cara alokasi
sumberdaya produktif langka seefisien mungkin serta kesinambungan pertumbuhannya
dari waktu ke waktu, ilmu ekonomi pembangunan juga memberi perhatian pada
mekanisme-mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan, baik yang yang
terkandung dalam sektor swasta maupun yang terkandung dalam sektor pemerintah atau
publik. Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan “pembangunan”?. Menurut
pengertian akademis ilmu ekonomi yang ketat, istilah pembangunan (development)
secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang
kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang
cukup lama untuk menciptakan dan mempertahan kenaikan tahunan atas pendapatan
nassional bruto atau GNP (gross national product)nya pada tingkat 5%-7%, atau bahkan
lebih tinggi lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Dalam pembangunan terdapat
paling tidak 3 komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan
pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki. Kecukupan
(sustance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.Kebutuhan dasar
ini meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan. Jika salah satu saja dari
sekian banyak kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka muncullah “keterbelakangan
absolut”. Jati Diri (self esteem): menjadi manusia seutuhnya.Komponen universal yang
kedua dari kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan 4 dari diri sendiri
untuk maju, untuk menghasrgai diri sendiri, untuki merasa diri pantas dan layak
melakukan atu mengejar sesuatu, dan seterusnya. Kebebasan (freedom) dari sikap
menghamba: kemampuan untuk memilih. Nilai universal yang ketiga dan terakhir yang
harus terkandung dalam makna pembangunan adalah konsep kemerdekaan manusia.
Kemerdekaan atau kebebasan di sini hendaknya diartikan secara luas sebagai kemampuan
untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengajaran aspek-aspek meteriil
dalam kehidupan ini. Sekali saja kita terjebak, maka kita akan terperuk dan semakin lama
kita akan terjerat semakin dalam.

B. Aspek yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Untoro (2010:39),


pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Kuznets
(dalam Sukirno, 2006:132), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya. Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith
dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the
Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith,beberapa ahli ekonomi klasik
lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan
ekonomi (Sukirno, 2006:132-137).
a. Teori Pertumbuhan Klasik Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo,
Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan
alam serta teknologi yang digunakan. Teori ini memberikan perhatiannya pada pengaruh
pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Teori ini mengasumsikan luas
tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Keterkaitan antara
pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan 5 teori penduduk optimal.
Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan
pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil
lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi
marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada keadaan pendapatan
perkapita sama dengan produksi marginal.
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Teori Neo-Klasik berkembang sejak tahun 1950- an.
Terus berkembang berdasarkan analisisanalisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut
pandangan ekonomi klasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis dalam mengembangkan
teori pertumbuhan tersebut adalah Robert Solow, Edmund Phelps, Harry Johnson dan
J.E. Meade. Dalam analisa neo klasik pertumbuhan ekonomi tergantung pada
pertambahan dan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi sebab
perekonomian akan tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas alat-
alat modal akan digunakan sepenuhnya dari waktu ke waktu.
c. Teori Pertumbuhan Harrod Domar Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan
perkembangan langsung dari teori pertumbuhan makro John Maynard Keynes. Menurut
HarrodDomar, setiap perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menabung
sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-
barang modal. Untuk memacu proses pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru
yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock).
d. Teori Schumpeter Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para
pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada.
2. Produk Domestik Bruto Menurut Arifin & Gina (2009:11)
indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah
tingkat Produksi 6 Domestik Bruto (PDB).
Beberapa alasan digunakannya PDB (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran
pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan seluruh
aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal inimenyebabkan peningkatan PDB
mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi.
2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept) yaitu perhitungan
PDB mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini
tidak mencangkup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran
dalam menghitung PDB memungkinkan seseoranguntuk membandingkan jumlah output
pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.
3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik).
Hal ini memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang
diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik. Menurut
Rudriger (2006:112), produk domestik bruto / GDP artinya mengukur nilai pasar dari
barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara
selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk
mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa
perekonomian pada suatu saat. Jadi, PDB adalah pendapatan total dan pengeluaran total
nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat
mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat
dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu
pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk
menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi PDB (Arsyad, 2004:45).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan
ekonomi seperti metode sederhana, metode end to end, dan 7 metode regresi.
Pemilihan metode pertumbuhan ekonomi tergantung pada kebutuhan dan keterbatasan-
keterbatasan yang dihadapi dalam melakukan perhitungan (Sukirno, 2006:142-144).
a. Metode Sederhana
Metode sederhana adalah metode yang paling sederhana dalam menghitung
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, metode ini mempunyaikelemahan yaitu
hanya bisa digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan tahunan (hanya satu
tahun saja). Formulasi dari metode ini adalah sebagai berikut: Untuk menghitung
tingkat pertumbuhan ekonomi untuk periode yang lebih panjang (misalkan selama
tiga tahun), maka tingkat pertumbuhan per tahun harus dihitung terlebih dahulu dan
kemudian dirata-ratakan dengan cara berikut:
b. Metode End to End
Guna mengatasi kelemahan metode sederhana, maka dikembangkan metode end to
end. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan dihitung
c. Metode Regresi
Guna memadukan segi efisiensi dengan upaya menangkap gejolak nilai PDB di
antara awal dan akhir periode observasi, maka dikembangkan metode perhitungan
pertumbuhan dengan metode regresi. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan
dihitung dengan membentuk model semi-log seperti di bawah ini:
LnPDBt = A + rt
Ekspor Kegiatan ekspor impor didasari atas kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.
Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda baik sumber daya alam, iklim,
geografis, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan
perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan
kuantitas produk. Adanya interdependensi kebutuhan itulah yang menyebabkan adanya
perdagangan internasional. Masing-masing negara memiliki keunggulan dan kekurangan.
Komoditas yang dihasilkan suatu negara mungkin juga belum dapat dipakai langsung
karena berupa bahan mentah yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Bahan mentah
tersebut selanjutnya mungkin dibutuhkan negara lain sebagai bahan baku pabriknya
(Asfia, 2006:47).
Transaksi perdagangan luar negeri yang biasa dikenal dengan istilah ekspor dan impor
pada hakikatnya adalah transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari kegiatan membeli
dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal dinegara yang
berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang melewati laut dandarat ini tidak
jarang menimbulkan berbagai masalah yang kompleks antara pengusaha pengusaha yang
mempunyai perbedaan bahasa, budaya, adat istiadat dan cara yang berbeda beda.
Sukirno (2006:173) menyimpulkan ciri-ciri khusus dari kegiatan ekspor, yaitu:
1. Antara penjual (eksportir) dan pembeli (importir) komoditas yang diperdagangkan
dipisahkan oleh batas teritorial kenegaraan
2. Terdapat perbedaan mata uang antara negara pembeli dan penjual. Seringkali
pembayaran transakasi perdagangan dilakukan dengan mempergunakan mata uang asing
misalnya dolar Amerika, pounsterling Inggris ataupun yen Jepang
3. Adakalanya antara pembeli dan penjual belum terjalin hubungan lama dan akrab.
Pengetahuan masing-masing pihak yang bertransaksi tentang kualifikasi mitra dagang
mereka termasuk kemampuan membayar atau kemampuan untuk memasok komoditas
sesuai dengan kontrak penjualan sangat minim.
4. Seringkali terdapat perbedaan kebijaksanan pemerintah negara pembeli dan penjual
dibidang perdagangan internasional, moneter lalu lintas devisa, labeling, embargo atau
perpajakan.
5. Antara pembeli dan penjual kadang-kadang terdapat perbedaan tingkat penguasaan
teknik dan terminologi transaksi perdagangan internasional serta bahasa asing yang
secara populer dipergunakan dalam transaksi itu misalnya bahasa inggris. Ekspor adalah
perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Eksportir adalah badan usaha baik
berbentuk badan hukum maupun tidak badan hukum termasuk perorangan yang
melakukan kegiatan ekspor. Seiring perputaran ekonomi adalah menjadi penting bagi
kelompok perusahaan manapun untuk mampu memperoleh penjualan ekspor atau untuk
bersaing secara efektif dengan impor yang tidak lagi harus melompati penganut
proteksionisme. Ini secara luas dapat diterima bagi UKM bahwa untuk berhasil dalam
ekspor mereka harus mempunyai beberapa cara menekan biayabiaya transaksi yang mana
cenderung untuk mempunyai suatu komponen biaya tetap, memperbaiki daya saing
ekspor, melakukan pemasaran yang baik dan lain sebagainya. Corak perdagangan
Indonesia berkembang dari waktu ke waktu yakni dibagi atas sektor migas dan non
migas. Ekspor sektor migas itu terdiri dari minyak bumi dan hasil minyak, LNG (Liquid
Natural Gas), LPG (Liquid Petroleum Gas) dan lain sebagainya. Ekspor komoditas non
migas itu sendiri terutama terpusat pada tiga kelompok yaitu barang manufaktur,
komoditas pertanian dan komoditas pertambangan. Barang-barang yang termasuk
kelompok barang manufaktur adalah tekstil, kayu, produk kayu, kertas, produk
elektronik, minyak kelapa sawit, kerajinan tangan, dan produk kimia. Komoditas
pertanian antara lain meliputi hewan dan hasil hewan lainnya seperti ikan tuna, sapi,
udang, tumbuhan seperti : karet alam, coklat, lada, 10 kopi, tembakau, cengkeh, rempah-
rempah, kopra dan lain sebagainya, sedangkan yang tergolong dalam komoditas
pertambangan non migas dalah tembaga, emas, timah, nikel, aluminium dan hasil
tambang lainnya (Untoro, 2010:71). Menurut Waluyo (2009:2), pajak adalah iuran
masyarakat kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undangundang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983, “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah.
2. Pajak dipungut oleh negara baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
3. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan.
4. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi langsung secara
individual yang diberikan oleh pemerintah.
5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaranpengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai pembangunan
yang ditujukan untuk kepentingan umum.
Pajak mempunyai beberapa fungsi yaitu (Sukardji, 2005:4):
1. Fungsi anggaran Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran negara. Untuk menjalankan tugastugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini diperoleh dari
penerimaan pajak. Sekarang ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam
negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan
ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi mengatur Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam
rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang
tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi stabilitas Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan,
hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan
untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 4 Nilai Tukar Nilai tukar menjadi sangat
penting, apabila suatu negara harus melakukan transaksi ekonomi dengan negara lain.
Hal ini karena pada proses tersebut digunakan mata uang berbeda misalnya, antara negara
Indonesia dan Amerika Serikat. Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang
atau melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, dan juga sebaliknya. Secara sederhana
nilai tukar (kurs) dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestic terhadap
mata uang negara lain. Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs
atau nilai tukar (exchange rate). Kurs merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
perekonomian terbuka, karena memiliki pengaruh yang sangat besar bagi neraca transaksi
berjalan maupun variabel makro ekonomi lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu
mata uang terhadap mata uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva
atau harga (Krugman, 2005:40).
Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua
yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal (Mankiw, 2007:84).
Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu
mata uang rupiah yang ditukarkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar rupiah terhadap
Euro dan lain-lain.
Sedangkan nilai tukar riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang
dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain. Nilai tukar riil menyatakan
tingkat di mana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barangbarang dari suatu negara
dengan barang-barang dari negara lain.
Pergeseran permintaan dan penawaran pada nilai tukar disebabkan oleh beberapa faktor,
baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat persisten. Faktor tersebut antara lain
(Winardi, 2006:115):
1. Kenaikan harga domestik produk ekspor. Kenaikan harga tersebut akan mendorong
kenaikan atau penurunan nilai tukar, karena keduanya bergantung pada elastisitas
permintaan produk dalam negeri. Apabila bersifat elastis, yang disebabkan keseragaman
produk dari negara lain, kenaikan harga domestik menyebabkan permintaan akan produk
tersebut menurun. Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan
menurun sehingga mendorong nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan mata uang negara
lain. Sedangkan jika permintaan bersifat inelastis yang disebabkan keunikan produk
dalam negeri dibandingkan produk negara lain menyebabkan permintaan akan mata uang
domestic (rupiah) akan meningkat sehingga kurs rupiah akan mengalami apresiasi.
2. Kenaikan harga luar negeri produk impor. Sama halnya dengan kenaikan produk
ekspor dalam negeri, kenaikan harga dalam negeri juga bergantung pada elastisitas
permintaan produk impor. Jika permintaan akan barang impor bersifat elastis karena
kemudahan substitusi produk dengan produk negara lain atau produk dalam negeri
sendiri. Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan meningkat,
sehingga akan mengalami apresiasi. Sedangkan jika permintaan akan produk impor
bersifat inelastis, hal ini menyebabkan permintaan akan mata uang dalam negeri
menurun, sehingga akan menyebabkan mata uang dalam negeri terdepresiasi.
3. Perubahan tingkat harga keseluruhan Perubahan harga terjadi tidak hanya dari produk
ekspor atau impor tetapi dari seluruh harga barang pada suatu negara, hal ini
menyebabkan inflasi. Jika terjadi perubahan tingkat harga pada suatu negara, maka inflasi
akan mendorong harga barang-barang di negara tersebut menjadi lebih mahal
dibandingkan harga barang di negara lain. Hal ini menyebabkan harga akan barang-
barang dalam negeri akan melonjak naik, sedangkan harga barangbarang luar negeri yang
masuk ke pasar domestik akan lebih murah dan menjadi pilihan menarik bagi konsumen.
Hal ini menyebabkan tingkat penurunan permintaan mata uang domestik dan kenaikan
permintaan akan mata uang asing sehingga nilai tukar mata uang domestik akan melemah
atau terdepresiasi.
4. Arus modal Peningkatan arus modal dapat mempengaruhi nilai tukar, karena arus dana
investasi mengakibatkan apresiasi nilai mata uang negara pengimpor modal dan
mengakibatkan depresiasi nilai mata uang negara pengekspor modal. Hal di atas berlaku
baik dalam modal jangka pendek maupun jangka panjang, dan didorong oleh motif
investor itu sendiri. Pada arus modal jangka pendek motif investor biasanya dipengaruhi
oleh tingkat suku bunga dan spekulasi tentang nilai tukar mata uang suatu negara.
Sedangkan untuk arus modal jangka 14 panjang motif investor lebih dipengaruhi oleh
harapan jangka panjang mengenai peluang keuntungan di suatu negara serta nilai jangka
panjang mata uangnya.
5. Perubahan-perubahan struktural Perubahan struktural sendiri merupakan perubahan
pada struktur biaya, penemuan produk baru, atau hal lain yang dapat mempengaruhi
keunggulan komparatif dari suatu negara.

B. Perubahan Struktur Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi suatu negara secara


berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai proses kenaikkan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikkan pendapatan nasional.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Struktur perekonomian adalah susunan elemen-elemen yang ada dalam suatu negara yang
berfungsi untuk mengatur rumah tangga suatu negara yang mana didalamnya terdiri dari :
sistem perekonomian, rumah tangga, perusahaan, pemerintah, pasar input dan pasar
output. Semua komponen-komponen tersebut mempunyai kegiatan ekonomi yang
berbeda. Elemen- elemen dari suatu perekonomian terdiri dari pasar input (faktor
produksi), pasar output (barang dan jasa), rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan
sistem ekonomi. Elemen-elemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yang
merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi layaknya struktur organisasi.
Struktur perekonomian juga memperlihatkan satuan-satuan perekonomian, hubungan-
hubungan dan saluran-saluran wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam suatu
perekonomian. Didalam teori-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat
ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas dari faktor-faktor produksi, seperti sumber daya
manusia, kapital, teknologi, bahan baku, entrepreneurship, dan energi
(Tambunan,2000:76).
Akan tetapi, faktor penentu tersebut untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, bukan
pertumbuhan jangka pendek. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia
lebih ditentukan oleh 15 faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal
dapat dibedakan lagi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor nonekonomi,
khususnya politik dan sosial.
Sedangkan faktor-faktor eksternal didominasi oleh faktor-faktor ekonomi, seperti
perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.
1. Faktor Internal Tidak dapat diingkari bahwa penyebab utama berubahnya krisis rupiah
menjadi suatu krisis ekonomi paling besar yang pernah dialami Indonesia pada tahun
1998 lalu adalah karena buruknya fundamental ekonomi nasional, sedangkan lambatnya
proses pemulihan ekonomi nasional selama dua tahun belakangan ini lebih disebabkan
oleh kondisi politik, sosial, dan keamanan di dalam negeri yang kenyataannya sejak
reformasi dicetuskan Mei 1998 lalu hingga saat ini semakin buruk. Selama tahun 2000
fundamental ekonomi mengalami perbaikan nyata, walaupun lajunya lambat sehingga
masih jauh dari kondisi yang baik atau kuat. Sebagai contoh, perkembangan tingkat
inflasi selama tahun 1998-2000 memang menunjukkan adanya perbaikan, laju
pertumbuhan ekonomi sudah kembali positif walaupun masih lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan rata-rata per tahun selama dekade 1980-an hingga pertengahan dekade
1990-an, dan cadangan devisa meningkat terus yang sebagian kecil bersumber dari hasil
ekspor dan sisanya dari pinjaman luar negeri terhadap PDB dan ketergantungan ekonomi
nasional terhadap impor masih tinggi, bahkan cenderung meningkat. Juga sektor
perbankan dan sektor riil, khususnya industri manufaktur dan konstruksi, masih belum
pulih benar. Pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lambat dikarenakan proses perbaikan
fundamental ekonomi nasional tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yang
memadai, penyelesaian konflik sosial, serta kepastian hokum. Faktor-faktor nonekonomi
ini merupakan aspek-aspek penting dalam menentukan tingkat risiko yang terdapat
didalam suatu Negara yang menjadi dasar keputusan bagi pelaku-pelaku bisnis,
khususnya asing, untuk melakukan usaha di Negara tersebut. Ketidakstabilan politik dan
konflik sosial, baik horizontal maupun vertical, yang terus berlangsung dan tidak ada
tanda-tanda bahwa akan membaik pada tahun 2001 serta ditambah lagi dengan tidak
adanya rasa aman membuat tingkat country risk Indonesia semakin tinggi. Perkembangan
yang tidak menentu seperti ini menjadi penghalang utama pertumbuhan investasi di
Indonesia. Padahal, investasi, khususnya penanaman modal jangka panjang (PMA),
merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang, terutama untuk sektor-
sektor ekonomi yang secara potensial bisa sangat produktif dan bisa diandalkan sebagai
sumber devisa yang saat ini masih mengalami kelesuan, seperti industri manufaktur,
pertanian dan pariwisata. Data BPS menunjukkan bahwa sejak pemulihan ekonomi
hingga saat ini pemngeluaran konsumsi, khususnya rumah tangga, masih merupakan
sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sampai dengan triwulan kedua tahun
2000, nilai pengeluaran konsumsi mencapai Rp 76,3 triliun yang didominasi oleh
pengeluaran konsumsi rumah tangga yang hampir mencapai Rp 69 triliun. untuk jangka
pendek hal ini tidak menjadi masalah bila sumber utama pertumbuhan PDB berasal dari
pengeluaran konsumsi. Namun, untuk jangka panjang perlu investasi untuk peningkatan
kapasitas produksi ekonomi di dalam negeri untuk periode berikutnya. Angka persetujuan
investasi, baik usulan penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam
negeri (PMDN) , menunjukkan bahwa minat sektor swasta melakukan investasi di dalam
negeri cenderung menurun. Sejak januari 2000 pemerintah telah memberikan persetujuan
PMA sebanyak 536 proyek senilai 2,1 miliar dolar AS serta usulan proyek PMDN
sebanyak 117 dengan nilai Rp 11,7 triliun. Selama tahun 1999 jumlah proyek yang
disetujui untuk PMA adalah 1.164 proyek senilai senilai 10.890;6 juta dolar AS dan
PMDN sebanyak 237 proyek senilai Rp 53.550 miliar. Dengan tingginya country risk di
Indonesia, diperkirakan arus investasi asing kedalam negeri cenderung menurun. Pada
saat awal krisis, investasi langsung asing masih memiliki nilai neto positif sebesar 1,8
miliar dolar AS. Dalam dua tahun belakangan ini, nilai ini merosot drastis mencapai
angka negatif sebesar 2,2 miliar dolar AS. Selain menurunnya arus investasi dari luar,
juga terjadi pelarian modal keluar negeri 17 yang biasanya merupakan tanda-tanda yang
paling meyakinkan akan adanya peningkatan risiko politik. Indef memperkirakan
besarnya devisa ekspor yang ditahan diluar negeri dengan jumlah kumlatifnya mencapai
80 miliar dolar AS yang keluar sejak masa krisis.
2. Faktor Eksternal Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia
merupakan faktor eksternal yang sangat penting untuk mendukung pemulihan ekonomi di
Indonesia. Kondisi ini penting karena sangat berpengaruh terhadap prospek pertumbuhan
ekspor dan investasi asing didalam negeri. Apabila perekonomian Negara-negara mitra
dagang Indonesia mengalami kelesuan, terutama jepang, amerika serikat, eropa barat, dan
Australia, akan mempersulit Indonesia dalam proses pemulihannya. Selama ini
Negaranegara tersebut merupakan mitra Indonesia yang sangat penting dalam
perdagangan, investasi, dan pinjaman atau bantuan luar negeri. Pemulihan ekonomi yang
pesat di Korea Selatan, Thailand, dan Filipina yang juga dilanda krisis pada tahun
1997/1998 lalu mulai lesu kembali pada tahun 2001. penyebabnya, selain masih
lemahnya kondisi sektor perbankan dan membengkaknya beban utang pemerintahnya
dalam tiga tahun terakhir, juga karena melemahnya permintaan pasar di amerika selatan
terhadap ekspor negara tersebut. Dampak lesunya perekonomian negaranegara tersbut
terhadap perekonomian Indonesia terutama sangat tergantung pada besarnya rasio relatif
ekspor-impor negara tersebut selama ini dengan Indonesia.
3. Perubahan Struktur Ekonomi Perubahan ekonomi dalam periode jangka panjang,
mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar
dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama
ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri
manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output
dan pertumbuhan produktivitas ) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonomi (Weiss,1998). Ada kecenderungan atau dapat dilihat sebagai suatu hipotesis
bahwa semakin 18 tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang membuat
semakin tinggi atau semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita,
semakin cepat perubahan strktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu
lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi tersedia.
Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi
struktural dan dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait
satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri
ekspor dan impor), dan penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktorfaktor
produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery,1979).
4. Teori Arthur Lewis Teori ini pada dasarnya membahas proses pembangunan yang
terjadi di perkotaan dan pedesaan, proses urbanisasi, pola investasi dan sistem penetapan
upah di sektor modern. Artur Lewis mengasumsikan bahwa dalam perekonomian suatu
negara pada dasarnya terbagi menjadi dua struktur perekonomian sebagai berikut: -
Perekonomian tradisional Perekonomian tradisional umumnya terdapat pada daerah
pedesaan dimana tingkat produktivitasnya masih rendah dengan sumber tenaga kerja
yang tidak terbatas (surplus). Surplus tersebut berkaitan dengan basis perekonomian yang
tradisional dimana tingkat hidup masyarakat pada kondisi subsistem, akibat
perekenomian yang subsistem pula. Hal ini ditandai dengan nilai produk marginal dari
tenaga kerja yang bernilai nol, artinya fungsi produksi pada sektor pertanian telah sampai
pada tingkat berlakunya law of diminishing return. Kondisi ini menunjukkan bahwa
penambahan input variabel (dalam hal ini tenaga kerja) justru akan menurunkan total
produksi yang ada. - Perekonomian modern Perekonomian modern umumnya terdapat di
daerah perkotaan, dimana sektor yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri
perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan,
termasuk tenaga kerja dan juga sebagai sumber akumulasi modal. Hal ini menyiratkan
bahwa nilai produk marginal terutama dari tenaga kerja bernilai positif sehingga fungsi
produksi belum berada pada tingkat optimal.
Dengan demikian industri perkotaan masih menyediakan lapangan pekerjaan dan para
pekerja dari pedesaan dapat memperoleh pekerjaan tersebut dengan jalan urbanisasi.
Pengkajian permasalahan diatas didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Perekonomian tertutup, tidak ada perdagangan internasional dan tidak ada modal asing
b. Tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi yang bisa disesuaikan
c. Terdapat perubahan teknologi di sektor pertanian dan sektor industri
d. Hanya pemilik modal yang mampu menabung dan investasi
e. Terdapat pengangguran tidak kentara di sektor pertanian dimana sektor tenaga kerja
menerima upah subsistem dan tabungan nol
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran aspek dinamis dari suatu
perekonomian , yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian itu berkembang atau dari
waktu ke waktu, sehingga dapat mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di suatu negara
(Lincolin Arsyad ; 2010).
Pertumbuhan ekonomi sangat berkaitan dengan kenaikan output perkapita selain itu juga
berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, jadi output kenaikan
perkapita harus dianalisa dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu
pihak atau jumlah penduduk di pihak lain. Ekonom berpendapat bahwa adanya
kecenderungan kenaikan bagi output perkapita saja tidak cukup, tapi kenaikan output
harus bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Proses pertumbuhan ekonomi
harus menghasilkan kekuatan bagi timbulnya untuk pertumbuhan ekonomi dari periode
ke periode selanjutnya.
2.1 Kurva Pertumbuhan Ekonomi
Gambaran dari kurva Kuznet bahwa pada tahap awal pembangunan masyarakat
lebih tertarik misalnya pada mengonsumsi makanan dari pada lingkungan yang bersih.
Pada masyarakat dengan pendapatan rendah hanya mampu untuk melakukan konsumsi,
dan masyarakat terlalu miskin untuk mampu membayar penurunan pencemaran
lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan degradasi lingkungan meningkat/penurunan
kualitas lingkungan terjadi terus menerus. Pada dasarnya teori pertumbuhan ekonomi
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan modern.
Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisanya didasarkan pada kepercayaan akan 5
efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi klasik merupakan teori yang
dicetuskan oleh para ahli ekonomi yang hidup pada abad 18 hingga awal abad 20. Para
ekonom klasik tersebut antara lain Adam Smith, David Ricardo dan W.A Lewis. Teori
lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi modern.

2.2 Teori Ekonomi Klasik

Teori ekonomi klasik adalah sebuah pemikiran yang membahas mengenai


keadaan ekonomi yang benar-benar didesak oleh keadaan masyarakat zamannya.
Gagasan-gagasan Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus
menunjukkan bahwa para pemikir mazhab Klasik menganut pandangan yang luas tentang
kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat (Djojohadikusumo, 1994:27-35).
Teori ekonomi klasik timbul sebagai sintesis dari analisis Karl Marx yang meramal
kejatuhan sistem kapitalis yang bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah.
Meskipun seringkali terjadi silang pendapat mengenai satu pokok permasalahan namun
pada dasarnya para ekonom Mazhab ini mempunyai beberapa persepsi yang sama
mengenai tananan ekonomi masyarakat yaitu :
1. Kebijakan pasar bebas (laissez faire) merupakan “jiwa” bagi suatu perekonomian oleh
karena itu setiap individu maupun unit-unit usaha harus diberi kebebasan dalam
menjalankan kegiatan ekonominya.
2. Kegiatan ekonomi yang dilakukan atas dasar mekanisme pasar akan jauh lebih
bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan dari pada jika ada campur tangan
pemerintah didalamnya. Peran pemerintah hendaknya dibatasi pada bidang
hukum,pertahanan,pendidikan dan penyediaan jasa-jasa publik lainnya.
3. Memperoleh mekanisme tarik-menarik antara permintaan dan penawaran dipasar.
Menurut pandangan Klasik ada tiga syarat mutlak yang diperlukan guna mencapai
keserasian dalam kehidupan ekonomi dan kesejahteraan umum (economic harmony and
general welfare) yaitu spesialisasi,efisiensi serta pasar bebas (Lincolin Arsyad, 2010 ; 71)

2.3 Mahzab Historis

Jadi teori jenis ini berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi itu memiliki
tahapan-tahapan tertentu. Jadi untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal, harus
melewati tahapannya dari awal hingga akhir. Berikut penjelasan lebih dalamnya ya, gais!
A.Frederich List Menurut List, pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menurut kebiasaan
masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidupnya melalui tata cara produksi. Kurang
lebih pengelompokan ini terdiri atas 4, yakni:
1. Berburu dan mengembara (bergantung pada alam)
2. Beternak dan bertani
3. Bertani dan kerajinan
4. Kerajinan, industri, dan perniagaan
B. Werner Sombart Kalo menurut Werner, pertumbuhan ekonomi terjadi karena
masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideologi masyarakat. Kalo menurut Werner
ada 3 zaman nih gais, yaitu:
1. Zaman Perekonomian Tertutup, yaitu masyarakat masih terbatas dalam menghasilkan
barang dan dilakukan secara kekeluargaan.
2. Zaman Kerajinan dan Pertukaran, yaitu sudah ada pembagian kerja dalam masyarakat.
3. Zaman Kapitalis, yaitu ketika sudah ada pemilik modal
C. Walt Whitman Rostow Menurut Rostow, dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara
akan mengalami tahapan-tahapan berikut:
1. Tradisional, ekonomi didominasi sektor pertanian
2. Transisi (pre take-off), terjadi perubahan struktur tenaga kerja dari pertanian ke
industri
3. Lepas Landas (take-off), ketika hambatan dalam struktur sosial dan politik dapat
diatasi
4. Menuju Kematangan (drive to maturity), serikat buruh dan dagang semakin maju
5. Konsumsi Tinggi (high mass consumption), tenaga kerja didominasi tenaga kerja
terdidik dan penduduk di kota lebih besar dari desa.
Nah, teori yang diungkapkan Rostow ini merupakan teori yang memiliki tahapan paling
banyak loh, yakni memiliki 5 tahapan.
D. Bruno Hildebrand Bruno memiliki pandangan yang cukup unik nih dibanding tokoh
yang lain. Menurut Bruno, pertumbuhan ekonomi dimulai dari alat tukar-menukar yang
dilakukan masyarakat, yaitu:
1. Masa tukar-menukar barang (barter)
2. Masa tukar-menukar dengan uang (jual beli)
3. Masa tukar-menukar dengan kredit Karena memiliki pandangan seperti ini, bisa
dinyatakan bahwa Bruno memandang pertumbuhan ekonomi bukan dari segi produksi
atau konsumsi, melainkan dari segi distribusi, ya.
E. Karl Bucher Terakhir, Bucher mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu
negara didasarkan oleh hubungan konsumen dengan produsen.
Tahapan pada teori ini adalah:
1. Rumah Tangga Tertutup, masyarakat hanya memenuhi kebutuhan kelompoknya
sendiri.
2. Rumah Tangga Kota, sudah muncul hubungan dagang antar desa dan desa dengan
kota.
3. Rumah Tangga Bangsa/Kemasyarakatan, perdagangan antar kota akan membentuk
satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran dagang dalam negara.
4. Rumah Tangga Dunia , yaitu masa dimana perdagangan telah melewati masa-masa
negara, seperti saat ini.

2.4 Mazhab Klasik

Gagasan-gagasan Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus


menunjukkan bahwa para pemikir mazhab Klasik menganut pandangan yang luas tentang
kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat (Djojohadikusumo, 1994: 27-35).
Mereka menempatkan fenomena ekonomi dalam suatu sistem ekonomi masyarakat
secara menyeluruh. Lagi pula pengamatannya tentang perkembangan ekonomi biasanya
menjangkau jangka waktu yang cukup panjang. Kerangka pemikiran dan pola pendekatan
para pakar mazhab Klasik tentang fenomena ekonomi dalam proses perkembangannya
ditandai oleh sejumlah pangkal dalil yang memang masih bersifat sederhana; bahkan
dengan ukuran zaman sekarang mungkin sekali dianggap terlalu sederhana
(oversimplified). Perhatiannya ditujukan kepada perkembangan ekonomi sebagaimana
hal itu berlangsung pada masyarakat di negara-negara yang sudah maju. Negara-negara
dimaksud sudah mempunyai landasan industri sehingga perekonomiannya berlangsung
dalam bentuk produksi yang dapat diskemakan dan menghasilkan pendapatan yang
meningkat. Sistem analisis para pemikir dalam mazhab Klasik didasarkan atas asumsi
bahwa seakan-akan perkembangan ekonomi berjalan dalam keadaan pasar bebas dengan
persaingan yang sempurna tanpa adanya unsur monopoli. Walaupun mempunyai
pandangan dan haluan pemikiran yang mengandung banyak persamaan, tentu saja para
pemikir mazhab Klasik ini mempunyai perbedaan dalam hal pendekatan maupun model
kajiannya.
1.Adam Smith
Adam Smith sering kali disebut sebagai “bapak” dari ilmu ekonomi modern. Dia
sebenarnya lebih dikenal dengan Teori Nilai yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor
yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Dalam bukunya yang monumental “An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”, dapat dilihat tema
pokoknya mengenai bagaimana perekonomian kapitalis tumbuh. Dalam buku tersebut,
teori pertumbuhan ekonomi untuk pertama kalinya diungkapkan secara panjang lebar dan
sistematis. Oleh karena itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari
pengkajian masalah pertumbuhan ekonomi secara sistematis.
Pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith di bagi menjadi 5 tahapan yang berurutan,
yaitu dimulai dari tahap perburuan, tahap beternak, tahap bercocok tanam, tahap
perdagangan dan yang terakhir adalah tahap perindustrian.
Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat
modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu
dengan adanya sistem pembagian kerja antarpelaku ekonomi (Kuncoro, 1997: 38- 41)
Pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori Adam Smith, dalam
upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Terciptanya spesialisasi dari tiap-tiap pelaku ekonomi ini didorong oleh faktorfaktor :
(1) peningkatan keterampilan pekerja, dan
2) penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap
pembangunan ekonomi telah menuju ke sistem perekonomian modern yang kapitalistik.
Meningkatnya kompleksitas aktivitas ekonomi dan pola produksi disertai peningkatan
kebutuhan hidup di masyarakat, mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi memenuhi
semua kebutuhan mereka secara sendiri, namun lebih ditekankan pada keahlian tertentu
untuk menggeluti bidang tertentu. Secara garis besar, pemikiran Adam Smith bertumpu
pada akselerasi sistem produksi suatu negara.
Sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu (Budiono,1992:7-8)4
a.Sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah);
b.Sumber daya manusia (jumlah penduduk);
c.Stok barang kapital yang ada. Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi
secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain.
Timbulnya peningkatan kinerja pada satu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi
pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan
memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin
pesat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus
tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya alam dan manusia.
Pertumbuhan ekonomi satu Negara akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung
alam dan keterampilan penduduk tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang
sedang berlangsung. Keterbatasan sumber daya merupakan faktor yang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, bahkan dalam perkembangannya hal tersebut justru
menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Penurunan pertumbuhan ekonomi akan terus terjadi dikarenakan mata rantai tabungan,
akumulasi modal, dan investasi tetap terjalin dan berkaitan erat satu sama lain. Jika
investasi rendah maka kemampuan menabung akan turun sehingga akumulasi modal akan
mengalami penurunan pula. Begitu pula, jika penduduk tidak memiliki keahlian yang
relevan untuk menjalan produksi maka laju investasi juga akan rendah dan akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Akhirnya kapitalisme dalam hal ini akan berada
pada kondisi stasioner, yaitu pada tingkat pertumbuhan sama dengan nol. Semua tahap
pembangunan di atas tidak lepas dari kondisi sosial pasar, yaitu bahwa semua pasar yang
dihadapi adalah persaingan sempurna antar pelaku pasar.
Persaingan sempurna mempunyai karakteristik :
a. Ada banyak penjual dan pembeli di pasar
b. Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen
c. Tidak ada kolusi antara penjual maupun pembeli
d.Semua sumber daya memiliki mobilitas sempurna
e. Baik pembeli maupun penjual memiliki informasi sempurna mengenai kondisi pasar
(Kuncoro 1997: 40-41)
Akan tetapi sayangnya, pasar persaingan sempurna pada dasarnya tidak pernah ada di
dunia. Suatu hal yang mustahil adalah bahwa perekonomian berada pada kondisi di mana
semua asumsi pasar persaingan sempurna berlaku. Asumsi pasar persaingan sempurna
pada kenyataannya tidak realistis karena setiap kondisi ekonomi daerah, aturan dan
kebijakan satu wilayah, kesiapan institusi ekonomi serta pola dan macam produksi
berbeda. Asumsi tersebut menjadi titik lemah dari teori pertumbuhan ekonomi Adam
Smith. Tetapi, meskipun demikian, teori pertumbuhan ini merupakan karya klasik dan
monumental pertama yang menjelaskan teori secara gamblang dan sistematis.

2.David Ricardo

Teori pertumbuhan Klasik mengalami perkembangan lebih pesat di tangan David


Ricardo. Pengembangan ini berupa penjabaran di mana model pertumbuhan menjadi
lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme
proses pertumbuhan itu sendiri. Namun, perlu ditekankan di sini bahwa garis besar dari
proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak
terlalu berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih
pada perpaduan antara laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. Kesimpulan
umumnya juga masih tetap sama yaitu bahwa dalam perpacuan tersebut penduduk lah
yang akhirnya mencapai posisi stasioner. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak
dapat bertambah sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan suatu masyarakat. Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat
analisis mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo yang terkenal itu)
dalam penjabaran mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas
dari sektor pertanian di antara sektorsektor lain dalam proses pertumbuhan.
Proses pertumbuhan yang digambarkan Ricardo ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Terbatasnya jumlah tanah, yang sangat susah untuk diperluas, sebagai faktor produksi.
b. Peningkatan atau penurunan ketersediaan tenaga kerja (penduduk) sesuai dengan
tingkat upah yaitu apakah di atas atau di bawah tingkat upah minimal, yang oleh Ricardo
disebut tingkat upah alamiah (natural wage).
c. Akumulasi kapital terjadi apabila keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik
mereka melakukan investasi meningkat.
d. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi.
e. Masih dominannya sektor pertanian dalam ekonomi keseluruhan
Ricardo menyimpulkan bahwa akhirnya the Law of Diminishing Return Yang akan
menang. Akhirnya keterbatasan faktor produksi tanah (yang dapat ditafsirkan sebagai
keterbatasan sumber-sumber alam) akan membatasi ekonomi suatu negara. Suatu negara
hanya dapat tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh ketersediaan sumber-sumber
alamnya.
Apabila potensi sumber-sumber alam ini telah dieksploitasi secara penuh maka
perekonomian mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri:
a. Tingkat output (GDP) konstan (berhenti berkembang)
b. Jumlah penduduk konstan (berhenti bertambah),
c. a) dan b) bersama-sama, yang berarti pendapatan per kapita konstan,
d. Tingkat upah berada pada tingkat upah alamiah (minimal),
e. Akumulasi kapital berhenti (stok kapital konstan), dan
f. Tingkat sewa tanah maksimal.

3. Thomas Robert Malthus

Dalam pandangan mazhab Klasik mengenai perkembangan ekonomi secara


umum, nampak adanya pengaruh dari gagasan Malthus tentang signifikasi masalah
pertambahan penduduk terhadap perkembangan ekonomi. Dengan demikian maka hal ini
perlu diperhatikan karena masalah penduduk mempunyai arti dan relevansi terhadap
perkembangan ekonomi. Menurut Malthus secara alamiah populasi akan terus mengalami
peningkatan lebih cepat daripada suplai makanan. Produksi makanan per kapita, tentu
saja akan mengalami penurunan, sementara populasi mengalami kenaikan. Malthus
berpendapat bahwa tidak menjadi jaminan kalau pertambahan penduduk secara
kuantitatif akan berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan. Malthus
membeberkan sejumlah faktor kendala terhadap kelangsungan pertumbuhan.
Bertambahnya jumlah penduduk secara kuantitatif sekali-kali tidak menjadi jaminan
bahwa pendapatan realnya juga akan meningkat dengan sepadan. Pertambahan penduduk
hanya mendukung pertumbuhan terhadap tata susunan ekonomi, apabila perkembangan
ekonomi dapat meningkatkan daya beli real (permintaan efektif) masyarakat secara
menyeluruh. Barulah, dalam keadaan demikian maka akan terlaksana akumulasi modal
sebagai ciri pokok dalam proses pertumbuhan, sekaligus juga akan menimbulkan
permintaan akan tenaga kerja. Kendala terhadap perkembangan tersebut oleh Malthus
diungkapkan dalam teorinya mengenai ketidakmampuan untuk berkonsumsi secara
memadai (theory of underconsumption).

4. Karl Marx

Pola pendekatan dinamika (pattern of dynamic approach) yang menyangkut


perkembangan masyarakat secara menyeluruh dalam jangka panjang, bukanlah cara
pandang yang baru timbul di zaman modern. Haluan pemikiran tersebut telah terkandung
di dalam gagasan-gagasan para pakar mazhab Klasik. Pola pendekatan demikian lebih
menonjol lagi dalam sistem pemikiran Karl Marx, yang dapat dianggap sebagai teori
dinamika yang paling komprehensif. Dalam hubungan itu, pandangan para pakar mazhab
Klasik dan Karl Marx dapat dimasukkan dalam kategori grand theories dan
kadangkadang, sebagai magnificent dynamics. Karl Marx menyoroti banyak aspek dalam
teorinya yang terkenal sebagai teori konflik. Dalam perspektif pertumbuhan ekonomi,
Marx menonjolkan pendeskripsian tentang perkembangan masyarakat dari polanya yang
sederhana hingga menjadi masyarakat yang berstruktur kompleks dan dengan pembagian
kerja yang ketat dalam masyarakat kapitalis. Sehubungan dengan ekonomi sebagai 13
pendorong kesadaran manusia, Marx mengungkapkan bahwa dalam produksi sosial,
manusia mulai memastikan kalau hubungan produksi sangat diperlukan dan terlepas dari
keinginan mereka. Hubungan produksi berkaitan dengan tingkatan perkembangan
kekuatan produksi material mereka. Sejumlah hubungan produksi ini merupakan struktur
ekonomi masyarakat dan menjadi landasan yang sesungguhnya. Di atas struktur ekonomi
masyarakat ini berdiri superstruktur hukum dan politik yang kesemuanya ini berpengaruh
terhadap bentuk kesadaran sosial. Modal produksi material mengondisikan proses sosial,
politik dan kehidupan intelektual secara umum. Hal ini berarti bukan kesadaran manusia
yang menentukan kehidupan, tetapi kenyataan sosial yang menentukan kesadaran
manusia (Preston,1996:66-71). Dalam gagasannya mengenai konsep materialisme
historis, Marx mengungkapkan bahwa aktivitas produktif manusia merupakan kunci
untuk menganalisis kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadi substansi masyarakat
kapitalis, yaitu bahwa seluruh masyarakat harus membuat diri mereka produktif dari
tahun ke tahun. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat terikat dalam
produksi yang bersifat materi. Para kapitalis merupakan pihak yang memiliki posisi tawar
tertinggi, sedangkan kaum buruh hanya dapat menjual tenaganya kepada majikan sebagai
satu input dalam proses produksi. Maka, terjadilah eksploitasi besar-besaran terhadap
kaum buruh. Pada masa itu modal merupakan kunci untuk mendapatkan pendapatan yang
lebih besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai
faktor produksi akan berusaha memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan
akumulasi modal yang diperolehnya.

5. Walt Whitman Rostow

Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow


merupakan garda depan dari linear stage of growth theory (teori linieritas) Pada dekade
1950-1960, teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli
ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow
didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negara-negara maju
terutama di Eropa. Dengan mengamati proses pembangunan di negara-negara Eropa dari
mulai abad pertengahan hingga abad modern maka kemudian Rostow memformulasikan
pola pembangunan yang akan menjadi tahap-tahap evolusi dari suatu perkembangan
ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara tersebut.
Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap, yaitu:
a. Tahap Perekonomian Tradisional;
b. Tahap Prakondisi Tinggal Landas;
c. Tahap Tinggal Landas; d.Tahap Menuju Kedewasaan; dan
e. Tahap Konsumsi Massa Tinggi.

2.5 Aliran Neo klasik

2.5.1 Neo Klasik Pendekatan


Neo-Klasik Kuno atau pemikiran golongan kanan muncul karena golongan ini
tidak setuju dengan terlampau banyaknya campur tangan pemerintah dalam kehidupan
sosial-ekonomi. Kritik utama mereka tujukan kepada praktek-praktek negara
kesejahteraan (welfare state) yang telah begitu banyak mengalokasikan belanja
pemerintah untuk kepentingan kesejahteraan sosial. Golongan pemikir ini
mengemukakan pemikiran agar sistem ekonomi suatu negara kembali ke sistem ekonomi
kapitalis abad ke-19 di mana kebebasan individu berjalan sepenuhnya, dan campur
tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi hendaklah seminimum mungkin. Tugas
utama pemerintah adalah mempertahankan keamanan dan ketertiban. Sistem ekonomi,
menurut pemikiran ini, hendaklah didasarkan sepenuhnya pada pemilikan individu atas
faktor-faktor produksi, mekanisme pasar dan persaingan bebas. Regulator utama dalam
kehidupan ekonomi adalah mekanisme pasar. Mekanisme pasarlah yang akan
menentukan optimalisasi alokasi sumber-sumber ekonomi, memecahkan kompleksitas
permasalahan ekonomi dan menghadapi ketidakpastian karena fluktuasi ekonomi. Sistem
mekanisme pasar yang akan diatur oleh persepsi individu mengenai gejala-gejala dan
pengetahuan para individu dengan sendirinya akan dapat memecahkan kompleksitas dan
ketidakpastian ekonomi sehingga mekanisme pasar dapat menjadi alat untuk
memecahkan masalah sosial. Pengetahuan para individu untuk memecahkan persoalan
masyarakat tidak perlu ditransmisikan dan dipecahkan melalui lembaga-lembaga
kemasyarakatan (Arif, 1998: 36- 37). Pemikiran ini menganggap bahwa masyarakat
terdiri dari penjumlahan bagianbagian masyarakat itu. Atau dengan perkataan lain,
masyarakat terdiri dari para individu sehingga segala sesuatu yang terbaik, menurut
pendapat individu, merupakan segala sesuatu yang terbaik untuk masyarakat secara
keseluruhan. Kontrak-kontrak individu yang dilaksanakan di dalam masyarakat, menurut
pandangan golongan pemikiran ini, akan dengan sendirinya menghasilkan keadilan
sosial, asal saja kontrak-kontrak itu dilaksanakan dalam suasana kebebasan memilih.
Milton Friedman seorang tokoh pemikiran ini mengungkapkan bahwa atas dasar
kebebasan memilih, seorang calon pekerja tidak akan dapat ditekan oleh seorang majikan
tertentu oleh karena calon pekerja ini dapat bebas memilih untuk bekerja dengan majikan
lainnya yang memberikan kondisi kerja yang lebih baik kepada dirinya. Friedman
melupakan satu hal penting, bahwa di negara-negara berkembang dengan kelembagaan
masyarakat yang lemah dan pincang, kelompok yang lemah dalam masyarakat tidak
dapat melakukan apa yang disebut dengan kebebasan memilih. Sebagai akibat dari
penitikberatan kepada kebebasan memilih (freedom of choice) maka pendukung
pemikiran ini tidak mempersoalkan masalah ketimpangan distribusi pendapatan dalam
masyarakat. Pertumbuhan konglomerasi dan bentuk-bentuk unit usaha merger dan
pencaplokan perusahaan-perusahaan kecil semata-mata dianggap sebagai manifestasi dari
kegiatan individu atas dasar kebebasan memilih dan persaingan bebas. Efek sosial yang
ditimbulkan oleh konsentrasi kekuasaan ekonomi pada segelintir kelompok kuat tidak
dipersoalkan oleh penganut paham neo-klasik kuno. Demokrasi ekonomi tidak
mengambil tempat di dalam pemikiran neoklasik kuno ini karena kebebasan individu dan
kekayaan menjadi titik tolak paham ini Penganut pemikiran neoklasik kuno ini
memandang bahwa sistem demokrasi politik diperlukan sepanjang sistem demokrasi
politik ini tidak menghalangi manifestasi kebebasan individu. Menurut pemikiran ini,
demokrasi bukanlah merupakan tujuan tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai
tujuan yaitu memaksimumkan kemerdekaan individu. Konsep demokrasi politik menurut
pemikiran ini adalah sistem politik yang menjamin terlaksananya kebebasan individu
dalam melakukan pilihan-pilihan dalam transaksi pasar dan yang menjamin tidak adanya
kekerasan politik terbuka (over political coercion), dan bukan sistem politik yang
menjamin aspirasi pluralistik serta partisipasi luas anggota masyarakat dalam keputusan
politik. Golongan neo klasik kuno ini lebih menyukai suatu sistem demokrasi politik
dengan yang oligarkis oleh karena sistem demokrasi politik dengan partisipasi luas akan
menampung begitu banyak tuntutan sosial sehingga mengundang campur tangan
pemerintah dalam kehidupan ekonomi.
Golongan kanan baru tidak menginginkan demokrasi politik yang terlampau luas. Malah,
seorang tokoh golongan neo klasik kuno William Niskanen mengemukakan bahwa
pemerintah yang terlampau banyak mengutamakan kepentingan rakyat banyak adalah
pemerintah yang tidak diinginkan dan tidak akan stabil. Bila memang diperlukan atau
jika terjadi konflik antara demokrasi dengan pengembangan usaha yang kapitalistik maka
golongan kanan baru memilih untuk mengorbankan demokrasi.

2.5.2 Kritik atas Pemikiran Neo-Klasik

Pemikiran neoklasik mengundang berbagai reaksi dan kritik dari para ahli
ekonomi. Kritik atas pemikiran neoklasik kuno dapat diuraikan dalam dua bentuk pokok.
Pertama, pendekatan atomistik mengenai masyarakat yang menganggap bahwa sistem
terdiri dari para individu sehingga yang terbaik untuk individu menjadi yang terbaik
untuk masyarakat jelas tidak didasarkan pada konsep masyarakat sebagai suatu sistem
sosial. Kedua, kebebasan memilih oleh para individu di masyarakat negara berkembang
dalam situasi kelembagaan masyarakat yang pincang tidak dapat dilakukan oleh pihak-
pihak yang lemah.
Berikut akan diuraikan tokoh-tokoh yang memberikan kritik atas pemikiran Neo
Klasik

A. Nicholas Kaldor

Kalor tidak seluruhnya menolak pemikiran neo-klasik, tetapi hanya beberapa


aspek tertentu saja. Kaldor mencetuskan pemikiran bahwa asumsi yang dianut dalam
pemikiran neoklasik mengenai akan timbulnya keseimbangan umum (general
equilibrium) dalam proses ekonomi melalui kekuatan pasar adalah suatu kondisi yang
tidak realistis. Juga yang menyangkut asumsi mengenai proses produksi yang bersifat
constant returns to scale. Menurut Kaldor, proses produksi yang menunjukkan sifat
increasing returns to scale terdapat dalam kenyataan proses ekonomi dalam konteks
situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) yang timbul secara endogenous dalam
sistem ekonomi. Menurut Kaldor, pemikiran neo-klasik secara berlebihan
menekankan betapa pentingnya peranan harga yang terbentuk di pasar bebas, sebagai
petunjuk dalam penentuan tingkat output dalam pengertian alokasi sumber-sumber
ekonomi. Secara makro, Kaldor membuat proposisi bahwa perusahaan mempunyai
tujuan lain selain tujuan untuk memaksimumkan keuntungan, yang mana penentunya
dalam proses produksi ditunjukkan oleh adanya kesamaan antara biaya batas
(marginal cost) dengan penghasilan batas (marginal revenue), seperti yang
diformulasikan dalam pemikiran neoklasik.

B. Ian Livingstone

Menunjukkan berbagai bentuk di mana logika dinamis yang melatarbelakangi


skala ekonomi akan menimbulkan implikasi bagi formulasi kebijakan pembangunan.
Implikasi kebijakan pembangunan ini berkaitan dengan kekuatan monopoli yang
muncul dan penetrasi perusahaan-perusahaan multinasional dalam ekonomi negara-
negara berkembang, memanfaatkan skala ekonomi di pasar internasional. Kaldor dan
Livingstone beranggapan bahwa dalam jangka panjang asumsi dasar pemikiran
neoklasik mengenai sistem ekonomi tidak dapat dianggap akan menghasilkan
keseimbangan dan memaksimumkan kesejahteraan rakyat (welfare-maximizing
equilibrium).

C. Amartya Sen

Proposisi pemikiran neo-klasik yang mengantisipasi bahwa akan terjadi proses


tetesan ke bawah dalam proses pembangunan ternyata tidak menjadi kenyataan. Yang
terjadi adalah kenyataan kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang bertambah
lebar, di mana peningkatan pendapatan golongan yang menguasai sumber-sumber
ekonomi jauh melebihi golongan penduduk lemah. Berdasarkan kenyataan ini, Sen
berpendapat bahwa definisi perkembangan ekonomi tidak hanya mengandung
pengertian peningkatan pendapatan per kapita, tetapi juga meningkatnya kapabilitas
rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber
ekonomi di kalangan rakyat. Sen mengembangkan indikator-indikator pembangunan
yang dikenal dengan Indeks Sen di tahun 1976. Indeks Sen diformulasikan dengan
mencakup pendapatan per kapita riil dan sekaligus indikator ketidakmerataan. Indeks
pembangunan ini secara eksplisit mengandung indikator pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, indikator pemerataan pendapatan, serta indikator tingkat pengangguran
(terbuka dan terselubung).

D. Chakravarty Chakravarty

Memformulasikan pertumbuhan pendapatan per kapita, distribusi pendapatan


yang adil, dan peningkatan kemampuan rakyat untuk berkreasi sebagai unsurunsur
pokok dalam definisi perkembangan ekonomi. Terjadinya peningkatan kualitas
keseluruhan sistem sosial yang mencakup ekonomi, politik dan struktur sosial yang
merefleksikan keadilan sosial dan partisipasi rakyat secara demokratis merupakan
ciri-ciri pokok dalam definisi perkembangan ekonomi.

E. Dennis Goulet Goulet

Mengemukakan dua nilai inti emansipasi kemanusiaan (corevalues of human 18


development) yaitu harga diri dan kebebasan, di mana dua nilai inti ini harus ada
dalam definisi perkembangan ekonomi. Goulet merinci kedua inti nilai kemanusiaan
ini. Harga diri diperlukan untuk menimbulkan respek seseorang terhadap orang lain,
atau respek suatu bangsa terhadap bangsa lain. Kebebasan mencakup kebebasan dari
ketakutan, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan dari kebodohan dan
kebebasan dari ketergantungan, baik dalam hubungan sesama manusia atau
sekelompok manusia maupun dalam konteks antargangsa. Kebebasan akan
menimbulkan kemampuan untuk mengadakan pilihan secara merdeka.

A. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Konvensional dan Syariah Islam

1. Ekonomi Syariah Islam

Ekonomi Islam telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW sejak abad ke-7
ketika nabi melakukan transaksi tanpa riba, Gharar, Qimar, Ihtikar. Transaksi yang
dilakukan nabi berupa akad Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah.
Transaksi ini sudah dilakukan nabi dan diajarkan pada umatnya. Ekonomi Islam
adalah kumpulan dasar-dasar umum tentang ekonomi dari Al-qur’an dan Sunnah.
Hakikat ekonomi Islam merupakan penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi di
masyarakat. Dikatakan ekonomi islam atau ekonomi syariah karena berbasis pada
aturan dan cara islam. baik dalam hal teknis, sistem kerja dan dalam menyikapi
permasalahan yang muncul. Perbedaan ekonomi islam dan konvensional bisa ditinjau
dari kepentingan. Misalnya ditinjau dari tujuannya, maka ekonomi islam atau
ekonomi syariah lebih mengutakan untuk mencapai tujuan yang baik untuk urusan di
dunia, tetapi juga baik untuk di akhirat. Misalnya terkait masalah riba, maka dalam
ekonomi islam di tiadakan istilah riba.
Penerapan sistem ekonomi Islam pada suatu negara, bertujuan untuk:
 Pertama, membumikan syariah Islam dalam sistem ekonomi, pada suatu
negara secara kaffah.
 Kedua, membebaskan masyarakat Muslim dari belenggu barat yang
menganut sistem ekonomi komunis serta mengakhiri keterbelakangan
ekonomi negara-negara Muslim.
 Ketiga, menghidupkan nilai-nilai Islam dalam seluruh kegiatan ekonomi
dan menyelamatkan moral umat dari paham matrealisme-hedonisme.
 Keempat, menegakkan bangunan ekonomi yang mewujudkan persatuan
dan solidaritas negara-negara Muslim salam datu ikatan Islam.
 Kelima, tujuan akhir dari penerapan ekonomi Islam adalah mewujudkan
kesejahteraan secara umum.
Kesejahteraan dalam kehidupan Ekonomi dapat dicapai dengan penerapan prinsip
keadilankapitalis dan timur yang menganut sistem ekonomi. Sehingga mampu
mencapai kesejahteraan dan keadilan bagi rakat secara umum. Sumber perekonomian
islam mengacu pada Al-quran dan hadist. Di mana ada aturan dalam menjalankan
roda perekonomian. Dimana ada aturan dalam peminjaman uang, atau sekedar
mengatur tentang hukum riba dalam sudut pandang islam. karena di Al-quran dan
hadist juga akan diberi penjelasan jika melanggar, maka akan menerima sanksi di
akhirat nanti. Di dasarkan pada kepemilikannya, maka ekonomi islam menetapkan
bahwa sumber kepemilikan kekayaan yang dimiliki individu adalah milik Allah,
manusia hanya bersifat dititipi sementara. Itu sebabnya dalam pembagian hasil
berdasarkan pada pengambilan keuntungan dari prosentase pendapatannya saja.
Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif Islam harus memasukkan aspek aksiologis
(nilai, moral) agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya diorientasikan kepada
kesejahteraan materi saja melainkan memasukkan juga aspek ruhaniyah.

2. Ekonomi Konvensional

Perekonomian konvensional adalah ilmu yang mempelajari perekonomian yang


menekankan pada kebebasan dan menggunakan sistem perekonomian berbasis pada
era global. Perbedaan ekonomi islam dan konvensional jelas saja berbeda. Dilihat dari
segi tujuannya, ekonomi konvensional bertujuan untuk mementingkan dan meraup
keuntungan sebesar-besarnyang yang sifatnya keduniawian. Tujuan lainnya adalah
mencapai kesejahteraan individu itu sendiri. Memang berbeda jauh dengan ekonomi
islam. sumber ekonomi konvensional mengacu pada hal-hal yang sifatnya positivicti.
Bagaimana jika ditinjau dari kepemilikannya, apakah perbedaan ekonomi islam dan
konvensional sama? tentu saja berbeda. Pada ekonomi konvensional, kepemilikan
hanya untuk pribadi yang dibabaskan untuk memiliki semua kekayaan yang
diperolehnya saja. Sedangkan dari segi pengambilan hasil, bisa di dapatkan dari
bunga dari pengambilan keuntungan dari prosentase modal.
Konvensional dalam Kapitalisme memiliki lima ciri yang menonjol, antara lain:
pertama, Ekspensi38 kekayaan dipercepat, dan produksi maksimal serta pemenuhan
keinginan secara individual merupakan kesejahteraan bagi manusia. Kedua,
Kebebasan individu bagi kepentingan diri sendiri dan pengelolaan kekayaan pribadi
merupakan hal yang sangat penting bagi inisiatif individu. Ketiga, Inisiatif individual
ditambah dengan pembuatan keputusan dalam suatu pasar kompetitif sabagai syarat
untuk mewujudkan efesiensi optimum dalam alokasi sumber daya. Keempat, Peran
pemerintah dan penilaian kolektif tidak diakui, baik dalam efesiensi alokasi maupun
pemerataan distribusi. Kelima, Melayani kepentingan diri sendiri oleh setiap individu
secara otomatis melayani kepentingan sosial kolektif
Dalam pandangan ekonomi konvensional, pertumbuhan ekonomi secara garis besar
ditujukan untuk kesejahteraan materi, yang itu hanya berdimensi jangka pendek, atau
dengan ungkapan lain hanya untuk kesejahteraan duniawi tanpa diimbangi dengan
tujuan ukhrawi.
3. Perbedaan Prinsip dalam Ekonomi Islam dan Konvensional

Selain beberapa yang disinggung di atas. ada perbedaan yang paling mendasar.
Salah satunya perbedaan prinsip. Jika ekonomi konvensional berprinsip pada konsep
scarcity sedangkan ekonomi islam berprinsip pada Goal oriented disiplin.
Konsep scarcity adalah konsep yang menekankan pada mempelajari perilaku manusia
dalam menyikapi kelangkaan. Dengan kata lain, konsep ini membebaskan seseorang
untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara maksimal untuk mencapai
tujuan mereka. sedangkan goal oriented diciplin lebih luas lagi, di sana tidak hanya
mempelajari cara mengalokasikan sumber daya secara maksimal, tetapi juga
mempelajari tujuan. Tujuan di dunia dan di akhirat.

4. Perbedaan Mekanisme Pasar Ekonomi Islam dan Konvensional

Dari segi mekanisme, tentu saja berbeda jauh. Jika ekonomi konvensional
menggunakan mekanisme bebas keluar masuk pasar tanpa intervensi. Padahal jika
pasar tidak di atur, dan dibiarkan bebas, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam
penawaran dan stok barang. Salah satu contoh konkrit adalah masalah masker akibat
virus corona. Banyak terjadi penimbunan barang sekaligus terjadi lonjakan harga
yang fantastis tinggi. Berbeda mekanisme pasar pada ekonomi islam, dimana ia
meyakini adannya invisible hand yang mencoba untuk mengefisiensikan pasar. Jadi
ekonomi islam mempertimbangkan proses produksi dan distribusi barangjasa.
Menjadikan pemerintah sebagai unit ekonomi yang berdampingan dengan unit
ekonomi lain, demi menjaga kestabilan.

5. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional Pada Distribusi Kekayaan

Perbedaan kedua jenis ekonomi ini juga dapat dilihat dari perbedaan distribusi
kekayaan. Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa terjadi dua perbedaan ang
cukup jauh diantara keduannya. Pada ekonomi konvensional, prinsipna mendapatkan
keuntungan dan kekayaan sebesar-besarnya. Lebih condong ke kapitalis, dimana
kekayaan hanya berpihak pada pemilik modal yang paling besar. Sedangkan pada
ekonomi islam pemerataan kekayaan harta atau semacamnya. Salah satu bentuknya
dengan mekanisme zakat, sedekah, infaq atau waqaf.

6. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional Pada Perolehan Keuntungan

Perbedaan yang paling menonjol yang lain dari segi perolehan keuntungan. Pada
ekonomi konvensional, justru seolah menekan seseorang jika ingin mendapatkan
keuntungan. Prinsip yang digunakan pun menggunakan time value of money, dimana
nilai uang saat ini lebih tinggi dibandingkan nilai uang dimasa datang.
Time value of money dalam bahasa umum lebih akrab di kenal dengan bunga.
Masyarakat yang meminjam hutan pun akan dikenai bunga tinggi. Bunga yang tinggi
tentu saja akan semakin mencekik bagi mereka. sedangkan mereka yang memiliki
saldo tinggi, mereka pun akan mendapatkan bunga tersebut. alih-alih uang hilang,
justru bertambah. Dari ini saja sudah dapat dilihat potensi kesenjangan kekayaan pun
akan semakin tampak. Berlau sebaliknya, perolehan keuntungan pada ekonomi islam
dihitung ketika terjadi transaksi bisnis, maka akan terjadi pembagian keuntungan dari
bisnis tersebut. sehingga terjadi keseimbangan antara usaha dan tindakan. Tidak ada
istilah bunga, yang sifatnya merugikan bagi mereka yang meminjam uang di bank
dan semacamnya.
Berbeda dengan pandangan ilmu ekonomi konvensional, ilmu ekonomi Islam
memandang pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan materi manusia tanpa memandang ras, agama, dan bangsa. Lebih dari
itu, ilmu ekonomi Islam mempunyai orientasi ganda dalam hal ekonomi yaitu
kesejahteraan materi (duniawi) dan kepuasan batin (ukhrawi).

B. Kesejahteraan di Ekonomi Syariah Islam dan Konvensional

Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam adalah kesejahteraan secara


menyeluruh,yaitu kesejahteraan secara material maupun secara spiritual. Konsep
kesejahteraan dalam ekonomi Islam tidak hanya diukur berdasarkan nilai ekonomi saja,
tetapi juga mencakup nilai moral, spiritual, dan juga nilai sosial. Sehingga kesejahteraan
berdasarkan Islam mempunyai konsep yang lebih mendalam.
Kesejahteraan hidup seseorang pada realitasnya memiliki banyak indikator yang dapat
diukur. Pengukuran tingkat kesejahteraan seseorang juga sering mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Pada tahun 1950-an kesejahteraan diukur dari aspek fisik seperti
berat badan, tinggi, dan gizi, harapan hidup serta income. Pada tahun 1980-an terjadi
perubahan dimana kesejahteraan diukur dari income, tenaga kerja dan hak-hak sipil. Pada
tahun 1990-an terjadi perubahan lagi, Mahbub Ul-Haq merumuskan ukuran kesejahteraan
dengan Human Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi
ditekankan pada aspek ekonomi saja, tetapi juga pada aspek kualitas sosial individu. HDI
merupakan gabungan dari tiga komponen, yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan,
dan indeks pendapatan per kapita.
Hakim (2013) mengatakan ekonomi konvensional membuat indikator kesejahteraan
berdasarkan beberapa sudut pandang yang berbeda, diantaranya adalah :
 Adam Smith, dalam buku “TheWealth of Nation” menyatakan bahwa
kesejahteraan rakyat akan tercapai bila dipenuhi empat prinsip ekonomi dasar,
yaitu : (a) Prinsip keseimbangan produksi dan konsumsi; (b) Prinsip
manajemen tenaga kerja; (c) Prinsip manajemen modal; (d) Prinsip kedaulatan
ada di tangan rakyat.
 Menurut Miles (1985), terdapat empat indikator yang digunkan untuk
mengetahui kesejahteraan suatu keluarga, yaitu :
a. Rasa aman (security)
b. Kebebasan (freedom)
c. Kesejahteraan (welfare)
d. Jati diri (identity)
Dengan demikian, kesejahteraan dalam Islam tidak hanya diukur dari terpenuhinya
kebutuhan materi saja, tetapi juga terpenuhinya kebutuhan spiritual.
Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan,
meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif yang berbeda-beda.
Sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah
falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti
kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah
kemuliaan dan kemenangan dalam hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan
holistik dan seimbang antara dimensi:
 Material-spiritual;
 Individual-sosial;
 Kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.

.5.2.1 Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan merupakan sebuah realita


yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia baik di Negara yang maju maupun Negara
berkembang yang juga merupakan isu penting untuk di tinjau dan perlu adanya berbagai upaya
dari pemerintah dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan pembangunan ekonomi
masyarakat, serta peningkatan taraf hidup masyarakat melalui berbagai macam usaha dalam
rangka peningkatan distribusi pendapatan dari berbagai macam aspek yang ada. Distribusi
pendapatan adalah pembagian penghasilan di dalam masyarakat. Dalam proses produksi, para
pemilik faktor produksi akan menerima imbalan seharga faktor produksi yang disumbangkan
dalam proses produksi. Proses distribusi pendapatan ini akan terjadi siklus (perputaran)
konsumen yang harus membayar harga barang. Akan tetapi pada saat lain akan menjadi penyedia
faktor modal, tenaga kerja, sumber daya alam, atau faktor keahlian sehingga, pada saat tertentu
akan menerima bagian pendapatan dan pada saat lain akan membayar harga barang.

Dalam proses produksi, masing-masing penyedia faktor produksi akan menerima imbalan jasa
sebagai berikut:

1. Pemilik faktor sumber alam berupa tanah akan menerima sewa tanah
2. Pemilik faktor tenaga kerja akan menerima upah kerja

3. Pemilik modal akan menerima bunga modal

4. Pengusaha akan menerima laba usaha.

Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok
orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi (Parwoto, 2001). Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
atau asasi manusia seperti sandang, pangan, papan, afeksi, keamanan, identitas kultural, proteksi,
kreasi, kebebasan, partisipasi, dan waktu luang (Fernandez, 2000). Lebih jauh lagi, kemiskinan
dipandang tidak hanya menyangkut standar pendapatan atau konsumsi yang rendah melainkan
juga rendahnya kebebasan berpolitik dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan yang
menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ditinjau dari kelompok sasaran, terdapat
beberapa tipe kemiskinan.

Penggolongan tipe kemiskinan ini dimaksudkan agar setiap tujuan program memiliki
sasaran dan target yang jelas. Sumodiningrat (1999) membagi kemiskinan menjadi tiga kategori,
yaitu :

1. Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya)

2. Kemiskinan relatif (situasi kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak antara
miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas)

3. Kemiskinan struktural (kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelompok masyarakat enggan
untuk memperbaiki kondisi kehidupannya sampai ada bantuan untuk mendorong mereka keluar
dari kondisi tersebut).

2.1.1 Kinerja Pemerintah Dalam Menekankan Ketimpangan

“Upaya mendorong ketimpangan dengan memastikan partisipasi masyarakat dalam


konteks social politik, memperluas kesempatan kerja yang berkualitas dan mempermudah
kepemilikan asset financial dan non financial,”jelas Bambang, dalam Forum Merdeka Barat 9 di
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2017).

Adapun kinerja pemerintah dalam menekan ketimpangan yaitu :

1. Redistribusi sumber pendapatan negara juga perlu dilakukan secara merata dengan
memanfaatkan penerimaan pajak terhadap hal-hal yang memberikan dampak langsung terhadap
masyarakat.
2. Peningkatan kualitas dan ketersediaan layanan publik yang mampu menjangkau seluruh
kelompok masyarakat juga dilakukan. Investasi juga perlu ditingkatkan untuk menyediakan
lapangan kerja lebih banyak lagi yang juga diikuti dengan pendidikan dan pelatihan vokasi.

3. Beban pengeluaran penduduk kurang mampu juga perlu dikurangi dengan menyalurkan
bantuan berupa subsidi beras, pendidikan, energi, hingga bantuan langsung yang kini dalam
bentuk non tunai.

2.1.2 Kinerja Pemerintah dalam Menekan Kemiskinan

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang


terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh
berbagai elemen Pemerintah baik pusat maupun daerah. Untuk meningkatkan efektifitas upaya
penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka
kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan, yaitu:

 Menyempurnakan program perlindungan sosial

 Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar

 Pemberdayaan masyarakat, dan

 Pembangunan yang inklusif

2.2 Penduduk dan Tenaga Kerja

Dalam Proses Pembangunan Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian,
persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial,
dan budaya. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan,
antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2).
Sedangkan menurut pendapat Sumitro 5 Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur
meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada
kesempatan kerja. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan
perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh, dan sekaligus dipengaruhi, oleh
keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan
kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan
generasi sekarang, tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang,
sehingga menunjang kehidupan bangsa dari generasi ke generasi sepanjang masa. Kegiatan
ekonomi di masyarakat membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat juga
disebut sebagai kesempatan kerja. Kesempatan kerja itu sendiri adalah suatu keadaan yang
menggambarkan terjadinya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi pencari kerja.

Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam UUD 1945 pada pasal 27 ayat 2 yang berbunyi
“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari bunyi UUD
1945 pasal 7 Kependudukan dan Ketenagakerjaan 27 ayat 2 itu jelas bahwa pemerintah
Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat karena hal ini
berhubungan dengan usaha masyarakat untuk mendapat penghasilan. Angkatan kerja banyak
yang membutuhkan lapangan pekerjaan, namun umumnya baik di Negara berkembang maupun
Negara maju, laju pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada laju pertumbuhan lapangan
kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau
menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran berhubungan erat dengan
ketersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di
suatu Negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya, sehingga
semakin kecil tingkat penganggurannya. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu 6
Negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya. Dengan
demikian, semaki tinggi tingkat penganggurannya. Dengan demikian, mengintegrasikan
kependudukan dalam strategi ekonomi dan pembangunan nasional akan mempercepat laju
pembangunan yang berkelanjutan dengan menambah jumah angkatan kerja. Hasilnya akan
mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kependudukan, seperti peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran
yang penting. Makin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia makin mudah dan
tepat rencana pembangunan itu dibuat. Sebagai contoh, dalam perencanaan pendidikan,
diperlukan data mengenai jumlah penduduk dalam usia sekolah, dan para pekerja dalam bidang
kesehatan masyarakat memerlukan informasi tentang tinggi rendahnya angka kematian dan
angka moribiditas penduduk. Banyak lagi contoh-contoh lain di mana data kependudukan sangat
diperlukan dalam perencanaan pembangunan.

2.3 Pendidikan Sumber Daya Manusia dan Pembangunan

Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengembangkan misi yang cukup
luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan,
pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan.
Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam setiap ajaran
agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal.
1. Pendidikan ( Informal ) adalah pendidikan di lingkungan keluarga, Di dalam keluarga
individu dididik untuk menjadi seorang anak yang baik, yang tahu sopan santun dan etika
serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain dari keluarga, pendidikan dapat
diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal lainnya
yang berkompeten dalam bidang pendidikan. 2.
2. Pendidikan ( Formal ) yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian
jenjang pendidikan yang telah baku misalnya SD, SMP, SMA dan PT (Perguruan
Tinggi). Pendidikan formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna
terjun ke masyarakat.
3. Pendidikan ( Non Formal ) adalah kesempatan dimana setiap individu mendapat
komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah. 2.3.1 Fungsi Pendidikan untuk
Membentuk SDM yang Baik Serangkaian proses belajar yang harus dilalui oleh setiap
orang melalui pendidikan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hasil yang
nantinya dicapai adalah terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan sesuai
dengan tuntutan pembangunan. Di mana dirinya memiliki soft skill dan hard skill yang
baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lapangan pekerjaan. Melalui pendidikan
tidak hanya membekali dengan materi pelajaran dan skill saja, tetapi juga menanamkan
nilai-nilai dan etika yang juga tidak kalah berperan penting untuk diterapkan dalam dunia
kerja. Dengan begitu, terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak hanya didukung oleh modal
yang besar saja, tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga akan
membuat pertumbuhan ekonomi menjadi semakin baik. Bangsa Indonesia sangat
memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung
terlaksananya program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber
daya yang bermutu. Jadi, pendidikan tidaklah bisa dikesampingkan begitu saja. Karena
dari pendidikanlah, pertumbuhan ekonomi bisa diwujudkan melalui sumber daya manusia
yang handal.

A. Faktor kapital dalam pembangunan

Pengertian kapital dalam pembangunan ekonomi kapital adalah semua bentuk kekayaan
yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk
menambah output. Pada umumnya juga dapat dikatakan bahwa kapital itu merupakan hasil
daripada sebab perkembangan ekonomi.

Pentingnya tabungan dalam faktor kapital pembangunan

Menyikapi lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini,
beberapa ekonom menuding akibat melonjaknya tabungan masayarakat. Perubahan
preferensi untuk menabung tersebut menurunkan belanja masyarakat yang selama ini
menjadi motor pertumbuhan. Dugaan tersebut didukung statistik yang menunjukkan turunnya
pertumbuhan konsumsi masyarakat dan pada saat yang sama tingkat tabungan menunjukkan
kenaikan.Namun, menyalahkan tabungan seperti membongkar pepatah lama ‘hemat pangkal
kaya’ menjadi ‘hemat pangkal resesi’. Perilaku menabung yang tentu akan mengurangi
konsumsi dianggap sebagai suatu kekeliruan yang justru akan berakibat negatif terhadap
kesejahteraan masyarakat. Benarkah demikian?

Melihat sejarah panjang ekonomi dunia, banyak ekonom yang percaya bahwa konsumsilah
yang akan menjadi mendorong permintaan (demand side) yang akan diikuti dengan
peningkatan output melalui efek multiplier. John Maynard Keyness adalah seorang ekonom
yang berpengaruh di pertengahan abad 20 dari Amerika Serikat, dan para pengikutnya yang
sering disebut sebagai Keynesian adalah mereka yang mempopulerkan pandangan tersebut.

Namun pada perkembangannya sebagian ekonom termasuk sebagian Keynesian menyadari


bahwa konsumsi mendorong pertumbuhan hanya dapat terjadi pada jangka pendek. Dalam
jangka panjang pertumbuhan produksi akan lebih dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang
ditentukan oleh investasi pada sumber daya manusia dan modal.

Sederhananya coba kita bayangkan pada masyarakat yang cenderung konsumtif. Awalnya
produsen akan dengan senang hati meningkatkan output untuk memenuhi permintaan
tersebut dan ekonomi tumbuh (jangka pendek). Saat permintaan terus meningkat tentu sang
produsen mulai kewalahan dan memerlukan tambahan modal dan keterampilan dari
karyawannya untuk memenuhi permintaan tersebut (jangka panjang). Tanpa tambahan modal
dan peningkatan SDM maka produksi tidak dapat meningkat lagi sehingga naiknya
permintaan hanya berakibat pada kenaikan harga barang (inflasi).

Jadi dalam jangka panjang agar output perekonomian bisa terus tumbuh dibutuhkan investasi
yang akan meningkatkan kapasitas produksi. Dari manakah sumber investasi itu? Tentu tidak
lain dari tabungan masyarakat baik domestik maupun international. Jadi tabungan justru
memiliki peran positif sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Secara empiris, kita bisa melihat pada pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh fantastis
dari level yang lebih rendah dari Indonesia hingga menjadi perekonomian dengan produk
domestik bruto terbesar di dunia. Meski mengalami sedikit perlambatan belakangan ini,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut dapat berlangsung secara konsisten dalam
beberapa dekade terakhir. Menariknya, sumbangan konsumsi domestik pada produk
domestik China rata-rata kurang dari 40% PDB negara tersebut. Jauh lebih rendah dari
Indonesia dan negara lain yang umumnya pada kisaran 60% dari total PDB.

Dengan konsumsi domestik yang relatif rendah dan tentu tingkat tabungan yang tinggi,
perekonomian China banyak didorong oleh investasi baik bersumber dari tabungan lokal
maupun global. Output perekonomian pun lebih menyasar pasar internasional dengan
menggenjot ekspor. Maka produksi China terus membanjiri pasar international dan
mengalami surplus perdagangan yang luar biasa dengan cadangan devisa yang sangat
melimpah.
Untuk menghindari jebakan middle income trap yaitu perekonomian yang stagnan pada
tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, semestinya pemerintah lebih fokus dengan upaya
peningkatan kapasitas produksi perekonomian. Upaya peningkatan konsumsi masyarakat
dengan berbagai program populis hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara
temporer dan tidak akan benar-benar mengarahkan perekonomian ini ke jalur cepat menjadi
negara maju dengan pendapatan perkapita yang tinggi.

Berbagai permasalahan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia mestinya manjadi


selalu fokus perhatian dan alokasi sumber daya yang memadai. Salah satu fokus penting
dalam menggenjot output ekonomi adalah pembangunan industri manufaktur. Sudah lama
Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi yakni turunnya peran industri dalam
perekonomian. Hal ini tentu sangat menghawatirkan karena Indonesia akhirnya masih
bergantung pada komoditi sumber daya alam yang harganya sangat fluktuatif dan nilai
tambah yang relatif rendah.

Pembangunan infrastruktur yang belakangan menjadi fokus pemerintah Jokowi adalah salah
satu program yang positif dalam kerangka mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih mengintegrasikan pembangunan infrastruktur
tersebut dengan strategi pengembangan industri nasional. Prioritas pembangunan
infrastruktur semestinya lebih pada infrastruktur yang membuat industri semakin efisien.
Dengan demikian anggaran pemerintah yang terbatas tersebut akan lebih mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi.

Tentu masih banyak permasalahan besar lainnya yang menghambat bangsa ini menjadi
bangsa yang sejajar dengan negara-negara maju. Semisal perbaikan iklim usaha, yang untuk
saat ini peringkat Indonesia masih dibawah negara tetangga. Kemudian penyiapan SDM
berkualitas yang dapat mendukung industri teknologi tinggi juga masih jauh dari harapan. Ini
terlihat dari masih banyaknya pekerja yang berijasah pendidikan dasar pada angkatan kerja.

