Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK DAN KONSEP DASAR PEMERIKSAAN


TANDA-TANDA VITAL

Disusun Oleh
Kelompok 3

Anggota :
1. Adiesty Adelelia (P05140320001)
2. Marissa Dwi Saputri (P05140320024)
3. Novaria Devi Ervianti (P05140320029)
4. Reri Purwitasari (P05140320036)
5. Tania Aprilia (P05140320040)
6. Yulisa Adelia Permatasary (P05140320046)

Dosen Pengampu
Epti Yorita, SST. MPH

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan
Dasar Praktik Kebidanan dengan judul “Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Dan Konsep Dasar
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital”.
Tim penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih disampaikan kepada dosen yang telah membimbing dan memberikan
materi demi lancarnya tugas ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat.

Bengkulu, 30 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik .......................................................................................2
B. Konsep Dasar Pemeriksaan Tanda-TandaVital ..................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................................16
B. Saran……………………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
dalam  memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik ?
2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik?
3. Apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana pemeriksaannya?
4. Apa yang dimaksud dengan head to toe?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana cara pemeriksaan
tanda-tanda vital.
4. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan head to toe dan bagaimana pemeriksaan head to toe.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik
1. Pengertian
Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya memeriksa tubuh.
Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan
mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.
Adapun definisi Pemeriksaan Fisik menrut para ahli diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi tersebut. ( Potter dan Perry, 2005 ).
b. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010 ).
c. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). ( Raylene M Rospond,2009; Terj D.
Lyrawati,2009 ).
2. Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik
a. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1) Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2) Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3) Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4) Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

