Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI KEUANGAN 2

RINGKASAN TENTANG PERUBAHAN AKUNTANSI DAN


ANALISIS KESALAHAN

DI SUSUN OLEH:

Melinda Santriaty

A1C019147/ Akuntansi D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2021
8.1. Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi 2009) didefinisikan sebagai prinsip, dasar,
konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi akan menentukan saat pengakuan, cara
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan atas elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang signifikan digunakan
dalam menyusun laporan keuangan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas
biasanya menyatakan dalam catatan atas laporan keuangannya dengan kalimat “Laporan
keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia”, dan jika laporan
keuangan disusun tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, maka entitas harus
memgungkapkan informasi ketidaksesuaian tersebut. Kebijakan akuntansi yang dipilih oleh
entitas harus dapat menjelaskan

1. Pengakuan : Kapan dan kondisi seperti apa diakui


2. Pengukuran : Berapa banyak yang diakui
3. Penyajian: Bagaimana disajikannya di Laporan Keuangan

8.2. Perubahan Kebijakan Akuntansi

Guna memenuhi kebutuhan daya banding laporan keuangan, kebijakan akuntansi diterapkan
secara konsisten. Perubahan kebijakan akuntansi dapat dilakukan entitas dengan memenuhi
ketentuan dalam standar PSAK 25 (Revisi 2009) menjelaskan entitas mengubah suatu kebijakan
akuntansi hanya jika perubahan tersebut :

1. Dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau


2. Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas.

Perubahan kebijakan akuntansi terjadi jika entitas mengubah pilihan kebijakan akuntansi untuk
suatu transaksi atau peristiwa yang sama. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi baru
untuk peristiwa dan transaksi yang baru dan berbeda dari sebelumnya, maka hal itu tidak
dianggap sebagai perubahan kebijakan akuntansi. Berikut ini contoh kejadian yang merupakan
perubahan kebijakn akuntansi:

1. Perubahan metode persediaan dari metode Average menjadi metode FIFO


2. Perubahan pengakuan pendapatan konstruksi dari metode biaya terpulihkan (cost
recovery) menjadi metode persentase penyelesaian (percentage of completion)
3. Perubahan metode penilain aset tetap dan aset berwujud dari metode biaya ke metode
revaluasian.
Perlakuan Akuntansi

Menurut PSAK 25 (Revisi 2009) entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari
penerapan awal suatu PSAK sesuai dengan ketentuan transisi dalam PSAK tersebut. Jika tidak
ada ketentuan transisi, entitas menerapkan perubahan tersebut secara restrospektif. Penerapan
retrospektifadalah penerapan kebijkan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain
seolaholah kebijkan tersebut telah diterapkan. Penyajian kembali retrospektifadalah penyesuaian
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan jumlah unsureunsur laporan keuangan
seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah diterapkan. Ketika perubahan kebijkan akuntansi
diterapkan secara retrospektif, maka entitas menyesuaikan:

1. Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal,
dan
2. Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya.

Pengaruh kebijakan kauntansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengaruh langsung (direct
effects) dan pengaruh tidak langsung (indirect effects). Pengaruh langsung adalah pengaruh yang
terkait dengan periode sebelumnya. Atas pengaruh langsung ini harus diterapkan secara
retropektif. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh arus kas perusahaan periode skarang dan
akan datang akibat perubahan akuntansi yang diterapkan secara retrospektif. Standar hanya
mensyaratkan pengaturan tenang pengaruh langsung, sedangkan pengaruh langsung tidak perlu
diungkapkan dalam laporan keuangan

Penyajian dan Pengungkapan

PSAK 25 (Revisi 2009) menjelaskan saat terjadi perubahan kebijakan akuntansi laporan
keuangan periode komparatif harus disajikan kembali menggunakan kebijakan akuntansi yang
baru. Khusus untuk laporan posisi keuangan, entitas harus menyajikan laporan posisi keuangan
awal periode komparatif, sehingga terdapat tiga laporan posisi keuangan. Laporan perubahan
ekuitas khususnya bagian saldo laba harus disajikan kembali dengan melakukan penyesuaian
atas dampak perubahan kebijakan akuntansi.

8.3. Perubahan Estimasi

Entitas perlu melakukan revisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar estimasi atau
munculnya estimasi baru atau karena tambahan pengalaman perubahan estimasi akuntansi
dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, oleh karena itu, bukan dari koreksi
kesalahan. Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas,
atau jumlah pemakaian aset periodik, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi
manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan aset dan liabilitas. Dampak perubahan
estimasi akuntansi diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada :
1. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
2. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya

Perubahan estimasi yang mengakibatkan perubahan aset, liabilitas atau terkait pos dalam ekuitas
diakui dengan menyesuaikan jumlah item tersebut pada periode perubahan. Perubahan estimasi
menyebabkan perubahan nilai, sehingga akan mempengaruhi daya banding laporan keuangan.
Untuk itu pengungkapan dalam catatan ata laporan keuangan diperlukan sehingga pemakai dapat
mempertimbangkan perubahan tersebut dalam melakukan analisis laporan keuangan. Dalam
laporan keuangan, dampak perubahan estimasi biasanya tidak material terhadap keseluruhan
laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan memerlukan estimasi dampak dari kondisi-
kondisi dan peristiwa di masa datang. Berikut ini adalah contoh pos-pos yang memerlukan
estimasi:

1. Piutang tak tertagih


2. Keusangan Persediaan
3. Umur manfaat dan nilai sisa aktiva
4. Periode yang menerima manfaat dari biaya yang ditangguhkan
5. Kewajiban untuk biaya garansi dan pajak penghasilan
6. Cadangan mineral yang dapat dipulihkan kembali
7. Perubahan metode penyusutan.

Perubahan estimasi harus ditangani secara prospektif. Yaitu, tidak ada perubahan yang harus
dibuat dalam hasil yang dilaporkan sebelumnya. Jadi, pengaruh dari semua perubahan estimasi
diperhitungkan pada (1) periode perubahan jka perubahan itu hanya mempengaruhi periode
bersangkutan atau (2) perubahan periode dan periode di masa datang jika perubahan tersebut
mempengaruhi keduanya. Akibatnya perubahan estimasi dipandang sebagai koreksi atau
penyesuaian normal yang berulang, hasil alami dari proses akuntansi dan perlakuan retrospektif
dilarang.

Perlakuan Akuntansi

Dampak perubahan estimasi akuntansi, diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:

1. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
2. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya

Perubahan estimasi yang menakibatkan perubahan aset, liabilitas, atau terkait pos dalam ekuitas
diakui engan menyesuaikan jumlah item tesebut pada periode perubahan. Penerapan prospektif
artinya perubahan tersebut dilakukan pada tahun perubahan dan tahun setelah perubahan terjadi.

Penyajian dan Pegungkapan

Perubahan estimasi menyebabkan perubahan nilai yang diakui dalam beban atau pendapatan. Pos
yang mengalami perubahan akan disajikan berdasarkan dasar perhitungan estimasi baru. Ketika
diajikan laporan komparatif, pos berubah juga tidak perlu diterapkan utuk periode
komparatifnya.

8.4. Kesalahan

Menurut PSAK 25 (Revisi 2009) kesalahan periode lalu adalah kelalaian mencantumkan dan
kesalahan menacatat dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode laluyang
timbul dari kegagalan atau kesalahan untuk menggunakan informasi andal yang :

1. Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut;dan


2. Secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.

Kesalahan tersebut dapat berupa dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan penerapan
kebijakan akuntansi, kekeliruan, atau kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan. Entitas
mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap
yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan :

1. Menyajikan kembali jumlah komparatif periode lalu ketika dimana kesalahan tersebut
terjadi; atau
2. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka entitas menyajikan
kemabli saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.

Pada saat melakukan koreksi kesalahan, entitas harus mengungkapkan hal berikut ini :

1. Sifat kesalahan periode lalu


2. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, untuk setiap item terpengaruh dan LPS dasar
atau LPS delusian
3. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal
4. Jika penyajian kembali retrospektif tidak praktis, keadaan yang membuat keberadaaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.

Perlakuan Akuntansi

Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan
lengkap yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:

1. Menyajikan kembali jumlah komparatif periode lalu ketika dimana kesalahan tersebut
terjadi; atau
2. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka entitas menyajikan
kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.
Penyajian dan Pengungkapan

Dampak dari koreksi terkait dengan saldo laba sebelumnya akan dikoreksi dan disajikan dalam
perubahan ekuitas. Pada bagian saldo laba di laporan perubahan ekuitas, saldo laba awal periode
yang telah dilaporakan, disesuaikan dengan dampak koreksi kesalahan untuk mendapatkan saldo
laba awal setelah disesuaikan. Pada saat melakukan koreksi kesalahan, entitas harus
mengungkapkan berikut ini.

