Organisasi :
21. Sekretaris II IKABWI PUSAT 1989 – 1993
22. Ketua I IKATWI PUSAT 2001 – 2006
23. Wakil Ketua IKATWI DPD Bodeka 2009 – 2011
24. Ketua Litbang IKATWI DPD Bodeka 2011 – 2014
25. Ketua Litbang IKATWI PUSAT 2012- 2017
26. Wakil Ketua Umum II IKATWI PUSAT 2017 -2022
27. Anggota Tim Penilai / Visitasi Pendirian Prodi D3 TW & D3 Rad Poltekkes Al Islam Bandung 2004
28. Anggota Tim Pengembangan Pelayanan Kesehatan Mandiri Terapi Wicara, BPPSDM Depkes RI 2004
Pengalaman Praktek :
29. Terapis Wicara di Bagian Neurologi FKUI 1987-1988.
30. Terapis Wicara di YPAC SLB D Jakarta 1988 – 1992.
31. Terapis Wicara di Wisma Tuna Ganda Cacat Ganda Jakarta 1988 -1994.
32. Terapis Wicara di RS Pertamina Pusat Jakarta 1990 – 2006.
33. Terapis Wicara di Klinik Fisioterapi Sasana Husada Jakarta 1997 - 2001.
34. Terapis Wicara di SLB B dan SLB C Tridaya Jakarta 1988 – 1990.
35. Terapis Wicara di Klinik Vacana Husada Jakarta 1988 – 1990.
36. Terapis Wicara RS Dharma Jaya Jakarta 2000 – 2002.
37. Terapis Wicara RS Kanker Dharmais Jakarta 1995 – 2006 PNS.
38. Konsulen Terapi Wicara di RS Jantung Harapan Kita Jakarta 2002-2006.
PERALATAN TERAPI
WICARA
Kode MK: TW 313
Bobot : 2 SKS
Semester III
Alat Terapi Wicara : Instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan,
terapi gangguan bahasa, wicara, suara, dan irama / kelancaran serta problem menelan.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan : suatu alat dan/ atau tempat yg digunakan tuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yg dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, dan /atau
masyarakat.
(UU RI no 36 th 2009 ttg Kesehatan Bab I P 1 ayat 5 & 7)
Rumah Sakit : Semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam melalui
upaya kesehatan perorangan.
Teknologi Kesehatan : Segala bentuk alat dan/atau metode yg
ditujukan tuk membantu menegakan diagnosa, pencegahan, dan
penanganan permasalahan kesehatan manusia’.
Melaksanakan pelayanan terapi wicara bidang bahasa dan bicara serta menelan secara
penuh dan tanggung jawab untuk menegakkan diagnosis gangguan bahasa, wicara,
suara, irama/kelancaran) dan menelan melalui pengkajian (perolehan data dan
pengolahan data);
Melaksanakan pelayanan terapi wicara bidang bahasa dan bicara serta menelan
secara penuh dan tanggung jawab, langkah-langkah terapeutik/ tindakan terapi
wicara pada bahasa, wicara, suara, irama/kelancaran dan menelan;
Menyusun dokumentasi gangguan bahasa dan bicara serta menelan yang berkualitas;
Memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan terapi wicara;
Melakukan fungsi manajemen terapi wicara;
Melakukan kalaborasi dengan tenaga kesehatan dan ahli lain yang terkait;
Memberikan informasi, pendidikan dan/atau pelatihan tentang gangguan bahasa,
bicara dan menelan serta hal lain yang terkait; dan
Melakukan penelitian dan pengembangan bidang bahasa, bicara dan menelan serta
hal yang terkait. (Permenkes RI No 24 tahun 2013 Ttg Penyelenggaran Perkerjaan
Terapis Wicara) Pasal 17.
Terapi Wicara
Terapi Wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan
profesional berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi
dalam bidang perilaku komunikasi untuk
meningkatkan dan memulihkan kemampuan perilaku
komunikasi, yang berhubungan dengan kemampuan-
kemampuan bahasa, wicara, suara, dan irama /
kelancaran serta problem menelan diakibatkan oleh
adanya gangguan / kelainan anatomis, fisiologis,
psikologis, dan sosiologis (Per MenPan RI No :
PER/48/M.PAN/4/2005).