Sayangnya di saat tahun politik, konsentrasi pemerintah menjadi terbagi dengan perhelatan
besar tersebut. Tekanan politik yang tinggi dapat membuat pemerintah terdorong untuk lebih
bertindak populis dan lebih fokus pada sasaran jangka pendek.

Tentu kita masih bisa berharap setidaknya pemerintah dapat selalu menjaga irama untuk
selalu fokus pada arah jangka panjang pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek
jangka pendek. Tidak mudah memang, namun itulah pilihan yang harus diambil untuk
membawa bangsa ini terus maju.

Penyebab faktor kapital dalam pembangunan

Penyebab faktor kapital dalam pembangunan terbagi menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan
non-ekonomi. Berikut adalah penjelasannya:
a. Faktor ekonomi

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi:

1. Sumber alam atau tanah


Pada sumber alam atau tanah mencakup mengenai kesuburan tanah, letak dan susunanya,
kekayaan alam. Selain itu mencakup mineral, iklim, sumber air, atau sumber laut.
2. Akumulasi modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat di reproduksi. Apabila
stok modal naik dalam waktu tertentu, maka disebut akumulasi modal atau pembentukan
modal. Makna pembentuk modal adalah masyarakat tidak melakukan keseluruhan
kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang
mendesak. Tetapi mengarahkan sebagian untuk pembuatan barang, modal, alat-alat dan
perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya.
3. Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi.
Organisasi bersikap melengkapi modal, buruh, dan membantu meningkatkan
produktivitasnya.
4. Kemajuan teknologi
Perubahan teknologi dianggap faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi
sebagai hasil pembaharuan atau teknik penelitian baru. Pada perubahan teknologi
menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi lainnya.
5. Pembagian kerja dan skala produksi
Pada bagian tersebut spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas.
b. Faktor non-ekonomi
Berikut ini adalah faktor-faktor non-ekonomi yang mempengaruhi pembangunan
ekonomi:
1. Lembaga dan budaya
Pendidikan dan kebudayaan barat membawa arah penalaran dan skeptisisme
menanamkan semangat baru serta memunculkan kelas pedagang baru. Dimana
menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial.
2. Sumber daya manusia
3. Pengembangan faktor manusia berkaitan dengan efisiensi dan produktivitasnya. Para
ahli ekonomi menyebutnya pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan.

Jumlah penduduk yang melonjak cepat merupakan penghambat bagi pembangunan di


negara berkembang.

1. Faktor politik dan administrasi


Stabilitas politik dan administrasi yang kokoh membantu pertumbuhan ekonomi modern.
Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup sangat penting bagi pembangunan
ekonomi. Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar
bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang.

Kriteria penggunaan kapital dalam ekonomi pembangunan terbagi menjadi 5 macam,


yaitu:

1. Kriteria Neraca Pembayaran (Balance of Payments Criteria)

Menurut kriteria ini, penggunaan kapital hendaknya digunakan pada sektor-sektor yang
dapat mengurangi kesulitan-kesulitan dari neraca pembayaran internasional diwaktu yang
akan datang. Penggunaan kapital untuk investasi jangan sampai menyebabkan terjadinya
kenaikan impor dan hendaknya digunakan pada sektor-sektor yang tidak membutuhkan
barang-barang kapital dari luar negeri. Kapital hendaknya digunakan untuk menaikkan
volume ekspor dengan cara memproduksi barang-barang substitusi impor maupun
menaikkan produksi barang-barang untuk diekspor. Bichanan menyebutkan, apabila ada
kenaikan impor akan disertai dengan kenaikan pendapatan sebagai akibat adanya
investasi-investasi tersebut.

2. Kriteria Produktivitas Sosial Marginal (Social Marginal Productivity Criteria)

Kriteria kedua ini berarti bahwa investasi itu hendaknya digunakan pada proyek-proyek
yang dapat diharapkan dapat memberikan hasil tertinggi atau digunakan pada proyek-
proyek yang paling menguntungkan.

3. Kriteria Intensitas Faktor-faktor Produksi (Faktor Intensity Criteria)

Kapital hendaknya digunakan pada proyek yang dapat menghemat penggunaan kapital,
karena kapital merupakan faktor yang langka di suatu negara. Dengan perkataan lain,
kapital hendaknya digunakan pada proyek dengan intensitas kapital rendah atau kapital
yang sedikit tetapi dapat menghasilkan output yang banyak

4. Kriteria Bagian Investasi Kembali (Reinvesment Quotient Criteria)

Investasi harus digunakan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan investasi per kapita
untuk masa yang akan datang makin bertambah. Kriteria ini mengusahakan supaya
tingkat investasi semakin lama semakin bertambah besar sehingga dapat
mengimbangi pertambahan penduduk. Dalam arti pertambahan kapital harus lebih besar dari
pada tambahan penduduk, sehingga income per kapita dapat menjadi bertambah besar.

5. Kriteria Operasional (Operational Criteria)

Menurut kriteria ini, penggunaan kapital dalam suatu proyek ada 3 faktor yang perlu
diperhatikan yaitu: tingkat perputaran kapital (capital turnover) dari 58 Endang Mulyani
investasi itu, keuntungan sosial yang ada (social profitability), dan pengaruhnya
terhadap neraca pembayaran nasional.

B. Teori investasi

1. Teori Dorongan Kuat Dalam Investasi

Teori Dorongan Kuat (Big push theory) menyatakan bahwa perlu dibangun dulu
infrastruktur, semua yang lain berkembang kemudian mengalir, (trickle down effect).38
Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa untuk menanggulangi hambatan
pembangunan ekonomi negara terbelakang dan untuk mendorong ekonomi tersebut ke arah
kemajuan diperlukan suatu “dorongan kuat’ atau suatu program besar yang menyeluruh
dalam bentuk suatu jumlah minimum suatu investasi. Ada sejumlah sumber minimum yang
harus disediakan jika suatu program pembangunan diharapkan berhasil. Teori ini secara
jelas menyatakan bahwa cara kerja “sedikit demi sedikit” tidak akan mendorong ekonomi
dengan berhasil pada lintasan pembangunan; tetapi jumlah investsai infrastruktur yang
besar merupakan syarat mutlak dalam hal ini.

Rosenstein-Rodan melalui teori Dorongan kuat (big push theory) (Todaro,2000:325;


Jhingan,2003:177; Irawan & Suparmoko, 2002:151) menyatakan bahwa arah
industrialisasi yang cepat sangat diperlukan bagi berlangsungnya pertumbuhan ekonomi
secara berkesinambungan dan tercapainya keberhasilan pembangunan nasional.

Menurut teori ini, suatu usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran. Karena kalau
suatu usaha untuk menaikkan pendapatan hanya dilakukan secara kecil-kecilan atau
dengan menggunakan kapital yang sedikit hal ini justru hanya akan mendorong
pertumbuhan penduduk. Pertambahan penduduk akan melebihi tambahan pendapatan.
Oleh karena itu, agar tambahan pendapatan melebihi tambahan penduduk maka investasi
harus dilakukan secara besarbesaran. Karena investasi yang dilakukan besar-besaran akan
dapat memperoleh pendapatan yang besar sehingga dapat menghilangkan kemiskinan.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi yang paling produktif,
konsumsi harus ditekan, sehingga investasi dapat terus ada dan meningkat.

Teori dorongan kuat sangat berkaitan dengan teori dorongan perlahan. Yang mana teori
dorongan perlahan meyakini bahwa usaha yang dilakukan oleh negara terbelakang
hendaknya dilakukan secara perlahan-lahan. Negara yang terbelakang sebaiknya jangan
mengadakan industrialisasi secara cepat, sebab resiko kekeliruan-kekeliruan akan terlalu
besar untuk dipikul oleh negara yang miskin. Teori ini cocok untuk dilakukan di negara
sedang berkembang. Investasi ini hendaknya diusahakan untuk memajukan industri-
industri kecil, pembangunan masyarakat desa dan lain-lain yang menggunakan kelebihan
tenaga kerja. Penggunaan kapital yang banyak diusahakan untuk proyek yang dapat
memberikan keuntungan lebih besar dari kegiatan yang sifatnya padat karya (Labor
Intensive).

Lalu kedua teori di atas, mengilhami munculnya dua model pembangunan yaitu
pembangunan seimbang dan pembangunan tidak seimbang.

2. Teori dorongan seimbang dalam kaitan investasi

Teori pertumbuhan seimbang adalah teori ekonomi yang dipelopori oleh ekonom Ragnar
Nurkse (1907–1959). Teori ini berhipotesis bahwa pemerintah negara terbelakang mana
pun perlu melakukan investasi besar di sejumlah industri secara bersamaan. Ini akan
memperbesar ukuran pasar, meningkatkan produktivitas, dan memberikan insentif bagi
sektor swasta untuk berinvestasi.

Nurkse mendukung tercapainya pertumbuhan yang seimbang baik di sektor industri dan
pertanian dalam perekonomian. Dia menyadari bahwa perluasan dan keseimbangan antar-
sektor antara pertanian dan manufaktur diperlukan agar masing-masing sektor ini
menyediakan pasar untuk produk yang lain dan pada gilirannya, memasok bahan baku
yang diperlukan untuk pengembangan dan pertumbuhan sektor tersebut lainnya.

Nurkse dan Paul Rosenstein-Rodan adalah pelopor teori pertumbuhan seimbang dan
sebagian besar pemahamannya saat ini berasal dari pekerjaan mereka.

Teori Nurkse membahas bagaimana ukuran pasar yang buruk di negara-negara


terbelakang melanggengkan negara terbelakangnya. Nurkse juga telah mengklarifikasi
berbagai faktor penentu ukuran pasar dan menempatkan fokus utama pada produktivitas.
Menurutnya, jika tingkat produktivitas meningkat di negara yang kurang berkembang,
ukuran pasarnya akan meluas dan dengan demikian pada akhirnya bisa menjadi ekonomi
yang maju. Selain itu, Nurkse juga dijuluki pesimis ekspor, karena merasa dana untuk
melakukan investasi di negara-negara terbelakang harus berasal dari dalam negeri sendiri.
Tidak ada kepentingan yang harus diberikan untuk mempromosikan ekspor.

Ukuran pasar menentukan insentif untuk berinvestasi terlepas dari sifat ekonomi. Hal ini
karena pengusaha selalu mengambil keputusan produksi mereka dengan
mempertimbangkan permintaan produk yang bersangkutan. Misalnya, jika produsen
mobil mencoba memutuskan negara mana yang akan mendirikan pabriknya, ia secara
alami hanya akan berinvestasi di negara-negara di mana permintaannya tinggi. Dia lebih
suka berinvestasi di negara maju, di mana meskipun populasinya lebih sedikit daripada di
negara-negara terbelakang, orang-orangnya sejahtera dan ada permintaan yang pasti.

3. Teori dorongan tidak seimbang dalam kaitan investasi

Pertumbuhan yang tidak seimbang adalah jalan alami pembangunan ekonomi. Situasi di
mana negara-negara berada pada satu titik waktu tertentu mencerminkan keputusan dan
perkembangan investasi mereka sebelumnya. Oleh karena itu, setiap saat program
investasi yang diinginkan yang tidak berimbang dengan paket-paket investasi masih
dapat memajukan kesejahteraan. Investasi yang tidak seimbang dapat melengkapi atau
memperbaiki ketidakseimbangan yang ada. Begitu investasi semacam itu dilakukan,
ketidakseimbangan baru kemungkinan akan muncul, yang membutuhkan investasi
kompensasi lebih lanjut. Oleh karena itu, pertumbuhan tidak perlu berlangsung secara
seimbang. Pendukung doktrin pertumbuhan yang tidak seimbang termasuk Albert O.
Hirschman, Hans Singer, Paul Streeten, Marcus Fleming, Prof. Rostov dan J. Sheehan.

Jalur pertumbuhan yang tidak seimbang digambarkan oleh tiga fase: 

a. Yang saling melengkapi

b. Investasi terinduksi

c. Ekonomi eksternal

Hans Singer percaya bahwa program investasi yang diinginkan selalu ada di suatu negara
yang mewakili investasi yang tidak seimbang untuk melengkapi ketidakseimbangan yang
ada. Investasi ini menciptakan ketidakseimbangan baru, membutuhkan investasi
penyeimbang lainnya. Satu sektor akan selalu tumbuh lebih cepat dari yang lain, sehingga
kebutuhan akan pertumbuhan yang tidak seimbang akan terus berlanjut karena investasi
harus melengkapi ketidakseimbangan yang ada. Hirschman menyatakan "Jika ekonomi
ingin terus bergerak maju, tugas kebijakan pembangunan adalah untuk menjaga
ketegangan, disproporsi dan disekuilibrium". Situasi ini ada untuk semua masyarakat,
maju atau terbelakang.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi pembangunan


merupakan suatu cabang dari ilmu ekonomi yang bertujuan menganalisis masalah-masalah yang
dihadapi oleh negaranegara berkembang serta cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut,
supaya negara-negara tersebut dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat (Sadono
Sukirno, 1985). Sedangkan definisi pembangunan ekonomi menurut Rostow merupakan suatu
proses multi dimensional yang menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masyarakat,
misalnya perubahan keadaan sistem politik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan
struktur ekonominya. Namun, dalam pembangunan ekonomi harus memperhatikan faktor-faktor
dari syarat dasarpembangunan ekonomi. Faktor-faktor tersebut antara lain sejarah, psikologi,
sosiologi dan pengetahuan politik

Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terncana melalui
berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Pembangunan dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya:  jumlah penduduk  jumlah
barang modal,  luas tanah dan kekayaan alam  serta teknologi yang digunakan

Indikator penting pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara dapat meningkatkan


distribusi pendapatan yang baik semakin merata. Pertumbuhan ekonomi juga penting untuk
mempersiapkan perekonomian menjalani tahapan kemajuan selanjutnya, kesempatan kerja dan
produktifitas serta distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
rakyat dikatakan semakin sejahtera jika output perkapita meningkat. Pentingnya pertumbuhan
ekonomi mendorong munculnya teori-teori pertumbuhan ekonomi. Kemunculan dari teori-teori
pertumbuhan ekonomi dengan demikian mempunyai kelemahan dan kelebihan tersediri. Tujuan
yang dimiliki oleh masingmasing teori untuk memperbaiki perekonomian menjadi lebih baik.
Adapun teoriteori tersebut adalah.

1. Klasik

Pada teori Klasik ini lebih menekan kepada masyarakat atau rakyat lebih bisa kreatif
dalam mengembangkan perekonomiannya, karena mereka lebih efesien dan tidak serumit apa
yang dikembangkan oleh pemerintah. Teori klasik tidak mengikut sertakan campur tangan
pemerintah. Pemikiran Smith setiap manusia memiliki dorongan alami dari dalam diri mereka
(self interest) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik karena pada dasarnya mereka
memiliki sifat tidak pernah puas atas apa yang mereka capai. Analisa yang dikemukakan Adam
Smith dan David Ricardo terhadap teori pertumbuhan ekonomi Klasik tentu mempunyai
kelebihan dan kelemahan tertentu. Kelebihan teori ini adalah mampu mengatur pasar, distribusi
dan produksi efesien, tidak ada masalah pengangguran serta tidak ada over produksi. Sedangkan
kelemahan nya adalah adanya diskirmnasi antar masyarakat, persaingan sempurna, tidak ada
perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi yang gagal. Munculnya teori pertumbuhan
ekonomi memberikan dampak terhadap perekonomian dunia khusus nya terhadap perekonomian
Negara terbelakang. Para petani, pedagang dan produsen menurut Smith dapat menolong
mengembangkan perekonomian dengan meningkatan produktifitas dalam bidang masingmasing
karena Negara terbelakang tidak ada perekonomian pasar bebas. Dampak yang diberikan teori ini
terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Prospek teori ekonomi Klasik merupakan salah satu upaya dan 20 tujuan yang akan dilakukan
oleh teori ekonomi ini. Produksi yang meningkat maka akan mendapatkan pendapatan ma maka
dalam hal ini dapat mengurangi pengangguran serta over produksi tidak akan timbul serta
kesempatan masyarakat akan tercapai.

2. NeoKlasik
Pandangan teori ini rasio modal output (capital output rasio) dapat berubahubah untuk
mengahasilkan sejumlah output tertentu, dapat digunakan kombinasi modal yang digunakan,
tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dan sebaliknya. Unsur utama dari modal
pertumbuhan NeoKlasik adalah perubahan teknologi. Diasumsikan bahwa teknologi tetap
konstan. Pandangan teori ekonomi NeoKlasik yang dikemukakan oleh Solow Swan dan
Josep Schumpeter mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kelebihan teori ini
adalah, adanya hak kepemilikan, adanya pasar monopoli dan oligopoli serta teori ini mempu
meningkatkan kemampuan penjual dan pembeli. Adapun kekurangan nya MPS dan ICOR
tidak konstan dalam jangka panjang, proporsi pengangguran dan tenaga kerja tidak tetap
serta tidak memperdulikan pembangunan ekonomi. Penerapan atau dampak dari teori
NeoKlasik terhadap Negara khususnya Negara terbelakang sanagt terbatas adanya perbedaan
tatanan sosial ekonomi. Teori NeoKlasik ini bergantung pada pengusaha tetapi Negara
terbelakang memadai jiwa kewirausahaan. Kemajuan teknologi juga penting dalam teori ini.
Pertumbuhan ekonomi NeoKlasik menekankan terhadap perubahan teknologi pada
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Teori ini menganggap perubahan teknologi sebagai
variable eksogen. Teori pertumbuhan NeoKlasik telah berhasil digunakan untuk menjelaskan
peningkatan output perkapita dan standar hidup dalam jangka panjang.

3. Keynes Teori Harrod-Domar mempunyai asumsi


Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan faktor-faktor
produksi yang ada juga dimanfaatkan secara penuh (full utilization), perekonomian terdiri
dari dua sektor-sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, besanya tabungan masyarakat
proposional dengan besarnya pendapatan nasional. Kelebihan pada teori ekonomi Keynes
adalah mampu mengatasi pengangguran dan ketidakmerataan pendapatan, peran pemerintah
untuk menurunkan pajak, adanya unsure pemerintah swasta, teori ini juga mampu
mengetahui gejala-gejala inflasi. Adapun kekurangan dari teori ini ialah MPS dan ICOR
tidak konstan, proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga tidak konstan,
serta suku bunga berubah. Teori Keynes mengamsumsikan adanya penawaran lebih faktor
komplemen, faktor tenaga kerja dan sumber pelengkap lainnya dalam perekonomian,
analisanya mengacu pada depresi ekonomi dengan menganggap industri dan pekerja.

Berdasarkan analisa teori Keynes tersebut akibat terpakai tenaga kerja dan modal secara
serempak menganggur serta secara tidak terpakai secara bersamaan. Negara terbelakang
berbeda dengan hal tersebut bila tenaga kerja menganggur maka tidak ada persoalan
mengenai tidak termanfaatkannya modak, karena peralatan dan modal itu sendiri sangat
langka. Prospek dalam teori Keynes menyarankan perekonomian agar tidak diserahkan
begitu saja pada mekanisme pasar. Peran pemerintah pada batas tertentu justru diperlukan.
Misalnya jika terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk
proyek-proyek padat karya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan
keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu
dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Sumber perekonomian islam
mengacu pada Al-quran dan hadist. Di mana ada aturan dalam menjalankan roda
perekonomian. Dimana ada aturan dalam peminjaman uang, atau sekedar mengatur tentang
hukum riba dalam sudut pandang islam. karena di Al-quran dan hadist juga akan diberi
penjelasan jika melanggar, maka akan menerima sanksi di akhirat nanti sedangkan
perekonomian konvensional adalah ilmu yang mempelajari perekonomian yang menekankan
pada kebebasan dan menggunakan sistem perekonomian berbasis pada era global.
Kesejahteraan dalam Islam tidak hanya diukur dari terpenuhinya kebutuhan materi saja,
tetapi juga terpenuhinya kebutuhan spiritual sedangkan paham ekonomi (konvensional) dan
memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja
aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan.
Berdasarkan dari apa yang sudah dijabarkan di atas, kesenjangan ekonomi atau
ketimpangan distribusi pendapatan merupakan sebuah realita yang ada di tengah-tengah
masyarakat dunia baik di Negara yang maju maupun Negara berkembang yang juga
merupakan isu penting untuk di tinjau dan perlu adanya berbagai upaya dari pemerintah
dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, serta
peningkatan taraf hidup masyarakat melalui berbagai macam usaha dalam rangka
peningkatan distribusi pendapatan dari berbagai macam aspek yang ada. Pendidikan adalah
hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam setiap ajaran agama
menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal. Serangkaian
proses belajar yang harus dilalui oleh setiap orang melalui pendidikan untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Hasil yang nantinya dicapai adalah terciptanya sumber daya
manusia yang kompeten dan sesuai dengan tuntutan pembangunan. Di mana dirinya memiliki
soft skill dan hard skill yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lapangan
pekerjaan.
Pembangunan dalam ekonomi sangatlah penting. Karena ekonomi pada suatu negara harus
tetap berjalan dan juga para masyarakat akan semakin bertambah banyak jumlahnya dan juga
kebutuhannya.
Dalam pembangunan ekonomi, banyak hal penting agar ekonomi bisa maju. Yang mana
suatu negara harus mencari solusi dari penyebab ekonomi yang stuck dan faktor faktor lain.
Pemerintah juga harus bisa mengajak masyarakatnya untuk menabung agar ekonomi bisa
berputar.
Faktor yang paling penting, yaitu pemerintah harus meregenerasikan masyarakatnya
dengan pendidikan dan keterampilan yang baik agar perekonomian suatu negara dapat
menjadi maju.

3.2 SARAN

Penulis berharap agar mahasiswa hingga masyarakat dapat memahami teori ekonomi
pembangunan serta regulasi pertumbuhan ekonomi.Penulis berharap agar jurnal penelitian
mahasiswa dalam bidang ekonomi syariah dan implementasi dapat membawa pada level
selanjutnya pada bidang riset di Indonesia. Apabila di dalam makalah ini terdapat kesalahan baik
dari segi kata ataupun kalimat yang kurang tepat, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dapat diajukan beberapa saran yang
dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran tersebut adalah, a.
Pentingnya pertumbuhan ekonomi di suatu Negara mengharuskan suatu Negara tersebut mampu
menyusun strategi demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nya dengan menggunakan teori-
teori pertumbuhan ekonomi ebagai landasan dala kemajuan perekonomian nya. b. Kelebihan dan
kekurangan dari setiap teori-teori ekonomi mampu memberikan upaya sebuah peningkatan
perekonomian Negara. c. Dalam penelitian ini tentu masih banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun isi dari penelitian ini , oleh karena itu penulis bersedia jika ada kritik dan
saran nya agar menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.

Berdasarkan dari penjabaran di atas,Penulis berharap agar mahasiswa hingga masyarakat


dapat memahami tentang ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan, penduduk dan
tenaga kerja dalam proses pembangunan dan pendidikan SDM dan pembangunan. Apabila di
dalam makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi kata ataupun kalimat yang kurang tepat,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami sebagai penulis makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki
banyak kesalahan dan kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
meminta para pembaca untuk memberikan kritik yang membangun guna memperbaiki makalah
ini dan untuk mekalah saya selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, E. (2017). EKONOMI PEMBANGUNAN. Yogyakarta: UNY Press. Khotami, W.


(2019).

EKONOMI PEMBANGUNAN. Banjarmasin: Akademi Maritim Nusantara Banjarmasin.

Emi Suwarni. 2006. Perubahan Struktur Ekonomi di Indonesia.

Jurnal Ekonomi Pembangunan. 19-29. Rinaldi Syahputra. 2017.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. 1(2).

Arif, Sritua. (1998). Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan. Jakarta: CIDES

Arsyad, Lincoln. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Bank
Indonesia and Central Planning Bureau Netherlands.(1995).

Macro Economic Research for Indonesia. Jakarta:Bank Indonesia. Budiono. (1992). Teori
Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: PBFE.

Djojohadikusumo, Sumitro. (1994). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi


Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Kuncoro, Mudrajad. (1997). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.


Laeyendecker, L. (1991).

Tata, Perubahan dan Ketimpangan. Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. Jakarta: Gramedia.
Preston, P.W. (1996).

Development Theory. An Introduction. Oxford: Blackwell Publishers Ltd. Syafrizal. (20080).


Ekonomi Regional. Padang: Baduose Media

Arsyad,Lincolin.2010.Ekonomi Pembangunan.Jakarta:PT Gramedia Boediono. 2001. Seri


Sinopsis PengantarIlmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro. Edisi ke4.Yogyakarta;BPFE

Deliarnov.2015.Perkembangan Pemikiran Ekonomi.Jakarta;PT Gramedia

Dordhaus,Samuelson.2002.Ilmu Makro Ekonomi.Jakarta;Erlangga


Mankiw.2007.Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi.Jakarta;PT Gramedia Shevalin.2013.Makro
Ekonomi.Jakarta;Erlangga

(Arifin, 2013; Roficoh, 2018; Sardar & Nafik H.R, 2017)Arifin, B. (2013). Ekonomi
Pembangunan Pertanian (Issue 1).

Roficoh, L. W. (2018). Tinjauan Empirik Perkembangan Sistem Ekonomi Syariah di Eropa.


Ijtihad : Jurnal Hukum Dan Ekonomi Islam, 12(1), 44.
https://doi.org/10.21111/ijtihad.v12i1.2547

Sardar, Z., & Nafik H.R, M. (2017). Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam Pada Karyawan Bank
Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 3(5), 391.
https://doi.org/10.20473/vol3iss20165pp391-401

Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional.(2020).PenerbitDeepublis.com.Diakses tanggal 10


Sep 2021.Dari https://penerbitbukudeepublish.com/perbedaan-ekonomi-islam-dan-
konvensional/amp/

Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam.(7 Okt


2015).iqtishadconsulting.com.Diakses tanggal 10 Sep 2021.Dari
https://www.iqtishadconsulting.com/content/read/blog/artikel/pertumbuhan-dan-pembangunan-
ekonomi-dalam-perspektif-ekonomi-islam

Adawiyah, A. (20116). Implikasi Pendidikan Nonformal Pada Remaja. Jurnal Equilibrium


Pendidikan Sosial, 1-8.

detikFinance, A. A. (2017, September 8). Begini Cara Pemerintah Atasi Masalah Ketimpangan.
hal. 1-2. LEARNING, B. U. (2020, Desember 28). Pentingnya Pendidikan Berkualitas Demi
Tingkatkan SDM yang Handal. hal. 1-2. Sutrisno, G. d. (2017). Kependudukan dan
Ketenagakerjaan . Sumedang: Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN.

Achmad Firman dan Linda Herlina Fakultas Peternakan Universitas Jatinangor, Bandung 40600

Endang Mulyani. Edisi Pertama, September 2017: Ekonomi Pembangunan. UNY Press

Anda mungkin juga menyukai