Anda di halaman 1dari 26

Nilai Perusahaan

Nilai Perusahaan merupakan ukuran keberhasilan


manajemen perusahaan dalam prospek operasinya di
masa yang akan datang sehingga dapat mewujudkan
kepercayaan dari pemegang saham perusahaan. Nilai
perusahaan menjadi sangat penting karena Nilai
Perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran
pemegang saham yang tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang,
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2013-2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-
2017. Metode pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling, yaitu metode pengambilan
sampel berdasarkan kriteria tertentu dan dipilih 70
data sebagai sampel, dan pengujian hipotesis
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
variabel independen Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan
Kebijakan Hutang dan Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan
DOI: https://doi.org/10.26714/mki.v9i2.5202
Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel mekanisme corporate governance (dengan proksi
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit) terhadap nilai perusahaan
dengan menggunakan kualitas laba sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kausalitatif.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Terdapat 25 perushaan yang
memenuhi kriteria sebagai sampel sehingga data penelitian berjumlah 75. Hasil penelitian ini
adalah kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba, kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap kualitas laba, komite audit berpengaruh terhadap kualitas laba, kepemilikan
manajerial tidak  berpengaruh  terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kualitas laba bukan
variabel intervening antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan, kualitas laba bukan
variabel intervening antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan, kualitas laba
bukan variabel intervening antara komite audit terhadap nilai perusahaan.

DOI: https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.8000

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di BEI pada tahun 2015-2018.  Periode waktu penelitian yang digunakan adalah 4 tahun. Populasi
penelitian ini berjumlah 21 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan
bantuan Eviews versi 9.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial ukuran perusahaan
dan profitablilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sementara
Intellectual Capital berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Sedangkan, Likuiditas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

DOI: https://doi.org/10.36406/jam.v17i01.274
NILAI PERUSAHAAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempengaruhi karakteristik perusahaan, modal intelektual, CSR
terhadap nilai perusahaan. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen
yaitu ROA, DER, jenis industri, ukuran perusahaan, modal intelektual, dan variabel dependen yaitu
PBV yang diukur dengan harga pasar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan metode pengambilan sampel yang bertujuan. Setelah mengurangi
beberapa kriteria, 1.953 perusahaan dipilih sebagai sampel. Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier dengan bantuan program SPSS versi 24. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan, namun modal
intelektual dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier ganda dengan nilai signifikan 5%. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Setelah klasifikasi industri sebagai variabel moderat
diperhitungkan, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tidak signifikan untuk
pertumbuhan penjualan dan nilai perusahaan. Dapat dikatakan bahwa industri yang tinggi dan
rendah di Indonesia tidak berbeda secara signifikan dalam hal tindakan CSR mereka.
DOI:10.1088/1755-1315/729/1/012112
PRO QUEST

Menurut John Elkington (1997), perusahaan yang akan berpartisipasi dalam pengembangan
keberlanjutan harus peduli dengan Profit, People, dan Planet untuk mendapatkan dukungan dari
lingkungan dan masyarakat. Hasil penelitian penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang
beragam dan tidak konsisten. [...] penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kembali perusahaan
yang mengeluarkan laporan keberlanjutan yang terdiri dari tiga aspek pengungkapan - aspek
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Teori Legitimasi teori legitimasi menegaskan bahwa
perusahaan terus berusaha untuk memastikan operasi mereka berada dalam kerangka kerja dan
norma-norma yang ada di masyarakat atau lingkungan di mana mereka beroperasi, dan selalu
berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis mereka diterima oleh orang luar sebagai
sesuatu yang “sah” (Deegan, 2004). [...] perusahaan yang melakukan pengungkapan sosial akan
menganggap bahwa ia telah mendapatkan status sosial dari masyarakat dan lingkungan atau
meletakkannya dengan cara lain perusahaan akan disahkan. 2.3. [...] itu akan meningkatkan
kemampuan dan kinerja perusahaan dalam meningkatkan keuntungan. [...] semakin baik
pengungkapan aspek ekonomi, semakin baik kinerja perusahaan.
https://www.proquest.com/scholarly-journals/analysis-sustainability-report-effects-on-
company/docview/2488266914/se-2?accountid=50257
Examining the effect of diversification, corporate
governance and intellectual capital on
sustainability performance
Studi ini bertujuan untuk memeriksa dan menganalisis efek diversifikasi, tata kelola perusahaan
dan modal intelektual pada kinerja keberlanjutan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan melibatkan kinerja keuangan sebagai variabel mediasi. Penelitian ini menggunakan data
sekunder Bank Umum Islam di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dari 2011 -
2018, dengan ukuran sampel 10 bank syariah yang memenuhi kriteria menggunakan metode
sampling tujuan sehingga 80 observasi diperoleh. Data diperoleh dari laporan tahunan, laporan
keberlanjutan dan laporan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Teknik analisis data
yang digunakan SEM-PLS dengan bantuan perangkat lunak WarPPLs 7.0. Hasil penelitian
memberikan bukti empiris bahwa kualitas dan kuantitas tata kelola perusahaan, modal
intelektual, dan kinerja keuangan memiliki efek positif pada kinerja keberlanjutan.

https://www.proquest.com/scholarly-journals/examining-effect-diversification-
corporate/docview/2509716943/se-2?accountid=50257
http://dx.doi.org/10.20525/ijrbs.v10i2.1053
5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Jadi, sudah paham kan betapa pentingnya pergerakan indeks saham? Nah,
selanjutnya pada poin berikut, CekAja bakal memberikan gambaran
kepadamu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
sebelum kamu memutuskan untuk bermain pada instrumen investasi yang
satu ini.

1. Kondisi Fundamental Perusahaan

Setiap perusahaan tentu membutuhkan investor guna ekspansi bisnis


maupun menjaga arus kas tetap berjalan.

Maka dari itu, penting halnya bagi manajemen perusahaan untuk membuat
kinerja seluruh karyawan pada perusahaan tersebut tetap stabil, atau
bahkan bergerak naik selama satu kuartal.

Begitupula dengan kebijakan yang diambil, seperti menyangkut perihal


akuisisi, merger, maupun divestasi.

Kebijakan-kebijakan ini haruslah dipikirkan secara matang karena otomatis


nantinya akan menjadi faktor yang mempengaruhi harga saham.

Misal, perusahaan yang kamu miliki melakukan merger dengan perusahaan


lain guna meningkatkan popularitas kedua perusahaan.

Hal ini jelas saja menimbulkan berbagai anggapan, terutama bagi investor
yang menganggap bahwa perusahaan milikmu adalah perusahaan yang
kuat karena menggandeng perusahaan lain. Efeknya, harga saham
perusahaan mengalami kenaikan yang cukup pesat.

2. Gejala Turun-Naiknya Kurs Rupiah Atas Mata Uang Asing

Faktor yang mempengaruhi harga saham berikutnya adalah gejala turun-


naiknya kurs Rupiah atau fluktuasi terhadap mata uang asing.

Konsekuensinya sendiri bisa dirasakan oleh perusahaan-perusahaan


tertentu yang memang memiliki utang mata uang asing.
Jika sewaktu-waktu kondisi nilai tukar Rupiah menurun, maka imbasnya
bakal langsung dirasakan oleh perusahaan terbuka, terutama yang
bergerak di bidang ekspor impor.

Apabila kegiatan ekspor menurun dapat diartikan sebagai penurunan


penjualan produk-produk perusahaan di suatu negara, maka kemungkinan
untuk membeli saham adalah hal mustahil.

Begitupun dengan kondisi impor yang tinggi pada suatu negara,


sehingga image perusahaan akan terlihat lemah di mata para investor.

Akibatnya, pihak perusahaan akan menanggung modal lebih besar untuk


membeli bahan baku dan juga biaya operasional sendiri.

3. Tren Beli-Membeli Investor

Kalau yang satu ini sih sudah pasti dipahami dan dianggap sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi harga saham.

Betapa tidak, tren beli-membeli di kalangan investor ini biasanya memiliki


efek yang besar dan berjamaah dalam dunia bursa.

Sebagai contoh, harga saham mengalami kenaikan akibat beberapa


investor membeli saham A, maka investor-investor lainnya pun tak mau
ketinggalan untuk membeli saham tersebut.

Sementara, kalau banyak investor yang akhirnya memutuskan untuk


menjual saham tersebut itu berarti harga saham akan mengalami
penurunan.

Tren beli-membeli ini juga dikenal dalam dua istilah loh,


yaitu bullish dan bearish. Bullish diartikan sebagai kondisi di mana harga
saham di pasaran mengalami kenaikan, dan sebaliknya bearish diartikan
sebagai kondisi di mana harga saham turun.

4. Manipulasi Harga Saham dan Kepanikan

Mungkin kamu akan beranggapan bahwa manipulasi harga saham adalah


hal negatif yang seharusnya tidak dilakukan.
Tapi percaya atau tidak, kondisi seperti itu sering kali dilakukan dan sudah
menjadi lumrah, terutama di kalangan investor besar yang memiliki banyak
modal.

Mereka bisa saja memanfaatkan kekuatan media massa untuk


memanipulasi harga saham, baik untuk menurunkan maupun
meningkatkan harga guna mencapai tujuannya. Sehingga hal ini juga
dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham.

Tidak hanya itu saja, kepanikan akan perubahan image suatu perusahaan


pun dianggap menjadi faktor lainnya yang mengakibatkan harga saham
menurun.

Perubahan image  ini bisa terjadi karena tersebarnya berita negatif di media


massa mengenai perusahaan, sehingga para investor menjual saham
tersebut.

5. Kondisi Ekonomi Negara

Terakhir, faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kondisi ekonomi.


Seperti halnya fluktuasi kurs Rupiah terhadap mata uang asing, ekonomi
negara maupun global juga memiliki efek yang tak main-main untuk pasar
modal.

Beberapa indikator ekonomi yang mengakibatkan harga saham tidak stabil,


yaitu:

 Suku bunga acuan akibat kebijakan moneter tiap negara yang


berbeda. Jika suku bunga mengalami kenaikan, maka perusahaan
dengan utang perbankan akan mengalami penyusutan laba.
 Tingkat inflasi mempengaruhi kenaikan suku bunga acuan sehingga
bunga kredit mengalami kenaikan.
 Penurunan Indeks Harga Konsumen yang berakibat pada terjadinya
deflasi.

Itulah bermacam faktor yang mempengaruhi harga saham. Ingat, instrumen


investasi yang satu ini memang enggak bisa dilakukan secara abal-abal ya.

Jadi, kalau kamu masih belum yakin untuk bermain saham, sebaiknya
dipikirkan kembali risikonya.
Abstrak: Pasar modal syariah adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, salah satu produk yang dijual di pasar modal syariah adalah saham syariah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga SBI, Inflasi dan nilai tukar rupiah
terhadap pergerakan harga saham syariah PT. Unilever, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teknik analisis yang digunakan ialah teknik analisis regresi linier berganda. Hasil dari analisis penelitian
yang dilakukan dengan alpha 5% menunjukkan bahwa hasil analisis regresi linier berganda secara simultan
antara variabel suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham syariah
PT. Unilever, Tbk dan secara bersama-sama mempengaruhi harga saham syariah PT. Unilever, Tbk,
Namun secara parsial variabel suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham
syariah PT. Unilever, Tbk sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh. Sementara itu, nilai tukar rupiah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham syariah PT. Unilever, Tbk.
Kata Kunci: Suku Bunga SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Saham Syariah PT. Unilever, Tbk
http://ejournal.unhasy.ac.id/index.php/bisei/article/view/265
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga
Saham PT London Sumatra Indonesia Tbk.
Ha Sudoni, Eti Suminartika, Ernah Ernah

Abstrak

Perkebunan kelapa sawit dengan komoditas utama minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan sektor
strategis dalam perekonomian Indonesia dengan memberikan kontribusi di tahun 2017 senilai USD 18,28 milyar
atau 9,6 % terhadap ekspor nasional. Meski demikian sepanjang tahun 2010 sampai dengan tahun 2018 harga
CPO dalam trend menurun. Penurunan harga CPO ini sejalan dengan penurunan harga saham perkebunan
kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia. PT London Sumatra Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang harga sahamnya mengalami penurunan. Oleh karena itu investor yang akan
berinvestasi di sektor perkebunan melalui bursa efek perlu melakukan penilaian dalam pengambilan keputusan
investasi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi harga saham PT London
Sumatra Indonesia Tbk. Hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda didapat
faktor-faktor yang memengaruhi harga saham PT London Sumatra Indonesia Tbk adalah harga CPO, harga
saham market leader, kurs rupiah, Return On Equity  dan Earning Per Share.

Kata Kunci:  Harga saham, Harga CPO, Saham market leader, Return On Equity, Earning Per Share

DOI : https://doi.org/10.24198/agricore.v4i2.24532
http://ejournal.unhasy.ac.id/index.php/bisei/article/view/265

ABSTRAK
Rata-rata pengembalian saham dari penawaran
umum perdana (IPO) di pasar saham AS adalah -
29,13% pada akhir tahun ketiga setelah IPO (Ritter,
1991). Kesimpulannya adalah
Fenomena underperformed dipengaruhi oleh volume
perdagangan dan hanya terjadi pada sektor
nonfinansial (Ritter, 1991). Underperformed adalah
pengembalian saham dari penawaran umum perdana
yang
memiliki kinerja yang lebih rendah dibandingkan
dengan pengembalian pasar. Bessler dan Thies
(2007) menyatakan bahwa
tahun go public adalah jangka waktu penawaran
umum perdana (initial public offering/IPO). Ada
variasi waktu
dalam pola manfaat, menimbulkan pertanyaan
apakah perusahaan dapat memaksimalkan nilai dan
jumlah dana yang diperoleh. Dalam berinvestasi,
investor mempertimbangkan pengembalian dan
risiko, hasil yang diharapkan
investasi akan direalisasikan setelah jangka waktu
tertentu dan selama jangka waktu tersebut terdapat
there
risiko dari investasi yang dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi Abnormal
Pengembalian kinerja saham jangka panjang setelah
36 bulan IPO. Variabel bebas dalam
penelitian ini terdiri dari Benchmark, Money Raised,
Market Value, dan Magnitude of Underpricing.
Variabel terikatnya adalah abnormal return pada
kinerja saham jangka panjang setelah 36 bulan
IPO-nya.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan non keuangan periode 2006-2009
sebagai2009
sebanyak 54 perusahaan non keuangan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Teknik
analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda dan dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
Benchmark berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap
Pengembalian Tidak Normal; Money Raised dan
Market Value tidak berpengaruh signifikan dan
positif
menuju Abnormal Return; Besarnya Underpricing
berpengaruh signifikan dan positif terhadap
Kembali Tidak Normal. Kemampuan keempat
variabel bebas dalam menjelaskan variasi pada
variabel terikat sebesar 45,8%, sedangkan sisanya
sebesar 54,2% dijelaskan oleh faktor lain
yang tidak dijelaskan dalam model.
Influence of Non-Financial Information and
Macroeconomic on the Level of Underpricing on
Companies that Conduct IPO on the IDX in the
2011-2015 Period

Abstrak

Sumber pendanaan adalah bagian terpenting dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga
perusahaan memiliki sumber pendanaan alternatif, bisa berasal dari dalam perusahaan atau dari
luar perusahaan. Beberapa alternatif ini dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan
modal, termasuk dapat menggunakan modal mereka sendiri, menerbitkan obligasi (obligasi),
utang ke bank, atau dengan meningkatkan jumlah saham dengan penerbitan saham baru.
Sementara perusahaan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki keinginan
untuk menjadi publik, perusahaan harus melakukan penawaran umum perdana (IPO) di pasar
primer. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh antara variabel
Reputasi Penjamin Efek dan Reputasi Auditor pada Underpricing, apakah ada pengaruh antara
variabel tingkat Inflasi dan suku bunga pada Underpricing, dan apakah ada pengaruh antara
underwriter Variabel reputasi, Auditor Reputasi Tingkat Inflasi dan suku bunga di Underpricing.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikasi menggunakan beberapa analisis
regresi. Populasi dalam studi ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang
melakukan IPO pada periode 2011-2015, yaitu sebanyak 121 perusahaan sementara untuk
sampling menggunakan metode sampling yang bertujuan sehingga sampel penelitian adalah 64
perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Auditor Reputasi Penjamin Efek dan
Reputasi memiliki pengaruh negatif parti terhadap underpricing, sementara Inflasi dan Suku
Bunga tidak memiliki pengaruh parsial pada variabel Underpricing dan Non Informasi Keuangan
(Reputasi Auditor dan Reputasi Penjamin Penjamin) dan Makro Ekonomi (Tingkat Inflasi dan
Suku Bunga) memiliki efek simultan pada Underpricing. dan mampu mempengaruhi variabel
dependen Underpricing adalah 12,7%, sementara 87,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diperiksa.

Pendahuluan

Sumber pendanaan adalah bagian terpenting dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga
perusahaan memiliki sumber pendanaan alternatif, bisa berasal dari dalam perusahaan atau dari
luar perusahaan. Beberapa alternatif ini dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan
modal, termasuk dapat menggunakan modal mereka sendiri, menerbitkan obligasi (obligasi),
utang ke bank, atau dengan meningkatkan jumlah saham dengan penerbitan saham baru.
Sementara perusahaan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki keinginan
untuk menjadi publik, perusahaan harus melakukan penawaran umum perdana (IPO) di pasar
primer. Setiap perusahaan yang melakukan IPO harus membuat prospektus. Prospektus adalah
informasi tertulis yang berkaitan dengan penawaran umum dengan tujuan bahwa pihak lain
membeli sekuritas yang ditawarkan. Dalam Prospektus ada banyak informasi yang berkaitan
dengan keadaan perusahaan yang sedang membuat penawaran umum. Informasi dalam
prospektus dapat membantu investor dalam membuat keputusan rasional mengenai risiko dan
nilai saham yang ditawarkan oleh perusahaan (Kim et al 1993). Fenomena yang sering terjadi
ketika sebuah perusahaan melakukan IPO adalah underpricing, yang berarti bahwa harga saham
di pasar primer (pada saat IPO) lebih rendah dari harga penutupan hari pertama di pasar
sekunder Hasanah dan Akbar (2014:2). Hasil penelitian Dwi Martani dkk (2012) tentang
pengaruh reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, usia perusahaan dan return
on equity (ROE) pada underpricing yang menyatakan hanya ukuran perusahaan menunjukkan
hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi underpricing manufaktur perusahaan di
Indonesia. Sementara penelitian Meina Wulansari dkk (2014) tentang pengaruh Ratio Current,
ROE, DER, EPS, ukuran variabel, penawaran saham, usia perusahaan, reputasi underwriter, dan
reputasi auditor pada underpricing yang menyatakan hanya reputasi underwriter memiliki
pengaruh yang signifikan pada underpricing. Di sisi lain, Gunasti Hudiwinarsih (2013) yang
meneliti efek Return on Equity, Utang terhadap Ekuitas Rasio, Tingkat Inflasi, Reputasi KAP dan
Reputasi penjamin untuk saham underpricing menyatakan variabel return on equity, reputasi KAP
dan reputasi perusahaan asuransi memiliki signifikan berdampak pada underpricing. Peneliti
tertarik untuk meneliti informasi keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Return On Equity (ROE)
dan Debt to Equity Ratio (DER), informasi non keuangan yang terdiri dari reputasi Auditor dan
reputasi underwriter, serta makroekonomi yaitu tingkat inflasi dan suku bunga untuk menguji
efek pada underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) pada 2011-
2015. Fenomena underpricing tertinggi di perusahaan yang IPO untuk periode 2011-2015 adalah
pada tahun 2013, mencapai 16 perusahaan yang mengalami underpricing. Dengan banyaknya
kepentingan perusahaan yang underpricing selama IPO selama periode 2011-2015 yang relatif
tinggi, hal itu menyebabkan minat untuk menyelidiki lebih lanjut tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya underpricing. Sebenarnya kondisi underpricing sangat merugikan
perusahaan yang pergi publik, karena dana yang diperoleh dari masyarakat tidak optimal.
Sebaliknya, jika ada overpricing, maka investor akan kalah, karena mereka tidak menerima
pengembalian awal Retnowati (2013:183). Jika perusahaan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricing, itu akan menghindari perusahaan yang akan pergi publik terhadap
kerugian karena meremehkan nilai pasar saham mereka. 

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul: “Pengaruh
Informasi Non-Keuangan dan Makroekonomi pada Tingkat Underpricing di perusahaan yang
melakukan IPO (Initial Public Offering) pada BEI pada Periode 2011-2015”. 

Dengan demikian perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh antara variabel Reputasi Penjamin dan Reputasi Auditor di
Underpricing? 

2. Apakah ada pengaruh antara variabel tingkat Inflasi dan suku bunga pada Underpricing? 

3. Apakah ada pengaruh antara variabel Reputasi Penjamin Efek, Tingkat Inflasi Auditor Reputasi
dan suku bunga pada Underpricing? 

Tinjauan Literatur

Reputasi Auditor (KAP)

Reputasi Auditor berfungsi untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan yang akan pergi
publik. Hasil pengujian auditor dibutuhkan oleh para pihak yang bersangkutan untuk
pengambilan keputusan. Menurut Fahmi (2012:75) “Pernyataan KAP sangat dipengaruhi dalam
hal kelayakan pada saat laporan keuangan dan hasil audit lainnya yang dapat dinyatakan dalam
aturan dan kondisi prosedural untuk pergi publik”. 
Teori yang terkait dengan variabel ini adalah teori asimetri informasi di mana ada perbedaan
informasi antara investor informasi dan investor kurang informasi. Di sinilah auditor sangat
penting dalam posisinya ketika investor informasi mempercayai auditor yang lebih bereputasi
tinggi. Oleh karena itu, auditor berkualitas tinggi diharapkan lebih mungkin untuk mendeteksi dan
menekan praktik manajemen pendapatan, Becker 1998 di Rusmin et al (2013). 

Reputasi Penjamin Efek

Reputasi underwriter adalah reputasi pihak yang membuat kontrak dengan penerbit untuk
membuat penawaran umum untuk kepentingan penerbit dengan atau tanpa kewajiban untuk
membeli sisa sekuritas yang tidak terjual. (Fahmi, 2012:57) berpendapat bahwa “Penjamin
adalah penjamin atau sekuritas untuk setiap penerbit yang mengeluarkan saham di pasar modal.
Sementara itu, menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:38) “Penjamin Efek adalah perusahaan
sekuritas yang membuat kontrak dengan emiten untuk membuat penawaran umum untuk
kepentingan emiten. 

Berdasarkan beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa tugas seorang penjamin adalah
menjamin penjualan sekuritas dan seluruh pembayaran efek yang dipancarkan ke perusahaan
dan mewakili penjamin sekuritas lainnya dalam kaitannya dengan perusahaan dan pihak ketiga. 

Ekonomi Makro

Menurut Mohammad Samsul di Anggita Ratnasari (2013:87) “Faktor makroekonomi merupakan


faktor yang berada di luar perusahaan, namun memiliki pengaruh terhadap peningkatan atau
penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung”. 

Secara teori, ada banyak indikator yang dapat mengukur variabel makro, tetapi dari sejumlah
variabel makro, variabel yang dikendalikan secara langsung melalui kebijakan moneter dengan
mekanisme transmisi melalui pasar keuangan yaitu suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar
mata uang asing. Perubahan faktor makroekonomi tidak akan segera mempengaruhi kinerja
perusahaan, namun perlahan dalam jangka panjang. Sebaliknya, harga saham akan segera
terpengaruh oleh perubahan faktor makroekonomi karena investor bereaksi lebih cepat. 

Suku Bunga

Suku bunga adalah kebijakan pemerintah atau bank sentral yang bertujuan untuk menjaga
keberlanjutan perekonomian negara. Menurut Astuti dan Syahyunan (2013:29) Suku bunga
merupakan persentase suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia. Penetapan suku bunga oleh
Bank Indonesia bertujuan untuk mencapai tujuan kebijakan moneter. Suku bunga menurut
Malkan Abdulah

( 2015:3) “Suku bunga adalah salah satu variabel dalam perekonomian yang selalu diawasi ketat
karena dampaknya yang luas secara langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat setiap hari
dan memiliki dampak penting pada kesehatan ekonomi”. 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah harga pinjaman uang pada jangka waktu
tertentu yang dinyatakan dalam bentuk persentase. 

Inflasi

nflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang pada umumnya atau penurunan daya beli mata uang.
Dalam prinsip-prinsip investasi inflasi adalah salah satu faktor yang diperhitungkan karena
hubungannya dengan nilai waktu uang.

Murni (2013:202) menyatakan bahwa “Inflasi merupakan peristiwa yang menunjukkan kenaikan
tingkat harga secara umum dan berlanjut.” 

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah suatu kondisi ketika
tingkat harga umum meningkat yang mengalami penyebab terus menerus dari penurunan nilai
mata uang domestik. 

Underpricing

Underpricing adalah kondisi yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan pihak-pihak terkait
penawaran saham di pasar awal. Ketika harga jual awal saham yang ditetapkan oleh underwriter
dan emiten lebih murah daripada harga bid and demand yang muncul di pasar sekunder, sebuah
fenomena yang disebut underpricing muncul. 

Menurut Ritter, 1999 di Hapsari (2012:35) tentang teori underpricing menyatakan:

1. Teori Investasi Banker Hipotesis Monopsony Power ini berpendapat bahwa penjamin yang
lebih menyadari kondisi pasar modal cenderung menetapkan harga yang lebih rendah untuk
menghindari risiko yang mereka tanggung. 

2. Hipotesis Penghindaran Gugatan. Teori ini berpendapat bahwa fenomena underpricing adalah
upaya penjamin dan emiten untuk menjaga dan menghindari konsekuensi hukum di masa depan
dan risiko penurunan reputasi mereka karena tidak menyajikan nilai sebenarnya dari
perusahaan. 

3. Hipotesis Dispersi Kepemilikan. Teori ini menyatakan bahwa emiten memiliki tujuan ketika
menurunkan harga saham awal, yaitu untuk memperluas permintaan pasar sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar pemegang saham minoritas (tidak ada pemegang saham
mayoritas). 

Penawaran Umum Perdana (IPO)

Definisi penawaran umum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal adalah kegiatan menawarkan efek yang dilakukan oleh Emiten untuk
menjual Efek kepada publik berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam undang-undang ini dan
peraturan pelaksana. Bagi perusahaan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan ingin
pergi ke publik, perusahaan harus melakukan penawaran umum perdana (IPO) di pasar primer.
Istilah go public adalah ketika untuk pertama kalinya perusahaan menawarkan sahamnya
kepada publik (publik). 

Go public memungkinkan masyarakat dan manajemen untuk mengetahui nilai perusahaan, yang
tercermin dalam kekuatan tawar-menawar saham. Jika perusahaan diperkirakan sebagai
perusahaan yang memiliki prospek di masa depan, nilai saham akan tinggi. 

Perusahaan yang pergi publik akan mendapatkan beberapa manfaat, baik yang berhubungan
langsung dengan aspek keuangan dan non-keuangan perusahaan. Manfaat yang akan diperoleh
oleh perusahaan yang akan pergi publik meliputi:
1. Perusahaan akan mendapatkan dana murah dari basis investor yang sangat luas untuk tujuan
meningkatkan modal. 

2. Memberikan likuiditas dan nilai pasar terhadap kekayaan perusahaan yang merupakan nilai
ekonomi dari upaya para pendiri. 

3. Meningkatkan pandangan masyarakat umum (image) terhadap perusahaan sehingga menjadi


target profesional sebagai tempat kerja. 

4. Pemegang saham, terutama individu akan cenderung menjadi pelanggan setia terhadap
produk perusahaan, karena rasa memiliki perusahaan (rasa memiliki). 

5. Perusahaan publik menikmati promosi gratis melalui media massa, terutama perusahaan
yang sahamnya aktif diperdagangkan, likuid dan kepemilikan saham tersebar luas dan memiliki
kapitalisasi yang besar. 

Namun selain manfaat yang akan didapatkan oleh perusahaan publik, ada juga konsekuensi
yang harus ditanggung oleh perusahaan. Konsekuensi yang harus dihadapi oleh perusahaan
publik meliputi:

1. Proses masyarakat membutuhkan energi, pengorbanan, waktu dan biaya. 

2. Masuknya peserta baru yang akan mengambil bagian dalam kebijakan perusahaan,
berpartisipasi dalam memiliki klaim atas hasil bisnis dan properti perusahaan. 

3. Kewajiban untuk memenuhi pengungkapan informasi berkelanjutan (pengungkapan


berkelanjutan), yang juga membutuhkan biaya, waktu dan energi. 

4. Transformasi sikap dan tindakan manajemen serta pendiri pemegang saham, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan hubungan baik jangka panjang dengan pemegang saham
publik minoritas

Kerangka Teoretis dan Pengembangan Hipotesis

Kerangka Teoritis

Metode

Menurut Sugiyono (2012:5) metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan ditemukan, dikembangkan, dan terbukti,
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi permasalahan”. 

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan mengumpulkan data terkait
penelitian ini, yaitu Informasi Non Keuangan (Reputasi Penjamin Efek dan Reputasi
Auditor), dan Makroekonomi (Inflation Rate and Suku Bunga) tentang Underpricing bagi
perusahaan yang melakukan IPO untuk periode 2011-2015. Metode verifikasi digunakan
untuk memeriksa lebih mendalam tentang pengaruh Informasi Non-Keuangan (Reputasi
penjamin dan reputasi auditor), dan Makroekonomi (tingkat inflasi dan suku bunga) pada
Underpricing, serta teori pengujian dengan menguji hipotesis apakah diterima atau ditolak . 

Sampel populasi dan penelitian

Populasi dalam studi ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang
melakukan IPO pada periode 2011-2015, yaitu sebanyak 121 perusahaan. 

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan metode sampling yang bertujuan,
sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 64 perusahaan. Sugiono (2012:122) menyatakan
bahwa: “Purposive sampling adalah teknik sampling dengan pertimbangan tertentu.” Kriteria
untuk perusahaan sampel dalam penelitian ini adalah:

Sumber data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini
data sekunder yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data harga saham pada saat penawaran awal dan harga penutupan di pasar sekunder setiap
perusahaan yang melakukan penawaran awal yang tercantum pada BEI untuk periode 2011-
2015. 

2. Data inflasi Bank Indonesia dan suku bunga dari laporan tahunan Bank Indonesia. 

3. Laporan keuangan tahunan perusahaan sebelum melakukan IPO. 

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi observasional dan studi sastra.
Studi observasi mencatat harga penawaran awal dan penutupan harga saham di pasar
sekunder pada periode awal 2011 - akhir 2015. Studi literatur dilakukan dengan meninjau
beberapa buku, jurnal, penelitian sebelumnya dan teori terkait masalah yang sedang dipelajari
yang berfungsi untuk mendukung data - Data sekunder yang diperoleh dari pengamatan objek
penelitian dan referensi lainnya. Sumber data penelitian ini diperoleh melalui situs internet
www.idx.co.id dan sahamok.com

Variabel Operasional

Reputasi Penjamin Efek

( X1)

Reputasi underwriter dapat diukur dengan peringkat underwriter berdasarkan nilai total
transaksi yang dilakukan oleh underwriter setiap tahunnya. Data ini dikeluarkan oleh BEI
dari 20112015. Dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala 1 sampai 5
sebagai batas. 

Reputasi Auditor (X2)

Reputasi auditor adalah variabel dummy yang merupakan variabel kualitatif (non-terukur)
yang diubah menjadi variabel kuantitatif (dalam bentuk angka yang terdiri dari 0 (nol) dan 1).
Jadi dalam studi ini skor 1 diberikan kepada nilai auditor dengan nilai reputasi tinggi dan skor
0 untuk nilai auditor reputasi rendah. Standar pengukuran reputasi auditor didasarkan pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang merupakan mitra Big Four pada periode 2011 -2015. 

Ekonomi makro

Tingkat Inflasi

( X3)

Tingkat inflasi dalam penelitian ini diperoleh dari data inflasi tahunan yang diperoleh dalam
laporan tahunan Bank Indonesia. Tingkat inflasi yang digunakan adalah persentase tingkat
inflasi di bulan ketika perusahaan melakukan penawaran umum perdana. 

Suku Bunga (X4)

Tingkat suku bunga dalam studi ini diperoleh dari persentase suku bunga yang ditetapkan
Bank Indonesia setiap bulannya ketika perusahaan melakukan IPO. 

Underpricing (Y)

Jogiyanto di Nandra (2015:929) underpricing diukur dengan pengembalian awal, berdasarkan


return harian, yaitu selisih antara harga saham pada hari pertama penutupan pasar sekunder
dan harga saham ketika IPO dibagi dengan harga saham selama IPO. Pengembalian awal
adalah keuntungan awal yang diperoleh oleh investor. 

Pengembalian awal dapat dirumuskan sebagai berikut:

... 

Beberapa Analisis Regresi Linear

Beberapa analisis regresi linier, pada dasarnya adalah studi ketergantungan variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel independen), dengan skala
pengukuran atau rasio dalam persamaan linier. Persamaan umum dari beberapa regresi linier
secara sistematis menurut Sugiyono (2012:277) rumus regresi linier ganda adalah sebagai
berikut:

Y = Sebuah + B1x1 + B2x2 + B3x3 + B4x4 + e

Informasi:

Y: Underpricing

a: konstanta

X1: Penjamin Efek

Reputasi X2: Auditor

Reputasi
X3: Inflasi

tingkat X4: Bunga

rate e: error

b1-b2: koefisien regresi, adalah jumlah perubahan dalam variabel terkait karena perubahan di
setiap unit variabel independen. 

Hipotesis

Perumusan hipotesis dalam tes ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Reputasi Auditor pada Underpricing. 

H01: Reputasi auditor sebagian tidak berpengaruh pada underpricing. 

ha1: reputasi Auditor sebagian memiliki pengaruh pada underpricing. 

2. Pengaruh Reputasi Penjamin Efek pada Underpricing. 

H02: Reputasi underwriter sebagian tidak berpengaruh pada underpricing. 

Ha2: Reputasi underwriter sebagian memiliki pengaruh pada underpricing. 

3. Pengaruh Inflasi pada Underpricing. 

H03: Tingkat inflasi sebagian tidak berpengaruh pada underpricing. 

Ha3: Tingkat inflasi sebagian memiliki pengaruh pada underpricing. 

4. Pengaruh Suku Bunga pada Underpricing. 

H04: Suku bunga sebagian tidak memiliki pengaruh pada underpricing. 

Ha4: Suku bunga sebagian memiliki pengaruh pada underpricing. 

Temuan

Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial
Public Offering (IPO) pada BEI untuk periode 2011-2015. 

Berdasarkan hasil regresi dalam tabel menunjukkan bahwa hasil sig. Reputasi auditor adalah
0.004. Kemudian nilai probabilitas adalah 0,004 <0,05 dan nilai t jumlah adalah -2,969 <=""
p="" style="box-sizing: border-box;">

Dan juga dengan reputasi auditor yang tinggi, laporan keuangan di audit juga akan bebas dari
ketidakpastian dan tidak akan menyesatkan pengguna laporan keuangan. 

Pengaruh Reputasi Penjamin Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) pada BEI untuk periode 2011-2015. 
Berdasarkan hasil regresi dalam tabel menunjukkan bahwa hasil sig. Reputasi auditor adalah
0.15. Kemudian nilai probabilitas adalah 0,01 <0,05 dan nilai t jumlah adalah -2,505 <=""
p="" style="box-sizing: border-box;">

Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial
Public Offering (IPO) pada BEI untuk periode 2011-2015. 

Berdasarkan hasil regresi dalam tabel menunjukkan bahwa hasil sig. Tingkat inflasi adalah
0,58. Kemudian nilai probabilitas 0,58> 0,05 dan nilai t count 0,557 <="" p="" style="box-
sizing: border-box;">

Penurunan permintaan akan berdampak pada harga saham di pasar sekunder yang mengalami
penurunan. Akibatnya, harga saham di pasar primer akan lebih tinggi dari pasar sekunder. 

Pengaruh Suku Bunga Terhadap Underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial
Public Offering (IPO) pada BEI untuk periode 2011-2015. 

Berdasarkan hasil regresi dalam tabel menunjukkan bahwa hasil sig. Suku Bunga 0,576.
Kemudian nilai probabilitasnya adalah 0,576> 0,05 dan nilai t dihitung adalah -0.563> t table
-2,002 dan koefisien (ß) negatif (-0,092) dapat disimpulkan bahwa H04 diterima dan Ha4
ditolak. Yang berarti koefisien regresi suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan
pada Underpricing. Berdasarkan teori sinyal, tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan
investor untuk memilih investasi yang lebih menguntungkan. Keputusan investor untuk
mengalihkan investasi dari pasar modal akan membuat permintaan saham menurun. Hal ini
akan membuat harga saham di pasar sekunder mengalami penurunan nilai, sehingga harga
saham awal menjadi lebih tinggi (tingkat underpricing lebih rendah). 

Diskusi dan Kesimpulan

Diskusi

Deskriptif Statistik Hasil Uji

Statistik deskriptif adalah tes yang dilakukan pada variabel dalam penelitian sebagai variabel
dependen dan independen. Variabel dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Auditor
Reputasi, Reputasi Penjamin, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga sebagai variabel independen,
sementara Underpricing adalah variabel dependen. Hasil tes dalam penelitian ini akan
menunjukkan jumlah data (N), nilai rata-rata (mean), dan nilai deviasi standar (5) dari setiap
variabel berdasarkan data perusahaan yang diambil sampel. 

Hasil perhitungan statistik deskriptif adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa jumlah data (N) pada periode studi (2011-2015)
adalah 64 perusahaan. Underpricing sebagai variabel dependen memiliki nilai rata-rata (rata-
rata) 0,265255, nilai deviasi standar adalah 0,2189806. Sementara variabel independen
seperti Auditor Reputasi dan Variabel Reputasi Underwriter variabel yang menggunakan
variabel dummy memiliki nilai rata-rata (rata-rata) dari 0,219 dan 0,344, dan nilai deviasi
standar 0,4167 dan 0, 4787. Variabel Suku Bunga memiliki nilai rata-rata (rata-rata)
0,066797, dan nilai deviasi standar 0,0077979. Variabel tingkat inflasi yang memiliki nilai
rata-rata (mean) 0,057805 dan nilai deviasi standar 0,0161656. 
Tes Partial (T Test)

Tes Simultan (uji F)

Tes Simultan (Test f) bertujuan untuk menentukan apakah semua variabel independen yang
termasuk dalam model ini memiliki efek bersama pada variabel dependen, Ghozali (2013).
Berikut ini adalah hasil tes regresi berdasarkan tabel ANOVA:

Berdasarkan hasil uji ANOVA dari tabel di atas diperoleh nilai F yang dihitung dari 2.312> F
tabel 2,26 dengan tingkat signifikansi 0,038. Kemudian tingkat signifikansi 0,038 <0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa Reputasi Auditor, Reputasi Penjamin Efek, Tingkat
Inflasi, Suku Bunga adalah variabel yang mempengaruhi variabilitas Underpricing. Dari
kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa model penelitian ini dapat diterima. 

Koefisien Penentuan

Koefisien penentuan adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menjelaskan variasi variabel independen. Koefisien penentuan adalah antara nol dan satu. 

Berdasarkan tabel di atas nilai Disesuaikan R Square adalah 0,107 atau 12,7%. Ini
menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen pada variabel dependen hanya 12,7%. Ini
berarti bahwa variabel independen yang digunakan dalam model dapat menjelaskan variasi
variabel dependen sebesar 12,7%, sementara 87,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diperiksa. 

Kesimpulan

Dalam penelitian ini penulis ingin menjawab bagaimana pengaruh Informasi Keuangan dan
Informasi NonKeuangan terhadap Underpricing pada semua perusahaan yang melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015. Berdasarkan hasil analisis 64 perusahaan
yang melakukan IPO pada BEI periode 2011-2015, kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut:

1. Variabel Informasi Non-Keuangan yang meliputi, Reputasi Auditor dan Reputasi


Underwriters memiliki pengaruh parsial pada Underpricing, dengan pengaruh negatif. 

2. Variabel makroekonomi yang meliputi Suku Bunga Inflasi dan Suku Bunga tidak memiliki
efek parsial terhadap underpricing. 

3. Variabel Informasi Non-Keuangan (Reputasi Penjamin dan Reputasi Reputasi) dan


Ekonomi Makro (Tingkat Inflasi dan Suku Bunga) memiliki pengaruh simultan pada
underpricing. 

4. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen Auditor
Reputasi, Reputasi Penjamin Penjamin, Tingkat Inflasi dan Suku Bunga dalam menjelaskan
variabel tergantung Underpricing adalah 12,7%, sementara 87,3% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diperiksa. 

Referensi
Referensi

Abdul Halim. (2013) Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. 


Astuti, A. Y., dan Syahyunan, (2013). Pengaruh VariabelKeuangan dan Non Keuangan
Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum
Perdana di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Sumatera Utara. 

Bachtiar, Yanuar. (2012) Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
Pertanian Di Bursa EfekIndonesia. Jurnal. STIE Indonesia Banjarmasin. 

Darmadji, T.H.M Fakhrudin. (2012). Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab.
Salemba Empat, Jakarta. 

Dwi Martani, dkk. (2012). Akuntansi Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Jakarta. Salemba
Empat. 

Endey, non dkk,. (2013). “Pengaruh reputasi Penjamin Penjamin, Return On Asset (ROA),
dan Perolehan Per Saham (EPS) Terhadap Underpricing Saham Pada Penawaran Umum
Perdana (IPO) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2012". Jurnal. Jurusan Manajemen,

Fahmi, Irham. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung: Alfabeta

Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Prinsip Keuangan Manajerial. Edisi 13. Edisi
Global: Pendidikan Pearson Terbatas

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program. Edisi Ketujuh.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ISBN 979.704.015.1

Hapsari, Venantia Anitya, (2012). “Analisis yang Memaksa Underpricing Saham pada
Penawaran Umum Perdana di BEI Tahun 2008-2010 (Studi pada Perusahaan yang terdaftar
di BEI Tahun 2008-2010), Skripsi, Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro, semarang. 

Horne, James C. van dan John M. Wachowicz, Jr. (2012) Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi Ke-13. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia, (2012). Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. Cetakan Keempat,
Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat, Jakarta. 

Indira Rully. (2013). “Analisis yang Memakai Tingkat UnderHarga Saham Pada Perusahaan
YangMelakukan Penawaran Umum Perdana”. Jurnal. 

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Kurniawan, Lydia. (2014). “Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi Pada Fenomena
Underpricing yang Tersebut Saat Tawaran Umum Saham Perdana Perusahaan Pada Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I, Jakarta. 

Munawir, (2014). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty


Rangga Radipria. (2014). “Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Nilai
Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Umum Perdana Studi Pada
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012". Jurnal. Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin. 

Saputra, Anom (2016). “Pengaruh Usia Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Pengembalian Aset
dan Leverage Keuangan Pada Underpricing Tawaran Umum Perdana”. Jurnal. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud) Bali. 

Sri Hermuningsih. (2012). Pengantar Pasar Modal Indonesia, Yogyakarta, UPP STIM
YKPN. 

Subramanyam dan John J. Wild. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam Belas. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D Penerbit Alfabeta, Bandung. 

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 

Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekoisia. 

Uzaki, Kiyotaka. (2013).” Underpricing, Reputasi Penjual Umum Initial (IPO), Reputasi
Penjamin Efek dan Berlebihan: Bukti dari Perusahaan Patuh Syariah yang terdaftar di Bursa
Efek Malaysia (MSE)”. Jurnal. Fakultas Ekonomi, Universitas Oita, Jepang. 

INTERNET

www.idx.co.id

http://www.idx.co.id/enus/ rumah/publikasi/faktbook. 

www.saham.ok.com

https://www.sahamok.com/emiten/ipo/

https://www.sahamok.com/emiten/ipo/saham-ipo-2011/

https://www.sahamok.com/emiten/ipo/saham-ipo-2012/

https://www.sahamok.com/emiten/ipo/saham-ipo-2013/

https://www.sahamok.com/emiten/ipo/saham-ipo-2014/

https://www.sahamok.com/emiten/ipo/saham-ipo-2015/

http://www.idx.co.id/idid/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx

http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahun an.aspx
www.bi.go.id
http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/ data/Default.aspx

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

Anda mungkin juga menyukai