MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN KETUA UMUM DPP IKATWI TENTANG STANDAR
KOMPETENSI TERAPIS WICARA INDONESIA
.KEDUA : Standar Kompetensi Terapis Wicara Indonesia sebagaimana terlampir
dalam Keputusan ini.
KETIGA : Standar Kompetensi Terapis Wicara Indonesia sebagaimana dimaksud
Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam pengembangan profesi
terapi wicara Indonesia
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku untuk seluruh profesi terapis wicara dan atau
institusi pendidikan profesi terapi wicara seluruh Indonesia.
KELIMA : Jika ada perubahan kebijakan, regulasi dan atau pengembangan
IPTEK dalam bidang terapi wicara, maka keputusan ini dapat direvisi
dan disesuaikan sebagaimana mestinya.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan : di Jakarta
Pada tanggal : 1 Desember 2015
LAMPIRAN ………………………………………….……………………… 33
1 Daftar Pokok Bahasan …………………………………………………… 33
2 Daftar Masalah Gangguan Bahasa, Wicara dan Menelan ……………….. 40
3 Daftar Keterampilan Praktik …………………………………...………… 46
4 Daftar Penanganan Terapi Wicara pada Diagnosis……………….……… 56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapis Wicara adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan Terapi
Wicara sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kepadanya
diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan praktik terapi wicara atas
dasar kompetensi yang dimilikinya; sesuai dengan tahapan regulasi tenaga
kesehatan yang berlaku. Dalam menjalankan pekerjaannya dan praktiknya,
Terapis Wicara Minimal berijazah Diploma Tiga Terapi Wicara.
2. Bagi Pengguna
Tersedianya acuan bagi institusi dan lembaga yang berwenang untuk
menyusun pengaturan kewenangan profesi Terapi Wicara, dengan
memperhatikan kompetensi detil dari tenaga Terapis Wicara. Manfaat lain
adalah memudahkan instansi yang berwenang mengatur batas
kewenangan, pengaturan hubungan antar tenaga kesehatan yang terkait
dengan terapis wicara dan recruitment tenaga terapis wicara.
3. Bagi Mahasiswa.
Standar Kompetensi Profesi Terapi Wicara dapat digunakan sebagai acuan
oleh mahasiswa untuk mengarahkan dirinya dalam mengikuti dan
menyelesaikan proses belajar karena sejak awal mahasiswa mengetahui
dan memahami serta menerapkan materi / kompetensi pendidikan terapi
wicara yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan demikian proses
pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Area Kompetensi.
Standar Kompetensi Terapi Wicara Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi terapi wicara.
Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti.
Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang
dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan.
Area Kompetensi
Kompetensi Inti
Komponen kompetensi
Lampiran
Daftar Masalah
Berisikan berbagai masalah yang sering dijumpai dan dihadapi dalam pelayanan
oleh terapis wicara; misalnya masalah etika, disiplin, hukum, norma, budaya dan
aspek legal. Oleh karena itu, institusi pendidikan Terapi Wicara perlu memastikan
bahwa selama pendidikan, mahasiswa Terapi Wicara dipaparkan pada masalah-
masalah tersebut dan diberi kesempatan berlatih menanganinya.
Daftar Gangguan
berisikan domain bidang garap Terapi Wicara yaitu : (bahasa, bicara, suara,
irama/kelancaran dan menelan) dan dapat dirinci sebagai diagnosis, yaitu : (afasia
perkembangan, afasia dewasa, dimensia, disaudi, dislogia, dispraksia, disartria,
disglosia, dislalia, disfonia, adonia, gagap, klatering, latah, diafagia). pada setiap
gangguan (diagnosis) telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan
sehingga memudahkan bagi institusi pendidikan Terapi Wicara untuk memberikan
arah dalam mengidentifikasikan dan menentukan kedalaman, serta keluasan dari
materi kurikulum sesuai dengan jenjang pendidikan.
Gambar 2:
Domain Bidang Garap Terapi Wicara
Daftar Keterampilan Klinis,
Berisikan keterampilan klinis yang perlu dikuasai oleh terapis wicara Indonesia.
Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan.
Daftar ini memudahkan institusi pendidikan Terapi Wicara untuk menentukan
materi, metode dan sarana-prasarana pembelajaran keterampilan klinis yang
sesuai.
Gambar 3.
Domain Pengetahuan dan Skill
A. SUPER-ORDINATE DOMAINS 0F
KNOWLEDGE AND SKILL REQUERED
BY A COMPETENCE
Therapeutic
Teaching
SKILL
Psychological
Client and Service Management
Desire to Learn
Flexibility
Empathy
Positiveness
Profesionalism
Self-Awareness
Enthusiasm
BAB III
STANDAR KOMPETENSI TERAPI WICARA INDONESIA
A. Area Kompetensi
Area Kompetensi dibangun dengan fondasi yang terdiri atas profesionalitas
bernilai luhur, kesadaran diri dan pengembangan profesional, komunikasi
efektif dan ditunjang oleh pilar berupa Manajemen Informasi, landasan ilmiah
ilmu terapi wicara, keterampilan klinis, dan penngelolaan masalah kesehatan
dan/ atau gangguan bahasa, bicara, suara, irama/kelancara dan menelan
(Gambar 2). Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai
berikut informasi:
1. Profesionalitas bernilai luhur.
2. Kesadaran Diri dan pengembangan diri/ profesional.
3. Komunikasi efektif dan Terapeutik.
4. Manajemen/penggelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu terapi wicara.
6. Keterampilan klinis.
7. Pengelolaan masalah kesehatan dan/atau gangguan bahasa, wicara dan
menelan.
Gambar 4 :
Pondasi dan Pilar Kompetensi
KOMPETENSI
Keterampilan Praktik
Penyelesaian masalah
Terapi Wicara
dan menelan
KOMUNIKASI EFEKTIF
KESADARAN DIRI DAN
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
Komponen Kompetensi
Area Profesionalitas bernilai luhur
1. BerkeTuhanan Yang Maha Esa / Yang Maha Kuasa
2. Disiplin, bermoral dan beretika.
3. Sadar dan taat hukum (norma yang berlaku).
4. Berwawasan sosial budaya.
5. Bersikap dan berperilaku professional.
Ilmu Lingustik
Ilmu lingustik dijadikan sebagai salah satu unsur ilmu terapi wicara. Kajian
yang disampaikan
1. perolehan bahasa
2. sosiolingustik
3. fonologi
4. morfo sintaksis
5. leksiko semantik
6. pragmatik
7. akustik fonetik
Behavioural Sciences
Behavioural Sciences dijadikan sebagai salah satu unsur yang membangun
keilmuan terapi wicara. Kajian yang disampaikan mengenai
1. psikologi kognitif
2. psikologi sosial
3. psikologi perkembangan dan life span
4. neuropsikologi
5. psikologi pendidikan
Biomedical Sciences
Ilmu Biomedik disampaikan mencakup proses biologis dalam produksi bahasa
dan bicara serta menelan yang terdiri
1. Anatomi fisiologi dan pathologi bahasa bicara serta menelan.
2. Aplikasi ilmu biomedis seperti pemeriksaan neurologi, otorhino-
laringologi, pediatrik, audiologi, penelitian dan perbaikan anomali
kraniofasial.
B. Penjabaran Kompetensi
1. Profesionalitas Bernilai Luhur
a. Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik terapi wicara yang profesional sesuai
dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin,
hukum (norma) dan sosial budaya.
b. Lulusan Terapi Wicara mampu :
1) Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa
a) Bersikap dan berperilaku sebagai insan yang berke-Tuhan-an
dalam praktik terapi wicara
b) Bersikap dan berperilaku serta komitmen dalam praktik terapi
wicara dengan upaya terbaik
2) Bermoral, beretika, dan berdisiplin
a) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral
yang luhur dalam praktik terapi wicara.
b) Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika terapi wicara dan
kode etik terapi wicara Indonesia.
c) Mampu mengambil keputusan terhadap permasalahan etika
yang terjadi pada pelayanan terapi wicara yang berkaitan
dengan bahasa, wicara dan menelan pada individu, keluarga
dan masyarakat.
d) Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik terapi wicara
maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
3) Sadar dan taat hukum (norma)
a) Mengidentifikasi masalah hukum (norma) dalam pelayanan
terapi wicara dan memberikan saran untuk pemecahannya.
b) Menyadari batas tanggung jawab terapis wicara dalam hukum
(norma) dan ketertiban masyarakat.
c) Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku.
d) Membantu penegakkan hukum serta keadilan.
4) Berwawasan sosial budaya
a) Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani.
b) Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama,
usia, gender, etnis, difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi
dalam menjalankan praktik terapi wicara dan bermasyarakat.
c) Menghargai dan melindungi kelompok rentan.
d) Menghargai upaya kesehatan sesuaim aturan yang berlaku.
5) Berperilaku profesional
a) Accountability (akuntabilitas).
b) Altruism (mengutamakan kepentingan klien di atas kepentingan
pribadi).
c) Compassion/caring (kasih sayang/peduli).
d) Cultural Competence (Kompetensi yang berbudaya)
e) Ethical Behaviour (berperilaku sesuai etika).
f) Integrity (integritas).
g) Personal; Professional Development (pengembangan diri).
h) Professional Duty (tugas profesional).
i) Social Responsibility and Advocacy (Tanggung Jawab Sosial
dan Advokasi).
j) Teamwork (bekerjasama) baik intra-interprofesional dalam
team pelayanan ksehatan yang berkaitan dengan terapi wicara
demi keselamatan klien.
k) Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan bahasa dan wicara serta menelan dalam kerangka
sistem kesehatan nasional dan global
4. Manajemen Informasi
a. Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi
kesehatan yang berkaitan dengan terapi wicara dalam praktik.
b. Lulusan Terapi Wicara mampu
1) Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
a) Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi
kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan terapi wicara.
b) Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan
yang berkaitan dengan terapi wicara untuk dapat belajar
sepanjang hayat.
2) Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif
kepada profesi tenaga kesehatan lain, klien, masyarakat dan pihak
terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan terapi wicara.
a) Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk
diseminasi informasi dalam bidang kesehatan yang berkaitan
dengan terapi wicara.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Terapi Wicara
a. Kompetensi Inti
Mampu menyelesaikan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
terapi wicara serta berdasarkan landasan ilmiah ilmu Terapi Wicara
dan kesehatan terkini / mutakir untuk mendapat hasil optimum.
b. Lulusan Terapis Wicara Mampu
Menerapkan ilmu bahasa, dan wicara serta menelan, Linguistic
Sciences, Biomedical Sciences, Fondation Scienc berkaitan dengan
terapi wicara secara holistik dan komprehensif.
6. Keterampilan Klinis.
a. Kompetensi Inti
Mampu melakukan tatalaksana pelayanan terapi wicara yang berkaitan
dengan masalah bahasa, bicara (artikulasi, suara, irama/ kelancaran)
dan menelan serta tindakan pelayanannya dengan menerapkan prinsip
keselamatan klien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang
lain.
b. Lulusan Terapi Wicara mampu
1) Melakukan tatalaksana pelayanan di bidang Terapi Wicara.
a) Melakukan pengkajian pada klien.
b) Melakukan tindakan terapi wicara.
c) Melakukan evaluasi tindakan terapi wicara
d) Melakukan rekomendasi dan tindak lanjut pelayanan.
2) Melakukan prosedur penanganan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan terapi wicara secara holistik dan komprehensif
a) Melakukan edukasi dan konseling.
b) Melaksanakan promosi untuk meningkatkan kualitas hidup,
hidup mandirl, kreatif dan kemampuan belajar
denganmemberikan informasi mengenai promosi kesehatan,
gangguan bahasa-wicara, menelan, penurunan nilai,
keterbatasan aktivitas, pembatasan partisipasi dan risiko
kesehatanberkaitan dengan usia, jenis kelamin, budaya dan
gaya hidup dalam lingkup praktik terapi wicara pada individu,
keluarga, masyarakat.
c) Skrening untuk menentukan normal atau ada gangguan pada
bahasa, dan wicara serta menelan
d) Melakukan tindakan preventif terhadap gangguan kesehatan
yang berkaitan dengan bahasa, bicara, suara, irama kelancaran
dan menelan.
e) Memforrmulasikan diagnosis Terapi Wicara dengan
menggunakan penalaran dalam proses klinik yang
menghasilkan identifikasi baik faktual maupun potensial
terjadinya kecacatan atau kelemahan (impairment),
keterbatasan aktivitas (activity limitations), hambatan
partisipasi (participation restrictions)dan faktor lingkungan,
faktor kebutuhan klien.
f) MemperkirakanPrognosis, apa yang akan terjadi terhadap
gangguan bahasa, wicara dan menelan untuk mengidentifikasi
strategi tindakan terapi wicara yang paling paling efektif dan
efesien untuk klien.
g) Mengelola dan menentukan indikasi rujukan ke profesi lain
yang terkait.
h) Menyusun dan mengelola rencana tindakan terapi wicara yang
aman, nyaman, efektif dan efesien bagi kebutuhan klien.
i) Melakukan tindakan re/habilitative terapi wicara :
Menggunakan integrasi bukti yang valid untuk
menginformasikan praktik dan memastikan bahwa
layanandan tindakan terapi wicara yang diberikan kepada
klien, wali merekadan masyarakat didasarkan pada bukti
terbaik yang tersedia, dengan keyakinan pertimbangan
nilai-nilai dan konteks budaya lingkungan.
Menggunakan teknologi informasi untuk akses sumber
informasi untuk mendukung keputusan praktik dan tidak
menggunakan teknik dan teknologi yang telahterbukti tidak
efektif, efesien atau tidak aman.
Tujuanhasil tindakan pelyanan dapat diukur, terkait dengan
rencana, sumber daya yang tersedia..
Pendekatan spiral kosentris, kultur budaya, (norma),
standar kompetansi, kode etik, profesional, kebijakan
administratif dan prosedur di lingkungan praktik terhadap
gangguan bahasa, dan wicara sertamenelan yang
berhubungan dengan hukum.
Menentukan durasi dan frekuensi sarana-prasarana tindakan
terapi wicara, diharapkan untuk mencapatujuan dan hasil
pelayanan.
Menggunakan teknologi informasi untuk akses sumber
informasi untuk mendukung keputusan praktik dan tidak
menggunakan teknik/metode dan teknologi yang
telahterbukti tidak efektif, efesien atau tidak aman.
j) Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat
membahayakandiri sendiri dan orang lain.
k) Melakukan tindakan pada kedaruratan terapi wicara dengan
menera
l) Melakukan evaluasi hasil tindakan terapi wicara (Re-evaluasi)
Memeriksa kembali klien di seluruh episode tindakan
pelayanan terapi wicara untukmengevaluasi efektivitas
antara tindakan dan hasil pelayanan yang telah diberikan.
Menggunakan instrumen yang valid dan reliabel untuk
mengukur hasil, jika tersedia.
Mengevaluasi dan merekam hasil-hasil pada akhir episode
tindakanterapi wicara.
Pengakhiran /discharge:
Mampu mengidentifikasi tanda tanda terminasi tindakan.
Mampu merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan
terminasi tindakan.
Pendahuluan
Salah satu tantangan terbesar bagi institusi pendidikan Terapi Wicara dalam
melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah menerjemahkan standar
kompetensi ke dalam bentuk bahan atau tema pendidikan dan pengajaran. Daftar
Pokok Bahasan ini disusun berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan
yang kemudian dianalisis dan divalidasi menggunakan metode focus group
discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT) bersama dengan kolegium
Terapi Wicara, Asosiasi Pendidikan Terapi Wicara (APTIWI), Organisasi Profesi
(IKATWI), dan Pengguna Layanan terapi Wicara (institusi terkait).
Tujuan
Daftar Pokok Bahasan ini ditujukan untuk membantu Institusi Pendidikan Terapi
Wicara dalam menyusun kurikulum, dan bukan untuk membatasi bahan atau tema
pendidikan dan pembelajaran.
Sistematika
Daftar Pokok Bahasan ini disusun berdasarkan masing-masing area kompetensi
1. Area Kompetensi 1: Profesionalitas Bernilai Luhur
1.1. Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan.
1.2. Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan perilaku manusia.
1.3. Aspek agama dalam praktik Terapi Wicara.
1.4. Terapi Wicara sebagai bagian Sistem Kesehatan Nasional.
1.5. Pluralisme keberagamaan sebagai nilai sosial di masyarakat dan toleransi.
1.6. Konsep masyarakat (termasuk klien) mengenai sehat dan sakit.
1.7. Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan pelayanan Terapi
Wicara (logiko sosio budaya).
1.8. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait bidang kesehatan.
1.9. Pengertian bioetika dan etika Terapi Wicara (misalnya pengenalan teori-
teori bioetika, filsafat Terapi Wicara, prinsip-prinsip etika terapan, etika
klinik).
1.10. Kaidah Dasar Moral dalam praktik Terapi Wicara.
1.11. Teori-teori pemecahan kasus-kasus etika dalam pelayanan Terapi Wicara.
1.12. Penjelasan mengenai hubungan antara hukum dan etika (persamaan dan
perbedaan).
1.13. Prinsip-prinsip dan logika hukum dalam pelayanan kesehatan.
1.14. Peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lain di bawahnya
yang terkait dengan praktik Terapi Wicara.
1.15. Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam pelayanan Terapi
Wicara
1.16. Permasalahan etikomedikolegal dalam pelayanan kesehatan pada umumnya
dan terapi wicara pada khususnyasertacara pemecahannya.
1.17. Hak dan kewajiban Terapi Wicara.
1.18. Profesionalisme Terapi Wicara (sebagai bentuk kontrak sosial, pengenalan
terhadap karakter profesional, kerja sama tim, hubungan interprofesional
Terapi Wicara dengan tenaga kesehatan yang lain).
1.19. Penyelenggaraan praktik Terapi Wicara yang baik di Indonesia (termasuk
aspek kedisiplinan profesi, integritas, komitmen).
1.20. Terapi Wicara sebagai bagian dari masyarakat umum dan masyarakat
profesi (IKATWI dan organisasi profesi lain yang berkaitan dengan profesi
Terapi Wicara).
Daftar Masalah
• Terapi Selesai
PEROLEHAN DATA PENGOLAHAN DATA PERENCANAAN TINDAKAN
EVALUASI • Terapi Dirujuk
• Wawancara • Validasi data • Tujuan program • Tujuan - program Berhubungan • Terapi Dihentikan
- Checklis • Pengelompokkan - Panjang • Metode terapi dengan
- Format tanya • Analisa data - Pendek • Alat terapi • Perolehan data
jawab • Perumusan/ - Harian • Langkah terapi • Pengolahan data
- Format daftar Penentuan diagnosis • Materi terapi • Evaluasi • Perencanaan
pertanyaan • Prognosis • Metode terapi • Advis • Tindakan
• Pengamatan - Nama • Ringkasan akhir
• Tes - Langkah-langkah
• Studi dokumentasi • Alat terapi
• Rencana terapi
- Durasi
- Frekuensi
• Rencana evaluasi
Tujuan
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan terapi Wicara dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan
kasus dan permasalahan gangguan bahasa, bicara, suara, irama/kelancaran dan
menelan sebagai sumber pembelajaran mahasiswa.
Sistematika
Daftar Masalah ini terdiri atas 2 bagian sebagai berikut:
KELUHAN UMUM
1 Anak kalau diajak bicara tidak memperhatikan muka lawan bicara (cuek)
2 Kalau meminta sesuatu selalu menarik tangan orang didekatnya
3 Perkembangan bahasa anak di bawah umur kronologis secara nyata.
4 Bayi belum dapat menggoceh (babbling)
5 Anak terlambat memahami kosa kata dibandingkan anak lain seusianya
6 Bicara anak tidak dapat dimengerti/dipahami oleh orang tuanya
7 Kemampuan artikulasi anak yang masih belum jelas dibandingkan anak
seusianya
8 Kesulitan untuk mengutarakan dan/atau mengerti bicara orang lain
KELUHAN UMUM
A Gangguan Sensorik
1 Gangguan Penglihatan (sensasi, persepsi)
2 Gangguan Pendengaran (sensasi, persepsi)
3 Gangguan Taktail-Proprioseptif (sensasi, persepsi)
B Gangguan Motorik
1 Gangguan Keseimbangan
2 Gangguan arah gerak
3 Gangguan Kekuatan gerak
4 Gangguan Tonus otot
5 Gangguan Refleks (refleks primitif)
6 Gangguan Koordinasi gerak
7 Gangguan Saraf Kranial (otot-otot pernafasan, pita suara, artikulasi)
C Gangguan Fungsi Luhur
1 Gangguan Visuospasial
2 Gangguan Kalkulasi
3 Gangguan Atensi
4 Gangguan Memori
5 Gangguan Emosi
6 Gangguan Perilaku
7 Gangguan Bahasa-Wicara
1. Gangguan Bahasa Reseptif
2. Gangguan Bahasa Espresif
3. Gangguan Komponen Bahasa
- Semantik (isi)
- Bentuk (fonologi, morfologi, sintaks)
- Pragmatik
4. Gangguan Berbicara
- Gangguan artikulasi
Gangguan Point of Articulation
Gangguan Manner of Articulation
- Gangguan Suara
Afonia
KELUHAN UMUM
Disfonia
- Nada
- Kwalitas
- Kenyaringan
- Gangguan Irama/Kelancaran
Gagap
Klater
Latah
5. Gangguan Menelan
- Fase oral
- Fase Faringeal
- Fase Esofageal
Klien
Praktik terapi wicara diberikan kepada klien yang mengalami gangguan
komunikasi dan atau kesulitan menelan, baik secra individu maupun secara
kelompok. Praktik terapi wicara dilaksanakan secara mandiri maupun secara
terpadu.
Keterampilan Klinis Terapi Wicara perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir
pendidikan secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan
pendidikan terapi wicara harus menguasai keterampilan untuk mampu melakukan
Penerapan Tatalaksana Pelayanan terapi wicara mulai dari perolehan data
(wawancara, pengamatan, tes, studi dokumentasi), pengolahan data (validasi data,
analisis data, menentukan diagnosis, prognosis)menbuat perencanaan, melakukan
tindakan terapi wicara, mengevaluasi, sampai dokumentasi.
Kemampuan keterampilan klinis terapi wicara di dalam standar kompetensi ini
dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangka
menyerap perkembangan ilmu dan teknologi terapi wicara yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi
sehingga perolehan satuan kredit Profesi (SKP), demikian pula untuk kemampuan
keterampilan klinis lain di luar standar kompetensi terapi wicara yang telah
ditetapkan.
TUJUAN
Daftar Keterampilan Klinis Terapi Wicara ini disusun dengan tujuan untuk
menjadi acuan bagi institusi pendidikan Terapi Wicara dalam menyiapkan sumber
daya yang berkaitan dengan keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh
lulusan terap wicara.
SISTEMATIKA
Daftar Keterampilan Klinis Terapi Wicara dikelompokkan atas 3 bagian yaitu
keterampilan klinis, re/habilitasi, dan penunjang. Pada setiap keterampilan klinis
ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai di akhir pendidikan Terapi
Wicara dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how, shows, does).
Gambar 5 menunjukkan pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller
dan alternatif cara mengujinya pada mahasiswa.
Gambar 5
Piramid Miller
Tingkat
No Jenis Keterampilan Keterampilan
1 2 3 4
Pemeriksaan kemampuan bicara
Pemeriksaan fungsi organ yang berhubungan proses wicara 4
pemeriksaan diadokokinetic rate 4
Pemeriksaan kemampuan artikulasi 4
Pemeriksaan gangguan wicara menggunakan tes 4
TEDYVA
Pemeriksaan kapasitas perencanaan dan pemrograman 4
bicara (Apraxia of Speech)
Pemeriksaan kemampuan suara
Pemeriksaan s/z ratio 4
Pengukuran jangkauan nada (pitch range) 4
Pemeriksaan kenyaringan suara 4
Pemeriksaan kualitas suara 4
Pemeriksaan resonansi 4
Pemeriksaan durasi fonasi 4
Pemeriksaan optimal habitual pitch 4
Pemeriksaan maximum phonation time 4
Penilaian vocal health 3
Penilaian vocal abuse 3
Penilaian vocal misuse 3
Pemeriksaan kemampuan suara pada kasus post 4
laryngectomy
Pemanfaatan pemeriksaan nasoendoscopy 2
Pemeriksaan hipernasalitas secara subyektif 4
Pemanfaatan pemeriksaan nasometer 3
Melakukan pemeriksaan fungsi respirasi 4
Pemeriksaan kemampuan irama kelancaran
Pengukuran total ketidaklancaran saat bicara (Total 4
Dysfluency Index (TDI)
Pemeriksaan kemampuan Diadochokinetic Sylabic 4
Rate (DSR)
Penilaian tingkat keparahan stuttering 4
Penghitungan kecepatan saat bicara 4
Penghitungan kecepatan saat membaca 4
Pemeriksaan fisiologis terkait stuttering 4
Pemeriksaan perilaku motorik terkait stuttering 4
Tingkat
No Jenis Keterampilan Keterampilan
1 2 3 4
Pemeriksaan kemampuan menelan
Pemeriksaaan Bedside Evaluation of Disphagia (BED) 4
Pemeriksaan fungsi menelan menggunakan repetitive 4
saliva swallowing test
Pemeriksaan fungsi menelan menggunakan water 4
swallow test
Pemeriksaan fungsi menelan menggunakan 3oz water 3
test
Pemeriksaan fungsi menelan menggunakan blue dye 3
test
Penggunaan hasil oropharingeal 2
Videofluroscopy
Penggunaan hasil endoscopy evaluation of swallowing 2
Pemeriksaan fungsi organ wicara yang berhubungan 4
proses menelan pada fase oral
Pemeriksaan fungsi organ wicara yang berhubungan 3
proses menelan pada fase faringeal
Penetapan diagnosis
Penetapan gangguan bahasa pada aspek semantik 4
Penetapan gangguan bahasa pada aspek fonologi 4
Penetapan gangguan bahasa pada aspek morfologi 4
Penetapan gangguan bahasa pada aspek pragmatik 4
Penetapan gangguan bahasa pada aspek sintaksis 4
Penetapan gangguan pada kemampuan wicara 4
Penetapan gangguan pada nada suara 4
Penetapan gangguan pada kenyaringan suara 4
Penetapan gangguan kualitas suara 4
Penetapan gangguan gangguan resonansi 4
Penetapan gangguan kegagapan 4
Penetapan gangguan pada kecepatan bicara 4
Penetapan gangguan pada kelancaran bicara 4
Penetapan gangguan pada fungsi gerakan alat wicara
Penetapan gangguan pada kemampuan mengunyah dan 3
menelan
Tingkat
No Jenis Keterampilan Keterampilan
1 2 3 4
Penanganan Gangguan Menelan
Penanganan gangguan menelan fase oral 4
Penanganan gangguan menelan fase faringeal 3
Penanganan gangguan menelan fase esofageal 2
Penggunaan Augmentatif Alternatif Communication
(AAC)
Pemilihan alat bantu untuk media komunikasi alternatif 3
Menggunakan Sign Language
Penggunaan teknologi sebagai komunikasi alternatif 3
Lampiran 4
Tingkat
No Jenis Diagnosis Keterampilan
1 2 3 4
1 Spesific Language Imparment 4
2 Afasia Perkembangan 4
3 Afasia Global 4
4 Afasia Broca 4
6 Afasia Anomis 4
9 Afasia Konduksi 4
10 Afasia Wernicke 4
11 Demensia 4
12 Epilepsi 4
13 Latah 4
15 Klater 4
17 Dislalia 4
18 Disglosia 4
19 Disaudia 4
20 Disglosia 4
21 Disartria Bulber 4
22 Disartria Miogen 4
23 Disartria Spastis 4
24 Disartria Campuran 4
25 Disartria Hipokinetis 4
26 Disartria Hiperkinetis 4
27 Disartria Ataktis 4
28 Cerebral palsy 4
29 Mental Retardasi 4
30 Down syndrome 4
31 Autism 4
32 Asperger syndrome 4
33 Rett syndrome 4
36 Disfonia 4
37 Afonia 4
38 Gangguan Penglihatan 4
39 Gangguan Pendengaran 4
40 Cranio Facial 4
41 Post Laringektomi 4
42 Apraxia 4
45 Dysphagia 4
47 Cluttering 4
48 Dyslalia 4
49 Ankyloglossia 4
50 Feeding problems 4