Laporan Pendahuluan BBLR-1
Laporan Pendahuluan BBLR-1
(BBLR)
AMRIL WIRAWAN
14420202090
CI LAHAN CI INSTITUSI
(________________) ( ________________)
6. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut :
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
0
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak
boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
g. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
1 50- 65
2 100
3 125
7. Pemeriksaan
4 150
penunjang
5 160
a. Jumlah sel
6 175
darah putih :
7 200
18000/mm3,
14 225 neutrophil
21 175 meningkat
28 150 sampai
23000-
24000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematocrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /
prinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolysis berlebihan).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari, dan
12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50mg/dl meningkat 60-70mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elekrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan analisa gas darah
8. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia
9. Prognosis
Prognosis BBLR yaitu :
a. Gangguan perkembangan.
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Gangguan penglihatan (retionopati).
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronis.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
c.Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel
mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia
gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks
untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28;
komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak
pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
e.Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus
pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas
mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau
sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
f. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.
2. Diagnose Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan hambatan pada neonates
(prematuritas)
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d. Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan infeksi
e. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
f. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan yang abnormal
2. Intervensi
Diagnose Kriteria Hasil Intervensi
a. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas
tidak efektif selama 3x8 jam diharapkan pola nafas Observasi
berhubungan membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola nafas
dengan 1. Gerakan mata membaik 2. Monitor bunyi nafas tambahan
imaturitas 2. Pola nafas membaik Terapeutik
neurologis 3. Frekuensi nafas membaik 1. Lakukan penghisapan lendir
4. Denyut jantung apical membaik kurang dari 15 detik
5. Denyut jantung radialis membaik 2. Berikan oksigen, jika perlu
6. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
e. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen imunisasi atau vaksin
berhubungan selama 3x8 jam diharapkan risiko infeksi Observasi
dengan menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kontra indikasi
ketidakadekuat 1. Kemampuan ibu mencari informasi pemberian imunisasi (misalnya
an pertahanan tentang faktor risiko meningkat reaksi anafilaksis terhadap vaksin
tubuh primer 2. Kemampuan mengidentifikasi faktor sebelumnya dan atau sakit
risiko meningkat parahdengan atau tanpa demam)
3. Kemampuan melakukan strategi kontrol 2. Identifikasi status imunisasi
resiko meningkat setiap kunjungan ke pelayanan
4. Kemampuan menghindari faktor risiko kesehatan
meningkat Terapeutik
1. Berikan suntikan pada bayi
bagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi
vaksin (misalnya, nama
produsen, tanggal kadaluarsa)
3. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
4. Edukasi
5. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal dan efek
samping
6. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
7. Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah (misalnya, influenza,
pneumokokus)
8. Informasikan penyediaan layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
f. Ikterik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan neonatus
neonatus selama 3x8 jam diharapkan icterus Observasi
berhubungan neonatus membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kondisi awal bayi
dengan 1. Elastisitas meningkat setelah lahir
penurunan 2. Perfusi jaringan meningkat 2. Monitor tanda vital bayi
berat badan 3. Kerusakan jaringan menurun Terapeutik
yang abnormal 4. Pertumbuhan rambut membaik 1. Lakukan inisiasi menyusui dini
(IMD) segera setelah bayi lahir
2. Berikan vitamin K 1mg
intramuskuler untuk mencegah
perdarahan
3. Mandikan bayi dengan air hangat
4. Oleskan baby oil untuk
mempertahankan kelembaban
kulit
5. Rawat tali pusat secara terbuka
6. Selimuti untuk mempertahankan
kehangatan dan mencegah
hipotermia
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui bayi tiap
2 jam
2. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi
2. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah
direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
3. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Zaidin Ali,
2014)
Prematuritas Dismaturitas
Faktor gangguan :
Faktor ibu : umur, paritas, Faktor placenta : penyakit Faktor janin : kelainan pertukaran zat antara ibu
Pathway
infertilitas,BBLR
riwayat vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, malforasi, dan janin
kehamilan tak baik, Rahim malforasi, tumor TORCH, kehamilan ganda
abnormal, dll
Reterdasi pertumbuhan intra
Risiko/ icterus neonatus Hiperbilirubin Konjugasi bilirubin belum uterin
Hati
baik
Dinding otot rahim bagian Bayi lahir premature Berat badan <2500gr
bawah lemah (BBLR/BBSLR)
Risiko infeksi Halus mudah lecet Kulit
Sepsis
piodermal
Fungsi organ belum
Imaturitas lensa baik
Retrolentral fibroplasia Mata
Permukaan tubuhRetinopaty Jaringan lemak mata
prematuritas
relative lebih luas Sekunder efek O2
subkutan lebih tipis Penurunan daya tahan
Sekunder terapi Imaturitas ginjal Ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Arda Darmi. 2015. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar.
Depkes RI, (2003) .Program Penangulangan Gizi Pada Wanita Umur Subur
(WUS),Direktorst gizi masyarakat dan Binkesmas: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Nurafif, Amin Huda. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose NANDA .
Mediaction: Jogjakarta.
Rohmatika, Monika. 2020. Aspek Legal etik. https://id.scribd.com/doc/82673424/Aspek-
Legal-Etik. Diakses 2 maret 2021
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI