Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KOLABORATIF

DOKUMENTASI KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN


NEONATAL

Dosen Pembimbing :
Megawati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Aisha Salsabila Rahmah P07124220002
Fanisa Salsabila Putri P07124220020
Nadia P07124220038
Pratiwi Sri Handayani P07124220054
Refina Azzahra P07124220058

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Selain itu,
kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Banjarbaru, 17 Agustus 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

ISI...............................................................................................................................................3

A. Pengertian Kegawatdaruratan Neonatal..........................................................................3

ii
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Pada Neonatus..........................3

D. Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal...............................................................................5

E. Sistem Rujuan kasus Neonatal........................................................................................6

F. Dokumentasi Kegawatdaruratan Neonatal menurut SOAP............................................6

G. Format Pengkajian Dokumentasi Pada Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal................9

H. Kasus Semu...................................................................................................................13

BAB III.....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................................17

B. Saran..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secaratiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya.Kegawatdaruratan dapat juga
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadangkala berbahaya yang terjadi secara tiba-
tiba dan tidak terduga danmembutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa/nyawa.

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan


manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari),serta
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologisdan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.

Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat


mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran
bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan
yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir.

Maka dari itu, sangat lah penting untuk di lakukan pendokumentasian setiap
tindakan yang di lakukan karena dokumentasi ini berisi dokumen/pencatatan yang
memberi bukti dan
kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan neonatal ?
2. Apa saja faktor-faktor kegawatdaruratan neonatal?
3. Apa saja asuhan kegawartdaruratan neonatal ?
4. Bagaimana sistem rujukan kasus neonatal ?
5. Bagaimana dokumentasi kegawatdaturatan neonatal ?
6. Bagaimana format pengkajian dokumentasi pada kegawatdaruratan neonatal ?
7. Bagaimana penerapan dokumentasi kegawatdaruratan pada kasus semu?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kegawatdaruratan neonatal
2. Untuk mengetahui apa saja factor dari kegawatdaruratan neonatal
3. Untuk mengetahui apa itu asuhan pada kegawatdaruratan neonatal
4. Untuk mengetahui apa saja system rujukan pada kasus neonatal
5. Untuk mengetahui dokumentasi kegawatdaruratan neonatal menurut SOAP
6. Untuk mengetahui apa saja format pengkajian dokumentasi pada kegawatdaruratan
neonatal
7. Untuk mengetahui apa saja penerapan dokumentasi kegawatdaruratan pada kasus
semu

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Kegawatdaruratan Neonatal


Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisipatologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu .
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan
tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan
dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon time) dari penolong. Pengertian
lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak ditolong segera akan
meninggal atau menjadi cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan
penanggulangan segera.
Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan
secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan
urutan ABC, yaitu :
 A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan
 B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
 C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Pada Neonatus


Faktor tersebut antara lain, faktor kehamilan yaitu kehamilan kurang bulan,
kehamilan dengan penyakit DM, kehamilan dengan gawat janin, kehamilan dengan
penyakit kronis ibu, kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat dan infertilitas.
Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan yaitu persalinan dengan infeksi
intrapartum dan persalinan dengan penggunaan obat sedative. Sedangkan faktor bayi
yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatus adalah Skor apgar yang rendah,
BBLR, bayi kurang bulan, berat lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi
pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit.
C. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus
1. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.

3
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik,
dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya
kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan
meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia antara
lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan
perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan
eksposure suhu lingkungan yang dingin.

Tanda-tanda klinis hipotermia :


a. Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara lain:
kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit
berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b. Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama
dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak
teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis
metabolik.
c. Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki dan
tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras,
merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema).
2. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih
banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi,
hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera
untuk mencegah kecacatan dan kematian.
3. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah
glukosa dalam plasma darah berlebihan. Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes
mellitus.
4. Tetanus neonatorum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru
lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani. Tanda-tanda klinis antara
lain: bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut
ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang
disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku,
dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus
sardonikus. Penatalaksanaan yang dapat diberikan:
a. Bersihkan jalan napas
b. Longgarkan atau buka pakaian bayi
c. Masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi
d. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
e. Berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang

4
5. Sindrom Gawat Nafas Neonatus
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit,
sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, dan
interkostal pada saat inspirasi.
Deteksi kegawatdaruratan bayi baru lahir dilakukan dengan
memperhatikan beberapa factor risiko diatas serta melakukan penilaian awal saat
bayi baru lahir, apakah terdapat usia kehamilan kurang dari 37 minggu, apakah
terdapat meconium dalam ketuban dan apakah bayi tidak dapat menangis spontan/
nafas megap- megap. Jika terjadi hal diatas, maka bidan harus siap untuk
melakukan penatalaksanaan sesuai dengan manajemen penatalaksanaan bayi baru
lahir dengan asfiksia, dan bayi baru lahir dengan ketuban bercampur meconium.
Deteksi kegawatdaruratan bayi muda dilakukan menggunakan penilaian
dan klasifikasi manajemen terpadu bayi muda. Proses manajemen kasus disajikan
melalui urutan langkah penilaian dan klasifikasi, tindakan dan pengobatan,
konseling pada ibu dan pelayanan tindak lanjut.
Klasifikasi berat (warna MERAH MUDA) memerlukan rujukan segera,
tetap lakukan pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak
terlambat dilakukan pada kasus kasus penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
berat, ikterus berat dan diare dehidrasi berat.

D. Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal

1. Kegawatdaruratan Neonatal dengan Asfiksia


Asfiksia merupakan : kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia Pa CO2 meningkat dan asidosis.
2. Neonatus dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Definisi: Adalah bayi baru lahir (BBL) dengan berat badan lahir < 2500 gram
Komplikasi penyakit BBLR tergantung klasifikasi nya :
a. BBLR kurang bulan sesuai masa kehamilan
b. BBLR kecil masa kehamilan
c. BBLR besar masa kehamilan

3. Neonatus dengan kejang


Kejang adalah suatu kondisi pada anak yang disebabkan oleh demam. Kejang
pada neonatus merupakan gejala penting adanya penyakit lain sebagai penyebab
kejang atau adanya kelainan susunan saraf.

5
4. Asuhan Neonatus dengan Permasalahan Lain
a. Asuhan Neonatus Dengan Hypothermi
Salah satu masalah khusus padabayi terutama BBLR adalah ketidakmampuannya
untuk mempertahankan suhu tubuh yang nomal yang biasa disebut dengan
hypothermia.
b. Bayi Dengan Hyperthermia
Secara klinis hiperermia relative lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan
hipotermia, hipertemia dapat menimbulkan kegawatan pada BBL.
c. Neonatus Dengan Hypoglekemia
d. Neonatus Dengan Ikterus
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin
e. Neonatus dengan infeksi
E. Sistem Rujuan kasus Neonatal
Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola secara
strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat
yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada
dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat
kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan
pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka berada.
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu
pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai
dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang ke puskesmas PONED harus
langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal

a. Menentukan kegawatdaruratan penderita


b. Menentukan tempat rujukan
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
f. Pengiriman penderita (ketersediaan sarana kendaraan)
g. Tindak lanjut penderita

F. Dokumentasi Kegawatdaruratan Neonatal menurut SOAP

Beberapa teknis penulisan dalam dokumentasi kebidanan antara lain:


1. Mengumpulkan data

6
2. Melakukan intepretasi data dasar
3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial
5. Menyususun rencana asuhan yang menyeluruh
6. Melakukan perencanaan
7. Evaluasi

Berikut ini merupakan pendokumentasian pada kegawatdaruratan neonatal :

1. Pengkajian

Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, yaitu meliputi data
subyektif dan data obyektif.

a. Subyektif
1) Identitas Anak
a. Nama: Untuk mengenal bayi.
b. Jenis Kelamin: Untuk memberikan informasi pada ibu dan keluarga serta
memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.
c. Anak ke-: Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling rivalry.

2) Identitas Orangtua
a. Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b. Umur: Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh dan
merawat bayinya.
c. Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap pola
pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.
d. Agama: Untuk mengetahui keyakinan orangtua sehingga dapat menuntun anaknya
sesuai keyakinannya sejak lahir.
e. Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua yang dapat
mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam mengasuh, merawat dan
memenuhi kebutuhan bayinya.
f. Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status gizi
(Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini dapat dikaitkan dengan pemenuhan nutrisi bagi
bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi cenderung akan
memberikan susu formula pada bayinya. g) Alamat: Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan follow up terhadap
perkembangan ibu.
g. Alamat: Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
3) Keluhan Utama: Permasalahan pada bayi yang sering muncul adalah bayi tidak mau
menyusu, rewel dan bercak putih pada bibir dan mulut (WHO, 2013).
4) Riwayat Persalinan: Bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya jejas persalinan.
5) Riwayat Kesehatan yang Lalu: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya penyakit atau
tindakan operasi yang pernah diderita.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya penyakit
menular, penyakit menurun dan penyakit menahun yang sedang dan atau pernah
diderita oleh anggota keluarga yang kemungkinan dapat terjadi pada bayi.

7
7) Riwayat Imunisasi: Bertujuan untuk mengkaji status imunisasi guna melakukan
pencegahan terhadap beberapa penyakit tertentu.
8) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi: Bertujuan untuk mengkaji kecukupan nutrisi bayi. Rentang frekuensi


menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari (Varney, dkk, 2007).
b. Pola Istirahat: Kebutuhan istirahat neonatus adalah 14-18 jam/hari (Hidayat dan
Uliyah, 2008).
c. Eliminasi: Jika bayi mendapatkan ASI, diharapkan bayi minimum 3-4 kali buang
air besar dalam sehari, feses-nya harus sekitar 1 sendok makan atau lebih dan
berwarna kuning. Sedangkan buang air kecilnya pada hari pertama dan kedua
minimal 1-2 kali serta minimal 6 kali atau lebih setiap hari setelah hari ketiga
(Varney, dkk, 2007).
d. Personal Hygiene: Bayi dimandikan setelah 6 jam setelah kelahiran dan minimal 2
kali sehari. Jika tali pusat belum puput dan dibungkus dengan kassa steril, minimal
diganti 1 kali dalam sehari. Dan setiap buang air kecil maupun buang air besar
harus segera diganti dengan pakaian yang bersih dan kering.

b. Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran bayi. Composmentis adalah status
kesadaran dimana bayi mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat dan Uliyah, 2008).
c) Tanda-tanda Vital: Pernapasan normal adalah antara 40-60 kali per menit, dihitung ketika
bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi baru lahir
memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 denyut per menit. Angka normal pada
pengukuran suhu bayi secara aksila adalah 36,5-37,5° C (WHO, 2013)
d) Antropometri: Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari
pertama yang harus kembali normal, yaitu sama dengan atau di atas berat badan lahir pada
hari ke-10. Sebaiknya bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-10
untuk memastikan berat badan lahir telah kembali (Johnson dan Taylor, 2005). Berat badan
bayi mengalami peningkatan lebih dari 15- 30 gram per hari setelah ASI matur keluar
(Varney, dkk, 2007).
2) Pemeriksaan Fisik Khusus
a) Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda, mengindikasikan perfusi perifer yang
baik (Johnson dan Taylor, 2005). Menurut WHO (2013), wajah, bibir dan selaput lendir
harus berwarna merah muda tanpa adanya kemerahan atau bisul.
b) Kepala: Bentuk kepala terkadang asimetris akibat penyesuaian jalan lahir, umumnya hilang
dalam 48 jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol, namun dapat sedikit menonjol
saat bayi menangis (WHO, 2013).
c) Mata: Tidak ada kotoran atau secret (WHO, 2013).
d) Mulut: Tidak ada bercak putih pada bibir dan mulut serta bayi akan menghisap kuat jari
pemeriksa (WHO, 2013).
e) Dada: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah yang dalam (WHO, 2013).
f) Perut: Perut bayi teraba datar dan teraba lemas. Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau tidak enak pada tali pusat atau kemerahan di sekitar tali pusat (WHO, 2013).
g) Ekstermitas: Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat akan bergerak aktif (WHO, 2013).
h) Genetalia: Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan
dan bayi sudah terbukti dapat buang air kecil dan buang air besar dengan lancar dan normal
(WHO, 2013).

8
3) Pemeriksaan Refleks Meliputi refleks Morro, rooting, sucking, grasping, neck
righting, tonic neck, startle, babinski, merangkak, menari / melangkah, ekstruasi, dan
galant’s.

2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti


By. M umur 7 hari neonatus normal. dan permasalahan pada bayi yang sering muncul
adalah bayi tidak mau menyusu, rewel dan bercak putih pada bibir dan mulut (WHO,
2013).

3. Perencanaan

Menurut WHO (2013), rencana asuhan kebidanan yang dilakukan pada neonatus
adalah pastikan bayi tetap hangat dan mendapat ASI eksklusif, jaga kontak kulit antara
ibu dan bayi, tutupi kepala bayi dengan topi yang hangat, berikan pendidikan kesehatan
pada ibu dan atau keluarga terkait dengan permasalahan bayi yang dialami serta lakukan
rujukan sesuai pedoman MTBS jika ada kelainan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan
yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada bayi, meliputi rencana asuhan kebidanan yang
dilakukan pada neonatus adalah memastikan bayi tetap hangat dan mendapat ASI
eksklusif, menjaga kontak kulit antara ibu dan bayi, menutupi kepala bayi dengan topi
yang hangat, memberikan pendidikan kesehatan pada ibu dan atau keluarga terkait
dengan permasalahan bayi yang dialami serta melakukan rujukan sesuai pedoman MTBS
jika ada kelainan (WHO, 2013).

5. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
dengan kondisi bayi kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga
serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi bayi. Berikut adalah hasil evaluasinya bayi
telah dibedong dengan kain bersih dan kering dan memakai topi bayi, bayi mendapatkan
ASI eksklusif, dan ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali konseling mengenai
permasalahan yang dialami oleh bayinya.

6. Dokumentasi

Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.

a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.


b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan

9
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.

G. Format Pengkajian Dokumentasi Pada Asuhan Kegawatdaruratan


Neonatal

FORMAT ASKEB PADA ASUHAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Anak … Umur…. bulan,


A. SUBJEKTIF
No MR :
Masuk tgl/jam :
PENGKAJIAN
1. Identitas bayi
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Tanggal lahir :
2. Identitas Penangung Jawab
Ibu Ayah
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/ bangsa :
Alamat :
Telp :

A. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan datang : ……………………………………
2. Riwayat penyakit
Ibu mengatakan anak/ keluarga ada/ tidak ada yang menderita penyakit seperti
TBC , hepatitis B, herpes, jantung, dll
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
G…… P… A…
Umur kehamilan :……………………………..
Frekuensi ANC :……………………………..
Imunisasi TT :……………………………..
Kenaikan BB hamil :……………………………..
Kejadian waktu hamil :………………………………

10
Kebiasaan waktu hamil
a. Makanan : ……………………………….
b. Obat-obatan/ jamu :…………………………………
c. Merokok :…………………………………
d. Lain-lain :…………………………………
4. Riwayat persalinan
a. Lama kala I :…………………………………
b. Lama kala II :……………................................
c. Warna air ketuban :………………………………..
d. Jumlah air ketuban :…………………………………
e. Jenis persalinan :…………………………………
f. Dengan tindakan :………………………………..
g. Atas indikasi :…………………………………
h. Komplikasi ibu :…………………………………
i. Jam/ tgl/ lahir :…………………………………
j. Jenis kelamin :…………………………………
k. BB/PB :
5. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
ASI eksklusif: ya/ tidak
Lama :
PASI :
Sejak umur …….. bulan
Jenis :
PMT :
Sejak umur ……. Bulan
Keluhan :
2) Eliminasi
a. BAK
Frekuensi ……… jumlah ……. Warna …….
Keluhan ……….
b. BAB
Frekuensi ……… jumlah ……. Warna …….
Keluhan ……….
3) Istirahat
Siang :……………….
Malam :…………………
Keluhan :………………….
4) Aktivitas :…………………….
5) Personal hygiene:……………..
6) Status kesehatan terakhir:
a. Riwayat alergi
Jenis Ada (sebutkan) Tidak

b. Riwayat imunisasi
Jenis Pemberian ke/ tanggal pemberian keteranga Imunisasi
11
n ulang
imunisasi
I II III IV
BCG

