Full
Full
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM: 118114140
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM: 118114140
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“I tried to do my best
To do the best I could
I had to give my all
It's what I had to do
And I'd do it all again
Kupersembahkan untuk:
Tuhanku Yesus Kristus
Babe, Mama, dan kakak terkasihku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Periode Januari-Juni 2014” sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Direktur RS Panti Rini Yogyakarta atas ijin yang telah diberikan kepada
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses pengambilan
data.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Farmasi
skripsi ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, dan Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., Apt.,
M.Sc. sebagai dosen penguji atas kritik dan saran yang membangun yang
5. Kedua orangtua, Sudirman Sitio, S.H. dan Osna Simatupang serta kakak
tercinta, Eva Yulia Janice atas kasih sayang, doa, dukungan, arahan, dan
ini.
7. Dodi Setiawan atas doa, dukungan, pengertian dan bantuan yang diberikan
skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang secara
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Pencegahan ...................................................................................... 15
Cesarea ........................................................................................... 22
B. Variabel ................................................................................................. 29
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan ........................................................................................... 56
B. Saran ...................................................................................................... 57
LAMPIRAN ...................................................................................................... 64
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
profilaksis ..................................................................................... 25
Tabel VII. Pola dosis antibiotika profilaksis yang diberikan pada pasien SC
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Kata kunci: antibiotika profilaksis, operasi sesar, sectio caesarea, drug related
problems
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian sectio caesarea (SC) di seluruh dunia tinggi dan terus
secara umum proporsi kelahiran dengan SC yaitu sebesar 9,8%. Untuk daerah
20%. Angka ini menempati urutan keempat tertinggi setelah provinsi DKI Jakarta,
Kepulauan Riau, dan Bali (Kemenkes RI, 2013; Lauer, et al., 2010).
Sectio caesarea atau yang lebih dikenal dengan operasi sesar merupakan
operasi yang memiliki potensi yang besar dalam proses kelahiran khususnya
untuk kasus kelahiran yang tidak memungkinkan melalui jalur vaginam. Akan
tetapi, jalur ini juga tidak lepas dari risiko mortalitas dan morbiditas yang besar
bagi ibu dan bayi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca SC
adalah infeksi (Khan, 2006). Persalinan dengan SC memiliki risiko infeksi hingga
80 kali lebih tinggi dari persalinan per vaginam. Pencegahan infeksi pada luka
(Pernoll, 2001).
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
masyarakat, terutama pada masalah dalam terapi (Radji, Aini, and Fauziyah,
tujuan terapi dikenal dengan drug related problems (DRPs). Masalah tersebut
dapat terjadi secara aktual maupun potensial. DRPs aktual merupakan masalah
yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada pasien.
dengan terapi yang sedang diberikan pada pasien. Kategori DRPs meliputi obat
tidak diperlukan, perlu obat tambahan, obat tidak efektif, dosis rendah, efek
samping obat, dosis berlebih, dan kepatuhan pasien (Cipolle, Strand, Morley,
Rumah Sakit Panti Rini merupakan rumah sakit swasta tipe D yang
dengan operasi sesar dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk operasi
sesar. Setidaknya pada bulan Januari hingga Juni 2014 tercatat ada 78 kejadian
Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014. Hasil penelitian ini diharapkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Perumusan masalah
obat, obat tidak diperlukan, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis berlebih,
2. Keaslian penelitian
kasus sectio caesarea di Rumah Sakit Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
terletak pada tempat penelitian, periode data yang diteliti, hal yang diteliti, dan
data rekam medik periode Januari-Juni 2014. Hal yang diteliti pada penelitian ini
pada metode penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah case
3. Manfaat penelitian
prosedur SC.
terapi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
(DRPs) pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus sectio caesarea (SC)
2. Tujuan Khusus
obat tidak efektif, dosis kurang, dosis berlebih, dan efek samping obat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sectio Caesarea
mana sayatan dibuat melalui perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk
pernah melakukan operasi sesar sebelumnya, gawat janin, dan prolaps tali adalah
keamanan. Pada kondisi tertentu, operasi sesar lebih aman untuk ibu dan bayi
untuk melakukan operasi sesar menurut Mayo Clinic Staff (2012), yaitu:
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7. Ibu memiliki masalah kesehatan, seperti penyakit jantung yang tidak stabil
atau tekanan darah tinggi, dan infeksi yang dapat ditularkan kepada bayi
adalah infeksi. Infeksi pada atau di sekitar lokasi sayatan umum terjadi pasca
operasi, termasuk operasi sesar. Infeksi pasca operasi sesar dapat berupa infeksi
endometritis yang merupakan peradangan dan infeksi pada selaput yang melapisi
B. Infeksi Pasca SC
jamur yang mampu menyebabkan trauma atau kerusakan pada tubuh atau
Infeksi pasca persalinan umum terjadi setelah operasi sesar. Infeksi dapat
terjadi pada luka bekas sayatan operasi yang disebut dengan surgical site infection
(SSI) yang ditandai dengan gejala inflamasi seperti, demam, kemerahan, nyeri,
dan bengkak khususnya pada daerah bekas sayatan. Adanya nanah atau pus,
purulen dari luka, ditemukannya bakteri yang diisolasi dari cairan tersebut, dan
kenaikan nilai leukosit dalam darah, khususnya netrofil juga menjadi tandab
Sumber infeksi utama pada sebagian besar kejadian infeksi luka operasi
adalah mikroorganisme endogen yang ada pada pasien itu sendiri. Semua pasien
memiliki koloni bakteri, jamur dan virus sampai dengan 3 juta kuman per
sentimeter persegi kulit, namun tidak semua pasien memiliki koloni bakteri,
jamur dan virus dalam jumlah berimbang. Setiap luka operasi akan terkontaminasi
oleh mikroorganisme selama operasi, tetapi hanya sebagian kecil yang akan
diaktifkan. Efek dari faktor-faktor ini adalah vasodilatasi dan peningkatan aliran
10
dan gejala hangat lokal. Prostaglandin sendiri menciptakan gejala nyeri pada
fagosit pada jaringan lunak yang terluka, sementara edema menyediakan saluran
cairan untuk navigasi fagosit melalui jaringan ekstraseluler. Produk aktivasi dari 5
dan leukosit ke daerah sayatan. Jadi, cedera jaringan dari sayatan telah
dari darah mulai menginvasi daerah yang meradang. Hal ini disebabkan oleh
produk yang berasal dari jaringan yang meradang dan memicu beberapa reaksi.
menyebabkan netrofil melekat pada dinding kapiler di area yang meradang. Efek
interseluler antara sel endotel kapiler dan sel endotel vanula kecil sehingga
terbuka cukup lebar, dan memungkinkan netrofil untuk melewatinya dengan cara
11
tersebut akan diisi oleh netrofil yang siap untuk membunuh mikroorganisme dan
dimulainya radang akut yang berat, jumlah netrofil di dalam darah kadang-kadang
menigkat sebanyak 4-5 kali lipat menjadi 15.000-25.000 netrofil per mikroliter.
jaringan yang meradang, monosit masih merupakan sel imatur, dan memerlukan
waktu 8 jam atau lebih untuk berkembang ke ukuran yang jauh lebih besar dan
Setelah beberapa hari hingga minggu, makrofag datang dan mendominasi sel-sel
Perjalanan infeksi baru dimulai jika ada jalur masuk (port d’entry). Lalu
setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam
tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase
inflamasi akut. Makrofag dan netrofil yang merupakan hasil dari inflamasi serta
antibodi yang hadir setelah bakteri menginfeksi mampu melisiskan bakteri dengan
Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan
nekrotik, maka semua netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Sesudah beberapa hari, di dalam jaringan yang meradang akan terbentuk rongga
mati, dan cairan jaringan. Campuran itu disebut pus (Guyton, 2007).
yaitu infeksi yang terjadi pada daerah sayatan namun hanya pada bagian kulit dan
jaringan subkutan. Deep incisional SSI yaitu infeksi yang terjadi pada daerah
sayatan hingga bagian jaringan dalam, seperti fasia dan lapisan otot. Organ/space
SSI yaitu infeksi yang terjadi setiap bagian dari anatomi organ dan daerah selain
13
dengan demam, malaise, takikardi, nyeri perut, nyeri pada uterus, terkadang lokia
yang abnormal atau berbau busuk. Demam juga bisa menjadi satu-satunya gejala
Cairan vagina dengan flora bakteri ditarik ke dalam rahim ketika rileks
antara kontraksi selama proses persalinan. Yang termasuk flora normal vagina
aerob Gram negatif (terutama E.coli), basil anaerob Gram negatif (terutama B.
2013).
berasal dari saluran kelamin yang posisinya lebih rendah dari endometrium.
Endometritis lebih sering terjadi sebagai infeksi akut. Endometritis akut ditandai
ditandai dengan adanya sel-sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium
(Rivlin, 2015).
yang biasanya terjadi dalam waktu 36 jam setelah melahirkan. Selain itu, rasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
nyeri perut bagian bawah, takikardia, nyeri rahim, suhu oral 38°C dalam 10 hari
pertama postpartum atau 38,7°C dalam 24 jam pertama postpartum. Dalam kasus
1. Faktor risiko
dari segi pasien (endogen) dan prosedur operasi (eksogen) (Kanji and Devlin,
2008). Tabel II. merupakan karakteristik pasien dan prosedur operasi yang dapat
Tabel II. Karakteristik pasien dan operasi yang dapat meningkatkan risiko
infeksi pasca bedah (Kanji and Devlin, 2008)
Pasien Proses bedah
Usia Durasi pembersihan bedah
Nutrisi Persiapan preoperatif
Penyakit Diabetes Pencukuran daerah operasi
Perokok Lama bedah
Obesitas Antibiotika profilaksis
Sudah terjadi infeksi terlebih dahulu Ventilasi ruangan operasi
Respon imun Sterilisasi alat-alat bedah
Lama tinggal saat preoperasi Pemasangan implan prostetik
Kolonisasi dengan mikroba resisten Drainase bedah
Teknik bedah
terkontaminasi, dan operasi kotor. Operasi bersih yaitu operasi pada keadaan
prabedah tanpa adanya luka atau operasi yang melibatkan luka steril dan
dilakukan dengan memerhatikan prosedur aseptik dan antiseptik. Pada operasi ini,
15
Kemungkinan terjadi infeksi pasca bedah ini yaitu 2-4%. Operasi bersih
terkontaminasi mirip dengan operasi bersih namun daerah saluran napas dan
dikerjakan pada daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa
benda asing. Telah jelas terdapat kontaminasi karena saluran napas, cerna, atau
prosedur seperti ini 16-25%. Operasi kotor merupakan operasi yang melibatkan
daerah dengan luka terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam dan biasanya
Faktor risiko lain penyebab SSI setelah bedah sesar adalah penyakit
sistemik, kebersihan yang buruk, obesitas, dan anemia. Faktor risiko endometritis
membran ini juga menjadi penyebab permukaan rahim mudah terinfeksi (ASHP,
2013).
2. Pencegahan
16
pasca operasi antara lain operasi dilakukan sesingkat mungkin, prosedur operasi
operasi, dan pemberian antibiotika profilaksis (Grace dan Borley, 2007; Pear,
2013).
C. Antibiotika Profilaksis
terjadi kontaminasi pada jaringan atau cairan pada tubuh. Indikasi penggunaan
antibiotika profilaksis didasarkan kelas operasi, yaitu operasi bersih dan bersih
menurut Kanji and Devlin (2008) dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(2011), yaitu:
infeksi pasca bedah secara signifikan. Hasil tersebut bergantung pada pemilihan
jenis antibiotika, cara pemberian, waktu dan durasi pemberian yang tepat dan
sesuai dengan kontaminasi bakteri pada prosedur bedah yang terkait. Penggunaan
antibiotika profilaksis yang tidak tepat tidak hanya meningkatkan risiko infeksi,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
namun juga meningkatkan risiko resistensi bakteri, biaya yang dikeluarkan, lama
tinggal dan jumlah kunjungan rumah sakit (Ongom and Kijjambu, 2013).
1. Prinsip penggunaan
terkait.
d. Dosis dihentikan dalam waktu 24 jam setelah operasi, sebelum terjadi risiko
e. Dosis dapat diulang bila prosedur operasi terlalu panjang atau adanya
kehilangan darah yang berlebihan selama operasi. Dosis diulang jika sudah
18
dan efektif sesuai prosedur bedah. Dasar pemilihan jenis antibiotika untuk tujuan
profilaksis menurut Kanji and Devlin (2008) dan Menteri Kesehatan Republik
a. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada prosedur
operasi. Bakteri ini dapat berasal dari endogen (dari flora normal pasien
c. Toksisitas rendah.
e. Bersifat bakterisidal.
f. Harga terjangkau.
Pada beberapa kondisi, pasien diberikan antibiotika lebih dari satu jenis
campuran aerob dan anaerob, dan sebagai terapi empiris pada infeksi berat
19
kombinasi rasional dengan hasil efektif, diperlukan pengetahuan jenis infeksi serta
diberikan dalam dosis yang adekuat. Dosis yang digunakan adalah dosis
harus diulang intraoperatif jika operasi masih berlangsung 2 kali waktu paruh
antibiotika masih cukup adekuat untuk mencegah infeksi sampai pada proses
penutupan luka. Pemberian ulang antibiotika juga diindikasikan bila saat operasi
indeks massa tubuh (BMI) khususnya untuk pasien obesitas. Dengan pemberian
antibiotika dengan dosis yang sama, konsentrasi antibiotika pada serum pasien
dengan BMI yang tinggi lebih rendah dibanding pada pasien dengan BMI yang
lebih rendah. Untuk pasien dengan BMI yang tinggi perlu mendapat dosis ganda.
Penyesuaian ini diperlukan pada pasien dengan BMI >35 (ASHP, 2013; SOGC,
2010).
untuk kasus SC perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut tidak hanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Faktor lain yang menjadi perhatian adalah terkait dosis, rute pemberian, dan
adanya resistensi dan/ atau alergi terhadap antibiotika yang digunakan. Faktor-
darah dan jaringan harus mencapai kadar hambat minimum (KHM) untuk
mencegah terjadinya infeksi saat dan selama pembedahan. Ada dua rekomendasi
waktu pemberian antibiotika profilaksis yang berbeda pada kasus SC. Beberapa
ditunda, bukan sebelum operasi dimulai seperti pada prosedur operasi lainnya,
tetapi baru diberikan segera setelah tali pusar dipotong. Alasan utama penundaan
administrasi adalah menghindari penekanan flora normal pada bayi yang baru
lahir yang bisa mendorong terjadinya resistensi bakteri. Timbul pula kekhawatiran
evaluasi sepsis pada neonatal menjadi sulit. Data yang lebih modern mendukung
pasien terhadap risiko infeksi. Hasil penilaian terapi cefazolin 2 g dosis tunggal
setelah tali pusar dipotong memberikan perbedaan yang tidak signifikan (ASHP,
21
dari bakteri penyebab infeksi pun menjadi berkurang sehingga risiko terjadinya
infeksi postpartum akan meningkat. Begitu pula pada pasien yang baru menerima
antibiotika profilaksis setelah operasi. Tidak ada antibiotika profilaksis yang dapat
melindungi pasien dari infeksi bakteri selama operasi berlangsung hingga selesai
jam setelah pembedahan. Hal ini dikarenakan belum ditemukan bukti mendukung
2. Klasifikasi antibiotika
menjadi 3 kelompok besar. Pertama, antibiotika dengan target dinding sel, yaitu
yang memblok produksi protein. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
antibiotika dengan target DNA atau replikasi DNA. Golongan sulfa, kuinolon, dan
22
adalah antibiotika golongan sefalosporin generasi I dan generasi II. Pada kasus
dan aminoglikosida menjadi pilihan terapi untuk pasien yang alergi dengan
generasi I. Generasi II ini juga mampu melawan Neisseria spp., dan H. influenzae
(Hauser, 2013). Cefuroxime memiliki keamanan dan efektifitas yang sama dengan
III. Modifikasi yang ada pada generasi ini yaitu penambahan aminotiazol yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Generasi ini dapat melawan E. coli, Klebsiella spp., Proteus spp., Neisseria spp.,
dan Serratia spp.. Karena kemampuannya yang tidak sesuai untuk mencegah dan
sefalosporin generasi III, IV, dan V tidak digunakan sebagai profilaksis bedah
(Hauser, 2013).
Tidak ada bukti bahwa sefalosporin generasi III lebih efektif dibanding
generasi III dan IV sebaiknya tidak digunakan untuk profilaksis karena beberapa
alasan diantaranya yaitu harganya yang lebih mahal, kurang aktif dibanding
terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Waktu paruh ampicillin
24
resisten terhadap antibiotika golongan ini. Oleh karena itu, ampicillin perlu
Bakteri yang dapat diatasi dengan kombinasi ini adalah bakteri-bakteri yang dapat
diatasi oleh ampicillin tunggal dan diperluas sehingga juga dapat mengatasi
bakteri lain seperti Streptococcus pyogenes dan Bacteroides spp (Gyte, Dou1, and
II lebih poten untuk mengatasi bakteri yang memiliki enzim beta laktamase.
tidak mudah dirusak oleh bakteri. Ketiganya memiliki kelemahan yang sama yaitu
atau doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2013; Hopkins and Smaill, 2000).
termasuk Bacteroides fragilis, dan bakteri gram positif yang paling anaerob,
25
perawatan untuk infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (Hauser, 2013).
dan pada bagian transplasenta lebih rendah dari beberapa antibiotik lain yang
umum digunakan untuk indikasi ini. Selain itu, azitromisin aktif terhadap kuman
risiko endometritis dan SSI Hanya saja harganya lebih mahal dibanding pilihan
multidosis. Terapi dengan dosis tunggal juga mengurangi biaya, potensi toksisitas,
Rekomendasi dosis dan dosis berulang antibiotika profilaksis dapat dilihat pada
Tabel III.
Tabel III. Rekomendasi dosis dan dosis berulang beberapa antibiotika profilaksis
(ASHP, 2013).
26
obat yang disebut dengan drug related problems (DRPs) adalah kejadian atau efek
yang tidak diinginkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat dan
secara aktual atau potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada
kajian DRP menurut Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam (2004) antara
lain:
a. Memerlukan obat tambahan, yaitu jika kondisi baru yang membutuhkan obat,
b. Obat tidak diperlukan, yaitu jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan
indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak
meminum obat dengan tujuan untuk mencegah efek samping obat lain yang
c. Obat tidak efektif, yaitu jika obat yang diberikan kepada pasien kurang sesuai
27
d. Dosis kurang, jika dosis obat terlalu rendah, interval dosis tidak cukup, durasi
terapi obat terlalu pendek untuk dapat menghasilkan respon, serta interaksi
obat yang dapat mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam bentuk aktif.
e. Dosis berlebih, yaitu jika dosis obat terlalu tinggi untuk memberikan efek,
dosis obat dinaikkan terlalu cepat, frekuensi pemberian obat terlalu pendek,
f. Efek samping obat, yaitu jika obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, interaksi obat yang menyebabkan
reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, ada
obat lain yang lebih aman ditinjau dari faktor resikonya, regimen dosis yang
telah diberikan atau diubah terlalu cepat, dan hasil laboraturium berubah
pasien tidak menerima regimen obat yang tepat, pasien lupa untuk
menggunakan obat, pasien tidak membeli obat yang disarankan karena mahal,
yang dianjurkan.
sampai di situ, farmasis juga harus mampu membuat solusi terhadap DRPs
tersebut, sehingga tercapainya obat yang diharapkan yaitu: tepat indikasi, efektif,
aman, dan ditaati pasien (Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam, 2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
E. Keterangan Empiris
BAB III
METODE PENELITIAN
peneliti (Imron dan Munif, 2010). Rancangan penelitian yang digunakan yaitu
diagnosa yang sama dalam periode tertentu. Masing-masing kasus tersebut tidak
2006).
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pola peresepan dan DRP pada
C. Definisi Operasional
1. Sectio caesarea (SC) yaitu operasi sesar yang berlangsung pada periode
Januari-Juni 2014
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
ibu, usia kehamilan, adanya riwayat SC atau tidak, dan jenis SC.
ini meliputi golongan dan jenis antibiotika, rute pemberian, dosis, serta waktu
5. Drug Related Problems (DRPs) yang dievaluasi pada penelitian ini meliputi:
butuh tambahan obat, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis berlebih, efek
D. Subyek Penelitian
bukan rujukan yang menjalani operasi sesar di RS Panti Rini Yogyakarta pada
eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan data rekam medik yang tidak
78 pasien menjalani
operasi sesar 12 rekam medik tidak
lengkap
31
Farmasi RS Panti Rini Yogyakarta dan salah satu dari dua dokter penulis resep
E. Bahan Penelitian
F. Instrumen Penelitian
Ada dua macam formulir pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu formulir
data rekam medis dan formulir wawancara. Formulir data rekam medis mencakup
yang berkaitan dengan latar belakang peresepan antibiotika profilaksis pada SC.
Pengambilan data dilakukan di bagian rekam medis Rumah Sakit Panti Rini, Jalan
32
1. Tahap persiapan
Instrumen yang diuji coba dalam penelitian ini adalah formulir data
rekam medik. Tujuan dari uji coba instrumen formulir data rekam medik adalah
agar formulir pengumpulan data yang digunakan mudah diisi, mudah diolah untuk
analisis, dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap ini
dianalisis. Langkah selanjutnya ditentukan hal-hal apa saja yang diperlukan untuk
pula data apa saja yang tidak terpakai, lalu menghilangkannya dari formulir.
Pengumpulan data dan analisis diulang hingga data-data yang diperoleh sudah
Langkah terakhir pada uji coba instrumen formulir data rekam medik
yaitu pengembangan formulir agar lebih mudah diisi. Formulir disusun kembali
dengan memperhatikan ukuran formulir, urutan data, dan waktu yang dibutuhkan
dalam pengisian formulir. Formulir data rekam medik yang digunakan sebagai
33
RS Panti Rini Yogyakarta. Dalam proses ini data diperoleh dengan menelusuri
data dari lembar rekam medik yang didasarkan pada nomor rekam medik pasien
masuk dalam kriteria inklusi maupun eksklusi. Data pada rekam medik pasien
yang masuk dalam kriteria inklusi disalin ke dalam formulir pengumpulan data
rekam medik. Data yang disalin meliputi nomor rekam medik, usia ibu, usia
kehamilan, riwayat SC, jenis SC, data laboratorium, keluhan yang tertulis pada
catatan keperawatan, tanggal operasi sesar, jam operasi sesar, diagnosis sebelum
operasi, dan lama rawat inap. Selain itu, disalin pula data terkait dengan
antibiotika profilaksis yang digunakan meliputi jenis, rute pemberian, dosis, serta
waktu dan lama pemberian. Dilakukan pula wawancara dengan kepala Instalasi
Farmasi dan salah satu dokter penulis resep antibiotika profilaksis pada pasien SC
sectio caesarea di RS Panti Rini pada periode Januari-Juni 2014. Hasil evaluasi
34
1. Karakteristik pasien
data karakteristik pasien berdasarkan usia ibu, usia kehamilan, riwayat SC, dan
pasien pada setiap kelompok dibagi jumlah pasien yang dianalisis dikali 100%.
waktu pemberian, rute pemberian, dosis, dan durasi pemberian. Profil penggunaan
menjadi sebelum operasi (>240, 240-121, 120-61, <60 menit), saat operasi, dan
setelah operasi (<60, 61-120, 121-240 menit dan 8-12 jam ). Profil penggunaan
dengan cara menghitung jumlah kasus yang termasuk pada setiap kelompok
kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan (n=27) dikali 100%. Profil
35
yang diberikan.
Walaupun tujuan terapinya sama, waktu pemberian, rute pemberian, dan durasi
pemberian setiap antibiotika yang diberikan pada satu pasien bisa berbeda-beda.
Hal tersebut menyebabkan satu kasus dapat dikategorikan ke dalam lebih dari satu
yaitu Celocid® 250 mg 2x/hari, Trogyl® 500 mg 3x/hari, dan Meiact® 2x/hari.
operasi, sedangkan Trogyl® dan Meiact® baru dihentikan 48 jam setelah operasi.