Terapis Wicara
Terapis Wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik
di dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Permenkes RI No 24 tahun 2013 Ttg
Penyelenggaran Perkerjaan Terapis Wicara). Terapis wicara memiliki tugas,
tanggung jawab, kewenangan serta memiliki hak secara penuh untuk
melaksanakan pelayanan terapi wicara secara profesional dan mandiri di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Tugas pokok
Terapis Wicara dalam melaksanakan pelayanan terapi wicara demi
tercapainya kemampuan komunikasi ( Bahasa, wicara, suara,
irama/kelancaran) dan menelan secara wajar serta tidak mengalami
gangguan psikososial dalam menjalankan fungsinya sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. (Permenpan No 48 Tahun 2005 Ttg
Jabatan Funsional TW dan AK)
Uji Kompetensi
adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar
profesi.
Sertifikat Kompetensi
adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seseorang
tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus Uji
Kompetensi.
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara
hukum untuk menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan profesinya
Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga
kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Surat Izin Praktik Tarapis Wicara yang selanjutnya disingkat
SIPTW adalah bukti tertulis yang diberikan kepada terapis wicara
untuk mejalankan praktik terapi wicara secara perorangan
dan/atau berkelompok.
20
STANDAR II : PERALATAN
PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN
Peralatan pemeriksaan dan pengukuran dipergunakan untuk pengkajian
pelayanan terapi wicara .
Komponen :
1. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan bahasa.
2. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan wicara/bicara.
3. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan suara.
4. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan rama/kelancaran.
5. Peralatan pemeriksaan / pengukuran gangguan menelan.
Kriteria :
1. Peralatan dapat berfungsi dengan baik
2. Dilakukan kalibrasi secara periodik.
3. Mudah penggunaannya.
4. Tersedia petunjuk operasional alat pemeliharaan.
5. Apabila memerlukan teknik khusus harus dioperasikan oleh terapis
wicara terlatih.
STANDAR III : PERALATAN DIAGNOSA, LATIHAN, TERAPI DAN MANIPULASI
Kriteria :
1. Peralatan dapat berfungsi dengan baik
2. Tingkat keamanan tinggi.
3. Menerapkan peralatan yang tepat secara efektif
dan efisien.
4. Dilakukan kalibrasi secara periodik.
5. Dilengkapi dengan petunjuk pemakaian alat dan
pemeliharaan.
6. Memenuhi Standar Mutu Peralatan. (SNI)
STANDAR IV : SUMBER FISIK
Peralatan sumber fisik disediakan untuk menunjang metodologi
tindakan terapi wicara yang berupa: metodologi tindakan gangguan
bahasa, wicara/bicara, suara, irama/kelancaran dan tindakan
gangguan menelan dan gangguan lain yang terkait patologi
komunikasi.
Kriteria :
1. Dapat berfungsi dengan baik.
2. Memenuhi standar keamanan yang ditetapkan.
3. Tersedia aksesori peralatan yang diperlukan pada peralatan
tertentu.
4. Mempunyai petunjuk pengoperasian peralatan dan pemeliharaan.
5. Dikalibrasikan secara periodik.
6. Jenis dan jumlah peralatan sesuai kebutuhan.
7. Memenuhi Standar Mutu Peralatan. (SNI).
STANDAR V : AKTIVITAS FUNGSIONAL
Kriteria :
1. Peralatan dapat berfungsi dengan baik
2. Tingkat keamanan kerja yang memadai.
3. Mempunyai petunjuk pengoperasian alat dan pemeliharaan.
4. Disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat.
5. Jenis dan jumlah mencukupi.
6. Memenuhi spesifikasi peralatan.
STANDAR VI : PENGADAAN
Pengadaan alat adalah tanggung jawab institusi/ rumah sakit, dengan
mengacu kepada usulan dari bagian terapi wicara yang disusun
berdasarkan prioritas kebutuhan pelayanan terapi wicara.
Kriteria :
1. Diadakan berdasarkan jenis dan jumlah kasus/kunjungan.
2. Mempertimbangkan jumlah terapis wicara.
3. Tujuan institusi/rumah sakit
4. Mempertimbangkan kapasitas tempat tidur rumah sakit.
5. Sarana /fasilitas yang ada.
6. Memperhatikan prinsip efektif dan efisien.
7. Memenuhi spesifikasi peralatan.
8. Adanya kesepakatan jaminan pemeliharaan.
9. Adanya kesepakatan jaminan verifikasi.
10. Adanya jaminan sosial pengoperasian dan pengendalian.
STANDAR VII : PEMELIHARAAN
Pemeliharaan peralatan harus dilakukan terus menerus dimulai
sejak awal pembelian untuk menjamin agar peralatan tetap dapat
berfungsi dengan baik dan siap pakai.
Kriteria :
1. Peralatan yang baru harus diuji coba.
2. Peralatan harus diservis secara berkala untuk mengukur
validitas kalibrasi.
3. Disimpan ditempat yang aman menghindari kemungkinan
kerusakan alat yang disebabkan faktor luar.
4. Jenis alat tertentu disimpan mengikuti prosedur
penyimpanan
5. Peralatan diuji coba ulang setelah diperbaiki karena kerusakan.
Perencanaan Kegiatan
Evaluasi Kegiatan
Dalam meningkatkan mutu pelayanan, terapi
wicara di unit kerjanya perlu melakukan evaluasi
secara berkala dan komprehensif sesuai dengan
perencanaan kegiatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan evaluasi ini meliputi:
Tercapainya pengembangan SDM terapis wicara baik secara kuantitas
maupun kualitas.
Tercapainya pengembangan fasilitas dan peralatan terapi wicara.
Tercapainya kerjasama lintas sektor dan program.
Tercapainya target pelayanan yang telah direncanakan
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan adalah proses dokumentasi tertulis
dari seluruh informasi dan data mengenai perencanaan,
pelaksanaan kegiatan dan evaluasi. Hasil dari proses ini berupa
data dan laporan yang bisa digunakan untuk kepentingan pihak
yang terkait. (Ranah Hukum)
Data dan laporan tersebut meliputi:
1. Kondisi SDM terapi wicara saat ini baik kualitas maupun
kuantitas.
2.Kondisi fasilitas dan peralatan saat ini baik kualitas maupun
kuantitas.
3. Kondisi pelayanan saat ini.
KEBUTUHAN TENAGA TW
Kebutuhan tenaga Terapis Wicara di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya,
ditentukan berdasarkan analisa beban kerja dan jenis pelayanan yang ada di
instansi tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka diperoleh
estimasi kebutuhan tenaga Terapis Wicara di rumah sakit sebagai berikut :
Rumah Sakit A : 5 - 7 orang.
Rumah Sakit B : 3 - 5 orang.
Rumah Sakit C : 2 orang.
Rumah Sakit D : 1 orang.
Rumah Sakit Khusus sesuai dengan jenis klas rumah sakit.
Untuk Fasilitas Kesehatan lain estimasi kebutuhan tenaga Terapis Wicara
didasarkan pada analisa beban kerja masing-masing instansi.
Kebutuhan Tenaga TW
Kebutuhan tenaga Terapis Wicara di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya,
ditentukan berdasarkan rasio antara klien dan terapis wicara maksimal 6 : 1 /hari
(Permenkes RI No 81 T 2014 Standar Pelayanan TW)
Kebutuhan Tenaga Terapis wicARa
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit
Direktorat Bina Pelayanan Medik Depeartemen
Kesehatan RI Jakarta 2008. Halaman 113-117 Point 21
Pelayanan Keterapian Fisik : Khususnya Terapis Wicara
Hal 119-123.
RS Klas D : Min 1 orang
RS Klas C : Min 1 orang
RS Klas B : Min 5 orang
RS Klas A : Min 7 orang
Sumber Data : Kementerian Kesehatan 2015
8 Sekolah dan Sekolah Luar Biasa Campuran 1036 1 0rang x 1036 = 1036 orang
.
Gedung
Lokasi gedung strategis dengan memperhatikan
aksesibilitas untuk mencapai lokasi berupa jalan
yang memudahkan untuk menuju ruang
pelayanan terapi wicara.
Ruangan
Konstruksi ruangan dan fasilitas :
Ruang Tunggu
Luas minimal ± 3 x 4 m2, dengan kursi
yang aman serta nyaman dan bersih bagi
pasien dan arena bermain untuk anak –
anak, ruangan dapat digabung.
Ruang Pendaftaran dan administrasi
Luas Minimal ± 3 x 4 m2. Ruang ini harus
cukup untuk penempatan meja tulis, kursi serta
lemari untuk menyimpan dokumen pasien dan
lainnya ruangan dapat digabung.
Ruang Pengkajian & penanganan
Jumlah ruangan peengkajian dan ruang
penanganan disesuaikan dengan jenis kasus dan
beban kerja pelayanan. Luas ruangan pemeriksaan
dan ruang penanganan ini untuk terapi individu ±
3 x 4 m2 dan kelompok ± 4 x 5 m2, dengan
spesifikasi sbb :
Lantai dilapisi karpet atau bahan yang mampu
mereduksi suara, warna terang, mudah
dibersihkan.
Dinding harus permanen, dilengkapi dengan
lapisan kedap suara dengan kekedapan 20 dB,
warna sesuai kebutuhan, menggunakan cat yang
tidak luntur dan tidak mengandung logam berat.
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, tinggi langit-langit minimum dua meter
tujuh puluh lima sentimeter.
Pintu harus lebar, mampu dilewati tempat tidur
maupun kursi roda yang bersimpangan
Daya listrik harus cukup disesuaikan dengan
peralatan yang dipergunakan dan harus ada
stabilisator untuk menjamin kestabilan tegangan.
Lampu Penerangan Ruangan harus cukup terang
dapat untuk membaca tulisan dalam operasional alat,
lampu di atas pasien berbaring ada penutup agar tidak
membuat silau.
Ventilasi alamiah harus dapat menjamin sirkulasi
udara dalam ruangan dengan baik, luas ventilasi
alamiah minimal 20 % dari luas lantai, dengan suhu
ruang 19 – 24 derajat celcius.
Persediaan air harus cukup untuk kebutuhan cuci
tangan untuk serta memenuhi syarat kesehatan.
Wastafel harus ada pada setiap ruangan pemeriksaan
dan ruang penanganan.
Alat pemadam kebakaran
Alat pendingin ruangan atau air condition (AC)
Kulkas
Alat sterilisasi
Lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan.
Ruang Alat-alat Elektronik / latihan
Luas dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.
Parameter 1:
Adanya fasilitas ruangan pelayanan TW yg sesuai
standar peralatan dlm pelayanan TW.
Skor
1 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk sebagian pasien/klien rawat
inap atau rawat jalan.
2 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan.
3 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan, ada ruang tunggu & ruang administrasi.
4 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan, ada ruang pemeriksaan, ruang tindakan, ruang
tunggu, ruang administrasi & ruang pimpinan TW.
5 = Ruang pelayanan TWaksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan, ada ruang pemeriksaan, ruang tindakan, ruang tunggu,
ruang administrasi, ruang pimpinan TW & ruang
pendidikan/pelatihan, luas & pembagiannya mencukupi.
Difinisi Operasional :
a. Aksesibel ialah jalan masuk dg lebar pintu bisa sekaligus
bersimpangan dua kursi roda /dua brankar, lantai datar,
terlindung dr hujan, bila di lantai atas harus ada lift yg
seluas tuk brankar.
b. Luas & pembagiannya mencukupi ialah sesuai standar
ruangan seperti yg ditetapkan Kem. Kes RI
Cara Pemeriksaan :.
Dokumen : Denah ruang TW.
Observasi : Ruang TW.
Wawancara : Direktur RS, Pimpinan TW, Terapis Wicara
Skor : 1 sd 5
Parameter
Parameter 2 : T W baik jenis, jumlah maupun kualitas yg memenuhi penyelenggaraan pelayanan
TW , peralatan dikenakan pada pasien/klien ditera setiap kurun waktu tertentu tuk menjamin
efektifitas & keamanan.
Skor :
1 = Tersedia peralatan TW tuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien, jenis &
jumlah tidak mencukupi.
2 = Tersedia peralatan TW tuk diagnosis, intervensi, bantu T W pasien/klien, jenis
mencukupi, jumlah tidak mencukupi.
3 = Tersedia peralatan Terapi Wicara untuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien,
jenis &jumlah mencukupi.
4 = Tersedia peralatan TW tuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien, jenis &
jumlah mencukupi & pemeliharaan alat dapat dengan uji coba fungsional oleh tim
terapis wicara yg dibentuk pimpinan terapi wicara.
5 = Tersedia peralatan T W tuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien, jenis &
jumlah mencukupi & pemeliharaan alat dapat dengan uji coba fungsional oleh tim
terapis wicara yg dibentuk pimpinan terapi wicara, dan tera ulang sekurangnya satu
kali dlm dua tahun.
Difinisi Operasional :
a. Mencukupi ialah sesuai standar yg dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan RI.
b. Tera ulang tuk alat pemeriksaan harus oleh teknisi/ahli yg
kompeten.
c. Pemeliharaan tuk alat intervensi dapat dengan uji coba fungsional
subyektif oleh tim terapis wicara yg dibentuk pimpinan tw.
Cara Pemeriksaan :
Dokumen : a. Daftar jenis dan jumlah peralatan, serta denah susunan
tataletaknya.
Dokumen permintaan tera ulang; daftar tim Terapi Wicara & notulen
proses tera ulang fungsional subyektif peralatan intervensi tw.
Dokumen pemeliharaan peralatan.
Observasi : Peralatan terapi wicara.
Wawancara : Pimpinan terapi wicara, terapis wicara.
Skor : 1 sd 5
Parameter 3 :
Adanya peralatan administrasi untuk mendukung kegiatan pelayanan
terapi wicara.
Skor :
1 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, satu unit meja tulis.
2 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, dua unit meja tulis,
satu buah filing cabinet, satu saluran telepon.
3 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, tiga unit meja tulis,
satu buah lemari rak filing, satu saluran telepon.
4 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, satu meja/konter
resepsionis, tiga unit meja tulis, satu buah lemari rak filing, satu buah
lemari kepustakaan, dua saluran telepon, satu unit komputer.
5 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, satu meja/konter
resepsionis, empat unit meja tulis, dua buah lemari rak filing, satu
buah lemari kepustakaan, tiga saluran telepon, satu unit komputer,
dan satu unit faksimile.
Difinisi Operasional :
Cukup jelas.
Cara Pemeriksaan :
Dokumen : Daftar jenis & jumlah peralatan, serta
denah susunan tataletaknya.
Observasi : Peralatan administrasi terapi wicara
Wawancara : Pimpinan terapi wicara, terapis wicara.
Skor : 1 sd 5
TATA LAKSANA
PELAYANAN TERAPI WICARA
Rujukan
SKRINING
Dikembalikan
Tidak Ada
Mandiri
Ada Gangguan
Edukasi Gangguan
• Terapi Selesai
PEROLEHAN DATA PENGOLAHAN DATA PERENCANAAN TINDAKAN EVALUASI
• Terapi Dirujuk
• Wawancara • Validasi data • Tujuan program • Tujuan - program Berhubungan • Terapi Dihentikan
- Checklis • Pengelompokkan - Panjang • Metode terapi dengan
- Format tanya • Analisa data - Pendek • Alat terapi • Perolehan data
jawab • Perumusan/ - Harian • Langkah terapi • Pengolahan data
- Format daftar Penentuan diagnosis • Materi terapi • Evaluasi • Perencanaan
pertanyaan • Prognosis • Metode terapi • Advis • Tindakan
• Pengamatan - Nama • Ringkasan akhir
• Tes - Langkah2
• Studi • Alat terapi
dokumentasi • Rencana terapi
- Durasi
- Frekuensi
• Rencana evaluasi
dst
1. TAHAP PENGKAJIAN 1b 3
2a
a. Perolehan Data
a.1. Wawancara 2c
- Checklis 2b
- Format tanya jawab
- Format daftar pertanyaan
a.2. Pengamatan
2a 1b 1a
a.3. Tes 3 b. Pengolahan Data
a.4. Studi dokumen 2b
2c b.1. Validasi data
2a b.2. Analisa data
1b b.3. Perumusan data/
1a Penegakan diagnosis
2b 3 b.4. Prognosis
2c
1a 2. TAHAP TINDAKAN TERAPI
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan / tindakan terapi
c. Evaluasi / penilaian
PUTARAN TATALAKSANA
PELAYANAN TERAPI WICARA
Tahap Pengkajian
a. Perolehan Data
1) Wawancara
Percakapan yang diarahkan pada suatu masalah yang berkaitan dengan perilaku
komunikasi dan menelan, ini biasanya merupakan proses tanya jawab lisan, dimana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik ( terutama dengan klien ) anggota
keluarga dan teman )
2) Pengamatan
suatu cara yang diengaja, langsung sistimatis yang bertujuan pada penilaian jawaban,
reaksi yang dapat dilihat, dihitung, dan dicatat, berkaitan dengan perilaku komunikasi dan
menelan
3) Tes
Suatu cara pemeriksaan yang bertujuan untuk dapat mengukur kemampuan dasar / awal klien
dengan menggunakan alat ukur yang obyektif dan subyektif, berkaitan dengan perilaku
komunikasi dan menelan
4) Studi Dokumentasi.
Pelayanan terapi wicara dalam bidang perilaku komunikasi dan menelan demi tercapainya
kemampuan secara optimal, menerima dan atau merujuk dengan ahli lain yang terkait
( multidisipliner).
Pengolahan Data
1) Validasi data
Mengecek kembali data-data yang ada terutama yang diragukan keabsahannya untuk
menyakinkan bahwa data yang diperoleh berdasarkan pengkajian dan fakta adalah akurat.
2 ) Analisa data
Usaha untuk menemukan, menghubungkan, bahan, pendapat, keterangan, sehingga
dapat menguraikan secara obyektif, sistematis dan kuantitatif perilaku komunikasi dan
gangguan menelan, sebagai dasar untuk menegakan diagnosa, prognosa dan tahap
pengembangan program
3) Perumusan data/Penegakan Diagnosis
Penetapan dari suatu jenis penyakit ketidak normalan, kelainan, gangguan, yang
diperoleh dari hasil analisa kumpulan gejala-gejala yang nampak penyebabnya,
perkembangannya berdasarkan prosedur yang ada.
4) Prognosis
Prediksi yang telah dipertimbangkan dengan teliti mengenai cara, lama, keefektifan,
kesulitan, dan kesembuhan dari suatu penyakit/ gangguan perilaku komunikasi dan
gangguan menelan.
Tahap Pengembangan Program
a. Perencanaan
Merupakan proses pemikiran secara matang untuk menentukan pengambilan keputusan yang mengandung
unsur fakta dan berhubungan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
Perencanaan disusun dengan menggunakan format sebagai berikut:
1)Tujuan dan program terapi
Program jangka panjang
Program jangka pendek
Program harian
2) Metode terapi.
Didalam pemilihan metode terapi wicara disesuaikan dengan jenis gangguan.
3) Materi / alat -alat terapi
Didalam pemilihan alat-alat terapi wicara disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
4) Waktu Pelaksanaan terapi
a) Lamanya terapi dalam setiap pertemuan : 30 – 60 menit
b) Frekwensi kunjungan : 1-6 kali/minggu
5) Tempat pelaksanaan terapi :
a) Ruang khusus terapi ( individu atau kelompok )
b) Ruang terapi wicara
Pelaksanaan
Penerapan tindakan terapi sesuai dengan rencana program
terapi jangka pendek dan jangka panjang yang dilaksanakan
secara harian.
1) Tujuan dan programnya
2) Metode /teknis terapi
3) Alat terapi
4) Pelaksanaan terapi : berisi langkah-langkah yg
dilakukan
5) Evaluasi
6) Advis dan tindak lankut
Selain itu perlu dilengkapi dengan daftar hadir yang ditanda
tangani pihak keluarga klien.
Hasil Pelaksanaan program terapi
Setiap pertemuan terapis wicara menyusun tujuan dan
program terapi harian disesuaikan dengan diagnosisnya.
Evaluasi
Suatu tindakan atau proses untuk menentukan tingkat
keberhasilan terapi.
1) Evaluasi dilaksanakan setiap akhir pertemuan dan pada
akhir terapi jangka pendek.
2) Evaluasi dimaksud untuk mendapatkan informasi
kemampuan klien yang telah dicapai yang berfungsi
untuk menetapkan tindak lanjut.
3) Setelah evaluasi dilaksanakan terapis
engkomunikasikan
hasilnya kepada pihak keluarga klien
Dokumentasi dan Administrasi
Dokumen tertulis mengenai data klien sejak awal sampai akhir pelayanan. Terapis wicara
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelengkapan dan pemeliharaan Administrasi klien.
Terapis wicara wajib mencatat secara rinci dan teratur rencana dan pelaksanaan terapi baik setiap
sesi/pertemuan atau setiap periode.
Data yang diliputi dalam adminitrasi klien :
1) Data lengkap hasil pengkajian
a) Perolehan data
b) Pengolahan data
2) Data lengkap hasil pengembangan program
a) Perencanaan
b) Tindakan
c) Evaluasi/Tindak lanjut
3) Ringkasan akhir (pada saat klien berhenti terapi karena selesai, pindah, atau
meninggal).
Dalam melakukan pekerjaannya, Terapis Wicara harus melakukan pencatatan dan wajib
disimpan selama 5 (lima) tahun.
Konsep Dasar Menganalisis Kondisi Klien
HAKEKAT MANUSIA
☻ makhluk biologis / fisiologis
☻Psikologis
☻Makhluk sosial
☻Makhluk spiritual
KONDIDSI KELUARGA
ANGGOTANYA MENGALAMI
GANGGUAN
☻ Shock (gocangan)
☻ Tidak/kurang percaya diri
☻ Fear / frustrasi (takut/kecewa)
☻ Menerima kenyataan
Alat Pengkajian/Diagnosis &
Terapi/Penunjang Terapi
Format wawancara dan obsevasi/pengamatan
Format untuk melakukan wawancara dan
observasi/pengamatan pasien
Format sesuai bidang garap TW
Alat Sensibilitas
- Vokal : e,i,a,o,u
- Konsonan : 1. Awal : m,n,p,t,k,b,d,g,f,h,w
2. Tengah : m,n,p,k,b,d,g,f,h,w,ng
3. Akhir : m,n,p,t,ng
Usia 3,6 th
- Konsonan : 1. Awal : y
2. Tengah : s,z,y
3. Akhir : r
Usia 4 th
- Konsonan : 1. Awal : j,r,d,s,sh
2. Tengah : v,r,l
3. Akhir : k,b.d.g.sh
Tabel perkembangan artikulasi normal
Usia 4,6 th
- Konsonan : 1. Awal : ch
2. Tengah : sh,ch
3. Akhir : s,ch
Usia 5 th
- Konsonan : 1. Awal :-
2. Tengah :j
3. Akhir :-
Usia 6 th
- Konsonan : 1. Awal : v,th
2. Tengah : t,th
3. Akhir : v,th,l
Usia 7 th
- Konsonan : 1. Awal :Z
2. Tengah : ZH
3. Akhir : Z,ZH,J
Gambar anatomi fisiologi Proses Mendengar
PUSAT PENGERTIAN
PUSAT PERSEPSI
(WERNICKE) PUSAT MOTORIK
115
Gambar anatomi fisiologi Proses menelan
Alat Bantu untuk mengetahui anatomi fisiologi
proses menelan normal
Gambar / model Tubuh manusia
Alat Bantu peraga gambar ( 2 dimensi) model (3
dimensi) tubuh manusia
Gambar / model Tubuh manusia
Sound Recorder (perekam suara)
Alat Bantu audio untuk merekam suara pasien
gangguan komunikasi sesuai bidang garap TW
Model konsep Bentuk
Alat Bantu terapi model konsep bentuk obyek berupa
visual (2 dimensi) dan bendanya ( 3 dimensi)
Model konsep Warna
Alat Bantu terapi model konsep warna obyek berupa
visual ( 2 dimensi)
Model konsep Bentuk
Model konsep Ukuran
Alat Bantu terapi model konsep ukuran obyek berupa
visual (2 dimensi) dan bendanya ( 3 dimensi)
Cermin (portable ,standing dan tiga pintu)
Alat Bantu terapi dalam bentuk visual
Vibrator Elektrik
Alat elektrik untuk penunjang terapi berupa stimulasi
pada organ wicara yang diluar.
Vibrator Elektrik
Maxtens 1000
Sikat Gigi Elektris
Alat elestrik untuk penunjang terapi berupa stimulasi
pada organ wicara yang didalam
Peralatan Oral Motor
Alat untuk melatih kemampuan gerak organ oral,
meliputi lidah, bibir dan rahang.
1 set peralatan terapi.
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
White Board & Papan flanel
Papan tulis sebagai sarana penunjang terapi sesuai
bidang garap Terapi Wicara
Alat Bantu terapi yang dipakai untuk
mengembangkan kemampuan bahasa reseptif dan
ekspresif.
Form Board (alat transportasi)
Alat Bantu terapi macam-macam alat transportasi
sesuai bidang garap TW
Form Board (Orang)
Alat Bantu terapi bagian-bagian organ tubuh manusia
dan jenis kelamin sesuai bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (Binatang)
Alat Bantu terapi macam-macam binatang sesuai
bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (Buah-buahan)
Alat Bantu terapi macam-macam buah-buahan sesuai
bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (Tumbuh-tumbuhan)
Alat Bantu terapi macam-macam tumbuh-
tumbuhan sesuai bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (benda Alam )
Alat Bantu terapi macam-macam alam benda
sesuai bidang garap TW
Pin board (Diameter 2cm ,18 lubang 6 warna)
Email. gunawanTW@yahoo.com
HP : 08159554139, 082220084958
186