Kerangka Pikir
Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi individu dengan
lingkungannya. Terciptanya hasil belajar pada siswa dapat dipengaruhi oleh proses belajar yang
dialami siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Model pembelajaran yang sesuai untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam
belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mampu menggiring siswa untuk mengembangkan kemampuan dan
daya nalarnya melalui pembelajaran yang tercipta secara sosial. Artinya pembelajaran yang
berlangsung merujuk siswa untuk dapat saling ketergantungan dengan temannya dalam rangka
menggali potensi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari prinsip pembelajaran kooperatif yaitu
saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interaksi tatap muka, komunikasi
antar anggota dan evaluasi proses secara kelompok.
Model pembelajaran kooperatif diperkuat pula dengan tipe Two Stay Two Stray atau dua
tinggal dua tamu yang berarti adanya anggota kelompok yang tinggal dan adanya anggota
kelompok yang pergi. Adanya anggota kelompok yang pergi menunjukkan bahwa siswa dituntut
untuk mendapatkan informasi bukan hanya didalam kelompoknya tetapi juga diluar kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe ini dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep
suatu pelajaran secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini, maka tentunya siswa akan
mengalami pengalaman pembelajaran yang berbeda. Untuk membuktikan apakah penerapan
model pembelajaran tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, akan
dilakukan penelitian pada pokok bahasan kubus dan balok pada dua kelas yang berbeda yaitu
kelas kontrol yang diajarkan dengan metode konvensional dan kelas eksperimen yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII MTs Swasta
Negeri 8 Medan yang terdiri dari 7 kelas, dan yang menjadi sampel penelitian
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelas X-1 sebagai kelas eksperimen B
jumlah sampel 40 orang dalam tiap kelas. Dari hasil penelitian diperoleh rata
rata pretes kelas eksperimen A 36,8 dan postes 82,1, sedangkan kelas
eksperimen B rata-rata petes 35,9 dan postes 75,1. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
Pada penelitian Melan ini terdapat dua variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS yang diterapkan pada kelas eksperimen satu dan metode konvensional yang diterapkan
pada kelas eksperimen dua yang dilakukan pada jenjang pendidikan SMA. Sedangkan pada
penelitian yang peneliti lakukan hanya ada satu kelas eksperimen yaitu penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan satu kelas kontrol yang merupakan metode pembelajaran
yang biasa diterapkan oleh guru disekolah, dimana penelitian ini dilakukan pada jenjang
pendidikan MTs.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Dan Strategi
VII MTs Al-Ishlahiyah Binjai T.P. 2014/2015”. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII, yaitu kelas VII-1 yang
berjumlah 40 siswa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen I dan kelas VII
2 yang berjumlah 40 siswa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen II. Hasil
diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,00. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri.
Pada penelitian Rizky ini terdapat dua variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS yang diterapkan pada kelas eksperimen satu dan strategi pembelajaran Inkuiri yang
diterapkan pada kelas eksperimen dua yang dilakukan pada jenjang pendidikan MTs pada materi
persamaanlinier satu variabel. Sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan hanya ada satu
kelas eksperimen yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan satu kelas
kontrol yang merupakan metode pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru disekolah,
dimana penelitian ini dilakukan pada jenjang pendidikan MTs pada materi kubus dan balok.
D. Pengajuan Hipotesis