Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LITERATUR HAKIKAT DISFAGIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Disfagia

Dosen Pengampu: Alfiani Vivi Sutanto,S.Tr.Kes.,MKM

HALAMAN JUDUL

Oleh

Luthfiasari Rachma Saputra (P27229020029)

KELAS A

JURUSAN D-III TERAPI WICARA

POLTEKES KEMENKES SURAKARTA


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya,
saya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Literatur Hakikat
Disfagia dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah disfagia. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang cara menelan ataupun cara
berbicara.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Alfiani Vivi
Sutanto,S.Tr.Kes.,MKM selaku dosen pengampu mata kuliah Disfagia. Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah saya ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
A. Terminologi Disfagia .................................................................................................... 2
B. Penyebab Disfagia ........................................................................................................ 4
C. Prevalensi Disfagia ....................................................................................................... 6
D. Tanda dan Gejala Disfagia ........................................................................................... 8
E. Konsekuensi Akibat Disfagia........................................................................................ 9
F. Pemeriksaan Disfagia.................................................................................................. 11
G. Peran Terapi Wicara dalam Penanganan Kasus Disfagia ........................................... 12
BAB III PENUTUPAN.......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disfagia atau Menelan merupakan satu proses yang kompleks yang
memungkinkan pergerakan makanan dan cairan dari rongga mulut ke lambung.
Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan.Disfagia
biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagaigangguan dari proses
menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yangserius terhadap kesehatan
seseorang karena adanya resiko pneumoniaaspirasi, malnutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas. Beberapa penyebab telah di
telah ditujukan terhadap disfagiapada populasi dengan kondisi neurologis dan
nonneurologis.Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi
faseoral, faringeal, atau esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkapdan
pemeriksaan sik yang seksama adalah penting dalam diagnosis danpengobatan
dari disfagia

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari disfagia?
2. Apa faktor resiko dari disfagia ?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis dari disfagia ?
4. Bagaimana gejala dan pengobatan dari disfagia ?

C. Tujuan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit disphagya,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, faktor resiko, penatalaksanaan,
komplikasi dan pengobatanya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terminologi Disfagia
Disfagia sering ditemukan pada penderita stroke dan dapat
mempengaruhi fase menelan oral dan faring. Pasien mungkin batuk atau tersedak
saat mencoba menelan air liur, cairan, atau makanan. Disfagia atau Menelan
merupakan satu proses yang kompleks yang memungkinkan pergerakan makanan
dan cairan dari rongga mulut ke lambung. Proses ini yang melibatkan struktur di
dalam mulut, faring, laring dan esofagus. Keluhan sulit dari menelan (disfagia)
merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus.
Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan
gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Jenis makanan
yang menyebabkan disfagia dapat memberikan informasi mengenai kelainan
yang terjadi.
Beberapa pemeriksaan menelan atau disfagia telah diajukan, namun
pemeriksaan menelan dengan idioluoroscopic diterima sebagai pemeriksaan
setandar untuk mendeteksi dan menilai kelainan menelan. metode ini bukan saja
mampu memperkirakan resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga
membantu dalam menentukan strategi diet dan komplikasi.
Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai
gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius
terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi,
malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas.
Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagiapada populasi
dengan kondisi neurologis dan nonneurologis.Gangguan yang menyebabkan
disfagia dapat mempengaruhi faseoral, faringeal, atau esofageal dari fase
menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan sik yang seksama adalah
penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia.

2
GAMBAR DISFAGIA

3
B. Penyebab Disfagia
Disfagia biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan lain, seperti:
 Suatu kondisi yang memengaruhi sistem saraf, seperti stroke, cedera kepala,
multiple sclerosis, atau demensia
 Kanker, seperti kanker mulut atau kanker esofagus (kerongkongan)
 Gastro-esophageal reflux disease (GERD) atau kondisi saat asam lambung
naik ke esofagus (kerongkongan)
 Kelainan kongenital (bawaan sejak lahir), seperti cerebal palsy atau bibir
sumbing.
 Sumbatan atau penyempitan di kerongkongan, seperti kanker mulut, kanker
tenggorokan, benda asing, terbentuknya jaringan parut akibat GERD, atau
prosedur radioterapi, peradangan yang terjadi di kerongkongan (esofagitis),
atau gondok
 Gangguan pada otot, yang bisa disebabkan oleh penyakit skleroderma atau
achalasia
 Gangguan pada sistem saraf, seperti stroke, demensia, penyakit Parkinson,
multiple sclerosis, tumor otak, atau myasthenia gravis
 Kesulitan menelan cenderung semakin memburuk saat tumor esophagus
 Kerusakan neurologis mendadak, seperti stroke atau cedera otak atau sumsum
tulang belakang, dapat pula memengaruhi kemampuan Anda untuk menelan.
 Divertikula atau kantung-kantung kecil pada dinding kerongkongan atau
tenggorokan.
 Luka-luka atau penyempitan pada kerongkongan akibat asam lambung.
 Peradangan pada kerongkongan arena asam lambun atau infeksi (esofaginitis).

4
5
C. Prevalensi Disfagia

Gangguanmakan dan minum atau menelan yang populasi anak yang meningkat
pada anak-anak dengan riwayat lahir prematur dan konsi medis kronis.
Data pasien dapat direkam oleh medis pada pasien yang sejak Desember 2017
sampai oktokber 2018. Terdapat 7 kasus Sindrom Down yang memiliki
masalah dengan menelan dan makan. Terdapat jenis kelamin perempuan
sebanyak 2 pasien dan laki-laki sebanyak 5 pasien. Rentang usia pasien umur
18 bulan hingga 5 tahun. Dalam pemeriksaan :

Jenis Tanggal Faktor Hasil Pemeriksaan


No Nama Usia
Kelamin FEES Komorbiditas FEES
1 AA Lk 18 Bulan 27/12/17 Pneumonia Feeding difficulty
fase oral
2 AF Pr 3 Tahun 08/01/18 Atrial Disfagia neurogenik
septal fase faring
defect
3 AB Lk 2 Tahun 16/02/18 Laringomal Disfagia neurogenik
asia fase oral faring
4 AZ Lk 5 Bulan 06/03/18 Atrial Disfagia neurogenik
septal fase oral dan faring
defect, dengan silent
riwayat aspiration
pneumonia,
laringornal
asia
5 A Pr 4 Tahun 25/04/18 Pneumonia Feeding difficulty
dan
laringomal
asia
6 MA Lk 1 Tahun 03/05/18 Laringomal Feeding difficulty
asia, TB, dengan adanya
paru, disfagia sensorik
GERD, fase oral dan
Stenosis penolakan untuk
menelan makanan.
7 MJ Lk 4 Bulan 24/10/18 Refluks , Disfagia neurogenik
laringofarin dengan gangguan
g pada siklus (isap,
telan, napas)

6
Fungsi menelan dengan FEES sebanyak 3 pasien (40%) merupakan
feeding difficulties dan disfagia neurogenik sebanyak 4 pasien (50%)
dengan 1 pasien disfagia oral dan faring, 1 pasien pasien dengan disfagia
fase oral faring dan 1 pasien dengan fase oral dan 1 pasien fase faring.

Gambar revalensi Disfagia

7
D. Tanda dan Gejala Disfagia
1. Kesakitan saat menelan (odinofagia)
2. Tidak dapat atau sulit menelan makanan atau minuman
3. Sensasi makanan tersangkut di leher atau dada
4. Mengeluarkan air liur berlebih
5. Suara serak ditenggorokan
6. Mengeluarkan kembali makanan yang sudah berusaha ditelan (regurgitasi)
7. Sering mengalami heartburn (rasa panas di dada) yang umumnya disebabkan
oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan
8. Makanan atau asam lambung kembali ke kerongkongan
9. Penurunan berat badan
10. Batuk atau tersedak saat menelan
11. Harus memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil untuk
menghindari tersedak
12. Tersedak atau batuk ketika makan dan minum
13. Rasa nyeri dan sakit saar menelan makanan ataupun minuman
14. Makanan atau minuman sering keluar dari mulut

8
15. Sering memuntahkan kembali makanan saat sedang makan
16. Tidak mau mengonsumsi makanan tertentu
17. sulit bernapas pada saat sedang makan
18. Berat badan yang turun secara drastic

GAMBAR GEJALA DISFAGIA

E. Konsekuensi Akibat Disfagia


 Pola makan pasien dapat diatur, mulai dari makanan berbentuk cair seperti
jus, kemudian ditingkatkan kekentalannya jika kemampuan menelan sudah
membaik, hingga diberikan makanan yang berbentuk padat, seperti roti atau
nasi.
 Terapi menelan pada penderita disfagia akan dibimbing oleh terapis khusus.
Terapis akan mengajarkan bagaimana proses menelan selama masa
penyembuhan agar pasien tetap dapat menelan makanan. Terapi ini umumnya
ditujukan bagi penderita yang kesulitan menelan akibat masalahan di mulut.