b. Manfaat Pemeriksaan Fisik


1) Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2) Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3) Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4) Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
3. Metode Pemeriksaan Fisik
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke
suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan
pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari,
untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010). Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan
bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur
di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010).
d. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu
sebagai berikut :
1) Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan membantu
klien mengenakan baju periksa jika ada.
2) Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan untuk
melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya
menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien.
4. Pemeriksaan Fisik Head-To-Toe
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien untuk menentukan ada atau
tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan informasi valid
tentang kesehatan pasien.
Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun informasi yang
terkumpul menjadi suatu penilaian komprehensif. Terdapat empat prinsip kardinal
pemeriksaan fisik meliputi : melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi).
Berikut lembar lengkap mengenai pemeriksaan head to toe dari mulai kulit sampai dengan
pemeriksaan ekstremitas.
a. Kulit
1) Kulit
Kulit klien memiliki warna yang seragam, tidak bercacat dan tidak ada bau yang tidak sedap.
Memiliki turgor kulit yang baik dan suhu kulit dalam batas normal.
2) Rambut
Rambut klien tebal, rambut halus merata dan memiliki jumlah rambut tubuh yang bervariasi.
Juga tidak ada tanda-tanda infeksi dan infestasi yang dapat diamati.
3) Kuku
Klien memiliki kuku berwarna coklat muda dan memiliki bentuk kurva cembung. Halus dan
utuh dengan epidermis. Ketika kuku ditekan di antara jari-jari (Tes Pucat), kuku kembali ke
warna biasa dalam waktu kurang dari 4 detik.
b. Kepala
1) Kepala
Kepala klien berbentuk bulat; normocephalic dan simetris.
2) Tengkorak
Tidak ada nodul atau massa dan depresi saat diraba.
3) Wajah
Wajah klien tampak halus dan memiliki konsistensi seragam dan tanpa adanya nodul atau
massa.
c. Mata dan Visi
1) Alis
Rambut didistribusikan secara merata. Alis klien sejajar secara simetris dan menunjukkan
gerakan yang sama saat diminta untuk menaikkan dan menurunkan alis.
2) Bulu mata
Bulu mata tampak terdistribusi secara merata dan sedikit melengkung ke luar.
3) Kelopak mata
Tidak ada kotoran, tidak ada perubahan warna dan kelopak mata menutup secara simetris
dengan kedipan tidak disengaja sekitar 15-20 kali per menit.
4) Mata
a) Konjungtiva Bulbar tampak transparan dengan sedikit pembuluh kapiler yang terlihat.
b) Sklera tampak putih.
c) Konjungtiva palpebra tampak berkilau, halus dan merah muda.
d) Tidak ada edema atau robeknya kelenjar air mata.
e) Kornea transparan, halus dan berkilau dan detail iris terlihat. Klien berkedip saat kornea
disentuh.
f) Pupil matanya berwarna hitam dan ukurannya sama. Irisnya datar dan bulat. PERRLA (pupil
sama bulat menanggapi akomodasi cahaya), pupil menyempit saat diterangi dan tidak
diterangi. Pupil mengerut saat melihat objek dekat dan melebar pada objek yang jauh. Pupil
berkonvergen saat benda digerakkan ke arah hidung.
g) Saat menilai bidang visual periferal, klien dapat melihat objek di pinggiran saat melihat lurus
ke depan.
h) Saat menguji Otot Ekstraokular, kedua mata klien secara terkoordinasi bergerak serentak
dengan kesejajaran paralel.
i) Klien dapat membaca kertas koran yang dipegang pada jarak 14 inci.
d. Telinga dan Pendengaran
1) Telinga :
Auricles simetris dan memiliki warna yang sama dengan kulit wajahnya. Daun telinga sejajar
dengan canthus luar mata. Saat meraba tekstur, daun telinga bergerak, kencang dan tidak
empuk. Pinna akan mundur saat dilipat. Selama penilaian uji detak jam, klien dapat
mendengar detak di kedua telinga.
e. Hidung dan Sinus
1) Hidung
Hidung tampak simetris, lurus, dan warnanya seragam. Saat dipalpasi ringan, tidak ada nyeri
tekan dan lesi
2) Mulut:
a) Bibir klien berwarna merah muda seragam; lembab, simetris dan memiliki tekstur yang halus.
Klien bisa mengerutkan bibir saat diminta bersiul.
b) Gigi dan Gusi: Tidak ada perubahan warna pada email gigi, tidak ada retraksi pada gusi,
berwarna merah muda pada gusi
c) Mukosa bukal klien tampak berwarna merah muda seragam; lembab, lembut, berkilau dan
bertekstur elastis.
d) Lidah klien diposisikan secara terpusat. Warnanya merah muda, lembab dan agak kasar.
Adanya lapisan keputihan tipis.
e) Langit-langit halus berwarna merah muda terang dan halus sedangkan langit-langit keras
memiliki tekstur yang lebih tidak teratur.
f) Uvula klien terletak di garis tengah langit-langit lunak (soft palate).
3) Leher :
a) Ukuran otot lehernya sama. Klien menunjukkan gerakan kepala yang halus dan terkoordinasi
tanpa rasa tidak nyaman.
b) Kelenjar getah bening klien tidak teraba.
c) Trakea tepat di garis tengah leher.
d) Kelenjar tiroid tidak terlihat saat diperiksa dan kelenjar naik saat menelan tetapi tidak terlihat.
f. Thorax, Lungs, dan Abdomen
1) Paru-paru / Dada
Dinding dada utuh tanpa nyeri dan massa. Ada ekspansi penuh dan simetris dan ibu jari
terpisah 2-3 cm selama inspirasi dalam saat menilai perjalanan pernapasan. Klien
memanifestasikan pernapasan yang tenang, ritmis, dan tanpa usaha yang berarti.
2) Tulang belakang sejajar secara vertikal. Pundak dan pinggul kanan dan kiri memiliki tinggi
yang sama.
3) Jantung
Tidak ada pulsasi yang terlihat di area aorta dan pulmonal. Tidak ada heaves atau lift.
4) Abdomen
Abdomen klien memiliki kulit yang tidak bercacat dan warnanya seragam. Perut memiliki
kontur yang simetris. Ada gerakan simetris yang disebabkan terkait dengan respirasi klien.
a) Vena jugularis tidak terlihat.
b) Ketika kuku ditekan di antara jari-jari (Tes Pucat), kuku kembali ke warna biasa dalam waktu
kurang dari 4 detik.
g. Ekstremitas
1) Ekstremitas simetris dalam ukuran dan panjang.
2) Otot
Otot tidak teraba dengan tidak adanya tremor. Biasanya kokoh dan menunjukkan gerakan
yang halus dan terkoordinasi.
3) Tulang
Tidak ada kelainan bentuk tulang, nyeri tekan dan bengkak.
4) Sendi
Tidak ada bengkak, nyeri tekan dan sendi bergerak dengan lancar.
5. Tanda-Tanda Vital
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Tanda-tanda
vital atau tanda-tanda dasar meliputi suhu, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah.
Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi,
respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh, karena sangat penting maka disebut tanda vital.
Menurut Potter dan Perry (2005) pengukuran tanda vital diperlukan saat :
a) Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan
b) Di rumah sakit atau fasilitas perawatan pada jadwal rutin sesuai program dokter atau standar
praktik institusi.
c) Sebelum dan sesudah prosedur bedah
d) Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif
e) Sebelum dan setelah pemberian medikasi yang mempengaruhi Kardiovaskuler, pernafasan
dan fungsi kontrol suhu.
f) Ketika kondisi umum fisik klien berubah
g) Sebelum dan setelah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda vital.
h) Ketika klien melaporkan gejala non-spesifik disters fisik.
a. Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan keluar. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung
pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi
suhu permukaan ini suhu yang dapat diterima berkisar dari 36°C sampai 38°C. suhu normal
rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran.
1) Regulasi
Keseimabngan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisioogis dan perilaku. Agar suhu
tubuh tetap konstan dan berada pada batasan normal, hubungan antara produksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan.
a) Produksi panas
Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan reaksi kimia pada
semua sel tubuh.
 Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh tubuh saat istirahat.
 Gerakan volunteer seperti aktivitas otot selama latihan
 Menggigil meruapakan respon tubuh involunteer terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh.
b) Pengeluaran Panas
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultasn melalui :
 Radiasi.
Perpindahan panas dari permukaan satu obyek ke permukaan obyek lain tanpa keduanya
bersentuhan.
 Konduksi
Perpindahan panas dari satu objek ke objek lainnya dengan kontak langsung.
 Konveksi
Perpindahan panas karena pergerakan udara.
 Evaporasi.
Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas (Kulit merupakan tempat utama
pengeluaran panas)
2) Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diantaranya :
a) Usia
pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu yang
ekstrim
b) Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak.
Hl ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas
c) Kadar hormon
wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dari pria
d) Irama sikardian
suhu tubuh secara normal berubah secara normal 0,5° sampai 1° selama 24 jam, titik terendah
pada pukul 1-4 dini hari.
e) Lingkungan
Bila suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, suhu tubuh akan naik. Bila klien berada
di luar lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah. Bayi dan lansia paling
sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
f) Stres
Stres fisik dan emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan.
3) Tempat pengukuran suhu
Ada banyak tempat pengukuran suhu inti dan permukaan. Suhu inti dari arteri paru, esofagus
dan katung kemih digunakan untuk perawatan intensif. Pengukuran ini memerlukan peralatan
yang dipasang invasif secara terus-menerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini
harus memiliki pembacaan akurat yang secara cepat dan terus-menerus menunjukkan
pembacaan pada monitor elektronik.
Tempat yang paling sering digunakan unutk pengukuran suhu dan dapat digunakan secara
intermitten adalah membran timpani, mulut, rektum dan aksila. Variasi suhu yang didapatkan
bergantung pada tempat pengukuran tetapi harus antara suhu 36-38°C :
Oral rata2®37°C
Rektal rata2®37,5°
Aksila rata2®36,5°C
Tempat pengukuran suhu:
a) Suhu inti:
 Rektum
 membran tympani
 Esofagus
 Arteri pulmoner
 kandung kemih
b) Suhu permukaan:
 Kulit
 Aksila
 Oral
b. Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai tempat di tubuh. Nadi
merupakan indikator status sirkulasi. penyebab nadi yang menjadi lambat, cepat atau tidak
reguler secara normal dapat mengubah curah jantung. Perawat mengkaji kemampuan jantung
untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh terhadap nutrien dengan cara mempalpasi nadi
perifer atau dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar bunyi jantung (frekuensi
apikal).
Pengkajian terhadap denyut nadi memberi data tentang integritas sistem kardiovaskuler.
Perawat secara rutin mengkaji frekuensi, irama, kekuatan, dan kesetaraan dari setiap
denyutan. Denyut abnormal yang lambat, cepat atau tidak teratur dapat menandakan masalah
dalam pengaturan sirkulasi darah, keseimbangan cairan atau metabolisme. Disritmia jantung
dapat megancam kemampuan jantung untuk berfungsi dengan baik. Kekuatan denyutan
menunjukkan volume darah yang dipompa dalam setiap kontraksi jantung. Perbandingan
denyut pada kedua sisi tubuh dapat menunjukkan variasi seperti berhentinya aliran darah
lokal yang disebabkan oleh bekuan darah. Faktor yang mempengaruhi nadi diantaranya
latihan fisik, suhu, emosi, Obat-obatan, peradarahan, perubahan postur tubuh, gangguan paru
1) Lokasi Nadi Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan artei
karotid dapat dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba
memburuk, area karotid adalah area terbaik untuk menemukan nadi dengan cepat. Nadi
radialis dan apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji frekuensi
nadi. Jika nadi radialis pada pergelanagn tanagn tidak normal atau intermitten akibat disritmia
atau jika nadi yang tidak dapat diraba karena balutan, gips, atau halangan lain, yang dikaji
adalah nadi apikal. Pada saat klien menggunakna medikasi yang mempengaruhi frekuensi
jantung, nadi apikal dapat memberikan pengkajian yang lebih akurat terhadap fungsi jantung.
Nadi apikal merupakan tempat terbaik untuk mengkaji nadi bayi atau nadi anak kecil karena
nadi perifer dalam dan sulit untuk dipalpasi dengan akurat.
2) Karakter Nadi Pengkajian nadi radialis termasuk frekuensi, irama, kekuatan dan kesamaan
a) Frekuensi
Pengkajian frekuensi nadi perifer dan apikal dapat menyatakan perbedaan frekuensi jantung.
Dua jenis ketidaknormalan yang biasa terjadi pada frekuensi nadi adalah takikardia dan
bradikardia.

b) Irama
Secara normal irama adalah interval reguler yang terjadi antara setipa denyut nadi atau
jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal dan di akhiratau tidak ada denyut
menandakan irama yang tidak normal atau disritmia
c) Kekuatan
Kekuatan nadi menunjukkan volume darah yang diejeksikan ke dinding arteri pada setiap
kontraksi jantung dankondisi sistem pembuluuh darah arterial yang mengarah nadi dan
digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan
d) Kesamaan
Nadi kedua tempat dari sistem pembuluh darah perifer harus dikaji. Semua nadi simetris
dapat dikaji secara simultan kecuali nadi karotid karena tekanan yang besar dapat menyumbat
pasokan darah ke otak
c. Pernapasan
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan
darah serta darah dengan sel.
Mekanisme pernafasan meliputi:
1) Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
2) Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3) Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
Faktor yang mempengaruhi pernafasan:
1) Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalamanuntuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk
menambah oksigen
2) Nyeri akut dan kecemasan meningkatkan frekuensi dan kedalaman akibat stimulasi saraf
simpatik.
3) Anemia
Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam daragh.. individu
bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2.
4) Posisi tubuh
postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru. Posisi yang bungkuk dan
telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
5) Medikasi ( analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR)
6) Cedera batang otak mengganggu pusat pernapasan dan menghambat frekuensi dan irama
pernapasan
Mekanisme pernapasan
1) Inhalasi
Normalnya terjadi proses berikut; diafragma berkontraksi (mengempis), tulang iga bergerak
ke atas dan keluar, dan sternum bergerak keluar sehingga memperbesar ukuran toraks dan
memungkinkan pengembangan paru
2) Ekshalasi
Selama ekshalasi, diafragma relaksasi, tulang iga bergerak ke bawah dan ke dalam, dan
strenum bergerak ke dalam sehingga memperkecil ukuran toraks saat paru-paru terkompresi.
Normalnya proses bernapas terjadi secara normal dan tanpa usaha. Proses inspirasi pada
orang dewasa normal berlangsung selama 1-1,5 detik dan proses ekspirasi berlangsung
selama 2-3 detik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pernafasan:
1) Frekuensi pernafasan
Perawat mengobservasi inspirasi dan ekspirasi penuh pada saat menghitung frekuensi
ventilasi dan pernapasan. Frekuensi pernapasan normal turun sepanjang hidup.
2) Kedalaman pernafasan
Kedalaman dikaji dengan mengobservasi derajat peyimpangan atau gerakan dinding dada.
Perawat menggambarkan gerakan ventilator sebagai dalam, normal dan dangkal. Pernapasan
yang dalam melibatkan ekspansi penuh paru dengan ekshalasi penuh.
3) Irama pernafasan
Dengan bernapas normal interval reguler terjadi setelah setiap siklus pernapasan. Bayi
cenderung untuk kurang teratur dalam bernapas. Anak-anak kecil mungkin beranpas secara
lambat selama beberapa detik dan kemudian tiba-tiba bernapas secara cepat. Irama
pernapasan teratur dan tidak teratur.

Gangguan dalam pola nafas:


1) Bradipnea: Nafas teratur namun lambat secara tidak normal ( pernafasan kurang dari
12x/menit).
2) Takipnea: Nafas teratur namun cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari 20x/menit).
3) Hipernea: Nafas sulit, dalam , lebih dari 20x/menit. Secara normal terjadi setelah olahraga
4) Apnea: Nafas berhenti untuk beberapa detik
5) Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat
6) Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
7) Pernafasan Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalamn nafas tidak teratur ditandai dengan
periode apnea dan hiperventilasi yang berubah
8) Pernafasan Kussmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi meningkat
9) Pernafasan Biot: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apnea yang tidak
teratur.
d. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong
dengan tekanan dari jantung. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan
tekanan.
Pengkajian tekanan darah dapat diukur baik secara langsung (secara invasif) maupun tidak
langsung (non invasif). Metode langsung memerlukan insersi kateter kecil ke dalam arteri.
Selang menghubungkan kateter dengan laat pemantau lektronik. Monitor menampilkan
gelombang dan bacaan tekanan arteri secara konstan. Karena ada resikon kehilangan darah
secara tiba-tiba dari arteri, pemantau tekanan darah invasif digunakan hanya untuk situasi
perawatan intensif. Metode non invasif yang plaing umum memerlukan penggunaan
sfigmomanometer dan stetoskop. Perawat mengukur tekanan darah secara tidak langsung
dengan menggunakan auskultasi dan palpasi. Auskultasi merupakan teknik yang paling
sering digunakan.
Ketika mengatur tekanan darah dengan menggunakan stetoskop, perawat mengidentifikasi
lima fase dalam rangkaian bunyi yang disebut bunyi korotkof. pertama perawat memompa
manset hingga 30 mmHg di atas titik tempat denyut nadi tidak teraba lagi. kemudian perawat
melepaskan tekanan secara perlahan sambil mengamati ukran yang tampak pada manometer
dan mengaitkannya dengan bunyi yang tredengar melalui stetoskop. terdapat lima fase,
namun tidak semuanya terdengar
1) Sistole
Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi.
2) Diastole
Tekanan minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu
Faktor yang bertanggung jawab terhadap Tekanan Darah.
1) Tahanan perifer: Pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun ,TD akan turun
2) Volume darah ; Bila volume meningkat , TD akan meningkat
3) Viskositas darah. Semakin kental darah akan meningkatkan TD
4) Elastisitas dinding pembuluh darah : penurunan elastisitas pembuluh darah akan
meningkatkan TD
Faktor yang memepengaruhi TD:
1) Usia
Tingkat normal TD bervariasi sepanjang kehidupan. Orang dewasa cenderung meningkat
seiring pertambahan usia
2) Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan
frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan vaskuler perifer.
3) Ras dipengaruhi oleh kebiasaan, genetik dan linkungan
4) Medikasi
Banyak medikasi yang secraa langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Analgesik narkotik dapat menurunkan TD
5) Variasi diurnal
TD berubah-ubah spanjang hari, biasanya rendah pada pagi hari, secara berangsur-angsur
naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam.
6) Jenis kelamin
secara klinis tidak perbedaan yang signifikan ,setelah pubertas pria lebih tinggi, setelah
menopause maka wanita lebih tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik
Pengertian Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya
memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat
untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang
sesungguhnya.
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke
suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010).
Pemeriksaan Fisik Head-To-Toe
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien untuk menentukan ada atau
tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan informasi valid
tentang kesehatan pasien.
Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun informasi yang
terkumpul menjadi suatu penilaian komprehensif. Terdapat empat prinsip kardinal
pemeriksaan fisik meliputi : melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi).
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan
darah serta darah dengan sel.

Mekanisme pernafasan meliputi:


1. Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
2. Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3. Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
B. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi tersebut serta mengaplikasikan materi-materi


yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdaat kekurangan oleh karena
itu kami mohon saran yang membangun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/presentation/333082347/Konsep-Dasar-Pemeriksaan fisik
https://123dok.com/document/nzwo5rly-makalah-pemeriksaan-fisik.html
https://id.scribd.com/doc/312976123/MAKALAH-Tanda-Vital-Revisi
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/makalah-pemeriksaan-tanda-tanda-
vital.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai