Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Mahasiswa/I Mampu Menjelaskan Alur Penegakan Diagnosis


(Anamnesis, Pemeriksaan Obstetrik, dan Pemeriksaan Penunjang Sesuai
Dengan Skenario)
2.1.1. Anamnesis
Secara rutin ditanyakan; urutan penderita, sudah menikah atau
belum, paritas, siklus haid, penyakit yang pernah diderita, terutama
kelainan ginekologik serta pengobatannya, dan operasi yang dialami.1
2.1.1.A. Riwayat Penyakit Umum
Perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita
penyakit berat, seperti penyakit tuberkulosis, penyakit jantung,
riwayat penyakit ginjal, penyakit darah, diabetes mellitus, dan
penyakit jiwa, untuk penyakit jiwa perlu cara berkomunikasi
sendiri. fuwayat operasi non-ginekologik perlu juga diperhatikan,
misainya strumektomi, mammektomi, dan apendektomi.1
2.1.1.B. Riwayat Obstetrik
Perlu diketahui riwayat kehamiian sebelumnya apakah
berakhir dengan keguguran, ataukah berakhir dengan persalinan;
apakah persalinannya normal, diselesaikan dengan tindakan atau
dengan operasi, dan bagaimana nasib anaknya. Infeksi nifas dan
kuretase dapat menjadi sumber infeksi panggul menahun dan
kemandulan. Dalam hal infertilitas perlu diketahui apakah itu
disengaja akibat pengguflaan cara-cara kontrasepsi dan cara apa
yang digunakan, ataukah perempuan tidak menjadi hamil secara
alamiah.1
Jika perempuan tersebut pernah mengalami keguguran,
perlu diketahui apakah disengaja atau spontan. Perlu juga
ditanyakan banyaknya perdarahan dan apakah telah dilakukan
kuretase.1
2.1.1.C. Riwayat Ginekologik
Riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta
pengobatannya dapat memberikan keterangan penting, tenrtama
operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa
oleh dokter lain, tanyakan juga hasil-hasil pemeriks aan dan
pendapat dokter itu. Tidak jarang perempuan di Indonesia pernah
memeriksakan dirinya di luar negeri dan membawa pulang hasil-
hasil pemeriksaan.1
2.1.1.D. Riwayat Haid
Haid merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
seorang perempuan. Perlu diketahui menarke, siklus teratur atau
tidak, lama haid, banyaknya darah waktu haid, disertai nyeri atar
tidak dan menopause.1
Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih
normal. Jika haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu
ditanyakan tanggal haid sebeium itu. Dengan cara demikian, dicari
apakah haid pertama lambat ataukah dia mengalami gangguan haid
seperti amenorea.1
2.1.1.E. Keluhan Sekarang
Mendengar keluhan penderita sangat penting untuk
pemeriksaan. Pertanyaan yang sangat sederhana seperti "untuk apa
datang kemari?" ata:u"apa keluhan ibu?" dapat memberikan
keterangan banyak ke arah diagnosis. Misalnya, apabila seorang
perempuan mengatakan bahwa ia mengeluarkan darah dari
kemaluan setelah haid terlambat, bahwa peranakannya
turun/keluar, bahwa ia mengalami perdarahan teratur dan berbau
busuk, maka dalam hal demikian kiranya tidaklah sulit untuk
menduga kelainan apa yang sedang dialami oleh penderita, seperti
abortus, prolaps, dan karsinoma serviks uteri. Namun, pemeriksaan
lebih lanjut harus tetap dilakukan karena diagnosis tidak boleh
semata-mata berdasarkan anamnesis saja.1
2.1.1.F. Perdarahan
Perdarahan yang sifatnya tidak normal sering dijumpai.
Perlu ditanyakan apakah perdarahan itu ada hubungannya dengan
siklus haid atau tidak; banyaknya dan lamanya perdarahan. Jadi,
perlu diketahui apakah yang sedang dihadapi itu, menoragia,
"spoeting" hipermenorea, polimenorea, hipomenorea,
oligomenorea ataukah metroragia.1
Perdarahan yang didahului oleh haid yang terlambat
biasanya disebabkan oleh abortus, kehamilan mola, atau kehamilan
ektopik. \Talaupun demikian, kemungkinan perdarahan karena
polip, erosi portio, dan karsinoma serviks tidak dapat disingkirkan
begitu saja tanpa pemeriksaan yang teliti.1
Perdarahan sewaktu atau setelah koitus dapat merupakan
gejaia dini dari karsinoma serviks uteri, walaupun itu dapat
disebabkan pula oleh erosi portio, polip serviks, atau ,twlnws
trawmatikum posboitum (himen robek disertai perdarahan dart
arteri kecii dari koitus pertama, atau pada permukaan forniks
posterior).1
Perdarahan dalam menopause perlu mendapatkan perhatian
khusus, karena gejala ini mempunyai arti klinis yang penting.
Penderita harus diperiksa secara sistematis dan lengkap untuk
menyingkirkan kemungkinan tumor ganas dari genitalia
perempuan. Metroragia merupakan gejalayang penting dari
karsinoma serviks dan karsinoma korpus uteri. Tumor ganas
ovarium jarang disertai perdarahan, kecuali kadang-kadang pada
tumor sel granulosa dan sel teka.1
Selain oleh tumor ganas, perdarahan falam menopause
dapat pula disebabkan oleh kelainan lain, seperti karunkula
uretralis, vaginitis/endometritis senilis, perlukaan vagina karena
memakai pessarium yang terlalu lama, polip serviks uteri, atau
erosi portio.1
Pemberian estrogen kombinasi dengan progesteron dalam
klimakterium dan menopause dapat pula menyebabkan perdarahan
abnormal. Apabila diduga hal ini yang terjadi, maka kemungkinan
keganasan senantiasa harus dipikirkan dan disingkirkan.1
2.1.1.G. Fluor Albus (Leukorea)
Fluor albus (leukorea) cukup mengganggu penderita baik
fisik maupun mental. Sifat dan banyaknya keputihan dapat
memberikan petunjuk ke arah etiologinya. Perlu ditanyakan sudah
berapa lama keluhan itu, terjadinya secara terus-menerus atau
hanya pada waktu-waktu tertentu saja, seberapabanyaknya.
apawarnanya,baunya, disertai rasa gatal/nyeri atalu tidak.1
Secara fisiologis keluarnya getah yang berlebihan dari
vulva (biasanya lendir) dapat dijumpai (1) waktu ovulasi; (2)
waktu menjelang dan setelah haid; (3) rangsangan seksual; dan (4)
dalam kehamilan. Akan tetapi, apabila perempuan tersebut merasa
terganggu dirinya, berganti celana beberapa kali sehari, apalagi bila
keputihannya disertai rasa nyeri atau gatal, maka dapat dipastikan
itu merupakan keadaan patologis, yang me merlukan pemeriksaan
dan penanganan yang saksama.1
Fluor albus karena trikomoniasis dan kandidiasis hampir
selalu disertai rasa gatal. Demikian pula halnya dengan fluor albus
karena diabetes mellitus, sedangkan vaginitis senilis disertai rasa
nyeri.1
2.1.1.H. Rasa Nyeri
Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang, atau alat kelamin
luar dapat merupakan gejala dari beberapa kelainan ginekologik.
Dalam menilai gejala ini dapat dialami kesulitan karena faktor
subjektiyitas memegang peranan penting. Walaupun rasa nyerinya
bia- sanya hebat sesuai dengan beratnya penderitaan, dokter selalu
harus waspada. Sukar kiranya untuk memastikan derajat nyeri
tersebut, lebih-lebih apabila si penderita mempunyai maksud atau
kecenderungan untuk berpura-pura (simulasi) dengan tujuan untuk
menarik perhatian atau untuk menghindari keadaan atau kewajiban
yang tidak disenangi.1
Dismenorea yang dapat dirasakan di perut bawah atau di
pinggang dapat bersifat seperti mules-mules seperti ngilu, atau
seperti ditusuk-tusuk. Mengenai hebatnya rasa nyeri yang diderita,
perlu ditanyakan apakah perempuan itu dapat melakukan
pekerjaannya sehari-hari ataukah dia sampai harus berbaring
meminum obat-obat anti nyeri. Rasa nyeri itu dapat timbul
menjelang haid, sewaktu dan setelah haid selama satu dua hari,
atau lebih lama. Endometriosis hampir selalu disertai dismenorea.
Umumnya dismenorea disebabkab oleh endometriosis.1
Dispareuni, rasa nyeri waktu bersanggama dapat
disebabkan oleh kelainan organik atau oleh faktor psikologis. Oleh
karena itu, perlu dicari sebab-sebab organik, seperti introitus
vagina atau vagina terlampau sempit, peradangan atau perlukaan,
dan kelainan yang letaknya lebih dalam, misalnya adneksitis,
parametritis, atau endometritis di ligamentum sakrouterinum.
Apabila semua kemungkinan itu dapat disingkirkan baru dapat
dipertimbangkan bahwa mungkin faktor psikologis memegang
peranan, dan pemeriksaan dilengkapi dengan pendekatan
psikoanalitik, jikalau perlu oleh seorang psikolog atau psikiater.1
Nyeri perut sering menyertai kelainan ginekologik yang
dapat disebabkan oleh kelainan letak uterus, neoplasma, dan
terutama peradangan, baik yang mendadak maupun yang menahun.
Perlu ditanyakan lamanya, secara terus-menerus atau berkala, rasa
nyerinya (seperti ditusuk-tusuk, seperti mules dan ngilu), hebatnya
dan lokalisasinya. Kadang-kadang penderita dapat menunjuk
secara tepat dengan jari tempat yang dirasanya nyeri. Perasaan
nyeri yang hebat diderita pada ruptur tuba, salpingo-ooforitis akuta,
dan putaran tangkai pada kistoma ovarii dan mioma subserosum.
Pada abortus tuba biasanya nyeri dirasakan seperti mules-mules
dan berkala. Mioma uteri tanpa putaran tangkai dapat disertai nyeri
apabila terjadi degenerasi dan infeksi. Penjalaran rasa nyeri ke
bahu sering dijumpai pada kehamilan ektopik yang terganggu.1
Nyeri pinggang bagian bawah diderita pada perernpuan
yang mengalami parametritis sebelumnya dengan akibat fibrosis di
ligamentum kardinal dan ligamentum sakrouterina. Lebih sering
nyeri pinggang disebabkan oleh sebab lain, biasanya oieh kelainan
yang sifatnya ortopedik ten tama bila nyerinya dirasakan agak
tinggi di atas vertebra sakralis pertama, misalnya, pada hernia
nukleus pulposus. Persalinan dengan forsep dalam letak litotomi
dan persalinan lama dalam kala dua sering mengakibatkan nyeri
pinggang yang disebabkan keletihan otot-otot ileosakral dan
lumbosakral.1
2.1.1.I. Miksi
Keluhan dari saluran kemih sering menyertai kelainan
ginekologik. Oleh karena itu perlu ditanyakan rasa nyeri waktu
berkemih, seringnya berkemih, retensio urin, berkemih tidak
lancar, atau tidak tertahan.
Disuria, pada penderita uretritis dan sistitis merasa nyeri
waktu berkemih atau sesudah berkemih. Selain itu sistitis disertai
pula oleh rasa tidak enak atau nyeri di daeruh atas simfisis dan
seringnya berkemih.1
Retensio urin dapat dijumpai pada retrofleksio uteri gravidi
inkarserata pada kehamilan 15 minggu, danpada mioma uteri dan
kistoma ovarii besaryang mengisi rongga panggul, kesukaran miksi
dapat juga terjadi setelah persalinan baik oleh persalinan yang
spontan maupun yang dengan tindakan, dan setelah operasi
vaginal, perineal, dan rektal.1
Sistokel yang besar dengan atau tanpa prolapsus uteri
disertai kesulitan miksi. Kadang-kadang penderita harus menekan
keras waktu berkemih, sehingga sistokelnya lebih menonjol, atau
bahkan tonjolan sistokel perlu didorong ke dalam lebih dulu
sebelum penderita dapat berkemih.1
Inkontinensia urin merupakan gejala fistula
vesikovaginalis. Apabila fistulanya kecil, si penderita baru
ngompol jikalau kandung kemihnya penuh.1
Pada inkontinensia urin yang disebut stres inkontinensia,
penderita dapat menahan keluarnya air seni. Akan tetapi, apabila
tekanan intraabdominal meningkat (misalnya waktu batuk, bersin,
tertawa keras, mengangkat barang berat), maka menetesnya air
kemih keluar tidak dapat dikuasai lagi. Gejala ini dapat dijumpai
pada sistokel dan orifisium uretra internum yang terlampau lebar.1
Sering buang air kecil dapat dijumpai dalam kehamilan tua
menjelang kelahiran anak, peradangan saluran kemih disertai
gejala sering berkemih, yang juga dijumpai pada prolaps uteri dan
pada tumor dalam panggul yang menekan kandung kemih.1
2.1.1.J. Defekasi
Beberapa penyakit yang berasal dari rektum dan kolon
sigmoid sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis penyakit
ginekologik. Misalnya, divertikulitis dan karsinoma sigmoid
kadang-kadang sukar dibedakan dari tumor ganas ovarium,
terutama dalam stadium lanjut. OIeh karena itu, penderita harus
selalu ditanya tentang buang air besarnya, apakah ada kesulitan
defekasi; apakah disertai nyeri, ataukah fesesnya encer disertai
lendir, nanah, atat darah.1
Pada inkontinensia alvi, feses dapat keluar dari vagina dan
dari anus. Keluarnya feses dari kemaluan menunjukkan adanya
fistula rektovaginalis. Perempuan yang pernah mengalami ruptur
perinei tingkat III waktu bersalin, yang tidak dijahit dengan baik,
sering tidak dapat menahan keluarnya kotoran karena terputusnya
muskulus sfingter ani eksterna.1
2.1.2. Pemeriksaan Fisik
2.1.2.A. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan ginekologik harus lengkap karena dari
pemeriksaan umum sering didapat keterangan-keterangan yang
menuju ke arah tertentu dalam menegakkan diagnosis. Bentuk
konstitusi tubuh mempunyai korelasi dengan keadaan jiwa
penderita, penimbunan dan penyebaran iemak mempunyai
hubungan dengan makanan, kesehatan badan, penyakit menahun,
dan faal kelenjar endokrin. Pertumbuhan rambut, terutama di
daerah pubis, betis, dan kumis menunjuk ke arah gangguan
endokrin. Perlu diperhatikan apakah penderita terlampau gemuk
(obesitas) atau terlampau kurus (cachexia) dan sudah berapa lama
keadaan demikian itu, perlu pula ditanyakan. Cachexia dapat
dijumpai pada tuberkulosis dan pada tumor stadium lanjut.1
Seandainya perlu pemeriksaan nadi, suhu badan dengan
parabaan tangan (kalau perlu dengan termometer) tekanan darah,
pernapasan, mata (anemia, ikterus, eksotalmus), kelenjar gondok
(struma), payrdara, kelenjar ketiak, iantung, paru-paru dan perut.
Ada nya edema, lapisan lemak yang tebal, asites, gambaran yena
yang;'elas/melebar, dan varises-varises perlu pula mendapat
perhatian yang saksama.1
Jika perlu, pemeriksaan dilengkapi dengan pemeriksaan
laboratorium, misalnya Hb, leukosit, laju endap darah, dan
pemeriksaan urin.1
2.1.2.B. Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara (mamma) tenrtama mempunyai arti
penting bagi penderita perempuan, terutama dalam hubungan
dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan, dan karsinoma
mamma. Sambil penderita berbaring terlentang, paytdara diraba
seluruhnya dengan telapak jari dan tidak boleh lupa untuk meraba
kelenjar-kelenjar ketiak. Pemeriksaan dapat pula dilakukan sambil
penderita duduk tegak lurus dan pemeriksa berdiri di belakangnya.1
Yang perlu diperhatikan ialah perkembangan payudara
(besar kecilnya) dihubungkan dengan umur dan keiuhan penderita
(amenore, kehamilan, Iaktasi, menopause), selanjutnya bentuknya,
konsistensi adakah benjolan dan bagaimana gerakan benjolan itu
terhadap kulit dan dasarnya.1
Hiperpigmentasi areola dan papila mamma, pembesaran
kelenjar-kelenjar montgomery dan dapat dikeluarkannya kolostrum
merupakan tanda-tanda kehamilan. Apabila terdapat kecurigaan
akan keganasan, maka sebaiknya dilakukan biopsi, atau benjolan
diangkat (ekstirpasi) sambil diperiksa sediaan beku. Dapat pula
dibuat mammografi dengan sinar Rontgen atau USG.1
2.1.2.C. Pemeriksaan Perut
Pemeriksaan perut sangat penting pada setiap penderita
ginekologik. Pemeriksaan ini tidak boleh diabaikan dan harus
lengkap, apa pun keluhan penderita. Penderita harus tidur
terlentang secara santai seperti pada gambar 1.1A dan 1.1B.1

Gambar 1.1A Pembesaran perut ke depan dengan batas-batas jeas pada


kehamilan lanjut atau kista ovariumpermagna. (Dilihat dari samping)
Gambar 1.1B Pembesaran perut ke depan dengan batas-batas jeas pada
kehamilan lanjut atau kista ovariumpermagna. (Dilihat dari bawah/distal)

2.1.2.D. Inspeksi
Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran/cekungan,
pergerakan dengan pernapasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat,
keriput, striae, pigmentasi, gambaran vena), parut operasi dan lain
sebagainya.1
Masing-masing kelainan tersebut di atas memberi petunjuk
apayang harus diperhatikan, misalnya pembesaran perut ke depan
dengan batas yang jelas, menunjuk arah kehamilan atas tumor
(mioma uteri atau karsinoma ovarii), sedang pembesaran ke
samping (perut katak) merupakan gejala dari cairan bebas dalam
rongga perfi (lazim disebut asites, walaupun istilah ini tidak selalu
betul). (Gambar 1.2A, dan 1.2B).1
Gambar 1.2A Pembesaran perut ke samping (perut katak) pada asites atau pada
tumor ovarium dengan cairan bebas dalam rongga perut.

Gambar 1.2B Pembesaran perut pada perempuan gemuk dengan dinding perut
tebal dan kendor.

2.1.2.E. Palpasi
Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus diyakini bahwa
kandung kemih dan rektum kosong karena kandung kemih penuh
teraba sebagai kista dan rektum penuh menl,ulitkan pemeriksaan.
Jikalau perlu, penderita disuruh berkemih/bu ang air besar terlebih
dahulu, atau dilakukan kateterisasi (ingat bahaya infeksi), atau
diberikan larutan klisma/semprit gliserinum).1
Penderita diberitahu bahwa perutnya akan diperiksa, supaya
ia tidak menegangkan Penrtnya dan bernapas biasa. Jikalau perlu,
kedua tungkai ditekuk sedikit dan perempuan disuruh bernapas
dalam.1
Perabaan perut dilakukan perlahan-lahan dengan seluruh
telapak tangan dan jari-jari. Mula-mula perut diraba sala (tanpa
ditekan) seluruhnya sebagai orientasi dengan satu atau kedua
tangan, dimulai dari atas (hipokondrium). Lalu, diperiksa dengan
tekanan ringan apakah dinding perut lemas, tegang karena
rangsangan paling nyeri. Sekaligus diperiksa pula gejala nyeri
lepas.1
Baru kemudian dilakukan palpasi lebih dalam, sebaiknya
bersamaan dengan irama pernapasan, untuk mencari kelainan-
kelainan yang tidak tampak dengan inspeksi. Ini sebaiknya dimulai
dari bagian-bagianyangtampaknya normal, yaitryangtidak
dirasakan nyeri dan yang tidak menonjol/membesar. Karena
telapak tangan dan jari-jari bagian ulna lebih peka, maka palpasi
dalam dilakukan dengan bagian ulna ini. Rasa nyeri yang Ietaknya
lebih dalam menjadi lebih jeias. Perlu diperhatikan bahwa tidak
boleh ditimbulkan perasaan nyeriyang berlebihan karena
perempuan sangat menderita, dan secara refleks menegangkan
perutnya.1
Pada pemeriksaan tumor dapat ditentukan lebih jelas
bentuknya, besarnya. konsistensinya, batas-batasnya, dan
gerakannya. Besar tumor dibandingkan dengan bendabenda yang
secara umum diketahui misalnya telur bebek, telur angsa/bola
tenis, tinju kecil, tinju besar, kepala bayi, kepala orang dewasa,
atau buah nangka. Selanjutnya apakah bata-batas tumor itu
jelas/tajam atau tidak, batas atas masuk dalam rongga panggul atau
tidak. Perlu pula diperiksa apakah tumor itu dapat digerakkan
(bebas atau terbatas) atau tidak.1
Konsistensi tumor biasanya tidak sulit untuk ditentukan,
yaitu padat kenyal, padat lunak, padat keras atau kistik. Kistik
lunak kadang-kadang sulit dibebaskan dari cairan bebas dalam
rongga pemt, temtama apabila penderita gemuk. Kadang-kadang
adabagian padat dan bagian kistik bersamaan. Permukaan tumor
ada yang rata dan yang berbenjol-benjol. Tumor padat kenyal dan
berbenjol-benjol biasanya mioma uteri, dan tumor kistik biasanya
kistoma ovari.1
Rasa nyeri pada perabaan tumor merujuk ke arah
peradangan/infeksi, generasi, putaran tangkai, dan hematoma
retrouterina akibat kehamilan ektopik terganggu.1
2.1.2.A. Perkusi.
Dengan perkusi (periksa ketok) dapat ditentukan apakah
pembesaran perut disebabkan oleh tumor (mioma uteri atau
kistoma ovari), ataukah oleh cairan bebas dalam perut.1
Pada tumor, ketokan perut pekak terdapat padabagianyang
paling menoniol ke depan apablla tidur terlentang; dan apablla
tumornya tidak terlampau besar, maka terdengar suara timpani di
sisi perut, kanan dan kiri karcna usus terdorong ke samping.
Daerah pekak itu tidak akan berpindah tempat apabila penderita
dibaringkan di sisi kanan atau kiri.1
Lain halnya perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul
di bagian yang paling rendah, yaitu di dasar dan di samping,
sedang usus-usus mengambang di atasnya. Apabila penderita
berbaring terlentang, maka suara timpani di bagian atas perut
melengkung ke ventral, dan sisi kanan dan kiri pekak (pekak sisi).
Keadaan ini berubah apabia penderita disuruh berbaring miring
misalnya berbaring pada daerah kanan. Cairan berpindah dalam
mengisi bagian kanan dan bagian ventral. Jadi, daerah timpani
berpindah juga: timpani di perut kiri (kiri menjadi atas karena usus-
usus mengambang) dan pekak di perut kanan dan depan (paling
rendah diisi oleh cairan). Selain itu, terdapat pula gejala undulasi.1
Tumor yang disertai cairan bebas menunjuk ke arah
keganasan. Pada tuberkulosis peritonei dapat ditemukan daerah-
daerah timpani dan pekak itu berdampingan, seperti gambaran
papan catur, sebagai akibat perlekatan usus dan omentum.1
Selain hal tersebut di atas, periksa ketok penting pula dalam
diagnostik ileus dan keadaanlain apabila usus mengembung dan
terisi banyak udara (meteorisme).1
2.1.2.F. Auskultasi
Periksa dengar (auskultasi) sangat penting pada tumor perut
yang besar untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan. Detak
jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup
tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada mioma uteri yang
besar.1
Pemeriksaan bising usus penting pula dalam diagnostik
peritonitis dan ileus, baik ileus paralitikus (tidak/hampir tidak
terdengar bising usus) maupun ileus obstruktivus (hiperperistaltik
dan bising usus berlebihan). Kembalinya aktivitas usus ke batas-
batas normal sangat penting dalam masa pascaoperasi dan
merupakan petunjuk yang baik.1

2.1.3. Pemeriksaan Penunjang (Tes Protein Urin)


Pada ibu dengan indikasi adanya eklamsia, selain mengetahui
tekanan darah pada pemeriksaan umum vital perlu untuk menjalani
pemeriksaan tes proteinuria karena abnormalitas hasil tes pada kedua
pemeriksaan tersebut akan menunjang diagnosis daripada pre-eklamsia
sampai eklamsia.2

Protein urin adalah protein yang ditemukan di dalam urirne ibu


hamil.Untuk mengidentifikasi status protein dilakukan pemeriksaan
dengan metode carik celup.2

Status protein atau jumlah protein berdasarkan hasil interpretasi


dengan kriteria sebagai berikut:2

1) Normal jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang negatif


2) Abnormal jika pada hasil pemeriksaan menunjukkan hasil
positif

Dengan kriteria objektif sebagai berikut:2

 Negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna


 Positif (1+) : Pada kertas indikator menunjukkan warna
hijau (0,30 gr/L)
 Positif (2+) : Pada kertas indikator menunjukkan warna
hijau tua (1 gr/L)
 Positif (3+) : Pada kertas indikator menunjukkan warna
biru (3 gr/L)
 Positif (4+) : Pada kertas indikator menunjukkan warna
biru tua (≥20 gr/L)

Anda mungkin juga menyukai