9
 Selang makan umumnya akan dipasang untuk membantu pasien memenuhi
kebutuhan nutrisinya selama fase pemulihan mulut dan faring. Selain untUK
membantu memasukkan makanan ke saluran pencernaan, selang makan juga
dapat digunakan untuk memasukkan obat-obatan.
 Operasi untuk mengatasi disfagia biasanya dilakukan jika ada kelainan di
esofagus. Operasi bertujuan untuk memperlebar esofagus yang menyempit,
sehingga makanan bisa lewat dengan mudah.
 Menghentikan kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum kopi
 Mengubah kebiasaan makan menjadi lebih sedikit jumlahnya namun lebih
sering, serta memotong makanan agar ukurannya lebih kecil
 Menghindari makanan yang menyebabkan gejala bertambah parah, misalnya
selai, mentega, karamel, atau jus
 Penurunan berat badan karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan
 Infeksi saluran pernafasan atas
 Perubahan pola dan konsistensi makanan
 Menjalani rehabilitasi untuk latihan menelan
 Pada kasus disfagia tahap lanjut, dapat pula dilakukan pembedahan
 Orang dengan gangguan sistem saraf tertentu.
 Gangguan sistem imun seperti dermatomyositis yang menyebabkan
pembengkakan dan peradangan.

10
GAMBAR KONSEKUENSI DISFAGIA

F. Pemeriksaan Disfagia
Untuk disfagia orofaringeal, dokter dapat merujuk pasien kepada terapis.
Dokter/terapis dapat merekomendasikan beberapa pilihan terapi sebagai berikut:
1. Latihan mengoordinasikan otot-otot untuk menelan atau menstimulisasi saraf-
saraf yang memacu refleks menelan
2. Mempelajari teknik menelan untuk mengimbangi disfagia yang disebabkan
oleh masalah neurologis, seperti penyakit Alzheimer atau penyakit Parkinson
3. Dalam kasus disfagia yang berat, feeding tube yang biasanya dimasukkan
lewat hidung dan masuk ke lambung, dapat diperlukan untuk membantu
mekanisme menelan yang tidak berfungsi normal.
4. Disfagia tidak dapat dicegah, tapi ada cara untuk mengurangi risiko kesulitan
menelan, yaitu dengan makan perlahan dan mengunyah makanan dengan baik.
Deteksi dini dan pengobatan efektif GERD dapat menurunkan risiko disfagia.
5. Pada pemeriksaan preswallowing assesment, didapatkan 5 anak dengan konka
inferior edema dan 10 anak dengan septum deviasi. Pada pemeriksaan adenoid
didapatkan 7 anak mengalami hipertrofi adenoid berukuran ≤25%, 7 orang
anak >25–50%, 3 anak >50–75%, dan 1 orang anak >75%. Pada pemeriksaan

11
tonsil palatina hipertro tonsil (T2/T3–T2/T3) pada 10 anak, 4 anak ukuran
tonsil normal (T1-T1), dan 5 anak tidak dapat dievaluasi.
6. Kelainan pada struktur anatomi dapat berdampak negatif pada fungsi menelan
pada anak yang pada akhirnya dapat menyebabkan disfagia.

G. Peran Terapi Wicara dalam Penanganan Kasus Disfagia


1. Untuk mengatasi gangguan kemampuan anak dalam berbahasa, terapi ini bisa
diterapkan kepada anak-anak penderita penyakit tertentu, misalnya disfagia.
2. Terapi wicara dibutuhkan bila anak kesulitan memahami apa yang dikatakan
orang lain, perintah sederhana, dan menanggapi pembicaraan orang lain dan
menelan makanan maupun minuman.
3. Mampu membantu mengatasi afasia, yaitu sebuah gangguan menelan dengan
mengeluarkan pita suara berbahasa yang mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam berkomunikasi, menelan, berbicara, maupun berkonsumsi
makanan yang kurang masuk kedalam perut dikarenakan susah menelan yang
mana sering terjadi setelah serangan stroke, cedera kepala atau akibat tumor
otak atau penyakit lainnya.
4. Perubahan konsistensi makanan dapat membuat kegiatan menelan lebih aman
bagi pasien. Memberikan satu saran agar selalu makan dengan makanan yang
lebih lembut dan cairan lebih kental serta nutrisinya lebih seimbang.
5. Mengajarkan pasien untuk selalu menelan dengan pelan-pelan agar makanan
bisa masuk diperut biar tidak sakit dan agar meningkatkan kemampuan
menelan,terutama dengan pasien high disfagia (gangguan terletak pada rongga
mulut dan faring).

12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Disfagia sering ditemukan pada penderita stroke dan dapat mempengaruhi
fase menelan oral dan faring. Pasien mungkin batuk atau tersedak saat mencoba
menelan air liur, cairan, atau makanan. Suatu kondisi yang memengaruhi sistem
saraf, seperti stroke, cedera kepala, multiple sclerosis, atau demensia. Kanker,
seperti kanker mulut atau kanker esofagus (kerongkongan). Gastro-esophageal
reflux disease (GERD) atau kondisi saat asam lambung naik ke esofagus
(kerongkongan). Untuk mengatasi gangguan kemampuan anak dalam berbahasa,
terapi ini bisa diterapkan kepada anak-anak penderita penyakit tertentu, misalnya
disfagia.

B. Saran
Saran saya untuk disfagia itu harus mencoba dan memakan makanan yang
lembut dan minum air putih , karena disfagia akan membuat nafsu makan
seseorang menurun, bahkan malas untuk mengonsumsi makanan. Alhasil,
tubuhnya tak mendapatkan nutrisi yang cukup. Jangan sepelekan kondisi ini,
sebab jika terjadi berkepanjangan, ia bisa mengindikasikan kondisi medis yang
serius dan memerlukan perawatan lanjutan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Castagna, A., Ferrara, L., Asnaghi, E., Colombo, V., Rega, V., & Fiorini, G. (2019).
Post-stroke dysphagia rehabilitation in the old and oldest old : outcome and
relevance for discharge home. International Journal of Rehabilitation
Research, XXX(XXX), 1–7.
Cohen, D. L., Roffe, C., Beavan, J., Blackett, B., Fairfield, C. A., Hamdy, S., …
Warusevitane, A. (2016). Post-stroke dysphagia : A review and design
considerations for future trials. International Journal of Stroke, 11(4), 399–
411.
Doeltgen, S. H., Ong, E., Scholten, I., Cock, C., & Omari, T. (2017). Biomechanical
Quantification of Mendelsohn Maneuver and Effortful
Rangarathnam, B., & Mccullough, G. H. (2017). Swallowing Exercises in Patients
Post-Stroke : What Is the Current Evidence ? Exercises Targeting Impaired
Oral Bolus Preparation and Transfer. SIG, 2(1), 4–12.
Johnson, D. N., Herring, H. J., & Daniels, S. K. (2014). Dysphagia Management in
Stroke Rehabilitation. Curr Phys Med Rehabil Rep, 2014(2), 207–218.
Sarkar D, Halder S, Saha BK, Biswas P. A study of stroke patients with respect to
their clinical and demographic profile and outcome. Int J Res Med Sci.
2016;4(9):4061–6.
Link dicari pada tanggal 26 agustus 2021 :
https://www.researchgate.net/publication/327960355_Gambaran_disfagia_pad
a_anak_dan_karakteristiknya
Link dicari pada tanggal 25 agustus 2021: https://www.sehatq.com/penyakit/disfagia
Link dicari pada tanggal 26 agustus 2021 : https://www.alodokter.com/disfagia
Link dicari pada tanggal 24 agustus 2021:
https://health.kompas.com/read/2021/01/20/160900468/15-penyebab-susah-
menelan-yang-perlu-diwaspadai?page=all
Linkdicari pada tanggal 26 agustus 2021:
https://www.halodoc.com/kesehatan/disfagia

14

Anda mungkin juga menyukai