Anda di halaman 1dari 186

GUNAWAN.

HS, SMTW, SPd, MM


NIDN/NIP : 4019036401/196403191995031003/Pembina/IVA
Klaten, 19 Maret
Islam, Jawa, Indonesia
Pendidikan Formal :
1. Akademi Fisioterapi Prodi Terapi Wicara, Jakarta Lulus 1987.
2. Sarjana Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Jakarta Lulus 2002
3. Akta Mengajar IV Universitas Negeri Jakarta Lulus 2003
4. Magister Manajemen Universitas Mpu Tantular Jakarta Lulus 2014
Pendidikan , Pelatihan dan Penghargaan:
5. Diklat Jab Fung Administrator Kesehatan Tk. Nasional, Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI 2012.
6. Diklat TOT Tenaga Kesehatan TK. Nasional, Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI 2012
7. Diklat Item Development Tk. Nasional A1, Pusdiklat Aparatur, MTKI, Kemenkes RI 2012.
8. Diklat Tim Penilai Jab Fung Kesehatan Tk. Nasional A2, Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI 2012
9. Souding Kurikulum Inti Pendidikan Diploma IV, TW, 0T, OP & FT BPPSDM Kes Kemenkes RI 2012
10. Diklat Item Review Tk. Nasional A2, Pusdiklat Aparatur, MTKI, Kemenkes RI 2013.
11. Diklat Inner Beuty Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik , Kemenkes RI 2013
7. Piagam Penghargaan Bakti Karya Husada Dwi Windu Menteri Kesehatan RI 2013
8. Piagam Tanda Keharomatan Presiden RI, IR. H. Joko Widodo, Satyalancana Karya Satya XX Tahun 2015
9. Anggota Tim Penyusun Kurikulum Inti Pendidikan D3 Jamu, D4 Rad & D4 FT BPPSDM Kemenkes RI
2015
9. Koordinator Tim Penilai Jab Fung Tk. Nasional TW & OT Kemenkes RI 2012 - 2016
10. Wakil Koordinator Tim Penilai Jab Fung Tk. Nasional OP Kemenkes RI 2012 - 2016
11. Anggota Tim Penilai Jab Fung Tk. Nasional FT, RM, RO Kemenkes RI 2012 - 2016
13. Anggota Tim Penyusun Soal CPNS TW Tk. Nasional Biro Kepegawaian Kemenkes RI 2016
14. Dosen / PNS Poltekkes Surakarta Jurusan Terapi Wicara 2017 - Sekarang.
1
Pengalaman Birokrasi dan Sains Ilmu /Kegiatan Ilmiah:
1. PNS Kemenkes RI. 1995 – Sekarang.
2. Dosen Akademi Keperawatan RS PGI Tjikini Jakarta 1987- 1990
3. Dosen Sekolah Tinggi Speech Therapy Indonesia Jakarta 1988-1992
4. Dosen Akademi Fisioterapi Jakarta YIRM Jakarta 1990-1995
5. Dosen Akademi Keperawatan RS Pusat Pertamina Jakarta 2000-2002
6. Dosen Stikes Prodi Keperawatan RS Pelni Jakarta 2000- 2013
7. Dosen Poltekkes RS Al Islam Prodi D3 Terapi Wicara Bandung 2006-2014
8. Dosen Stikes Binawan Prodi D4 Fisioterapi Jakarta. 2009- 2012
9. Anggota tim penyusun Buku Jabfung Terapi Wicara 2005 Men Pan RI.
10. Anggota tim penyusun Buku Juklak Jabfung Terapi Wicara 2005 Depkes RI & BKN.
11. Anggota tim penyusun Buku Juknis Jabfung Terapi Wicara 2006 Depkes RI.
12. Anggota tim penyusun Buku Izin Praktek Terapis Wicara 2004 Depkes RI.
13. Anggota tim penyusun Buku Standar Profesi Terapi Wicara 2007 Depkes RI.
14. Anggota tim penyusun Buku Pendirian Pendidikan D III Bid. Kes BPPSDM Depkes RI 2004.
15. Anggota tim Penyusun Modul & Kurikulum Diklat Tk. Nasional Jab Fung Eletromedik BPPSDM Kemenkes RI 2013
16. Anggota tim Penyusun Modul & Kurikulum Diklat Tk. Nasional Jab Fung Teknis Transfusi Darah BPPSDM Kemenkes RI 2013
17. Anggota tim Penyusun Kurikulum Diklat Tk.Nasional Jab Fung Terapis Wicara BPPSDM Kemenkes RI 2013
18. Anggota tim PenyusunStandar Pelayanan Terapi Wicara PMK No. 81 Tahun 2014
19. Anggota tim PenyusunStandar Pelayanan Terapi Okupasi PMK No. 76 Tahun 2014
20. Anggota tim Penyusun Modul & Kurikulum Diklat Tk. Nasional Jab Fung Okupasi Terapi BPPSDM Kemenkes RI 2016

Organisasi :
21. Sekretaris II IKABWI PUSAT 1989 – 1993
22. Ketua I IKATWI PUSAT 2001 – 2006
23. Wakil Ketua IKATWI DPD Bodeka 2009 – 2011
24. Ketua Litbang IKATWI DPD Bodeka 2011 – 2014
25. Ketua Litbang IKATWI PUSAT 2012- 2017
26. Wakil Ketua Umum II IKATWI PUSAT 2017 -2022
27. Anggota Tim Penilai / Visitasi Pendirian Prodi D3 TW & D3 Rad Poltekkes Al Islam Bandung 2004
28. Anggota Tim Pengembangan Pelayanan Kesehatan Mandiri Terapi Wicara, BPPSDM Depkes RI 2004

Pengalaman Praktek :
29. Terapis Wicara di Bagian Neurologi FKUI 1987-1988.
30. Terapis Wicara di YPAC SLB D Jakarta 1988 – 1992.
31. Terapis Wicara di Wisma Tuna Ganda Cacat Ganda Jakarta 1988 -1994.
32. Terapis Wicara di RS Pertamina Pusat Jakarta 1990 – 2006.
33. Terapis Wicara di Klinik Fisioterapi Sasana Husada Jakarta 1997 - 2001.
34. Terapis Wicara di SLB B dan SLB C Tridaya Jakarta 1988 – 1990.
35. Terapis Wicara di Klinik Vacana Husada Jakarta 1988 – 1990.
36. Terapis Wicara RS Dharma Jaya Jakarta 2000 – 2002.
37. Terapis Wicara RS Kanker Dharmais Jakarta 1995 – 2006 PNS.
38. Konsulen Terapi Wicara di RS Jantung Harapan Kita Jakarta 2002-2006.
PERALATAN TERAPI
WICARA
Kode MK: TW 313
Bobot : 2 SKS
Semester III

GUNAWAN,HS. SMTW, SPd, MM


Definisi Alat
Alat Kesehatan : Instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yg tdk mengandung
obat yg digunakan tuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pd manusia, dan/atau
membantuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Alat Terapi Wicara : Instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan,
terapi gangguan bahasa, wicara, suara, dan irama / kelancaran serta problem menelan.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan : suatu alat dan/ atau tempat yg digunakan tuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yg dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, dan /atau
masyarakat.
(UU RI no 36 th 2009 ttg Kesehatan Bab I P 1 ayat 5 & 7)

Rumah Sakit : Semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam melalui
upaya kesehatan perorangan.
Teknologi Kesehatan : Segala bentuk alat dan/atau metode yg
ditujukan tuk membantu menegakan diagnosa, pencegahan, dan
penanganan permasalahan kesehatan manusia’.

Teknologi Terapi Wicara : Segala bentuk alat dan/atau metode yang


ditujukan untuk pengkajian, membantu menegakan diagnosa,
pencegahan, dan penanganan atau terapi gangguan bahasa, wicara,
suara, dan irama / kelancaran serta problem menelan.

Upaya Kesehatan : Setiap kegiatan dan/atau serangkain kegiatan yg


dilakukansecara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan tuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dlm
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan,
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan /atau
masyarakat.
(UU RI no 36 th 2009 ttg Kesehatan Bab I P 1 ayat 10 & 11 )
Alat Terapi Wicara : Adalah Alat-alat kesehatan yang digunakan sebagai
Pengkajian/Pemeriksaan(Diagnostik) ,Terapi/Penunjang Terapi sesuai
kebutuhan pasien/klien dalam melakukan pelayanan terapi wicara.

Alat Pencatatan dan Pelaporan meliputi formulir//format pencacatan, buku


tulis, kartu pasien, berkas rekam medik, mesin ketik, komputer dll.

Beban Kerja adalah kemampuan alat untuk melaksanakan fungsinya.

Kalibrasi adalah kegiatan memeriksa ulang ketepatan fungsi kinerja dan


keselatan alat.

Masa pakai/umur teknis adalah batas waktu penggunaanalat yang dapat di


ketahui dari manual/pedoman pemakaian masing-masing alat.

Pengelolaan peralatan terapi wicara adalah penetapan pengelolaan alat


terapi, alat pencatatan dan pelaporan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian mutu.
Tenaga Kesehatan
Terapi Wicara Termasuk Tenaga Kesehatan dlm Kelompok Rumpun 6
(Keterapian Fisik pd UU No 36 th 2014)’
Definisi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
(UU RI no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1 ayat 6).
Tenaga Kesehatan Wajib memiliki STR/Peraturan Menkes RI no 46 Tahun
2013 ttg Registrasi Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 23 hrs memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan , dan standar operasional prosedur.
(UU RI No 36 th 2009 ttg Kesehatan Bab V. P 24 ayat 1 ) & (SK Menkes RI no 547/Menkes/ SK/VI/2008 ttg Standar
Profesi Terapis Wicara).
 
Kewenangan Terapis Wicara

 Melaksanakan pelayanan terapi wicara bidang bahasa dan bicara serta menelan secara
penuh dan tanggung jawab untuk menegakkan diagnosis gangguan bahasa, wicara,
suara, irama/kelancaran) dan menelan melalui pengkajian (perolehan data dan
pengolahan data);
 Melaksanakan pelayanan terapi wicara bidang bahasa dan bicara serta menelan
secara penuh dan tanggung jawab, langkah-langkah terapeutik/ tindakan terapi
wicara pada bahasa, wicara, suara, irama/kelancaran dan menelan;
 Menyusun dokumentasi gangguan bahasa dan bicara serta menelan yang berkualitas;
 Memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan terapi wicara;
 Melakukan fungsi manajemen terapi wicara;
 Melakukan kalaborasi dengan tenaga kesehatan dan ahli lain yang terkait;
 Memberikan informasi, pendidikan dan/atau pelatihan tentang gangguan bahasa,
bicara dan menelan serta hal lain yang terkait; dan
 Melakukan penelitian dan pengembangan bidang bahasa, bicara dan menelan serta
hal yang terkait. (Permenkes RI No 24 tahun 2013 Ttg Penyelenggaran Perkerjaan
Terapis Wicara) Pasal 17.
Terapi Wicara
Terapi Wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan
profesional berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi
dalam bidang perilaku komunikasi untuk
meningkatkan dan memulihkan kemampuan perilaku
komunikasi, yang berhubungan dengan kemampuan-
kemampuan bahasa, wicara, suara, dan irama /
kelancaran serta problem menelan diakibatkan oleh
adanya gangguan / kelainan anatomis, fisiologis,
psikologis, dan sosiologis (Per MenPan RI No :
PER/48/M.PAN/4/2005).
Terapis Wicara

Terapis Wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik
di dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Permenkes RI No 24 tahun 2013 Ttg
Penyelenggaran Perkerjaan Terapis Wicara). Terapis wicara memiliki tugas,
tanggung jawab, kewenangan serta memiliki hak secara penuh untuk
melaksanakan pelayanan terapi wicara secara profesional dan mandiri di
fasilitas pelayanan kesehatan.

Tugas pokok
Terapis Wicara dalam melaksanakan pelayanan terapi wicara demi
tercapainya kemampuan komunikasi ( Bahasa, wicara, suara,
irama/kelancaran) dan menelan secara wajar serta tidak mengalami
gangguan psikososial dalam menjalankan fungsinya sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. (Permenpan No 48 Tahun 2005 Ttg
Jabatan Funsional TW dan AK)
Uji Kompetensi
adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar
profesi.

Sertifikat Kompetensi
adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seseorang
tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus Uji
Kompetensi.
 
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara
hukum untuk menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan profesinya
Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga
kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 
Surat Izin Praktik Tarapis Wicara yang selanjutnya disingkat
SIPTW adalah bukti tertulis yang diberikan kepada terapis wicara
untuk mejalankan praktik terapi wicara secara perorangan
dan/atau berkelompok.

Standar Profesi terapi wicara adalah batasan kemampuan


(knowledge, skill and professional attidude) minimal yang harus
dikuasai oleh seseorang terapiwicara Indonesia untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara
mandiri yang dibuat oleh Ikatan Terapis Wicara Indonesia
(IKATWI)
 
Praktik Terapi Wicara
adalah kegiatan yang dilakukan oleh terapis wicara dalam
memberikan jasa dan praktik kepada masyarakat dalam
membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
gangguan bahasa bicara dan menelan.
Termasuk dalam pengertian praktik terapi wicara adalah tindakan
tatalaksana pelayanan terapi wicara (pengkajian, pengembangan
program dan dokumentasi).

Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat


MTKI adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan. Menjadi
KTKI ( Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia)

Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi yang selanjutnya disingkat


MTKP adalah lembaga yang melaksanakan Uji Kompetensi di
daerah dalam rangka proses registrasi
Ijazah
adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh satuan
pendidikan yang terakriditasi diberikan kepada peserta didik
setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan.

Satuan Kredit Profesi


adalah satuan nilai dari butir kegiatan dan/atau akumulasi
dari butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang
terapis wicara selama 5 tahun dalam rangka pembinaan
karier, kwalitas pelayanan yang ditetapkan oleh profesi.

Organisasi profesi Terapi Wicara adalah Ikatan Terapi


Wicara Indonesia selanjutnya disingkat IKATWI. The
Indonesian Speech Therapist Association
 
• Peraturan Presiden RI No 86 Tahun 2019 Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia Pasal 6 Nama Konsil
Keterapian Fisik.
• Pasal 16 d
• Ayat c Organisasi Profesi Keterapian Fisik
sebanyak 4 Orang FT, TW, OT, Akupunktur
• Ayat d Kolegium Keterapian Fisik 1 Orang
• Ayat e Asosiasi Pendidikan Keterapian Fisik 1
Orang
Ruang Lingkup Peralatan Terapi Wicara

Ruang lingkup peralatan terapi wicara meliputi : Alat


pengkajian, diagnosis, terapi dan penunjang terapi.
Standar I : Falsafah dan Tujuan
Standar II : Peralatan Pengkajian dan Pengukuran
Standar III : Peralatan Diagnosis, Latihan , Terapi
Standar IV : Sumber Fisik
Standar V : Aktivitas Fungsional
Standar VI : Pengadaan
Standar VII : Pemeliharaan
STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN
 Dalam melaksanakan pelayanan terapi wicara diperlukan berbagai jenis
peralatan terapi wicara yang tepat sesuai dengan tujuan pelayanan.
(Permenkes RI No 24 tahun 2013 Ttg Penyelenggaran Perkerjaan Terapis
Wicara) Pasal 14 Ayat 1. Terapis Wicara yang memberikan pelayanan terapi
wicara secara mandiri harus mempunyai sarana, dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan minimal pelayanan Terapi Wicara Mandiri.
 
Kriteria :
Penggunaan peralatan bertujuan untuk menunjang keberhasilan program
pelayanan terapi wicara secara efektif dan efisien.
Pengadaan peralatan atas dasar kebutuhan nyata untuk menunjang
keberhasilan pelayanan.
Penggunaan peralatan terapi wicara harus dilakukan dengan asas kewajaran
dan proporsional berdasarkan kondisi pasien/klien.
Pengembangan peralatan mengikuti Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Peralatan harus memenuhi standar mutu peralatan
Bahan Alat Edukasi dan Terapi
Dalam melaksanakan pelayanan terapi wicara
diperlukan berbagai jenis peralatan terapi wicara yang
tepat sesuai dengan tujuan pelayanan.
 
Kriteria :
Tidak mengandung bahan berbahaya dan aman
dipakai.
Bahan warna dasar, bentuk, ukuran terkaitan dengan
fungsi otak kiri dan otak kanan kaitan bahasa, wicara,
suara dan irama .
Pengembangan Stimulasi Auditory, Visual , tactail dan
kinestetik serta visuospasialnya
Mainan yang dianggap Edukatif
Metode Jajak Pendapat Melalui Telp, Litbang Kompas 23
– 25 Oktober 2013, Responden 721 di 12 Kota di
Indonesia secara acak dg Metode Pencuplikan, Tingkat
kepercayaan 95 % kesalahan kurang lebih 3,7 %.
Puzzle : 35,9 %
Lego : 19,3 %
Buku : 4,7 %
Komputer/Laptop : 4,6 %
Lain-lain : 33,3 %
Tidak Tahu : 2,2 %
Fungsi Otak

20
STANDAR II : PERALATAN
PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN
Peralatan pemeriksaan dan pengukuran dipergunakan untuk pengkajian
pelayanan terapi wicara .
Komponen :
1. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan bahasa.
2. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan wicara/bicara.
3. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan suara.
4. Peralatan pemeriksaan/pengukuran gangguan rama/kelancaran.
5. Peralatan pemeriksaan / pengukuran gangguan menelan.
Kriteria :
1. Peralatan dapat berfungsi dengan baik
2. Dilakukan kalibrasi secara periodik.
3. Mudah penggunaannya.
4. Tersedia petunjuk operasional alat pemeliharaan.
5. Apabila memerlukan teknik khusus harus dioperasikan oleh terapis
wicara terlatih.
STANDAR III : PERALATAN DIAGNOSA, LATIHAN, TERAPI DAN MANIPULASI

Kriteria :
1. Peralatan dapat berfungsi dengan baik
2. Tingkat keamanan tinggi.
3. Menerapkan peralatan yang tepat secara efektif
dan efisien.
4. Dilakukan kalibrasi secara periodik.
5. Dilengkapi dengan petunjuk pemakaian alat dan
pemeliharaan.
6. Memenuhi Standar Mutu Peralatan. (SNI)
STANDAR IV : SUMBER FISIK
Peralatan sumber fisik disediakan untuk menunjang metodologi
tindakan terapi wicara yang berupa: metodologi tindakan gangguan
bahasa, wicara/bicara, suara, irama/kelancaran dan tindakan
gangguan menelan dan gangguan lain yang terkait patologi
komunikasi.
Kriteria :
1. Dapat berfungsi dengan baik.
2. Memenuhi standar keamanan yang ditetapkan.
3. Tersedia aksesori peralatan yang diperlukan pada peralatan
tertentu.
4. Mempunyai petunjuk pengoperasian peralatan dan pemeliharaan.
5. Dikalibrasikan secara periodik.
6. Jenis dan jumlah peralatan sesuai kebutuhan.
7. Memenuhi Standar Mutu Peralatan. (SNI).
STANDAR V : AKTIVITAS FUNGSIONAL

Peralatan aktifitas komunikasi disediakan untuk menunjang latihan


kemampuan fungsional klien yang meliputi peralatan untuk aktifitas
bahasa ,wicara , suara , irama/kelancaran dan aktifitas menelan

Kriteria :
1. Peralatan dapat berfungsi dengan baik
2. Tingkat keamanan kerja yang memadai.
3. Mempunyai petunjuk pengoperasian alat dan pemeliharaan.
4. Disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat.
5. Jenis dan jumlah mencukupi.
6. Memenuhi spesifikasi peralatan.
STANDAR VI : PENGADAAN
Pengadaan alat adalah tanggung jawab institusi/ rumah sakit, dengan
mengacu kepada usulan dari bagian terapi wicara yang disusun
berdasarkan prioritas kebutuhan pelayanan terapi wicara.
Kriteria :
1. Diadakan berdasarkan jenis dan jumlah kasus/kunjungan.
2. Mempertimbangkan jumlah terapis wicara.
3. Tujuan institusi/rumah sakit
4. Mempertimbangkan kapasitas tempat tidur rumah sakit.
5. Sarana /fasilitas yang ada.
6. Memperhatikan prinsip efektif dan efisien.
7. Memenuhi spesifikasi peralatan.
8. Adanya kesepakatan jaminan pemeliharaan.
9. Adanya kesepakatan jaminan verifikasi.
10. Adanya jaminan sosial pengoperasian dan pengendalian.
STANDAR VII : PEMELIHARAAN
Pemeliharaan peralatan harus dilakukan terus menerus dimulai
sejak awal pembelian untuk menjamin agar peralatan tetap dapat
berfungsi dengan baik dan siap pakai.

Kriteria :
1. Peralatan yang baru harus diuji coba.
2. Peralatan harus diservis secara berkala untuk mengukur
validitas kalibrasi.
3. Disimpan ditempat yang aman menghindari kemungkinan
kerusakan alat yang disebabkan faktor luar.
4. Jenis alat tertentu disimpan mengikuti prosedur
penyimpanan
5. Peralatan diuji coba ulang setelah diperbaiki karena kerusakan.
Perencanaan Kegiatan

Terapis wicara dalam meningkatkan pelayanan di rumah


sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, perlu secara
komprehensif membuat perencanaan yang meliputi:
 Tersedianya SDM sesuai dengan kebutuhan.
 Pengembangan kualitas SDM terapis wicara.
 Pengembangan fasilitas dan peralatan terapi wicara.
 Mengembangkan lintas sektor dan program.
Perencanaan tersebut disusun oleh penanggung jawab
terapis wicara berdasarkan masukan dari staf terapi wicara
selanjutnya disampaikan kepada pimpinan terkait. (Fungsi
Manajemen)
Sistem Pelayanan

UU 36 TAHUN 2009 TTG Kesehatan .Pasal 5 Ayat.


1. Setiap orang mempunyai hak yg sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan
2. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu dan terjangkau
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukanbagi dirinya.
Terapis wicara dalam melaksanakan fungsi pelayanannya dapat menerima pasien secara
langsung ( promotif dan preventif) baik yang dikirim / dirujuk oleh profesi lain atau
datang atas kemauan sendiri, serta dalam pelaksanaan pelayanannya dapat
mengkonsultasikan atau merujuk ke ahli atau profesi lain yang terkait untuk memperoleh
informasi dan data dalam menegakkan diagnosis atau kelanjutan pelayanan.
Pelayanan terapis wicara kepada pasien dapat bersifat individu maupun kelompok dengan
bekerjasama secara tim. (Per Menkes RI no 867/Menkes/PER/VIII/2004 ttgRegistrasi &
Praktek Terapis Wicara, Pasal 13, & lampiran)
Evaluasi Kegiatan

Evaluasi Kegiatan
Dalam meningkatkan mutu pelayanan, terapi
wicara di unit kerjanya perlu melakukan evaluasi
secara berkala dan komprehensif sesuai dengan
perencanaan kegiatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan evaluasi ini meliputi:
 Tercapainya pengembangan SDM terapis wicara baik secara kuantitas
maupun kualitas.
 Tercapainya pengembangan fasilitas dan peralatan terapi wicara.
 Tercapainya kerjasama lintas sektor dan program.
 Tercapainya target pelayanan yang telah direncanakan
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan adalah proses dokumentasi tertulis
dari seluruh informasi dan data mengenai perencanaan,
pelaksanaan kegiatan dan evaluasi. Hasil dari proses ini berupa
data dan laporan yang bisa digunakan untuk kepentingan pihak
yang terkait. (Ranah Hukum)
Data dan laporan tersebut meliputi:
1. Kondisi SDM terapi wicara saat ini baik kualitas maupun
kuantitas.
2.Kondisi fasilitas dan peralatan saat ini baik kualitas maupun
kuantitas.
3. Kondisi pelayanan saat ini.
KEBUTUHAN TENAGA TW

Kebutuhan tenaga Terapis Wicara di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya,
ditentukan berdasarkan analisa beban kerja dan jenis pelayanan yang ada di
instansi tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka diperoleh
estimasi kebutuhan tenaga Terapis Wicara di rumah sakit sebagai berikut :
Rumah Sakit A : 5 - 7 orang.
Rumah Sakit B : 3 - 5 orang.
Rumah Sakit C : 2 orang.
Rumah Sakit D : 1 orang.
Rumah Sakit Khusus sesuai dengan jenis klas rumah sakit.

Untuk Fasilitas Kesehatan lain estimasi kebutuhan tenaga Terapis Wicara
didasarkan pada analisa beban kerja masing-masing instansi.

Kebutuhan Tenaga TW
Kebutuhan tenaga Terapis Wicara di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya,
ditentukan berdasarkan rasio antara klien dan terapis wicara maksimal 6 : 1 /hari
(Permenkes RI No 81 T 2014 Standar Pelayanan TW)

 
Kebutuhan Tenaga Terapis wicARa
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit
Direktorat Bina Pelayanan Medik Depeartemen
Kesehatan RI Jakarta 2008. Halaman 113-117 Point 21
Pelayanan Keterapian Fisik : Khususnya Terapis Wicara
Hal 119-123.
RS Klas D : Min 1 orang
RS Klas C : Min 1 orang
RS Klas B : Min 5 orang
RS Klas A : Min 7 orang
Sumber Data : Kementerian Kesehatan 2015

No Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Prediksi kebutuhan Sarjana


Sain Terapan Terapi Wicara

1. RS Type A 39 5 orang x 39 = 195 orang


2. RS Type B 223 3 orang x 223 = 669 orang
3. RS Type C 448 2 orang x 448 = 896 orang

4. RS Type D 261 1 orang x261 = 261 orang


5. RS non Kelas 751 1 orang x 751 = 751 orang
6. Pusat Rehabilitasi 3 1 orang x 3 = 3 orang
7. Pusat Pelayanan Lansia 33 1 orang x 33 = 33 orang

8. Dinas Kesehatan Provinsi 34 1 orang x 34 = 34 orang

Jumlah Kebutuhan 1792 2842 orang


Sumber data : Kementerian Pendidikan 2015
N Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Prediksi kebutuhan Sarjana
o Sain Terapan Terapi Wicara
1 Sekolah Luar Biasa Bagian A (Tuna Netra) 32 1 0rang x 32 = 32 orang
.
2 SekolaH Luar Biasa Bagian B (Tuna Rungu) 97 1 0rang x 97 = 97 orang
3 Sekolah Luar Biasa Bagian C (Tuna Grahita/ MR) 108 1 0rang x 108 = 108
orang
4 Sekolah Luar Biasa Bagian D (Tuna Daksa) 10 1 0rang x 10 = 10 orang
5 Sekolah Luar Biasa bagian E 7 1 0rang x 7 = 7 orang
6 Sekolah Luar Biasa Bagian F 20 1 0rang x 20 = 20 orang
7 Sekolah Luar Biasa bagian G (Tuna Ganda) 4 1 0rang x 4 = 4 orang

8 Sekolah dan Sekolah Luar Biasa Campuran 1036 1 0rang x 1036 = 1036 orang
.

Jumlah Kebutuhan 1314 1314 orang


FASILITAS DAN PERALATAN
Bangunan

Fasilitas pelayanan terapi wicara harus memenuhi


kriteria sebagai berikut :

Gedung
Lokasi gedung strategis dengan memperhatikan
aksesibilitas untuk mencapai lokasi berupa jalan
yang memudahkan untuk menuju ruang
pelayanan terapi wicara.
Ruangan
Konstruksi ruangan dan fasilitas :
 Ruang Tunggu
Luas minimal ± 3 x 4 m2, dengan kursi
yang aman serta nyaman dan bersih bagi
pasien dan arena bermain untuk anak –
anak, ruangan dapat digabung.
 Ruang Pendaftaran dan administrasi
Luas Minimal ± 3 x 4 m2. Ruang ini harus
cukup untuk penempatan meja tulis, kursi serta
lemari untuk menyimpan dokumen pasien dan
lainnya ruangan dapat digabung.
Ruang Pengkajian & penanganan
Jumlah ruangan peengkajian dan ruang
penanganan disesuaikan dengan jenis kasus dan
beban kerja pelayanan. Luas ruangan pemeriksaan
dan ruang penanganan ini untuk terapi individu ±
3 x 4 m2 dan kelompok ± 4 x 5 m2, dengan
spesifikasi sbb :
Lantai dilapisi karpet atau bahan yang mampu
mereduksi suara, warna terang, mudah
dibersihkan.
Dinding harus permanen, dilengkapi dengan
lapisan kedap suara dengan kekedapan 20 dB,
warna sesuai kebutuhan, menggunakan cat yang
tidak luntur dan tidak mengandung logam berat.
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, tinggi langit-langit minimum dua meter
tujuh puluh lima sentimeter.
Pintu harus lebar, mampu dilewati tempat tidur
maupun kursi roda yang bersimpangan
Daya listrik harus cukup disesuaikan dengan
peralatan yang dipergunakan dan harus ada
stabilisator untuk menjamin kestabilan tegangan.
Lampu Penerangan Ruangan harus cukup terang
dapat untuk membaca tulisan dalam operasional alat,
lampu di atas pasien berbaring ada penutup agar tidak
membuat silau.
Ventilasi alamiah harus dapat menjamin sirkulasi
udara dalam ruangan dengan baik, luas ventilasi
alamiah minimal 20 % dari luas lantai, dengan suhu
ruang 19 – 24 derajat celcius.
Persediaan air harus cukup untuk kebutuhan cuci
tangan untuk serta memenuhi syarat kesehatan.
Wastafel harus ada pada setiap ruangan pemeriksaan
dan ruang penanganan.
Alat pemadam kebakaran
Alat pendingin ruangan atau air condition (AC)
Kulkas
Alat sterilisasi
Lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan.
 Ruang Alat-alat Elektronik / latihan
Luas dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.

Ruang pertemuan Staf


Untuk keperluan pertemuan/diskusi profesi secara
khusus. Luas dan jumlah disesuaikan dengan
kebutuhan.
 Ruang Ganti Pakaian
Ruang ini untuk mengganti dan menyimpan
pakaian bagi pegawai, yang dipisahkan untuk pria
dan wanita, dilengkapi dengan rak-rak dan
cantelan baju. Luas disesuaikan dengan
kebutuhan.
Disediakan toilet untuk pegawai dan khusus
untuk pasien secara terpisah. Toilet untuk pasien
dilengkapi dengan pengaman dari kayu atau besi
untuk pegangan serta dibuat sedimikian rupa,
sehingga pasien yang menggunakan kursi roda
maupun kruk dan alat penyangga tubuh lainnya
dapat mempergunakannya tanpa ada kesukaran.

Gudang harus dipisahkan untuk penyimpanan


barang dan alat-alat yang tidak dipakai, juga untuk
alat-alat yang akan diperbaiki. Luas disesuaikan
dengan kebutuhan.
PERALATAN TERAPI WICARA
 
Pada umumnya peralatan yang dibutuhkan meliputi alat pengkajian, alat
terapi dan alat latihan untuk program terapi individu maupun terapi
kelompok.
Kebutuhan peralatan disusun berdasarkan standar minimal dengan
mempertimbangkan hal sebagai berikut :
1. Jenis kasus masing – masing tipe rumah sakit;
2. Bidang Garap;
3. Rata – rata jumlah kunjungan pasien setiap hari.
4. Jumlah tenaga terapis wicara yang ada di masing-masing tipe rumah
sakit atau fasilitas kesehatan .

Untuk pengembangan bidang garap unggulan pelayanan terapi wicara,


Rumah Sakit dapat menggunakan tabel yang sesuai dengan bidang garap.
Standar minimal alat Terapis Wicara terlampir dalam Permenkes RI No 024 tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Terapis Wicara, tertanggal 25 Maret 2013.
Standar alat berdasarkan bidang garap terlampir;

Standar minimal alat Terapis Wicara (Lampiran 2).


Bidang garap wicara (Lampiran 3).
Bidang garap bahasa ( Lampiran 4).
Bidang garap suara ( Lampiran 5).
Bidang garap irama/Kelancaran ( Lampiran 6).
Bidang garap gangguan menelan ( Lampiran 7).
 
 
 
 
 
 
FASILITAS DAN PERALATAN.

Fasilitas & peralatan yg tersedia dlm pelayanan TW


merupakan dukungan bagi terlaksananya pelayananan
T W di rumah sakit. Fasilitas dan peralatan teknis &
administrasi tuk memenuhi kebutuhan pelayanan.

Parameter 1:
Adanya fasilitas ruangan pelayanan TW yg sesuai
standar peralatan dlm pelayanan TW.
Skor
1 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk sebagian pasien/klien rawat
inap atau rawat jalan.
2 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan.
3 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan, ada ruang tunggu & ruang administrasi.
4 = Ruang pelayanan TW aksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan, ada ruang pemeriksaan, ruang tindakan, ruang
tunggu, ruang administrasi & ruang pimpinan TW.
5 = Ruang pelayanan TWaksesibel tuk pasien/klien rawat inap atau
rawat jalan, ada ruang pemeriksaan, ruang tindakan, ruang tunggu,
ruang administrasi, ruang pimpinan TW & ruang
pendidikan/pelatihan, luas & pembagiannya mencukupi.
Difinisi Operasional :
a. Aksesibel ialah jalan masuk dg lebar pintu bisa sekaligus
bersimpangan dua kursi roda /dua brankar, lantai datar,
terlindung dr hujan, bila di lantai atas harus ada lift yg
seluas tuk brankar.
b. Luas & pembagiannya mencukupi ialah sesuai standar
ruangan seperti yg ditetapkan Kem. Kes RI
Cara Pemeriksaan :.
Dokumen : Denah ruang TW.
Observasi : Ruang TW.
Wawancara : Direktur RS, Pimpinan TW, Terapis Wicara
Skor : 1 sd 5
Parameter
Parameter 2 : T W baik jenis, jumlah maupun kualitas yg memenuhi penyelenggaraan pelayanan
TW , peralatan dikenakan pada pasien/klien ditera setiap kurun waktu tertentu tuk menjamin
efektifitas & keamanan.
Skor :
1 = Tersedia peralatan TW tuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien, jenis &
jumlah tidak mencukupi.
2 = Tersedia peralatan TW tuk diagnosis, intervensi, bantu T W pasien/klien, jenis
mencukupi, jumlah tidak mencukupi.
3 = Tersedia peralatan Terapi Wicara untuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien,
jenis &jumlah mencukupi.
4 = Tersedia peralatan TW tuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien, jenis &
jumlah mencukupi & pemeliharaan alat dapat dengan uji coba fungsional oleh tim
terapis wicara yg dibentuk pimpinan terapi wicara.
5 = Tersedia peralatan T W tuk diagnosis, intervensi, bantu TW pasien/klien, jenis &
jumlah mencukupi & pemeliharaan alat dapat dengan uji coba fungsional oleh tim
terapis wicara yg dibentuk pimpinan terapi wicara, dan tera ulang sekurangnya satu
kali dlm dua tahun.
Difinisi Operasional :
a. Mencukupi ialah sesuai standar yg dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan RI.
b. Tera ulang tuk alat pemeriksaan harus oleh teknisi/ahli yg
kompeten.
c. Pemeliharaan tuk alat intervensi dapat dengan uji coba fungsional
subyektif oleh tim terapis wicara yg dibentuk pimpinan tw.
Cara Pemeriksaan :
Dokumen : a. Daftar jenis dan jumlah peralatan, serta denah susunan
tataletaknya.
Dokumen permintaan tera ulang; daftar tim Terapi Wicara & notulen
proses tera ulang fungsional subyektif peralatan intervensi tw.
Dokumen pemeliharaan peralatan.
Observasi : Peralatan terapi wicara.
Wawancara : Pimpinan terapi wicara, terapis wicara.
Skor : 1 sd 5
Parameter 3 :
Adanya peralatan administrasi untuk mendukung kegiatan pelayanan
terapi wicara.
Skor :
1 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, satu unit meja tulis.
2 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, dua unit meja tulis,
satu buah filing cabinet, satu saluran telepon.
3 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, tiga unit meja tulis,
satu buah lemari rak filing, satu saluran telepon.
4 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, satu meja/konter
resepsionis, tiga unit meja tulis, satu buah lemari rak filing, satu buah
lemari kepustakaan, dua saluran telepon, satu unit komputer.
5 = Peralatan administrasi pelayanan terapi wicara, satu meja/konter
resepsionis, empat unit meja tulis, dua buah lemari rak filing, satu
buah lemari kepustakaan, tiga saluran telepon, satu unit komputer,
dan satu unit faksimile.
Difinisi Operasional :
Cukup jelas.
Cara Pemeriksaan :
Dokumen : Daftar jenis & jumlah peralatan, serta
denah susunan tataletaknya.
Observasi : Peralatan administrasi terapi wicara
Wawancara : Pimpinan terapi wicara, terapis wicara.
Skor : 1 sd 5
TATA LAKSANA
PELAYANAN TERAPI WICARA
Rujukan
SKRINING
Dikembalikan
Tidak Ada
Mandiri
Ada Gangguan
Edukasi Gangguan

PENGKAJIAN TINDAKAN TERAPI WICARA Rekomendasi


&
Tindak Lanjut

• Terapi Selesai
PEROLEHAN DATA PENGOLAHAN DATA PERENCANAAN TINDAKAN EVALUASI
• Terapi Dirujuk

• Wawancara • Validasi data • Tujuan program • Tujuan - program Berhubungan • Terapi Dihentikan
- Checklis • Pengelompokkan - Panjang • Metode terapi dengan
- Format tanya • Analisa data - Pendek • Alat terapi • Perolehan data
jawab • Perumusan/ - Harian • Langkah terapi • Pengolahan data
- Format daftar Penentuan diagnosis • Materi terapi • Evaluasi • Perencanaan
pertanyaan • Prognosis • Metode terapi • Advis • Tindakan
• Pengamatan - Nama • Ringkasan akhir
• Tes - Langkah2
• Studi • Alat terapi
dokumentasi • Rencana terapi
- Durasi
- Frekuensi
• Rencana evaluasi
dst

1. TAHAP PENGKAJIAN 1b 3
2a
a. Perolehan Data
a.1. Wawancara 2c
- Checklis 2b
- Format tanya jawab
- Format daftar pertanyaan
a.2. Pengamatan
2a 1b 1a
a.3. Tes 3 b. Pengolahan Data
a.4. Studi dokumen 2b
2c b.1. Validasi data
2a b.2. Analisa data
1b b.3. Perumusan data/
1a Penegakan diagnosis
2b 3 b.4. Prognosis
2c
1a 2. TAHAP TINDAKAN TERAPI
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan / tindakan terapi
c. Evaluasi / penilaian

PUTARAN TATALAKSANA
PELAYANAN TERAPI WICARA
Tahap Pengkajian
a. Perolehan Data
1) Wawancara
Percakapan yang diarahkan pada suatu masalah yang berkaitan dengan perilaku
komunikasi dan menelan, ini biasanya merupakan proses tanya jawab lisan, dimana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik ( terutama dengan klien ) anggota
keluarga dan teman )
2) Pengamatan
suatu cara yang diengaja, langsung sistimatis yang bertujuan pada penilaian jawaban,
reaksi yang dapat dilihat, dihitung, dan dicatat, berkaitan dengan perilaku komunikasi dan
menelan
 3) Tes
Suatu cara pemeriksaan yang bertujuan untuk dapat mengukur kemampuan dasar / awal klien
dengan menggunakan alat ukur yang obyektif dan subyektif, berkaitan dengan perilaku
komunikasi dan menelan
 4) Studi Dokumentasi.
Pelayanan terapi wicara dalam bidang perilaku komunikasi dan menelan demi tercapainya
kemampuan secara optimal, menerima dan atau merujuk dengan ahli lain yang terkait
( multidisipliner).
Pengolahan Data
 1) Validasi data
Mengecek kembali data-data yang ada terutama yang diragukan keabsahannya untuk
menyakinkan bahwa data yang diperoleh berdasarkan pengkajian dan fakta adalah akurat.
 2 ) Analisa data
Usaha untuk menemukan, menghubungkan, bahan, pendapat, keterangan, sehingga
dapat menguraikan secara obyektif, sistematis dan kuantitatif perilaku komunikasi dan
gangguan menelan, sebagai dasar untuk menegakan diagnosa, prognosa dan tahap
pengembangan program
3) Perumusan data/Penegakan Diagnosis
Penetapan dari suatu jenis penyakit ketidak normalan, kelainan, gangguan, yang
diperoleh dari hasil analisa kumpulan gejala-gejala yang nampak penyebabnya,
perkembangannya berdasarkan prosedur yang ada.
4) Prognosis
Prediksi yang telah dipertimbangkan dengan teliti mengenai cara, lama, keefektifan,
kesulitan, dan kesembuhan dari suatu penyakit/ gangguan perilaku komunikasi dan
gangguan menelan.
Tahap Pengembangan Program
a. Perencanaan
Merupakan proses pemikiran secara matang untuk menentukan pengambilan keputusan yang mengandung
unsur fakta dan berhubungan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
 
Perencanaan disusun dengan menggunakan format sebagai berikut:
1)Tujuan dan program terapi
 Program jangka panjang
 Program jangka pendek
 Program harian
2) Metode terapi.
Didalam pemilihan metode terapi wicara disesuaikan dengan jenis gangguan.
3) Materi / alat -alat terapi
Didalam pemilihan alat-alat terapi wicara disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
4) Waktu Pelaksanaan terapi
a) Lamanya terapi dalam setiap pertemuan : 30 – 60 menit
b) Frekwensi kunjungan : 1-6 kali/minggu
5) Tempat pelaksanaan terapi :
a) Ruang khusus terapi ( individu atau kelompok )
b) Ruang terapi wicara
Pelaksanaan
Penerapan tindakan terapi sesuai dengan rencana program
terapi jangka pendek dan jangka panjang yang dilaksanakan
secara harian.
1) Tujuan dan programnya
2) Metode /teknis terapi
3) Alat terapi
4) Pelaksanaan terapi : berisi langkah-langkah yg
dilakukan
5) Evaluasi
6) Advis dan tindak lankut
Selain itu perlu dilengkapi dengan daftar hadir yang ditanda
tangani pihak keluarga klien.
Hasil Pelaksanaan program terapi
Setiap pertemuan terapis wicara menyusun tujuan dan
program terapi harian disesuaikan dengan diagnosisnya.  
Evaluasi
Suatu tindakan atau proses untuk menentukan tingkat
keberhasilan terapi.
1) Evaluasi dilaksanakan setiap akhir pertemuan dan pada
akhir terapi jangka pendek.
2) Evaluasi dimaksud untuk mendapatkan informasi
kemampuan klien yang telah dicapai yang berfungsi
untuk menetapkan tindak lanjut.
3) Setelah evaluasi dilaksanakan terapis
engkomunikasikan
hasilnya kepada pihak keluarga klien
Dokumentasi dan Administrasi
Dokumen tertulis mengenai data klien sejak awal sampai akhir pelayanan. Terapis wicara
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelengkapan dan pemeliharaan Administrasi klien.
Terapis wicara wajib mencatat secara rinci dan teratur rencana dan pelaksanaan terapi baik setiap
sesi/pertemuan atau setiap periode.
Data yang diliputi dalam adminitrasi klien :
1) Data lengkap hasil pengkajian
a) Perolehan data
b) Pengolahan data
2) Data lengkap hasil pengembangan program
a) Perencanaan
b) Tindakan
c) Evaluasi/Tindak lanjut
3) Ringkasan akhir (pada saat klien berhenti terapi karena selesai, pindah, atau
meninggal).
Dalam melakukan pekerjaannya, Terapis Wicara harus melakukan pencatatan dan wajib
disimpan selama 5 (lima) tahun.
Konsep Dasar Menganalisis Kondisi Klien
HAKEKAT MANUSIA
☻ makhluk biologis / fisiologis
☻Psikologis
☻Makhluk sosial
☻Makhluk spiritual

KEBUTUHAN DASAR KEUNGGULAN STIMULASI


MANUSIA
☻Fisik / biologis K ☻ Auditori
☻Rasa aman D L
☻Mencintai / dicintai A I
T E
☻ Visual
☻Harga diri
☻Perwujudan diri A N
☻Transenden
☻Taktail / Kinestetik

KONDIDSI KELUARGA
ANGGOTANYA MENGALAMI
GANGGUAN
☻ Shock (gocangan)
☻ Tidak/kurang percaya diri
☻ Fear / frustrasi (takut/kecewa)
☻ Menerima kenyataan
Alat Pengkajian/Diagnosis &
Terapi/Penunjang Terapi
Format wawancara dan obsevasi/pengamatan
Format untuk melakukan wawancara dan
observasi/pengamatan pasien
Format sesuai bidang garap TW
Alat Sensibilitas

Mengetahui kemampuan rasa, raba, suhu, tekan


Media terdiri dari manis, asin, asam, pedas, pahit,
lembut, keras, dingin, panas
Format Pengkajian kelancaran

Format untuk menilai hasil kelancaran bicara yang


menyangkut pengulangan, perpanjangan, blocking
dan kekacauan .
Format Tes Lateralisasi

Format untuk menilai lateralisasi atau fungsi dominan


hemisfere
Format Pemeriksaan Alat Wicara
Memperoleh data tentang kondisi dan kematangan
serta Fungsi alat wicara.
Format tes Menyebut

Seperangkat alat yang digunakan untuk menilai atau


mengukur secara umum kemampuan ujaran
Alat Tes Menamai

Seperangkat alat yang digunakan untuk mengetahui


secara umum kemampuan bahasa ekspresif
Gambar dan model
Tes Artikulasi

Dilakukan untuk memperoleh data tentang


kemampuan dan ketakmampuan seseorang dalam
produksi bunyi bahasa
Tes kemampuan Ucapan
Tes kemampuan ucapan untuk Menilai kemampuan
bunyi ucapan (konsonan, vocal, diftong) ketepatan
pengucapan artikulasi atau bunyi (subtitusi, omisi,
distorsi dan adisi),
Media gambar
Pengkajian Kemampuan Wicara
Memperoleh data tentang kemampuan dan
ketidakmampuan seseorang dalam produksi bunyi
bahasa berdasarkan posisi awal, tengah, akhir dengan
kombinasi vokal
TEDyVA (Tes Dysartria dan verbal apraksia)

Menilai kemampuan ketepatan, kecepatan dan


ketahanan pengucapan artikulasi pada kasus dyasrtria
dewasa dan apraksia verbal
Buku tes
TADIR ( Tes Afasia diagnostik informasi
dan rehabilitasi )

Menilai kemampuan bahasa receptif dan bahasa


ekspresif serta sidroma gangguan bahasa pada kasus
afasia dewasa
Buku tes
Peralatan Tes PICA (Porch index communicative
ability)

Dibuat oleh Bruce E Porch Ph.D 1971. Menilai


kemampuan dalam modalitas verbal, gestural dan
grafis. Mempergunakan obyek-obyek yang biasa
dipergunakan setiap kehidupan sehari-hari melalui
beberapa instruksi, respons pasien diklasifikasi
menjadi 16 tingkat kemampuan. Hasil tes tersebut
dapat diketahui gejala afasianya pada orang dewasa.
Hasil tabulasi untuk mempermudah terapinya.
Alat tes
Tridementional Matrix Test (TM Test)

Dikembangkan di FKUI/RSCM Bagian Neurologi 1977.


Menilai kemampuan reseptif pasien afasia. Dengan
menggunakan pengertian kongkrit dan abstrak
Intruksi verbal yang mengandung unsur bentuk,
ukuran, dan warna, pasein harus memberikan respon
gestural.
Alat Tes
Alat stimulasi sendawa

Alat bantu terapi untuk menciptakan terjadinya


sendawa pada kasus afonia karena post laryngectomy
Mengunakan minuman bersoda
Tissue/Kassa/kapas
Alat habis pakai untuk sterilisasi atau kebersihan
untuk semua kasus bidang garap TW
Crayon, Pensil Warna,spidol, cat air,cat minyak
Alat Bantu terapi untuk semua bidang garap TW
Menggunakan media non toxsin
Tes Pemahaman Bahasa Dewasa

Menilai kemampuan pemahaman bahasa secara


reseptif pada orang dewasa
Tes Untuk Pemahaman Bahasa Secara
Auditoris

Modifikasi dari Test For Auditory Comprehension Of


Languade 0leh Elizabeth Carrow 1973 Test ini dapat
digunakan pada anak berumur 3 tahun ke atas. Fungsi
pertama ialah mengukur pemahaman struktur bahasa secara
auditoris dan atas dasar performance anak dapat diketahui
tingkat perkembangan pemahaman bahasanya Fungsi kedua
untuk diagnosis. Tes ini terdiri dari 101 butir tess dengan
gambar dan terdiri kategori bahasa (jenis kata, morfologi, tata
bahasa dan struktur sintaktik). Penilaian atas dasar respons
anak terhadap rangsangan verbal pengetes. Hasil tes ini
merupakan dasar untuk rencana pendidikan dan intervensi.
Formulir perencanaan / program terapi
wicara

Format yang dipakai untuk menyusun


rencana/program terapi wicara sesuai bidang garap
TW
Pemeriksaan kemampuan hemisfer kanan

Menilai gangguan kemampuan bahasa reseptif dan


ekspresif pada hemisfer kanan
Perlengkapan K 3
Sarung tangan plastic/glove, masker.
Perlengkapan K 3

lab jas (Alat bantu perlengkapan terapi untuk


keamanan dan kenyaman kerja sesuai bidang garap
TW)
Lotion / baby oil
Alat bantu sarana terapi untuk massage/manipulasi
organ wicara sesuai bidang garap TW
Alat bahan/cuci tangan
Format Tes Suara
Format untuk menilai kemampuan suara seorang
yang mengalami gangguan suara
Format Evaluasi Afasia

Item yang disusun secara sistematis, untuk dapat


mengetahui semua gejala-gejala yang ada pada
penderita afasia yaitu :
Pemeriksaan fungsi reseptif
Pemeriksaan fungsi ekspresif
Membaca
Menulis
Berhitung
Pengertian waktu/Jam.
Gambar pola P.O.A. (Point of Articulation)

Alat Bantu peraga berupa gambar bunyi –bunyi


bahasa sesuai dengan titik artikulasi
Stetoscope
Alat bantu Diagnostik gangguan suara, gangguan
menelan (Auskultasi pita suara) dan alat bantu terapi
suara pada disfonia dan afonia hysterical
Spirometer
Alat bantu diagnostik dan terapi yang digunakan untuk
mengukur dan mencatat kapasitas udara dalam paru-
paru fungsi berrnafas yang berhubungan dengan ujaran
Kaca Laring
Alat bantu diagnostik untuk melihat kondisi organ pada
kasus dislgosia, disfonia
Tongue Spatel Logam & Kayu
Alat bantu penunjang terapi untuk manipulasi organ
lidah, velum
Deteksi Dini Gangguan Kemampuan Berkomunikasi

Menilai kemampuan perkembangan komunikasi pada


Anak
Tensimeter
Alat bantu diagnostik untuk mengukur tekanan darah
jantung . Gambar Tengah sudah tidak boleh
Voice analist
Alat untuk menganalisa nada, kenyaringan dan
kwalitas suara dewasa.
Palatometri
Alat yang digunakan untuk melatih kemampauan
produksi bunyi sesuai dengan POA ( titik artikulasi )
Palatometri
Nasometri
Alat untuk mengukur kwalitas resonansi bunyi nasal
dan non nasal.
Audiometri
Alat Diagnostik menilai kemampuan kepekaan ambang
dengar nada murni dengan satuan decibel (db)
Token Test (Dewasa)
Dibuat oleh De Renzi dan Vignolo. Menilai
kemampuan reseptif yang terdiri dari kategori warna :
merah, hijau, kuning, putih, biru kategori bentuk
lingkaran dan psersegi ukuran besar , kecil. Dalam
pelaksanaanya menggunakan instruksi dengan 36
items yang bisa dijadikan dasar pada gangguan bahasa
tingkat ringan, sedang, berat. Respon hanya
memberikan gesture, sesuai intruksi yang diberikan
secara verbal
Pelaksanaan Token Test
Faciameter (jangka corong)
Menilai indek/angka untuk menentukan bentuk ukuran
wajah
Breath Indicator ( logam, kaca, kapas, sedotan)
Alat Bantu penunjang terapi sesuai bidang garap TW
Flash card / kartu gambar /kartu katagori

Alat bantu terapi untuk kasus anak dan dewasa sesuai


dengan bidang garap TW
Flash card / kartu gambar /kartu katagori
Flash card / kartu gambar /kartu katagori
Flash card / kartu gambar /kartu katagori
Lampu Senter Kecil

Alat bantu untuk melihat kondisi anatomi organ


telinga, mulut/tenggorokan, dan hidung
Tabel perkembangan bahasa normal
Alat Bantu untuk melihat parameter perkembangan bahasa bicara
anak normal
Menurut Lundsteen (1981) Perkembangan Bahasa dibagi dalam
tiga tahap.
1. Tahap Pralinguistik
+ 0-3 bulan (gurgle – coo), bunyi didalam (meruku) & berasal
dr tenggorokan.
+ 3 – 12 bulan (meleter), bunyinya ke depan & banyak
memakai bibir & langit2. Misalnya : ma, da, di.
2. Tahap Protolinguistik
+ 12 bulan – 2 tahun (walk – talk), pd tahap ini anak sudah dpt
mengerti & menunjukkan alat2 tubuh. Ia mulai dpt berbicara
beberapa patah kata (kosa-katanya dpt mencapai 200-300
buah).
3. Tahap Linguistik
+ 2 – 6 tahun atau lebih, pd tahap ini mulai belajar tata bahasa
& perkembangan kosa katanya dpt mencapai 3000 buah.
Tabel perkembangan bicara normal

1. Reflexive Vocalization : usia 1 – 2 m, pd usia ini


anak/bayi hanya mampu mengeluarkan bunyi2 yg
bersifat reflex. Tangis & bunyi belum bisa
dibedakan, meskipun rangsangan berbeda-beda.
Mulai m ke 3, tangis & bunyi2 reflex sudah dpt
dibedakan sesuai rangsangannya. Tangis lapar,
sakit, panas, dingin dll sudah dikenal.
2. Babbling : Usia 2 – 3 b, timbul bunyi2 denguran,
bunyi seperti orang berkumur & bunyi glottal lain.
Bunyi tsb dilakukan berulang2 secara tidak
langsung merupakan latihan otot2 organ bicara.
Tabel perkembangan bicara normal
3. Lalling : Usia 5 – 7 b, pd tahap ini fungsi pendengaran
mulai berfungsi. Anak sudah mulai mampu mengamati
bunyi dari lingk & bunyi bicaranya sendiri. Pengulangan
bunyi bicaranya sendiri sudah mulai berbentuk vokal &
konsonan yg teratur. Tahap persiapan untuk menirukan
bunyi2 dr lingkungannya.
4. Echolalia/Yorgon : Usia 9 – 10 b, pd tahap ini anak mulai
menirukan berbagai bunyi yg didengar dr lingkungannya.
Sudah mulai lebih banyak bunyi yg diproduksi sbg hasil
peniruannya, meskipun terdapat kesalahan artikulasi.
5. True Speech : Usia 1 – 1,6 tahun, pd tahap ini anak sudah
mulai & mampu mempergunakan pola2 bicara yg
dipergunakan lingkungannya. Mungkin ucapannya
berupa suku kata, kata, tetapi pd hakekatnya ucapan ini
sudah mewakili suatu pengertian yg relatif lengkap.
Misal : mama… mau … num, papa …. au …gi.
Tabel perkembangan artikulasi normal
Alat Bantu untuk melihat parameter perkembangan
artikulasi anak normal
Paling Rinci Templin (1978) Minensota Amerika Serikat :
 Usia 3 th

- Vokal : e,i,a,o,u
- Konsonan : 1. Awal : m,n,p,t,k,b,d,g,f,h,w
2. Tengah : m,n,p,k,b,d,g,f,h,w,ng
3. Akhir : m,n,p,t,ng
 Usia 3,6 th
- Konsonan : 1. Awal : y
2. Tengah : s,z,y
3. Akhir : r
 Usia 4 th
- Konsonan : 1. Awal : j,r,d,s,sh
2. Tengah : v,r,l
3. Akhir : k,b.d.g.sh
Tabel perkembangan artikulasi normal

 Usia 4,6 th
- Konsonan : 1. Awal : ch
2. Tengah : sh,ch
3. Akhir : s,ch
 Usia 5 th
- Konsonan : 1. Awal :-
2. Tengah :j
3. Akhir :-
 Usia 6 th
- Konsonan : 1. Awal : v,th
2. Tengah : t,th
3. Akhir : v,th,l
 Usia 7 th
- Konsonan : 1. Awal :Z
2. Tengah : ZH
3. Akhir : Z,ZH,J
Gambar anatomi fisiologi Proses Mendengar

Alat Bantu untuk mengetahui anatomi fisiologi


proses mendengar normal
Gambar anatomi fisiologi Proses Bicara
Alat Bantu untuk mengetahui anatomi fisiologi
proses bicara normal
MEKANISME BICARA

PUSAT PENGERTIAN

SOUND BANK ENGRAM BANK

PUSAT PERSEPSI
(WERNICKE) PUSAT MOTORIK

ORGAN PENDENGARAN ORGAN BICARA


Feed back

115
Gambar anatomi fisiologi Proses menelan
Alat Bantu untuk mengetahui anatomi fisiologi
proses menelan normal
Gambar / model Tubuh manusia
Alat Bantu peraga gambar ( 2 dimensi) model (3
dimensi) tubuh manusia
Gambar / model Tubuh manusia
Sound Recorder (perekam suara)
Alat Bantu audio untuk merekam suara pasien
gangguan komunikasi sesuai bidang garap TW
Model konsep Bentuk
Alat Bantu terapi model konsep bentuk obyek berupa
visual (2 dimensi) dan bendanya ( 3 dimensi)
Model konsep Warna
Alat Bantu terapi model konsep warna obyek berupa
visual ( 2 dimensi)
Model konsep Bentuk
Model konsep Ukuran
Alat Bantu terapi model konsep ukuran obyek berupa
visual (2 dimensi) dan bendanya ( 3 dimensi)
Cermin (portable ,standing dan tiga pintu)
 Alat Bantu terapi dalam bentuk visual
Vibrator Elektrik
Alat elektrik untuk penunjang terapi berupa stimulasi
pada organ wicara yang diluar.
Vibrator Elektrik
Maxtens 1000
Sikat Gigi Elektris
Alat elestrik untuk penunjang terapi berupa stimulasi
pada organ wicara yang didalam
Peralatan Oral Motor
Alat untuk melatih kemampuan gerak organ oral,
meliputi lidah, bibir dan rahang.
1 set peralatan terapi.
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
Alat Terapi Oral Motor
White Board & Papan flanel
Papan tulis sebagai sarana penunjang terapi sesuai
bidang garap Terapi Wicara
Alat Bantu terapi yang dipakai untuk
mengembangkan kemampuan bahasa reseptif dan
ekspresif.
Form Board (alat transportasi)
Alat Bantu terapi macam-macam alat transportasi
sesuai bidang garap TW
Form Board (Orang)
Alat Bantu terapi bagian-bagian organ tubuh manusia
dan jenis kelamin sesuai bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (Binatang)
Alat Bantu terapi macam-macam binatang sesuai
bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (Buah-buahan)
Alat Bantu terapi macam-macam buah-buahan sesuai
bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (Tumbuh-tumbuhan)
Alat Bantu terapi macam-macam tumbuh-
tumbuhan sesuai bidang garap TW
Gambar, benda
Form Board (benda Alam )
Alat Bantu terapi macam-macam alam benda
sesuai bidang garap TW
 
Pin board (Diameter 2cm ,18 lubang 6 warna)

Alat Bantu terapi obyek 3 dimensi diameter 2 cm,


18 lubang 6 warna
Balok Ukur (terpendek 1cm, terpanjang
40cm)

Alat Bantu terapi balok ukur terpendek 1 cm


terpanjang 40 cm.
Alat stimulasi auditory

Alat Bantu terapi untuk merangsang


kemampuan persepsi mendengar.
Harmonica, gitar, peluit, genderang, bel, piano,
Alat stimulasi visual
Alat Bantu terapi untuk merangsang
kemampuan persepsi melihat.
Alat stimulasi tactail/kinestetik
Alat Bantu terapi untuk merangsang
kemampuan persepsi rasa sentuh dan dalam.
Feeding aid
Alat bantu terapi latihan makan dan minum pada
pada gangguan menelan untuk pasien anak dan
dewasa
Cangkir, gelas, sendok, garpu, pisau potong gergaji,
biasa dan khusus
Artificial Larynx

Alat Bantu suara berupa elektrik pada gangguan


afonia akibat post laryngectome
Stopwatch
Alat pengukur ketepatan waktu
Timer
Alat pengukur ketepatan antar waktu
Counter
Alat Bantu untuk menghitung
Sound Level Meter
Alat untuk mengukur tingkat kekerasan suatu
ruangan (dB).
Multi media terapi
Alat Bantu terapi dengan media elektronik multi
fungsi sesuai dengan bidang garap Terapi Wicara
Camera digital, Komputer Kids, LCD, Komputer.
Komputer KIDS
LCD
Laptop dan Komputer
Hearing Aid
Alat Bantu dengar sesuai kategori
gangguan8pendengaran, sedang, berat, sangat berat.
 Ear mould disediakan sendiri oleh pasien
Radio FM Group Hearing Aid
Sarana terapi individu untuk pasien dewasa
Meja kursiTerapi kelompok Dewasa
Sarana terapi kelompok untuk pasien dewasa
Sarana bantu pemeriksaan dan terapi untuk kondisi
sesuai kebutuhan pasien
Sarana terapi individu untuk pasien anak
Meja Kursi Terapi kelompok anak
Sarana terapi kelompok untuk pasien anak
Tempat Tidur pasien
Meja kursi Terapi individu Dewasa dan Anak
Standing table individu dan kelompok

Alat Bantu terapi untuk pasien dengan kebutuhan


khusus, baik untuk individu maupun kelompok.
Matras
Sarana bantu pemeriksaan dan terapi untuk kondisi
sesuai kebutuhan pasien.
Tabung Oksigen Portable
Tabung Oksigen untuk tindakan emergensi bentuknya
Portable diletakan di ruang terapi wicara.
Lemari Kayu / Besi / locker
Tempat penyimpanan alat-alat Bantu terapi wicara
dan dokumentasi yg berukuran 90 x 40x 150 yg
diletakan di masing-masing ruang terapi wicara, rak
dan loker berukuran lebih besar yang digunakan
untuk menyimpan barang-barang selain alat-alat
bantu terapi wicara seperti ATK, linen dan beberapa
barang habis pakai stok 1 tahun
Model Rekaman
Model Rekaman Wicara Normal Non Fluency
Model rekaman kaset dan audio visual normal non
fluency
Model Rekaman audio visual gagap primer
Model Rekaman audio visual Gagap Sekunder
Model Rekaman audio visual Klater
Model Rekaman audio visual Latah
Model Rekaman
Model Rekaman audio visual disfonia
Model rekaman audio visual jenis suara disfonia
Model Rekaman audio visual afonia
Model rekaman audio visual suara afonia
Model Rekaman audio visual menelan
Model rekaman audio visual fase-fase menelan
normal
A Sound Spectrometer
Alat untuk menilai kemampuan akurasi hasil suara,
jenis suara, frekwensi suara, intensitas suara dan
kebisingan dari suara tersebut yang ditampilkan dalam
spectrogram
Manometer
Alat untuk menilai kemampuan akurasi adduksi pita
suara saat fonasi
Metronome
Alat bantu mengukur tempo pengucapan kata dalam
waktu detik (ini fungsinya sama dengan timer)
Garpu Tala
Alat Diagnostik untuk pemeriksaan pendengaran
Denver Developmental Screening Test (DDST)
Frankenburg 1981 : Test untuk Menilai perkembangan Gross Motor,
Language, Fine Motor-Adaptive dan Personal-Social
Buku tes

Early Milestone Scale (ELM Scale)


Jomes Copland 1983 : Menilai adanya keterlambatan dalam
perkembangan bahasa anak yaitu komponen vital bahasa auditorik
(reseptik dan ekspresif dan bahasa visual dari lahit sampai umur 36
bulan. Berupa Visual, Audirory Receptive dan Auditory Expresive
Buku tes
Otoscope
Alat bantu diagnostik untuk melihat kondisi telinga
Diagnostic Set
Alat diagnosa untuk melihat kondisi telinga, hidung,
tenggorokan
Alat yang digunakan sesuai kebutuhan pemeriksa
Alat Bantu Terapi Visual
Alat Bantu terapi menggunakan sensor visual
Koran ,Buku gambar ( Majalah , Enskiklopedi ,
Kamus bergambar untuk anak dan dewasa), Kartu-
kartu, Buku Bacaan anak, dewasa.
Alat Bantu Terapi Visual
Alat Bantu Terapi auditory
Alat Bantu terapi menggunakan sensor auditory
Berbagai macam sumber bunyi dan suara.
Suction
Alat Bantu isap untuk membantu terapi pada Disfagia,
Post Tracheatomee, Post Laryngectomee
Selang disediakan sendiri oleh pasien. Bagi terapis
wicara perlu pelatihan.
Vitalstim
Alat bantu terapi untuk stimulasi otot-otot organ
wicara dan menelan yang bagian luar
Vitalstim
Vocastim
Alat bantu terapi untuk stimulasi otot-otot organ wicara dan menelan yang
bagian luar , untuk kasus Disfagia , Afonia dan Disatria yang Bukan Penyebab
Tumor/Kanker
Ultrasound In Speech Pathology
Alat bantu terapi untuk kasus Problem suara
Speech Trainer
• Alat bantu terapi untuk stimulasi auditory pada kasus
disaudia
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA
POLTEKKES SURAKARTA
PRODI D III TERAPI WICARA

Gunawan. HS, SMTW,SPd, MM

Email. gunawanTW@yahoo.com
HP : 08159554139, 082220084958

186

Anda mungkin juga menyukai