HB-O

DPT-HB

Polio
Campak

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
KU :…………………………………..
Kesadaran :…………………………………..
BB/PB :…………………………………
Vital sign : N: ……. S :……….. R:………..
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk mesocephal
Muka : simetris/ tidak, edema/tidak
Ubun-ubun : bengkak/ tidak., Menutup/ belum, hematom ( ada/ tidak)
Sutura : tumpang tindih/terpisah
Mata : konjungtiva ………. Sklera …….., Sekret......
Hidung : pernapasan cuping hidung (ada/tidak)
Bibir : ada labiopalatoskisis/ tidak, labiopalatokisis/tidak
Telinga : simetris/ tidak. Tanda infeksi …….
Leher : ada pembengkakan /tidak, ada benjolan/tidak
Dada : puting ……. Bunyi nafas …… bunyi jantung
Perut : bentuk ……………

Penonjolan tali pusat saat menangis …

Perdarahan tali pusat ………….

Tali pusat lembek/ segar ………

Ada benjolan ……………

Punggung : ada pembengkakan/tidak, ada cekungan/tidak

Genetalia : Perempuan: vagina berlubang/tidak.

Uretra berlubang/ tidak. Labia mayor dan minor ……

Laki-laki: dua testis dalam skrotum …

Penis berlubang dalam skrotum …..

Anus : adanya anus, lubang, dan terbuka (telah mengeluarkan


mekonium/cairan) ada/tidak

12
Ekstremitas : pergerakan …….. simetris/tidak, jumlah jari ……

Kulit : Verniks …… warna kulit …….

Pembengkakan atau bercak hitam …….

Tanda lahir…..

Neurologis : kejang/ tidak kejang, tanda meningeal (ada/tidak)

3. Reflek
Reflek moro :……………………………..
Reflek rooting :……………………………….
Reflek walking :……………………………….
Reflek graps :………………………………..
Reflek sucking :…………………………………
Reflek tonick neck :…………………………………
4. Antropometri
Lingkar kepala :…………………………….
Lingkar dada :……………………………
Lingkar perut :…………………………….

C. ANALISA

D. PENATALAKSANAAN

TANGGAL :
PUKUL:

KASUS SEMU
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
Waktu : 12.35 WIB
Tempat : Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang
Pengkaji : Kelompok 6

A. DATA SUBJEKTIF

13
1. Identitas Klien
a. Bayi
Nama : By Ny S
Tanggal Lahir : 14-02-2018
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Orangtua
Nama : Ny S
Suku : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Karacak, Kabupaten Bogor
2. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Ny. S 38 tahun mengaku hamil anak ke 4, tidak pernah keguguran usia kehamilan
33-34 minggu, dirujuk oleh Puskesmas Cibungbulang ke IGD PONEK RSUD
Leuwiliang atas indikasi PEB dan asma. Advice dokter disarankan untuk terminasi.
3. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu memiliki penyakit asma sejak kecil, ibu memiliki riwayat hipertensi sejak 10
tahun lalu. Tidak memiliki penyakit menular seperti malaria, IMS, dan lain-lain.
4. Riwayat Kehamilan
Ini merupakan kehamilan yang ke-4 ibu tidak pernah keguguran. Ibu rutin
memeriksakan kehamilannya di BPM, ibu rutin meminum tablet Fe. HPHT= 21-6-
2017 HPL= 27-03-2018 usia kehamilan 33-34 minggu.
Tahun Penolong Penyulit BB Jenis
Kelamin

1997 Bidan - 2900 gram Laki-laki


2003 Paraji - - Perempuan
2011 Bidan Hipertensi dan 2700 gram Laki-laki
penyakit asma
2018 Hamil ini Hipertensi dan
penyakit asma

5. Riwayat Perinatal
Lahirpada usia kehamilan ± 33-34 minggu secara SC atas indikasi PEB dan
penyakit asma. Bayi lahir tidak langsung menangis, ekstermitas biru sehingga

14
dilakukan rangsangan taktil, suction sebanyak 2 kali dan pemasangan Oksigen per
nasal 0,2 lpm. Bayi sudah diberikan injek Vitamin K dan zalf mata di ruang
operasi.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Tonus Otot : Aktif
Warna Kulit : Kemerahan (Ballard score 3), lanugo menipis (Ballard score 3)
Tanda-tanda Vital
Respirasi : 46 kali/menit
Denyut Jantung Bayi :149 kali/menit
Suhu :36,9oC
Antropometri
Berat badan lahir 1770 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 31 cm,
lingkar dada 28 cm.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tampak kepala lebih besar daripada badan, tidak ada caput
suksaedanum dan cephal hematoma.
Mata : Tampak simetris, tidak ada kelainan ataupun tandatanda infeksi, sclera
putih.
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada celah di bagian bibir dan palatum, lidah
bersih, gusi kemerahan.
Telinga : Simetris, membalik lambat (ballard score 2)
Leher : Tidak ada pembesaran ataupun benjolan pada kelenjar tiroid dan limfe.
Bahu, lengan, tangan : Pergerakan lemah, simetris. Kedua tangan jumlah jari
masing-masing 5.
Dada : Simetris, aerola muncul sedikit tonjolan 1-2mm (ballard score 3). Tidak
ada kesulitan bernafas.
Abdomen : Tidak ada benjolan, tali pusat bersih, tidak ada perdarahan maupun
tanda-tanda infeksi tali pusat.
Kaki : Pergerakan lemah, simetris. Kedua kaki Jumlah jari masing-masing 5,
garis telapak kaki transversal melintang (ballard score 3)

15
Kulit : Warna kulit kemerahan, tampak keriput, tidak ada tanda lahir.
Punggung : Tidak ada benjolan dan cekungan pada tulang punggung.
Genetalia : Testis belum turun kedalam skrotum (ballard score 2)
Anus : Ada lubang anus
Reflek : - Glabella : Bayi mengedip saat disentuh diantara kedua matanya
- Rooting : Bayi akan mengikuti arah sentuhan ketika disentuh didekat
mulutny
- Palmar : bayi menggenggam ketika disentuh di kedua telapak
tangannya
- Plantar : bayi menggenggam ketika disentuh di kedua telapak kakinya
- Babinski : jari-jari kakinya akan membuka ketika diberi gerakan di
kedua telapak kakinya
- Morro : Bayi terkejut ketika diberikan gerakan secara tiba-tiba
Ballard Score : 22 (33-34 minggu)

C.ANALISA
By. Ny S usia 1 jam NKB SMK dengan riwayat asfiksia ringan.

D.PENATALAKSANAAN
TANGGAL : Rabu, 14 Februari 2018
PUKUL: 12.35
1. Memberitahukan kepada ibu agar tetap menjaga suhu tubuh bayi berada di
inkubator dengan suhu 34C.
Evaluasi : Ibu mengerti dan menyetujui untuk bayi berada di inkubator.
2. Memberitahukan kepada ibu agar memastikan alas bayi tetap kering.
Evaluasi: Ibu mengerti untuk alas bayi tetap kering.
3. Memberitahukan kepada ibu bahwa kolaborasi dengan dokter, advice:
Memasang oksigen 0,3 lpm per nasal.
Evaluasi: Ibu memahami dan menyetujui tindakan.
4. Memberitahukan kepada ibu untuk melaksanakan observasi tanda bahaya
pada bayi dan ttv setiap 3 jam.
Evaluasi :Ibu mengerti dan menyetujui.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. Sedangkan kegawatdaruratan
obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan
atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan

prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu: A (Air Way) , B
(Breathing) dan C (Circulation).

Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan


perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan
yang terus menerus terhadap ibu/klien. Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim
seharusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana team seharusnya berfungsi
untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara paling efektif.

17
B. Saran
Dengan memahami makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan
tentang kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan ini kedepannya
juga sangat kami terima.

DAFTAR PUSTAKA

Ika Setyani Suprapti, Didien. 2016. MODUL BAHAN AJAR CETAK KEBIDANAN:
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Meidya, Arantika. 2017. MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN


KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL. Yogyakarta: FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITA ALMA ATA

18

Anda mungkin juga menyukai