Anda di halaman 1dari 3

MEMPERBAIK DIRI

Namaku Khilda Amaliyah .Aku merupakan siswa di sebuah sekolah swasta islam,
dimana biasa disebut dengan MA DARUT TAQWA,yang berada di Purwosari. Saat
ini, aku telah menginjak semester 2 tepatnya di kelas 2 MA.Saya juga mondok
sambil sekolah di Pesantren Ngalah tercinta ini.

Tepat pagi yang cerah ini, aku terbangun secara tergesa – gesa. Selanjutnya, aku
segera melakukan suatu ritual mandi serta bergegas ke kantin untuk mengantri
nasi . Sesudah selesai sarapan, aku langsung pergi ke sekolah karena hari ini ialah
pelajaran matematika.

Guru matematika tersebut terkenal sekali bahasa trend seperti killer di sekolahku,
aku menaiki sebuah bus supaya sampai menuju ke sekolah. Namun, saat aku tiba di
sekolah pintu gerbang telah tertutup. Aku begitu gelisah serta berusaha untuk masuk
lewat gerbang belakangkarena gerbang belakang tidak pernah di kunci .Sebelum
memanjat, aku celengak-celinguk mencari keberadaan guru kesiswaan . Aku pun
langsung masuk tanpa takut .Untung saja tidak ada yang melihat kalau aku sudah
masuk gerbang belakang.

Naas. Saat sampai di kelas sudah ada Pak Rohim selaku guru matematika yang
sangat terkenal killer itu. Aku memberanikan diri untuk masuk kelas.Pak Rohim
memanggil namaku saat aku sudah ada di hadapannya. Nyaliku kemudian menciut
saat mendengar suara baritonnya yang sangat tegas itu. Kemudian Aku tersentak
saat Pak Rohim memarahiku karena aku datang terlambat, beliau juga
menceramahiku agar aku lebih giat belajar karena nilai matematikaku sangat
rendah. Aku sangat malu sekali karena dimarahi dan diceramahi di depan murid-
murid yang lain. kemudian satu jam pelajaran Pak Rohim dihabiskan hanya untuk
menceramahiku.

Dari peristiwa itu aku hanya diam mematung di kursiku. Aku bahkan tidak
menghiraukan perkataan teman-teman yang memanggil namaku. Aku terus
termenung dan memikirkan kesalahanku hari ini. Setelah memikirkannya aku
bertekad untuk merubah cara hidupku.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Namun, aku masih asyik
di dalam perpustakaan sekolah. Aku mempunyai niat mempelajari pelajaran
matematika yang belum aku pahami. Kegiatan ini terus aku lakukan setiap hari
sehabis pulang sekolah.

Setelah beberapa minggu berusaha mengubah cara hidupku, akhirnya aku berhasil.
Saat ini aku tak pernah terlambat pergi ke sekolah sehingga semua nilai
matematikaku meningkat drastis. Aku sangat bahagia. Tak sia-sia aku berusaha
sehingga membuahkan hasil yang baik.
Matahari Pun Tak Bosan
Saat ku bangkit setelah lama ambil posisi jongkok menyaksikan kejadian saat
menimpa embun. Mentari pun memulai meninggi, lalu diam – diam membasahi
semua ragaku dengan cahaya kuningnya yang bersinar lembut. Kemudian
kugerakan seluruh ototku. Kuajak tubuhku beraktivitas. kemudian… aku olahraga.

Putar kanan… putar kiri… hadap kanan… hadap kiri… badanku berliuk- -liuk tak
karuan. Aliran darah segar kemudian membanjiri pembuluh darahku. Aku terbuai
keasyikan. Di tengah keasyikan itu, seolah-olah kudengar orang bercakap-cakap.
Kuajak kakiku untuk melangkah mencari asal suara. Di ruang tamu kudapati dua
orang tengah terlibat perbincangan yang sangat serius. Kemudian aku intip dibalik
pintu belakang. Bapak angkat serta temannya. Aku tak mengerti apa yang sedang
mereka bicarakan. Bahasa sunda adalah penghalangnya, karena aku kurang
mengerti bahasa itu.

Diam – diam kuberanikan untuk duduk disamping bapak angkatku. Setelah


mendapat perizinan. Akupun kini terpaut dalam pembicaraan yang sudah mereka
mulai sejak tadi. Dengan pembahasan mengenai bahasa indonesia raya, aku
bertanya, menjawab serta menanggapi apa saja yang terjadi pada saat diskusi pagi
itu.

Masalah pekerjaan serta tetek bengeknya, hal itulah ternyata yang menjadi
perdebatan. Bapak angkatku seorang pedagang dan beliau menekuni pekerjaan
tersebut. Kemudian temannya seorang guru tengah menjalani profesi yang
dimilikinya.

“Saya heran kenapa kamu tidak pernah capek bolak – balik dari rumah ke pasar tiap
hari?” tanya temannya buat bapak. Pertanyaan konyol kupikir. Bagaimana tidak, jika
aku bisa bertanya padanya mengapa juga dia tak pernah lelah bolak – balik dari
rumahnya ke sekolah? Yhaaaa… kan?

“Kata siapa saya tidak capek!” Bapak menanggapinya singkat.

“Hmm… tidak, maksud saya apakah kamu tidak bosan?” pertanyaan lanjutan buat
bapak. Gila, sepertinya ini orang sedang didera kebosanan sama kerjanya. Ah, tapi
apa mungkin. Kalau tidak kenapa dia bertanya dengan pertanyan konyol seperti itu?
Hatiku berdialog sendiri.

Suasana ruangan membisu. Kulirik bapak angkatku. Bapak diam. Bukan diam biasa.
Ada kebijaksanaan serta wibawa tercipta diwajahnya dan aku baru tahu itu.
Perkenalanku sama bapak angkatku belumlah lama, baru sepekan lebih dua hari.
Sejauh ini aku lihat bapak orangnya humoris, kocak, suka bercanda serta jarang
serius. Tapi pagi ini beda sekali.

Bapak menghela napas, mengisi ruang kosong didadanya. Perlahan mengalir


nasihatnya lewat lisannya. Diwejangkan jawaban buat pertanyaan temannya.
“Kamu tahu matahari bukan?” Retoris bapak bertanya. Temannya mengangguk.
Begitu juga aku.

“Matahari bersinar disiang hari. Muncul ditimur lalu tenggelam dibarat. Dia bertugas
menerangi bumi, memberi kehidupan untuk makhluk yang ada di seantero persada.”

Kembali bapak diam. Kemudian kulihat teman bapak diam menyimak sabda bapak.
Lalu aku ikut menunggu apa yang akan disampaikan bapak selanjutnya.

“Kalau matahari berhenti sejenak saja dari tugasnya, apa yang bakalan terjadi?”

“Kacau…” Jawab teman bapak. aku mengiyakan. Bapak, aku dan temannya tertawa.
Suasana kembali tak tegang.

“Bagaimana jadinya kalau matahari ikut bosan serta meninggalkan tugasnya?”


Pertanyaan retoris bapak muncul lagi.

“Begitulah, bagaimana juga saya akan bosan bolak – balik ke pasar. Nah saat saya
bosan lalu berhenti bekerja, pastinya anak istri saya tidak akan makan. Bukannya
begitu Jang?”

Temannya tersenyum di balik anggukannya. Tampak semangat baru terpancar di


raut mukanya, seolah wajah itu berkata “Ayo… semangat bekerja Jang, mendidik
serta mengajar siswa-siswamu”

Aku terharu mendengar untaian petuah bapak barusan. Aku sungguh tidak
menyangka sedikitpun kalau dari lisan lelaki yang tidak sempat menyelesaikan
sekolah dasar ini mampu memberikan motivasi serta pencerahan pada temannya,
meskipun profesinya hanyalah sebagai seorang pedagang. Salut dehh… dua jempol
untuk bapak angkatku.....hidup Pak Nuurr (dalam batinku)

Anda mungkin juga menyukai