1. Sifat kesalahan periode lalu.


2. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, untuk setipa item yang terpengaruhi LPS
dasar atau LPS dilusian.
3. Jumlah koreksi pada wal periode sajian paling awal.
4. Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis, keadaan yang membuat keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan kesalhan telah dikoreksi.

8.5. Analisis Kesalahan

Koreksi kesalahan tidak dipandang sebagai perubahan akuntansi, tetapi perlakuannya diatur
dalam Opini APB No. 16. Akibatnya, kesalahan akuntansi yang terjadi pada tahun – tahun
sebelumnya, yang belum dikoreksi atau disesuaikan jumlahnya, dilaporkan sebagai penyesuaian
tahun sebelumnya dan dicatat langsung pada perkiraan laba yang ditahan. Ada beberapa
kesalahan yang berbeda. Beberapa kesalahan ditemukan di periode ketika kesalahan dilakukan
dan dengan mudah dikoreksi. Kesalahan yang lain mungkin tidak ditemukan di periode berjalan
dan tercermin dalam laporan keuangan sampai ditemukan. Kesalahan – kesalahan dapat
digolongkan sebagai berikut:

1. Kesalahan – kesalahan yang ditemukan dalam kondisi prosedur akuntansi yang normal.
Contohnya adalah kesalahan klerikal, seperti kesalahan penambahan, posting ke akun
yang salah, salah saji suatu akun, atau tidak memasukkan suatu akun dari neraca saldo.
Kesalahan ini biasanya dideteksi selama proses pengiktisaran siklus akuntansi secara
regular dan biasanya sudah dikoreksi.
2. Kesalahan – kesalahan yang terbatas pada akun – akun neraca. Contohnya mencakup
mendebit piutang usaha bukan wesel tagih, mengkredit utang bunga dan bukan wesel
bayar,atau mengkredit utang bunga dan bukan utang gaji. Contoh kesalahan lain adalah
tidak mencatat pertukaran obligasi yang dapat dikonversi dengan saham. Kesalahan –
kesalahan seperti ini sering ditemukan dan dikoreksi pada periode dilakukannya
kesalahan. Apabila kesalahan – kesalahan seperti ini tidak ditemukan sampai periode
berikutnya, koreksi harus dilakukan pada saat itu dan data neraca kemudian dinyatakan
kembali untuk tujuan pelaporan perbandingan.
3. Kesalahan – kesalahan yang terbatas pada akun – akun laba rugi. Contoh kesalahan ini
adalah Beban gaji kantor mungkindidebit dan bukannya beban gaji penjualan. Jenis
kesalahan ini harus dikoreksi sesegera mungkin setelah ditemukan. Walaupun kesalahan
tersebut tidak mempengaruhi laba bersih, akun – akun yang salah saji harus dinyatakan
kembali untuk tujuan analisis dan pelaporan komparatif.
4. Kesalahan – kesalahan yang mempengaruhi, baik akun – akun laba rugi maupun akun –
akun neraca. Kesalahn – kesalahan tertentu ketika tidak ditemukan pada periode berjalan
menghasilkan salah saji pada laba bersih, sehingga memengaruhi laba di masa
mendatang. Kesalahan – kesalahan seperti ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:\
a) Kesalahan – kesalahan pada laba bersih yang ketika tidak ditemukan, otomatis
saling mengoreksi di periode fiskal berikutnya. Jumlah laba besih pada laporan
laba rugi untuk dua periode yang berturut – turut dinyatakan tidak secara akurat,
saldo – saldo akun tertentu pada neraca akhir periode berikutnya akan dinyatakan
secara akurat. Contoh kesalahan ini adalah salah saji persediaan persediaan dan
tidak dimasukkannya penyesuaian untuk pos – pos dibayar di muka dan akrual
pada akhir periode.
b) Kesalahan – kesalahan pada laba bersih yang , ketika tidak ditemukan, tidak
secara otomatis saling mengoreksi di periode fiskal berikutnya. Saldo – saldo
akun pada neraca berikutnya akan dinyatakan tidak secara akurat sampai satu ayat
jurnal dibuat untuk mengompensasi atau mengonreksi kesalahan tersebut. Contoh
kesalahan ini adalah pengakuan pengeluaran modal sebagai beban dan tidak
dimasukkannya beban penyusutan atau amortisasi.

Contoh Ilustratif Untuk Koreksi Kesalahan

Asumsikan Dexter Co. memulai operasi pada awal tahun 2000. Kantor akuntan publik pertama
kali ditugaskan pada tahun 2002. Sebelumnya perkiraan – perkiraan disesuaikan dan ditutup,
auditor meneliti pembukuan dan perkiraan – perkiraannya, dan menemukan kesalahan –
kesalahan yang diiktisarkan sebagai berikut ini. Dampak dari kesalahan – kesalahan ini pada
laporan keuangan, sebelum adanya ayat jurnal koreksi, diindikasikan sebagai berikut: Tanda plus
(+) mengindikasikan lebih saji dan tanda minus (-) mengindikasikan kurang saji. Setiap koreksi
kesalahan dibahas sebagai berikut:

Kurang Saji Persediaan

Ditemukan persediaan pada tanggal 31 desember 2000 kurang saji sebesar $1000. Dampak dari
salah saji tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dampak dalam Laporan Laba Rugi


a) Dampak dalam laporan laba rugi tahun 2000 adalah Harga pokok penjualan lebih
saji (persediaan akhir terlalu rendah) dan Laba bersih kurang saji
b) Dampak dalam laporan laba rugi tahun 2001 adalah Harga pokok penjualan
kurang saji (persediaan awal terlalu rendah) dan Laba bersih lebih saji
2. Dampak dalam Laporan Neraca
a) Dampak dalam neraca tahun 2000 Aset kurang saji (persediaan terlalu rendah)
dan laba bersih kurang saji
b) Tahun 2001 pos – pos neraca tidak terpengaruh, kurang saji saldo laba untuk
tahun 2006 dikoreksi oleh lebih saji laba bersih tahun 2001

Karena kesalahan ini saling mengoreksi setelah dua tahun, tidak ada ayat jurnal koreksi yang
dibutuhkan di tahun 2002. Jika kesalahan telah ditemukan tahun 2001 dan bukan 2002, satu ayat
jurnal akan dibuat untuk mengoreksi saldo akun, sehingga operasi tahun 2001 akan dilaporkan
secara akurat. Saldo awal persediaan tahun 2001 akan ditambah sebesar $1.000, jumlah kurang
saji aset, dan saldo laba akan dikredit sebesar jumlah ini, merupakan kurang saji laba tahun 2006.
Ayat jurnal koreksi tahun 2001 akan dibuat sebagai berikut:

Persediaan $1.000

Saldo Laba $1.000

Lupa Mencatat Pembelian Persediaan

Ditemukan bahwa faktur pembelian pada tanggal 28 Desember 2000 sebesar $850 belum dicatat
sampai tahun 2001. Barang tersebut telah dimasukkan dalam persediaan pada akhir tahun 2000.
Dampak kesalahan ini adalah:

1. Dampak dalam laporan laba rugi


a) Tahun 2000 Harga pokok penjualan kurang saji (pembelian terlalu rendah) dan
laba bersih lebih saji
b) Tahun 2001 Harga pokok penjualan lebih saji (pembelian terlalu tinggi) dan laba
bersih kurang saji
2. Dampak dalam Laporan Neraca
a) Tahun 2000 kewajiban kurang saji (utang dagang terlalu rendah) dan saldo laba
lebih saji
b) Tahun 2001 pos – pos neraca tidak berpengaruh, lebih saji saldo laba untuk tahun
2000 dikoreksi oleh kurang saji laba bersih tahun 2001

Jika kesalahan tersebut telah ditemukan tahun 2001 dan bukan tahun 2002, ayat jurnal koreksi
diperlukan. Ayat jurnal koreksi untuk tahun 2007 dengan asumsi sistem persediaan periodik
adalah sebagai berikut: Saldo Laba $850 Pembelian $850 Jika perusahaan menggunakan
sistem persediaan perpetual, pembelian yang tidak benar akan di debit langsung kepersediaan.
Dengan demikian, ayat jurnal koreksi akan dibuat tahun 2007 sebagai berikut:

Saldo Laba $850

Persediaan $850
Lupa Mencatat Penjualan Persediaan

Ditemukan bahwa penjualan secara kredit sebesar $1.800 untuk minggu terakhir desember 2001
belum dicatat sampai tahun 2002. Barang yang dijual belum dicatat dan dikurangkan dari
persediaan akhir tahun 2001. Dampak kesalahan ini pada tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1. Dampak dalam Laporan laba rugi adalah Pendapatan kurang saji (penjualan terlalu
rendah) dan Laba bersih kurang saji.
2. Dampak dalam Laporan Neraca adalah Aset kurang saji (piutang usaha terlalu rendah)
dan saldo laba kurang saji.

Ketika kesalahan ditemukan tahun 2002, Penjualan didebit $1.800 dan saldo laba dikredit
sebesar $1.800, merupakan kurang saji laba bersih tahun 2001. Ayat jurnal koreksinya adalah:
Penjualan $1.800

Saldo Laba $1.800

Lupa Mencatat beban yang Masih Harus Dibayar

Beban gaji penjualan yang masih harus dibayar sebesar $450 pada tanggal 31 Desember 2000
terlewati pada saat menyesuaikan akun – akun. Dampak kesalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Dampak dalam Laporan laba rugi


a) Tahun 2000 Beban – beban kurang saji (beban gaji penjualan terlalu rendah) dan
Laba bersih kurang saji
b) Tahun 2007 beban – beban lebih saji (beban gaji penjualan terlalu tinggi) dan
Laba bersih kurang saji
2. Dampak dalam Neraca
a) Tahun 2000 Kewajiban kurang saji (utang gaji tidak dilaporkan) dan saldo lebih
saji
b) Tahun 2001 Pos – pos neraca tidak terpengaruh, lebih saji saldo laba untuk tahun
2000 dikoreksi oleh kurang saji laba bersih tahun 2001

Pengungkapan yang Diwajibkan untuk Koreksi Periode Sebelumnya

Jika suatu kesalahan (baik tidak sengaja maupun sengaja) ditemukan kemudian yang
memengaruhi periode sebelumnya, dampaknya atas laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya, dan dampak koreksinya pada laba bersih periode berjalan harus diungkapkan pada
periode saat kesalahan dikoreksi.

Ikhtisar Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan

Perkembangan pedoman untuk pelaporan perubahan akutansi dan koreksi kesalahan telah
membantu memecahkan beberapa masalah akuntansi yang signifikan dan sudah lama. Perubahan
prinsip akuntansi akan dianggap tepat hanya apabila perusahaan menunjukkan bahwa prinsip
akuntansi alternative yang berlaku umum yang telah diadopsi lebih disukai daripada prinsip
sebelumnya. Dalam menerapkan pedoman profesi akuntansi, preferensi di antara prinsip
akuntansi harus ditentukan atas dasar apakah prinsip yang baru dapat memperbaiki pelaporan
keuangan bukan atas dasar dampak pajak penghasilan semata. Namun tidaklah selalu mudah
untuk menentukan perbaikan apa dalam pelaporan keuangan

Perubahan prinsip akuntansi

Aturan umum Perubahan prinsip akuntansi adalah menggunakan pendekatan periode berjalan
atau catch-up dengan:

a) Melaporkan hasil periode berjalan atas dasar yang baru.


b) Melaporkan pengaruh kumulatif dari penyesuaian dalam laporan keuangan periode
berjalan di antara judul “Pos pos luar biasa‟ dan “Laba bersih‟.
c) Menyajikan laporan keuangan periode sebelumnya seperti dilaporkan sebelumnya.
d) Menyajikan data pro-forma tentang laba dan laba per saham untuk semua periode
sebelumnya yang disajikan.

Pengecualian

Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:

a) Menyatakan kembali laporan keuangan dari semua periode sebelumnya yang disajikan.
b) Mengungkapkan dalam tahun terjadinya perubahan pengaruh terhadap laba bersih dan
laba per saham dari semua periode sebelumnya yang disajikan.
c) Melaporkan penyesuaian atas saldo awal laba ditahan dalam laporan laba ditahan.

Perubahan estimasi akuntansi Menggunakan pendekatan periode berjalan dari prospektif dengan

a) Melaporkan laporan keuangan periode berjalan dari masa datang atas dasar baru.
b) Menyajikan laporan keuangan periode sebelumnya seperti dilaporkan sebelumnya.
c) Tidak melakukan penyesuaian atau saldo awal periode berjalan untuk tujuan catch-up,
dan tidak melakukan penyajian pro-forma

Perubahan dalam entitas pelaporan

Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:

a) Menyatakan kembali laporan keuangan untuk semua periode sebelumnya yang disajikan.
b) Mengungkapkan dalam tahun terjadinya perubahan pengaruh terhadap data laba bersih
dari laba per saham untuk semua periode sebelumnya yang disajikan.

Perubahan karena kesalahan Menggunakan pendekatan retroaktif dengan:


a) Memperbaiki semua laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan.
b) Menyatakan kembali saldo awal Laba ditahan untuk periode pertama yang disajikan
apabila pengaruh kesalahan terjadi dalam periode sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai