PENULIS:
Annelia Sari Sani, S.Psi, Psikolog
Aril Halida, M.Psi, Psikolog
Dian Fatmawati, M.Psi, Psikolog
Jefri Reza Pahlevi, M.Psi, Psikolog
Masfuukhatur Rokhmah, M.Psi, Psikolog
Shierlen Octavia, M.Psi, Psikolog
Dr. Sitti Murdiana, M.Psi, Psikolog
Swastika Ayu Normalasari, M.Psi Psikolog
Wahyu Nhira Utami, M.Psi, Psikolog
EDITOR:
Amalia Darmawan, M. Psi., Psikolog
Wahyu Nhira Utami, M.Psi, Psikolog
SAMBUTAN KETUA UMUM PP IPK INDONESIA
Assalamualaikum Wr Wb,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa Psikolog Klinis adalah salah satu tenaga
kesehatan di Indonesia. Dengan berlakunya UU ini, maka segala
bentuk praktik keprofesian dan pengembangan keilmuan Psikolog
Klinis tentunya merujuk kepada peraturan perundang-undangan
di bidang kesehatan. Salah satu pengaturannya adalah mengenai
proses registrasi dan perizinan, yaitu Psikolog Klinis dalam
melakukan kewenangan klinisnya wajib memiliki STRPK dan SIPPK
yang diterbitkan oleh Pemerintah.
UU Kesehatan terbaru telah menjelaskan bahwa penerbitan izin
praktik wajib dilakukan selama 5 tahun sekali. Maka, selama
rentang waktu ini lah Psikolog Klinis perlu untuk secara aktif
melakukan serangkaian pelayanan psikologi klinis dan
pengembangan profesi, melaksanakan pengabdian Masyarakat
dan kegiatan penunjang tugas lainnya, serta meningkatkan
keilmuan dengan menjalani pendidikan formal dan/atau informal
yang terakreditasi.
Dalam melaksanakan hal tersebut diatas, Psikolog Klinis didorong
untuk dapat melakukan perencanaan yang baik agar Satuan Kredit
Profesi (SKP) nya dapat terpenuhi hingga masa pengurusan
perizinan berikutnya tercapai. Meskipun begitu, ada kalanya
seorang Psikolog Klinis juga mengalami hambatan dalam
pemenuhan SKP tersebut dan membutuhkan solusi untuk
pemenuhan SKP, sehingga para psikolog klinis dapat tetap
memberikan pelayanan psikologis dengan dokumen legalitas
sebagai tenaga kesehatan.
Organisasi Profesi sebagai tempat bernaungnya para profesi yang
homogen, memiliki tanggung jawab untuk memastikan setiap
anggota memberikan pelayanan yang bermutu dan professional
kepada Masyarakat. Oleh karena itu, Buku Induk yang merupakan
pedoman bagi Organisasi Profesi dalam penyusunan soal-soal
Evaluasi Kemampuan ini, diharapkan dapat menjadi pegangan
bagi tim dalam penyusunan soal yang merefleksikan kondisi serta
tantangan yang dialami oleh para Psikolog Klinis dalam
memberikan pelayanan.
Soal-soal yang disusun ini diharapkan bukan hanya menjadi soal
yang harus diselesaikan agar SKP dapat terpenuhi. Selain itu, soal-
soal ini mampu membuat para psikolog klinis untuk dapat
memperkaya pengalaman praktik dengan berbagai jenis kasus
yang ada dan merefleksikan kebutuhan Masyarakat atas layanan
psikolog klinis. Ikatan Psikolog Klinis Indonesia terus berkomitmen
untuk hadir di tengah Masyarakat, berkontribusi aktif dalam
mewujudkan sehat sejahtera psikologis masyarakat Indonesia.
Editor
PENDAHULUAN
PROFIL
1. Pengantar:
a. Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia adalah
organisasi profesi tenaga psikologi klinis yang mandiri
dan tidak berada di bawah organisasi masyarakat,
himpunan, atau organisasi profesi lain.
b. IPK Indonesia dibina oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
6. Peta Legalitas:
a. STR Aktif : 2.689
b. STR Kadaluarsa : 254
c. STR Terunggah : 2.945
d. SIPPK Aktif terunggah : 1.477
Contoh
Klien laki-laki berusia 15 tahun, memiliki seorang sahabat yang
sering melukai lengannya. Sahabatnya bercerita bahwa setelah
melukai diri, timbul perasaan lega. Hal tersebut membuat ia yang
saat ini sedang menghadapi masalah, terpikir untuk melakukan
hal yang sama. Psikolog klinis harus melakukan tindakan preventif.
Apa langkah awal yang paling tepat pada kasus tersebut?
a. Menggali alasan klien ingin melukai diri
b. Menjelaskan dampak negatif dari melukai diri
c. Mengedukasi cara penyelesaian masalah yang sehat
d. Menyampaikan bahwa perilaku sahabatnya adalah hal yang
tidak baik
e. Meminta klien untuk melakukan banyak aktivitas fisik
1
Wass, V., Van der Vleuten, C., Shatzer, J., & Jones, R. (2001). Assessment of clinical
competence. The Lancet, 357(9260), 945–949. doi:10.1016/s0140-6736(00)04221-5
Jadi, ketika jawabannya merujuk pada ‘tahu’ bahwa tindakan baik
dinamakan ‘etika tertentu’, ini bukan merupakan soal yang
termasuk dalam Piramida Miller tingkat 2.
II. VIGNETTE, LEAD IN, DAN OPTIONS
a. Daya Ingat
b. Daya Tangkap Informasi dan Instruksi
c. Daya Konsentrasi
d. Daya Juang e. Daya Tahan Stres
Kesimpulan:
Soal evaluasi kemampuan (EK) sebagai uji kompetensi
mengutamakan adanya kasus yang memerlukan pemecahan
masalah.
(4) Berisikan data yang benar
Seluruh soal EK sebagai uji kompetensi harus berisikan data yang
logis dan benar (akurat). Penyusun soal yang seharusnya praktisi
nakes harus tahu dengan benar data-data yang akan diisikan di
dalam vignette.
Contoh vignette dengan data yang tidak benar
Orang tua datang untuk mengkonsultasikan anak laki-laki
nya yang berusia 10 tahun 1 bulan. Anak belum pernah
dibawa berkonsultasi ke mana pun. Ia memiliki Riwayat
kelahiran premature di usia kandungan 33 minggu. Orang
tua mengeluhkan perilaku anaknya yang semenjak duduk di
kelas 3 SD beberapa kali berkata kasar seperti “taik”,
“bego”, “anjing”. Saat ditanya kenapa dia berkata begitu, ia
hanya berkata “tidak apa-apa” sambal tertawa.
Hasil tes Binet menghasilkan angka 44, dengan aspek
penalaran verbal, penalaran serta penilaian, dan motorik
halus yang tidak berkembang optimal. Umur mental 4
tahun 2 bulan. Ia baru akan bangun jika dibangunkan dan
harus diberi instruksi untuk menyiapkan diri. Ia masih
dibantu untuk mandi, buang air kecil dan besar.
Psikoedukasi terkait topik apa yang perlu segera
disampaikan ke orang tua?
a. Pentingnya mengajarkan anak untuk menggunakan kata
yang sopan
b. Diagnosa disabilitas intelektual dan kemungkinan anak
mengalami disabilitas intelektual
c. Melatih anak untuk jujur
d. Cara mengajarkan anak untuk mandiri membersihkan
dirinya
e. Teknik mengembangkan kemampuan berbahas anak
C. OPTION
Menuliskan opsi jawaban merupakan tahap yang paling sulit
dalam penyusunan soal karena:
1. Tidak boleh terpaku pada jawaban recall/hapalan yang akan
menyusahkan jika jawaban tidak terdiri atas 5 opsi.
2. Diperlukan jam terbang atau pengalaman yang cukup untuk
menentukan opsi jawaban yang kemungkinan akan dipilih
semua oleh penjawab soal.
Penyusun soal seharusnya mempunyai kreativitas untuk
menemukan opsi jawaban yang kemungkinan dapat digunakan
sebagai pengecoh jawaban. Ketika penyusun soal hanya terpaku
pada jawaban teori, mereka akan kesulitan dalam menentukan
lima opsi jawabannya.
Contoh
Piramida Miller 1 (TULIS CONTOH SOAL HAPALAN
SINGKAT)
Jenis kekerasan apa yang dialami oleh klien?
a. Kasus kekerasan fisik dan verbal
b. Kasus kekerasan psikologis
c. Kasus kekerasan mental
d. Kasus kekerasan perempuan
e. Kasus kekerasan kesehatan jiwa
Piramida Miller 1 (TULIS CONTOH HAPALAN SINGKAT
DI ATAS DENGAN MENJADIKANNYA VIGNETTE)
Seorang Psikolog Klinis menangani kasus kekerasan pada
perempuan yang datang padanya. Pada kasus tersebut,
pasien/klien terlihat lebam di lengan dan mata merah di
sebelah kanan. Selain itu, pasien/klien tersebut terlihat
pucat dan sulit berbicara.
Jenis kekerasan apa yang dialami oleh klien
a. Kasus kekerasan fisik dan verbal
b. Kasus kekerasan psikologis
c. Kasus kekerasan mental
d. Kasus kekerasan perempuan
e. Kasus kekerasan kesehatan jiwa
Piramida Miller 2 (TULIS SOAL PROFESI SEPERTI INI
DENGAN MEMBERIKAN DATA YANG SALAH UNTUK
MENGUJI PESERTA APAKAH DAPAT MENGENALI
KESALAHAN)
Orang tua datang untuk mengkonsultasikan anak laki-laki nya
yang berusia 11 tahun 3 bulan, yang seringkali berkata kasar
dan menolak untuk pergi ke sekolah. Anak seringkali
berkata “aku malas sekolah, karena aku tidak bisa main”.
Ketika dilakukan pemeriksaan IQ, anak mengikuti tes sambil
berjalan kesana kemari, bertanya tentang banyak hal, dan
sering menguap. Anak membutuhkan waktu hampir 3 jam
untuk menyelesaikan tes nya. Dari pemeriksaan IQ
dihasilkan angka 54. Berdasarkan pemeriksaan saat ini,
kecurigaan mengarah pada gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas.
Apa yang perlu dilakukan untuk penegakan diagnosis?
a. Melakukan asesmen lebih lanjut mengenai fungsi perilaku
adaptif dan pengelolaan hidup keseharian
b. Mencermati riwayat dan informasi kesehatan terkini
c. Mewawancarai orang tua mengenai interaksi antara orang
tua-anak, termasuk pola komunikasi dan kualitas kontrol
terhadap anak
d. Menggali riwayat kehamilan dan kelahiran anak
e. Mengobservasi aspek atensi dan konsentrasi pada anak
Bahasa 2
A. S+P
B. S+P
C. S+P
D. Frasa (misal: Pengetahuan yang ditingkatkan secara
signifikan = frasa; seharusnya ‘Pengetahuan ditingkatkan
secara signifikan = S+P)
E. S + P
Konten (beri contoh profesi sendiri dengan 1 opsi jawaban yang
tidak homogen secara konten)
Seorang remaja kelas 9 SMP yang berusia 16 tahun setelah
diperiksa dengan psikotes, wawancara klinis dan observasi
dapat diketahui bahwa skor IQ 43 Skala Wechsler. Ia tampak
cukup mampu berbicara dengan lancar namun kesulitan
memahami bacaan yang membutuhkan pemahaman
mendalam. Saat pemeriksaan psikologis, ia terlihat cukup
percaya diri dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
meskipun kesulitan menjawab beberapa soal dari tes WISC. Ia
juga masih mengompol di malam hari saja. Walaupun demikian,
saat malam hari ia bekerja sebagai tukang parkir di sebuah
restoran. Selain itu, ia juga cukup bersemangat untuk belajar
dan bersedia mengerjakan tugas-tugas dari guru-guru di SLB.
Apa yang perlu dilakukan untuk membantu pasien/klien
tersebut dapat menuntaskan pendidikan lanjutan di tingkat
menengah atas ?
f. Psikoedukasi
g. Konseling
h. Tes Minat Bakat (ini adalah satu-satunya opsi yang
mengarah pada asesmen psikologis. Opsi yang lain
mengarah pada intervensi psikologis)
i. Konsultasi
j. Modifikasi Perilaku
Catatan: Opsi di atas dapat digunakan jika ada satu opsi lagi yang
menunjukkan bakteri gram negatif.
Kesimpulan:
Penyusun soal harus mempunyai pengalaman dalam penyusunan
soal dalam waktu yang cukup agar dapat menentukan opsi
jawaban yang tepat untuk soal-soal yang disusunnya.
BAB 4
Contoh 2
1. PERAN KASUS: GANGGUAN DEPRESI
1. Penyedia Layanan Seorang wanita berusia 22 tahun
2. Manajer/Leader datang untuk berkonsultasi mengenai
3. Pendidik/Konselor/ kondisinya yang seringkali menangis
Perseptor dalam 3 minggu terakhir. Ia pun
4. Peneliti/Pembelajar mengeluhkan perilaku murung dan
Seumur Hidup mudah marah untuk hal sederhana
dalam kesehariannya. Apa
manifestasi klinis yang terjadi pada
klien?
a. Perubahan motivasi
b. Perubahan kognitif
c. Perubahan perilaku
d. Perubahan kondisi emosional
e. Perubahan kemampuan
komunikasi
2. KATEGORI
1. Batita
2. Balita
3. Anak
4. Remaja
5. Dewasa
6. Lansia
3. KOMPETENSI (RANAH
KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)
1. Membangun Relasi
dengan Klien
2. Asesmen Psikologis
3. Diagnosis Psikologis
4. Konsultasi
Psikologis
5. Pemantauan
Psikologis
6. Rujukan
4.
KOMPETENSI (RANAH
PERILAKU
PROFESIONAL)
1. Komunikasi
2. Sikap
3. Mawas Diri
4. Kolaborasi
5. Hukum, Etika, dan
Keselamatan Pasien
6. Dokumentasi
5.
LINGKUP PRAKTIK
1. Prevensi/Deteksi
dini
2. Promosi
3. Kurasi
4. Rehabilitasi
5. Paliatif
6. Penanganan Krisis
6.
TEMPAT PELAYANAN
1. Rumah Sakit
2. Puskesmas
3. Praktik Mandiri
4. Klinik
5. Instansi Pemerintah
/ Lembaga Swasta
6. Lembaga
Pendidikan
7. Lembaga
Keagamaan
8. Masyarakat/Komuni
tas
7.
SASARAN
1. Individu
2. Pasangan/keluarga
3. Kelompok/Komunit
as
4. Masyarakat
Contoh 3
1. PERAN KASUS: KECEMASAN
1.Penyedia Layanan
2.Manajer/Leader
Seorang pasien berusia 23
3.Pendidik/Konselor/Perseptor
4.Peneliti/Pembelajar Seumur tahun datang ke klinik
Hidup bersama anggota
2. KATEGORI keluarganya. Keluarganya
menceritakan bahwa pasien
1. Batita
2. Balita sulit tidur, sulit mengontrol
3. Anak kekhawatirannya, kesulitan
4. Remaja berkonsentrasi baik di
5. Dewasa rumah maupun di kantor.
6. Lansia Hal ini sudah berlangsung
3. KOMPETENSI (RANAH
lebih dari 3 bulan dan terjadi
KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR)
hampir setiap hari. Keluarga
1. Membangun Relasi dengan sudah berusaha membawa
Klien pasien ke orang pintar
2. Asesmen Psikologis
namun tidak ada
3. Diagnosis Psikologis
perubahan. Psikolog klinis
4. Konsultasi Psikologis
5. Pemantauan Psikologis kemudian melakukan
6. Rujukan asesmen dengan alat tes
4. KOMPETENSI (RANAH psikologi. Apa alat tes yang
PERILAKU PROFESIONAL) tepat dalam kasus ini?
1. Komunikasi a. Beck Anxiety
2. Sikap Inventory (BAI),
3. Mawas Diri
Hamilton Anxiety
4. Kolaborasi
Rating Scale
5. Hukum, Etika, dan
Keselamatan Pasien
6. Dokumentasi b. GAD-7, Cognitive
5. LINGKUP PRAKTIK Behavior Therapy
1. Prevensi/Deteksi dini (CBT)
2. Promosi c. Beck Anxiety
3. Kurasi Inventory (BAI), Yale-
4. Rehabilitasi Brown Obsessive
5. Paliatif Compulsive Scale (Y-
6. Penanganan Krisis
BOCS)
6. TEMPAT PELAYANAN
d. Social Phobia
1. Rumah Sakit Inventory, Mood
2. Puskesmas Disorder
3. Praktik Mandiri
Questionnaire.
4. Klinik
5. Instansi Pemerintah/ e. General Behaviour
Lembaga Swasta Inventory, Hypomanic
6. Lembaga Pendidikan Personality Scale
7. Lembaga Keagamaan
8. Masyarakat/Komunitas
7. SASARAN
1. Individu
2. Pasangan/Keluarga
3. Kelompok/Komunitas
4. Masyarakat
Contoh 4
1. PERAN KASUS: BIPOLAR
1.Penyedia Layanan
2.Manajer/Leader
Soal 1
3.Pendidik/Konselor/Perseptor
4.Peneliti/Pembelajar Seumur Seorang remaja, usia 16
Hidup tahun datang kepada
2. KATEGORI
seorang psikolog klinis
1. Batita dengan keluhan dirinya
2. Balita memiliki gangguan
3. Anak bipolar setelah ia
4. Remaja
melakukan asesmen
5. Dewasa
6. Lansia dengan menggunakan
3. KOMPETENSI (RANAH KOGNITIF instrumen lapor diri yang
DAN PSIKOMOTOR) tersedia secara gratis di
internet.
1. Membangun Relasi dengan
Klien Apa langkah awal yang
2. Asesmen Psikologis harus dilakukan oleh
3. Diagnosis Psikologis psikolog klinis ketika
4. Konsultasi Psikologis
melakukan penanganan
5. Pemantauan Psikologis
6. Rujukan terhadap klien ini?
4. KOMPETENSI (RANAH PERILAKU a. Mengecek ulang
PROFESIONAL) hasil asesmen yang
1. Komunikasi diperoleh klien dari
2. Sikap instrumen lapor
3. Mawas Diri diri.
4. Kolaborasi b. Menggunakan
5. Hukum, Etika, dan Keselamatan
teknik observasi
Pasien
6. Dokumentasi dan wawancara
5. LINGKUP PRAKTIK klinis secara
1. Prevensi/Deteksi dini mendalam
2. Promosi mendalam
3. Kurasi c. Melakukan
4. Rehabilitasi pemeriksaan
5. Paliatif psikologis lengkap
6. Penanganan Krisis
untuk
6. TEMPAT PELAYANAN
mengkonfirmasi
1. Rumah Sakit diagnosis yang
2. Puskesmas diperoleh klien
3. Praktik Mandiri
sebelumnya
4. Klinik
5. Instansi Pemerintah/ Lembaga d. Memeriksa adanya
Swasta potensi
6. Lembaga Pendidikan komorbiditas
7. Lembaga Keagamaan mental dan fisik
8. Masyarakat/Komunitas e. Meminta informasi
7. SASARAN dari pihak keluarga
1. Individu mengenai perilaku
2. Pasangan/Keluarga dan aktivitas
3. Kelompok/Komunitas harian klien.
4. Masyarakat