Pada kasus ini, waktu pemberian ketiga antibiotika sama, namun jenis, rute, dan
antibiotika profilaksis pada kasus seperti ini yaitu dengan mengkategorikan kasus
ke dalam lebih dari satu kelompok, namun tetap dihitung sebagai satu kasus, yaitu
kasus 7.
berdasarkan rute pemberian, kasus ini masuk ke dalam kelompok intravena karena
pasien menerima Meiact® secara iv, dan juga masuk ke dalam kelompok oral
karena pasien menerima Celocid® dan Trogyl® secara oral. Begitu pula pada
masuk ke dalam kelompok 24-48 dan 48-72 jam. Karena satu kasus dapat masuk
ke dalam lebih dari satu kelompok, maka bila presentase setiap kelompok pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
informasi yang terdiri dari usia, tinggi dan berat badan pasien, diagnosis, riwayat
SC, tanggal rawat, tanggal dan waktu operasi, jenis operasi. Pada bagian objective
serta terapi antibiotika profilaksis yang diberikan pada pasien. Pada bagian
assessment (A) berisi evaluasi DRPs antibiotika profilaksis. Pada bagian plan (P)
berisi rencana atau rekomendasi terapi. Kategori DRPs yang dianalisis yaitu obat
tidak diperlukan, memerlukan obat tambahan, obat tidak efektif, dosis kurang,
dosis berlebih, dan efek samping obat. Persentase (%) DRPs dihitung dengan cara
menghitung jumlah tiap kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan
dikalikan 100%.
I. Keterbatasan Penelitian
antibiotika profilaksis saja, maka beberapa beberapa poin DRPs terkait interaksi
obat tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Keterbatasan lainnya yaitu sifat penelitian
kondisi pasien yang sebenarnya. Oleh karena itu, beberapa poin DRPs tidak dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
diobservasi lebih lanjut, misalnya adanya efek samping yang tidak tercantum pada
lembar rekam medik maupun efek samping yang baru timbul saat pasien pulang.
wawancara pun sangat terbatas karena jadwal pelayanan yang padat sehingga
38
BAB IV
menjalani SC, termasuk 26 pasien rujukan. Dari total tersebut sebanyak 27 pasien
yang memenuhi kriteria penelitian. Hasil dan pembahasan penelitian ini akan
A. Karakteristik Pasien
39
tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 35-40 tahun. Persentase pasien operasi sesar
berdasarkan usianya dapat dilihat pada Tabel IV. Dapat dilihat bahwa pasien
dengan kelompok usia 25-29 tahun memiliki persentase tertinggi, yaitu sebesar
37,1%. Kelompok usia 35-40 tahun memiliki persentasi tertinggi kedua, yaitu
sebesar 29,6%.
Usia ibu menjadi salah satu penentu kesehatan maternal dan berhubungan
dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas, serta bayinya. Usia ibu hamil
yang terlalu muda (20 tahun) atau terlalu tua (35 tahun) merupakan faktor
penyulit kehamilan. Ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuh dan psikologinya
cenderung belum siap menghadapi hemailan, persalinan dan nifas, serta merawat
bayinya. Ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi risiko kesulitan
pada waktu persalinan yang disebabkan karena jaringan otot rahim kurang baik
elektif dan SC emergensi. Elektif yaitu bila operasi sesar yang sudah direncanakan
jauh hari sebelum persalinan. Emergensi yaitu operasi yang segera dilakukan saat
kelompok <37 minggu dan 37 minggu. Persalinan pada usia kehamilan <37
minggu disebut premature, sedangkan pada usia kehamilan 37 minggu disebut
40
kelompok usia kehamilan 37 minggu lebih tinggi dibanding usia kehamilan <37
minggu.
dilahirkan. Hal ini dikarenakan risiko morbiditas pernapasan meningkat pada bayi
yang dilahirkan dengan SC, tapi risiko ini menurun secara signifikan setelah usia
kehamilan 39 minggu.
tidaknya riwayat SC pada pasien. Pada Tabel IV dapat diketahui bahwa sebanyak
33,3% pasien sebelumnya pernah menjalani operasi sesar. Pada penelitian ini
tidak dijabarkan berapa kali operasi sesar pada pasien yang memiliki riwayat SC.
penentuan golongan dan jenis antibiotika, dosis, rute, waktu pemberian, maupun
dokter pemberi resep, tidak ada acuan khusus yang digunakan oleh dokter maupun
rekomendasi dari apoteker dalam penentuan hal-hal yang terkait pola peresepan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
II, salah satunya yaitu cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Menurut salah satu dokter penulis resep, selain bukti empiris, yang
hasil skin test (uji alergi). Banyak pasien yang saat di uji alergi memberikan hasil
sering dipilih karena mampu mengatasi bakteri yang biasa menginfeksi pada
bekas luka sayatan operasi sesar. Cefazolin tidak menjadi pilihan pertama oleh
dokter pemberi resep dengan alasan harganya yang lebih tinggi dibanding
cefuroxime. Harga cefazolin per vial (1g) yaitu sekitar Rp 85.000,00, sedangkan
harga cefuroxime per vial (750 mg) yaitu sekitar Rp 45.000,00-Rp 60.000,00
(MIMS, 2015).
pada beberapa kasus (14,8%). Ampicillin diketahui memiliki efikasi yang sama
42
tersebut merupakan spektrum luas yang memiliki aktifitas baik terhadap bakteri
Gram negatif maupun bakteri Gram positif, namun ampicillin memiliki spektrum
yang lebih sempit. Ampicillin tidak menjadi pilihan utama karena tidak dapat
Kombinasi 2 Antibiotika
Sefalosporin generasi I + Cefazolin + 1 3,7
Metronidazol Metronidazol
Sefalosporin generasi II + Cefuroxime + 2 7,4
Metronidazol Metronidazol
Sefalosporin III + Cefotaxime + 3 11,1
Metronidazol Metronidazol
Ceftriaxon + 2 7,4
Metronidazol
Penicillin + Metronidazol Aminopenicillin + 1 3,7
metronidazol
Kombinasi 3 Antibiotika
Sefalosporin generasi II + Cefuroxim + 1 3,7
metronidazole + Metronidazol +
sefalosporin generasi III Cefditoren
sefalosporin generasi III. Aktivitas cefotaxime kurang aktif terhadap kokus Gram
43
Indonesia, 2011). Karena kemampuannya yang tidak sesuai untuk mencegah dan
2013). Sefalosporin generasi III yang kurang aktif dibanding cefazolin dalam
pemberian kombinasi ini, risiko infeksi setelah operasi (SSI maupun endomtritis)
dan lama tinggal di rumah sakit lebih rendah dibanding pemberian sefalosporin
44
melalui intravena maupun oral. Dapat dilihat pada Tabel VI., pola rute pemberian
dan ceftriaxon. Pemberian secara intravena dinilai ideal karena antibiotika akan
lebih cepat terdistribusi dalam serum dan jaringan dibanding per oral. Selain itu,
antibiotika akan mudah mencapai konsentrasi yang tinggi dalam darah dan lokasi
diberikan secara intravena. Antibiotika profilaksis yang diberikan secara oral yaitu
Tabel VI. Pola cara pemberian antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS Panti
Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014
bahwa semua antibiotika profilaksis diberikan dengan dosis berulang, bukan dosis
tunggal. Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
jaringan dengan baik, maka diperlukan antibiotika dengan dosis yang cukup
tinggi. Pada jaringan target operasi kadar antibiotika harus mencapai kadar
hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2011).
Tabel VII. Pola dosis antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS Panti Rini
Yogyakarta periode Januari-Juni 2014
Jenis Dosis
Cefuroxime iv 1g 2x/hari
Cefuroxime oral 250 mg 2x/hari
Cefotaxime iv 1g 2x/hari
Ampicillin iv 1,5g 3x/hari
Cefditoren iv 200 mg 2x/hari
Cefazolin iv 1 g 2x/hari
Ceftriaxon iv 1 g 2x/hari
Metronidazol oral 500 mg 3x/hari
Metronidazol infus 1 plb (500 mg) 3x/hari
Panti Rini ada yang mulai diberikan sebelum operasi, saat operasi, dan setelah
operasi. Pola waktu pemberian untuk pasien SC di RS Panti Rini periode Januari-
pasien SC paling banyak diberikan pada saat operasi dan 61-120 menit setelah
pasien dari infeksi bakteri selama operasi berlangsung hingga selesai sehingga
terlalu awal juga dapat menyebabkan konsentrasi antibiotika yang tidak memadai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
80
60
40 33,3 33,3
25,9 22,2 25,9
20 7,4 3,7 3,7 3,7
0
>240 240-121 120-61 £ 60 Saat £ 60 61-120 121-240 8-12
60
menit menit menit menit Operasi 60
menit menit menit jam
Waktumenit menit
pemberian dosis pertama
Sebelum operasi
>240 menit Saat Operasi Sesudah
8-12 jam operasi
Catatan: Dalam satu kasus bisa terdapat lebih dari satu jenis antibiotika dengan waktu
pemberian yang berbeda-beda.
antibiotika dengan dosis tinggi dalam waktu bersamaan ini tidak lazim. Sehingga
ada kemungkinan bahwa ada catatan rekam medik khususnya informasi tentang
setelah operasi (ASHP, 2013). Pola durasi pemberian antibiotika profilaksis pada
sebesar 7,4%. Sebagian besar antibiotika profilaksis diberikan selama 24-48 jam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
80 70,4
Persentase kasus (%)
60
37,0
40
20 7,4 3,7
0
12-24 jam 24-48 jam 48-72 menit > 72 jam
Durasi pemberian
Gambar 3. Pola durasi pemberian antibiotika profilaksis pada pasien SC di RS
Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014
Catatan: Dalam satu kasus bisa terdapat lebih dari satu jenis antibiotika dengan durasi
pemberian yang berbeda-beda.
antibiotik profilaksis, ketepatan dosis, dan durasi pemberian. Dari 27 pasien yang
memenuhi kriteria penelitian diperoleh keenam jenis DRPs yang diteliti. DRPs
yang diperoleh yaitu 1 kasus obat tidak diperlukan, 7 kasus obat tidak efektif, 27
kasus dosis kurang, 27 kasus dosis lebih, 14 kasus butuh tambahan obat, dan 13
kasus efek samping obat (potensial). Jenis DRPs yang muncul dapat dilihat pada
Tabel VIII.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Obat tidak diperlukan dapat terjadi jika obat yang diberikan tidak sesuai
dengan indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak
diperlukan, kondisi yang lebih cocok mendapat terapi non farmakologi, meminum
obat dengan tujuan untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat
prosedur bedah yang mempunyai risiko tinggi terjadinya infeksi setelah bedah,
salah satunya yaitu prosedur SC. Pada penelitian ini, sebagian besar antibiotika
diberikan sesuai indikasi. Hal ini dikarenakan pasien yang menjadi subjek
dengan DRPs obat tidak diperlukan karena pemakaian obat kombinasi yang
49
lainnya yang dapat digunakan adalah sefalosporin generasi II dan ampicillin yang
Pada kasus 3, 7, 10, 20, 21, 23, 24, dan 27, pasien mendapatkan
kemampuan sefalosporin generasi III tidak sesuai untuk mencegah dan mengatasi
bakteri yang biasa mengkontaminasi pada prosedur bedah (Hauser, 2013). Selain
spektrum yang lebih lebar untuk mikroorganisme pada bedah elektif, dan
50
ditemukan pada penelitian ini cukup banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
dikonfirmasi terkait pola sensivitas kuman dan tingkat risiko keparahan infeksi
3. Dosis kurang
jaringan kurang mencukupi kebutuhan saat operasi berlangsung. Ada beberapa hal
profilaksis, dan lama operasi. Pada penelitian ini, seluruh kasus memiliki DRPs
dosis terlalu rendah karena dosis pemberian yang kurang dan waktu pemberian
antibiotika profilaksis lebih cepat atau lebih lama dari waktu optimum antibiotika
terdapat pada 18 kasus (kasus 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
22, 25, dan 26). Pada kasus ini, dosis kurang disebabkan karena dosis yang
diberikan bukan dosis tunggal. Pasien mendapat dosis pertama yang lebih rendah
gram. Dosis yang cukup tinggi ini diperlukan untuk menjamin kadar puncak yang
tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik. Diharapkan dengan dosis
tinggi kadar antibiotika pada jaringan daerah sayatan mampu mencapai kadar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2011). Pasien mendapat dosis pertama 1 g dan akan diulang setiap 12
jam. Hal ini berarti antibiotika yang akan melindungi pasien saat operasi hanya
Adanya DRP dosis kurang yang disebabkan karena dosis pemberian yang
kurang juga dikarenakan adanya pasien dengan BMI 36,2 (kasus 11) mendapat
antibiotika profilaksis dengan dosis yang normal. Seharusnya pasien dengan BMI
yang tinggi perlu mendapat dosis ganda. Penyesuaian ini diperlukan pada pasien
profilaksis lebih cepat atau lebih lama dari waktu optimum antibiotika profilaksis.
mencapai kadar puncak dalam serum dan t½ eliminasi antibiotika tersebut (ASHP,
profilaksis lebih cepat yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan lebih dari 60
menit sebelum operasi. Hal ini terdapat pada 4 kasus (kasus 11, 20, 21, dan 23).
sudah disesuaikan dengan jadwal operasi. Hanya saja saat seharusnya operasi
dimulai, ada beberapa kendala sehingga operasi ditunda, misalnya ruang operasi
ternyata masih digunakan, atau dokter belum berada di tempat (Dewi, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
profilaksis lebih lama yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan <30 menit
sebelum operasi, saat operasi, dan setelah operasi. Hal ini terdapat pada 17 kasus
(kasus 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 24, dan 25). Pemberian
darah dan jaringan belum cukup adekuat untuk memberi efek yang diharapkan
(ASHP, 2013).
4. Dosis berlebih
penggunaan dosis antibiotika profilaksis yang terlalu tinggi ini berupa durasi
terapi yang terlalu lama (lebih dari 24 jam). Pemberian antibiotika profilaksis
lebih dari 24 jam seharusnya diberikan untuk terapi sementara jika diketahui
terjadi infeksi dan belum dilakukan kultur. Kekhawatiran justru muncul dengan
lebih dari 24 jam yaitu kekhawatiran adanya risiko infeksi selama pasien berada di
diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep
berikut:
53
spektrum adalah dosis tunggal 500 mg iv (ASHP, 2013; Lyimo, et al., 2013). Pola
peresepan metronidazol baik oral maupun iv yaitu 500 mg 3x/hari. Hal ini
1, 2, 4, 5, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 22, 25, dan 26. Terapi tambahan yang
antibiotika yang diketahui telah banyak bakteri yang resisten terhadap antibiotika
tersebut (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Pada kasus 4, 11, dan 25,
54
konsentrasi di jaringan yang lebih tinggi dan pada bagian transplasenta lebih
rendah dari beberapa antibiotik lain yang umum digunakan untuk indikasi ini.
Karena itu, efek samping yang terjadi pada janin/bayi lebih dapat dihindari
risiko endometritis dan SSI Hanya saja harganya lebih mahal dibanding pilihan
Pada penelitian ini, semua kasus mengalami DRPs kategori efek samping
obat, namun sifatnya potensial. Efek samping obat yang terjadi disebabkan karena
adanya obat yang menimbulkan efek yang tidak diinginkan tetapi tidak ada
hubungannya dengan dosis. Efek samping yang ditemukan pada penelitian ini
antibiotika profilaksis.
Pada 8 kasus (kasus 3, 7, 10, 20, 21, 23, 24, dan 27) pasien menerima
sefalosporin generasi III. Sefalosporin generasi III memiliki spektrum yang lebih
(McEvoy, 2005). Selain penggunaan sefalosporin generasi III, efek samping obat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
pada ibu menyusui bila diberikan dengan dosis tunggal karena risiko munculnya
lebih tinggi dan pada bagian transplasenta lebih rendah menyebabkan efek
samping yang terjadi pada janin/bayi lebih dapat dihindari dengan penggunaan
azitromisin (Lamont, et al., 2011, Tita, et al. 2009). Oleh karena itu, rekomendasi
yang diberikan yaitu bila memungkinkan diganti dengan azitromisin dengan dosis
BAB V
A. Kesimpulan
sebesar 96,3%.
menjalani SC elektif.
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
metronidazole.
berulang.
diberikan 61-120 menit setelah operasi, dan dalam 33,3% kasus antibiotika
24 jam dalam 7,4%, 24-48 jam dalam 70,3% kasus, 38-72 jam dalam
3. Drug related problems (DRPs) pada pasien tersebut yaitu 26 kasus obat tidak
B. Saran
58
setelah operasi.
d. Dapat dilakukan penelitian yang sama dengan rumah sakit yang berbeda
perbandingan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alifa, U., 2011, Evaluasi drug related problems pada pasien operasi sesar
(caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta tahun 2008, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Anderson, D.J., Podgorny, K., Berrios-Torres, S.I., Bratzler, D.W., Dellinger,
E.P., Greene, L., et al., 2014, Strategies to Prevent Surgical Site Infections
in Acute Care Hospitals: 2014 Update, Infection Control and Hospital
Epidemiology, Vol. 35, No. 6, pp. 605-627.
Arisandy, E.S., 2008, Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien
yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di
RS Panti Rapih, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
ASHP, 2013, Clinical Practice Guidelines for Antimicrobial Prophylaxis in
Surgery, in ASHP Therapeutic Guideline, American Society of Health-
System Pharmacists, Inc., USA, pp.
Basavanthappa, B.T., 2003, Medical-Surgical Nursing, Jaypee, India, p.99.
Beckmann, C.R.B., 2010, Obstetrics and Gynecology, 6th edition, Lippincott
Williams & Wilkins, USA, p.201.
Bhandari, M., and Joensson, A., 2009, Clinical Research for Surgeons, Thieme,
Germany, p. 40.
Bhattachan, K., Baral, G.N., Gauchan, L., 2013, Single Versus Multiple Dose
Regimen of Prophylactic Antibiotic in Cesarean Section, NJOG, 2013 Jul-
Dec;8(2):50-53.
Chandra, B., 2006, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas, EGC, Jakarta,
p. 160.
Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam, 2004, Pharmaceutical Care
Practice, 3th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, USA, pp. 172-179.
Cunha, B. A., 2010, Optimal Antibiotic Therapy for Multidrug Resistant (MDR)
Acinetobacter baumannii, Emerging Infectious Disease,16, pp 170-171.
Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta, pp. 123-124.
Dewi, Y.P.L., 2012, Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang
menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Doherty, G.M. and Way, L.W., 2006, Current Surgical Diagnosis & Treatment,
12th edition, Lange Medical Books/McGraw-Hil Companies Inc, North
America, pp. 106-107.
Doss, A. E., et al., 2012, Antibiotic Prophylaxis for Cesarean Delivery: Survey of
Maternal-Fetal Medicine Physicians in the U.S., J Matern Fetal Neonatal
Med., 2012 August ; 25(8): 1264–1266.
Fry, D.E, 2003, Surgical Site Infection: Pathogenesis and Prevention, Medscape,
http://clinicaltrials101.com/bibliographiesSSI_pdfs/1_SSI_Review_2003.p
df, diakses tanggal 15 November 2014.
Golightly, P., 2012, Metronidazole – Is It Safe to Use With Breastfeeding,
Medicines Q&As, NHS.
Grace, P.A. dan Borley, N.R., 2006, Surgery at a Glance, 3rd edition,
diterjemahkan At a Glance Ilmu Bedah, edisi ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta, pp. 78-79.
Guyton, A.C., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta,
pp.244-248, 1070-1073.
Gyte, G.M.L., Dou, L., and Vazquez, J.C., 2014, Different Classes of Antibiotics
Given to Women Routinely for Preventing Infection at Caesarean Section,
Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 11. Art. No.:
CD008726. DOI: 10.1002/14651858.CD008726.pub2.
Hauser, A.R., 2013, Antibiotic Basics for Clinicians: The ABCs of Choosing the
Right Antibacterial Agent, 2nd Edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, pp.
Hopkins, L., and Smaill, F., 2000, Antibiotic prophylaxis regimens and drugs for
cesarean section. Cochrane Database Syst, (2), CD001136.
Imron dan Munif, 2010, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan : Bahan ajar
untuk Mahasiswa, Sagung Seto, Jakarta, pp.97.
Kanji, S., and Devlin, J.W., 2008, Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, in
Dipiro, J.T., et al., Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach, 7th
edition, McGraw-Hill Companies, Inc., USA, pp. 2218-2224.
Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, pp 212-213.
Khan, S.A., et al., 2006, Survey and evaluation of antibiotic Survey and
evaluation of antibiotic prophylaxis usage in surgery wards of prophylaxis
usage in surgery wards of tertiary level institution before and after tertiary
level institution before and after the implementation of clinical guidelines
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
62
Prawirohardjo, S., 2010, Ilmu Kebidanan, Edisi 4, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta,
p.245.
Purnamaningrum, F., 2014, Efektivitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada
Pasien Bedah Sesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi tahun 2013, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Radji, M., Aini, F., Fauziyah, S., 2014, Evaluation of antibiotic prophylaxis
administration at the orthopedic surgery clinic of tertiary hospital in
Jakarta, Indonesia, Asian Pac J Trop Dis, 4(3): 190-193.
Rivlin, M.E., 2015, Endometritis: Pathophysiology, Medscape,
http://emedicine.medscape.com/article/254169-overview, diakses tanggal
2 Januari 2015.
Saraswati, N., 2013, Evaluasi Kualitas Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada
Pasien Bedah Caesar di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman
Yogyakarta periode Januari-Desember 2012, Skripsi, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Shamna, M.S., Kalaichelvan, V.K., Marickar, Y.M.F., Deepu, S., 2014, Cesarean
Section and Prophylactic Antibiotics, IOSR-JPBS, Volume 9, Issue 2 Ver.
III (Mar-Apr. 2014), 51-54.
Singhal, H., 2014, Wound Infection Clinical Presentation, Medscape,
http://emedicine.medscape.com/article/188988-clinical, diakses tanggal 15
November 2014.
Sipos, S., Dima, M., Budisan, C., Bucur, A., Dumitrascu, V., 2011, Infections,
Antibiotics and Pregnancy, TMJ, Vol. 61, No. 3-4, pp. 225-231.
SOGC, 2010, Antibiotic Prophylaxis in Obstetric Procedures, JOGC, 247:9, pp
879-885.
Sullivan, S.A., Smith, T., Chang, E., et al., 2007, Administration of cefazolin prior
to skin incision is superior to cefazolin at cord clamping in preventing
postcesarean infectious morbidity: a randomized, controlled trial, Am J
Obstet Gynecol, 196, pp. 455.e1-455.e5.
Thapa, R.K., et al., 2012, Antibiotic Prophylaxis in Caesarean Section, IJPHS,
Vol. 1, No. 1, July 2012, 1-6.
Tita, A.T.N., et al., 2009, Evolving Concepts in Antibiotic Prophylaxis for
CesareanDelivery: A Systematic Review, Obstet Gynecol., 2009 March ;
113(3): 675–682.
Utami, Y.Y., 2011, Kajian penggunaan antibiotika profilaksis dan evaluasi drug
related problem-nya pada bedah orthopedi kasus fraktur di unit bedah RS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
64
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Analasis Drug Related Problems (DRPs) pada penggunaan antibiotika profilaksis untuk kasus sectio caesarea (SC)
di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juni 2014
Kasus No: 1
Subjektif
Usia 35 Tahun TB= 154 cm BB= 64 kg BMI=27,0 Riwayat SC 1 kali (4 thn lalu) Waktu operasi 8/2/2014 (16.45-18.30)
Diagnosis G2P1Ao H 37 minggu, gestasional diabetes Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 8/2/2014-14/2/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 8/2/2014 9/2/2014 10/2/2014 11/2/2014 12/2/2014 13/2/2014 14/2/2014
laboratorium Rujukan 12.50 19.45 21.00 07.00 14.00 07.00 11.00 14.00 01.30 05.30 07.00 11.00 03.10 05.30 07.00 14.00 18.00 07.00 21.30 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,19 3,95
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,9 34,4
Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,0 12,5
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 68,3 77,5
Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,9 13,5
Monosit 0,0 - 11,2 % 6,5 7,5
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,1 1,0
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,3 0,5
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/70 140/90 130/90 130/80 110/70 130/90 150/90 150/90 150/90 150/100
Suhu 36,6-37,5 °C 37 76 36,5 37,1 37 36 37 38,2 36,9 38,2 38,4 37,6 38,4 38,4 36 38,2 36,4 36,3 36,5 36,4
Nadi 60-100 x/menit 80 84 88 80 80 100 80x 84 88 100 100 100 80 84 84 80 96 80
Keluhan - Nyeri Nyeri skala 3-4 Panas pada luka Menggigil - -
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1g 2x/hari. Diberikan saat operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada operasi sesar adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,
salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) penggunaan Celocid® (cefuroxime) sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 gram (ASHP, 2013). Pasien diberikan Celocid® dengan dosis berulang 1g dan diberikan saat operasi. Waktu
pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013). Hal ini menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses
pembedahan Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob,
seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan durasi pemberiannya maksimal 24 jam.
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 2
Subjektif
Usia 27 Tahun TB= 165 cm BB= 65 kg BMI=23,9 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 19/6/2014 (21.30-22.20)
Diagnosis G2P0AB1AH0 Haterm 37 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 18/6/2014-21/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Rujukan Satuan 18/6/2014 19/6/2014 20/6/2014
laboratorium 10.00 05.00 05.30 09.00 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,99
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 45,9 43
Leukosit 4,0 - 11,0 % 13,2
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 79,2
Limfosit 12,0 - 44,0 % 15,1
Monosit 0,0 - 11,2 % 3,8
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,5
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 140/85 140/90 130/90
Suhu 36,6-37,5 °C 36,5 37,5 36,2 37,3 36,6
Nadi 60-100 x/menit 80 82 72 84 84
Keluhan - - Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Sharox® iv 1 g 2x/hari. Diberikan 1 jam sebelum operasi dan dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada operasi sesar adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,
salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Penggunaan Sharox® (cefuroxime) sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum prozes operasi (ASHP, 2013) Waktu pemberian Sharox® sudah tepat.
Dosis Sharox® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat Sharox® dengan dosis berulang 1 g 2x/hari. Hal ini
menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang
Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri
anaerob, seperti metronidazole atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Sharox® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram iv, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan durasi pemberiannya maksimal 24 jam.
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 3
Subjektif
Usia 28 Tahun TB= 168 cm BB= 71 kg BMI=25,2 Riwayat SC 2 kali Waktu operasi 26/6/2014 (06.10-07.15)
Diagnosis G3P2A2 38 Minggu Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 25/6/2014 – 28/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Rujukan Satuan 25/6/2014 26/6/2014 27/6/2014 28/6/2014
laboratorium 10.00 04.00 08.15 12.00 14.00 08.00 12.00 07.00 17.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,96
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 32,2
Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,8
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 68,8
Limfosit 12,0 - 44,0 % 22,0
Monosit 0,0 - 11,2 % 7,7
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg - 120/90 120/80 120/80 120/70 120/80 120/70 120/70 110/80
Suhu 36,6-37,5 °C - - - - 36,6 36,3 36,4 36 36,4
Nadi 60-100 x/menit - 87 74 84 84 72 83 86 90
Keluhan - - Nyeri -
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxim iv 2x1 g, diberikan 60 menit pasca operasi, dosis dihentikan 60 jam setelah bedah.
Metronidazol 3x500 mg oral, diberikan 65 menit pasca operasi, dosis dihentikan 40 jam setelah bedah.
Assesment:
Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Lini pertama antibiotika profilaksis
untuk bedah sesar adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif
Metronidazol diberikan untuk mengatasi bakteri anaerob (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazol sudah sesuai indikasi.
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013), sedangkah pasien mendapat dosis berulang Dosis berlebih
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Cefotaxim diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dan dikombinasi dengan metronidazole dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dan dihentikan setelah 24 jam.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 4
Subjektif
Usia 28 Tahun TB= 152 cm BB= 57 kg BMI=24,7 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 20/2/2014 (8.00-8.50)
Diagnosis G2P0AB1 38 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 19/2/2014 – 23/2/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 19/2/2014 20/2/2014 21/2/2014 22/2/2014
laboratorium Rujukan 15.00 05.30 10.30 12.30 14.00 14.00 18.00 07.00 14.00 21.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,68
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 32 32,3
Leukosit 4,0 - 11,0 % 5,2
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 74,9
Limfosit 12,0 - 44,0 % 14,3
Monosit 0,0 - 11,2 % 9,3
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 100/60 120/70 120/70 110/80 90/60
Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36,2 36,3 37 37 36 38 36,4 37,3
Nadi 60-100 x/menit 80 96 86 80 80 80 80 88 80 80
Keluhan Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® 1,5 g 3x/hari, diberikan saat operasi dan dosis dilanjutkan tiap 8 jam hingga 32 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin® (ampicillin) memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013) Pemilihan Vicillin® sudah tepat.
Vicillin® (ampicillin) tidak dapat mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase dan menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotika ini. Karena itu, penggunaannya perlu
dikombinasi dengan antibiotika golongan inhibitor beta lactamase, misalnya sulbaktam atau klavulanat (Hauser, 2013) Butuh tambahan obat
Selain itu, penggunaan ampicillin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob, seperti
metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi. Dosis Vicillin® sebagai profilaksis adalah 2 g (ASHP, 2013). Pasien mendapat Vicillin® dosis berulang 1,5g.
(ASHP, 2013). Hal ini menyebabkan konsentrasi Vicillin® tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang
Durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Rekomendasi
- Dosis Vicillin dijadikan dosis tunggal 2 g dan dikombinasikan dengan sulbaktam dengan dosis 1 g (ASHP, 2013), dan azitromisin dengan dosis 500 mg iv (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dengan durasi maksimal 24 jam.
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 5
Subjektif
Usia 38 Tahun TB= 150 cm BB= 68 kg BMI=30,2 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 3/6/2014 (19.45-20.50)
Diagnosis G2P1A0 H Aterm 37 minggu BDP DG DM HT Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 3/6/2014 - 6/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 3/6/2014 4/6/2014 5/6/2014 6/6/2014
laboratorium Rujukan 11.30 14.00 21.50 23.00 04.00 09.00 12.00 14.00 18.00 23.00 07.00 11.45 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3.71
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 32.4 32
Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,9
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 65,8
Limfosit 12,0 - 44,0 % 24,8
Monosit 0,0 - 11,2 % 6,0
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 3,3
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 140/80 130/80 180/120 180/110 160/100 160/90 150/90 160/90 160/90 140/90 160/80 150/90 150/80 150/90
Suhu 36,6-37,5 °C 36 36 36,5 36,8 36,6 37,8 36,3 37,2 36,4 37 36.5
Nadi 60-100 x/menit 80 90 82 86 88 80 95 90
Keluhan Nyeri dan panas Nyeri hingga skala 6 Nyeri hingga skala 7 Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1g 2x/hari. Diberikan saat operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II, salah
satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Waktu pemberian Celocid® terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum proses pembedahan. Dosis Celocid® (cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai
dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat dosis berulang 1 g. Hal ini menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang
Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri
anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dan dihentikan setelah 24 jam.
- Monitoring efek samping
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 6
Subjektif
Usia 28 Tahun TB= 156 cm BB= 61 kg BMI=25,1 Riwayat 1 kali Waktu operasi 8/2/2014 (18.20-19.25)
Diagnosis SC emergensi a/i menolak stimulasi 38 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 8/2/2014 - 11/2/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 8/2/2014 9/2/3014 10/2/2014 11/2/2014
laboratorium Rujukan 04.00 07.00 14.00 21.00 23.00 05.00 07.00 14.30 18.00 21.00 07.00 11.00 14.00 07.00 14.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,67 4,56
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,9 37,4
Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,7 13,1
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 69,2 80,5
Limfosit 12,0 - 44,0 % 21,6 10,6
Monosit 0,0 - 11,2 % 7,6 7,8
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,0 0,7
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,6 0,4
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/90 100/70 100/70 150/100 120/100 130/80 120/70 120/70 100/60 100/80 150/90
Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36,9 36,3 36,4 38,2 28,7 36,6 36,6 36 37 36,2 36
Nadi 60-100 x/menit 88 80 70 84 96 80 88 84 80 80 80
Keluhan Nyeri Nyeri Pusing, kembung
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1 g 2x/hari, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 60 jam setelah operasi.
Trogyl® oral 500 mg 3x/hari, diberikan 12 jam hingga 72 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II, salah
satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemiliham cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Metronidazol (Trogyl®) dapat diberikan saat ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Metronidazol dapat mengurangi risiko resistensi
bakteri anerob pada sefalosporin generasi I dan II (ASHP, 2013) Pemilihan kombinasi Celocid® dan Trogyl® sebagai profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 g sebagai dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang
Rekomendasi dosis Trogyl® (metronidazole) adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis kurang
Waktu pemberian Celocid® dan Trogyl® terlalu lama. Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit sebelum proses pembedahan Dosis kurang
Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Trogyl® (metronidazol) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 g, dan dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai. Pemberian antibiotika profilaksis dihentikan setelah 24 jam.
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 7
Subjektif
Usia 36 Tahun TB= 165 cm BB= 95 kg BMI=34,9 Riwayat SC 1x (3,5 tahun lalu) Waktu operasi 9/4/2014 (16.50-18.00)
Diagnosis G2 P1 Ax H aterm 37 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 9/4/2014 - 12/4/2014
Objektif
Nilai 9/4/2014 10/4/2014 11/4/2014 12/4/2014
Hasil laboratorium Satuan
Rujukan 15.15 19.30 04.30 10.00 12.00 14.00 07.00 14.10 07.00 12.10
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,82
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 42,6 38
Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,5
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 62,7
Limfosit 12,0 - 44,0 % 30,5
Monosit 0,0 - 11,2 % 5,2
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,5
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 140/100 90/60 120/80 110/70 120/80 130/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36,5 37,5 36,7 37,3 36 36 36,4
Nadi 60-100 x/menit 80 88 80x 88 80 84 84 80 80 80
Keluhan Nyeri skala 3 Nyeri
Celocid® 250 mg 2x/hr, diberikan 12 jam setelah operasi, dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Trogyl® 500 mg 3x/hr, diberikan 12 jam setelah operasi, dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Meiact® 2x/hr, diberikan 12 jam setelah operasi dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Trogyl® (metronidazole) diberikan untuk mengatasi resistensi bakteri anaerob pada sefalosporin generasi II (ASHP, 2013). Pemilihan kombinasi Celocid® dan Trogyl®
sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Meiact® (cefditoren), sefalosporin generasi III yang tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai profilaksis bedah (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Kombinasi dengan Celocid® dan Trogyl® tidak
diperlukan Obat tidak diperlukan
Dosis Celocid® (cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g. Hal ini menyebabkan konsentrasi cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan
Dosis kurang
Rekomendasi dosis Trogyl® (metronidazole) adalah dosis tunggal 500 mg iv (Pasien mendapat dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih
Waktu pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama. Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit sebelum proses pembedahan (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005). Efek samping obat (potensial)
Trogyl® (metronidazole) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram iv, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv, diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan pemberian dihentikan
setelah 24 jam, sedangkan penggunaan Meiact® sebagai profilaksis dihentikan.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dan dihentikan setelah 24 jam.
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 8
Subjektif
Usia 36 Tahun TB= 155 cm BB= 65 kg BMI=27,1 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 25/3/2014 (04.00-05.30)
Diagnosis G1P0A0 H Aterm 37 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 24/3/2014 - 28/3/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 24/3/2014 25/3/2014 26/3/2014 27/3/2014 28/3/2014
laboratorium Rujukan 10.00 15.00 03.15 07.00 14.00 21.00 05.00 07.00 14.00 07.00 11.30 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,56
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,6
Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,0
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 66,2
Limfosit 12,0 - 44,0 % 26,3
Monosit 0,0 - 11,2 % 5,7
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,4
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 100/60 110/70 120/90 110/80 120/80 120/80 110/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36 36 36 36,2 37,2 36,3 36 36 37 36,8
Nadi 60-100 x/menit 80 80 50 68 66 80 88 100 76 80 88
Keluhan Nyeri Nyeri Nyeri hingga skala 3
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan 15 menit sebelum operasi selesai, dihentikan 48 jam setelah operasi.
Trogyl® 500 mg 3x/hari, diberikan 12 jam setelah operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,
salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Trogyl® (metronidazole) dapat diberikan untuk mengatasi resistensi bakteri pada sefalosporin generasi
II (Hauser, 2013) Pemilihan kombinasi Celocid® dan Trogy® sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal (ASHP, 2013). Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang
Rekomendasi dosis Trogyl® (metronidazole) adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat dosis berulang 500mg 3x/hari Dosis kurang
Waktu pemberian terlalu lama. Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit sebelum proses pembedahan (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Trogyl® (metronidazole) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram iv, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam..
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 9
Subjektif
Usia 27 Tahun TB= 164 cm BB= 84 kg BMI=31,2 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 27/2/2014 (08.25 - 09.45)
Diagnosis H aterm 40 minggu, hipertensi kronis dalam terapi Tindakan SC emergensi Lama tinggal 26/02/2014 - 01/3/2014
Objektif
Hasil laboratorium Nilai Rujukan Satuan 26/2/2014 27/2/2014 28/2/2014 1/3/2014
10.29 15.00 21.00 05.30 14.00 20.40 05.00 07.00 12.00 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,0
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 3,8 29
Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,9
Neutrofil 35,0 - 88,7 %
Limfosit 12,0 - 44,0 % 14,5
Monosit 0,0 - 11,2 %
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,4
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 120/95 130/90 140/90 130/95 140/90 140/80 140/80 140/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,7 36,5 36,3 37,2 36,2
Nadi 60-100 x/menit 80 84 88 84 84
Keluhan Skin test Cefotaxim: alergi
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefazolin 2x1 g, diberikan 30 menit sebelum operasi, dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.
Metronidazol 500 mg 3x/hr,diberikan 12 jam pasca operasi, dosis dihentikan 36 jam pasca operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis lini pertama untuk SC adalah cefazolin Pemilihan cefazolin sebagai profilaksis sudah tepat.
Metronidazol dapat diberikan saat ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Metronidazol dapat mengurangi risiko resistensi bakteri anerob pada
sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013) Pemilihan kombinasi cefazolin dan Trogyl® sebagai profilaksis sudah tepat.
Waktu pemberian antibiotika profilaksis yaitu 30-60 menit sebelum pembedahan (ASHP, 2013). Pasien mendapat cefazolin 30 menit sebelum operasi Waktu pemberian tepat.
Dosis cefazolin sebagai profilaksis seharusnya dosis tunggal yaitu 2 gram (ASHP, 2013). Pasien mendapat cefazolin dengan dosis berulang 1 g. Hal ini menyebabkan konsentrasi
cefuroxime tidak cukup adekuat saat proses pembedahan Dosis kurang
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari dan baru diberikan 12 jam setelah
operasi Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama. Dosis maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Dosis cefazolin diubah menjadi dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan metronidazole dengan dosis 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum pembedahan, dan dihentikan setelah 24 jam.
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 10
Subjektif
Usia 25 Tahun TB= 160 cm BB= 58 kg BMI=22,7 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 5/3/2014 (16.50 - 18.00)
Diagnosis H.aterm 37 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 5/3/2014 - 8/3/2014
Objektif
Hasil Nilai Rujukan Satuan 5/3/2014 6/3/2014 7/3/2014 8/3/2014
laboratorium 09.00 14.00 19.30 07.00 14.00 18.00 21.00 05.00 07.00 11.30 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,53 3,50
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 36,4 32,0 29
Leukosit 4,0 - 11,0 % 9,7 15,2
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 68,2
Limfosit 12,0 - 44,0 % 21,7 15,5
Monosit 0,0 - 11,2 % 9,0
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,9 0,9
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/70 100/70 100/70 110/70
Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,8 36,7 38 37,7 39 37,6 37,3 37 37,5 36,5
Nadi 60-100 x/menit 80 80 80 80 96 88 100 88 100 92 84 84
Keluhan Nyeri Nyeri Nyeri skala 4
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxim 1g 2x/hari, diberikan 12 jam setelah operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi.
Assesment:
Lini pertama sebagai antibiotika profilaksis yang paling efektif pada operasi sesar adalah cefazolin (ASHP, 2013). Golongan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim tidak
dianjurkan untuk digunakan sebagai profilaksis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Obat tidak efektif
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Cefotaxim diganti dengan cefazolin iv dosis tunggal 2 g, yang dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 11
Subjektif
Usia 25 Tahun TB= 159 cm BB= 92 kg BMI=36,4 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 16/6/2014
Diagnosis H. aterm 38 Minggu, permintaan SC Tindakan SC elektif Lama tinggal 14/6/2014 - 20/6/2014
Objektif
Hasil laboratorium Nilai Rujukan Satuan 14/6/2014 15/6/2014 16/6/2014 17/6/2014 18/6/2014 19/6/2014 20/6/2014
19.00 07.00 14.00 07.00 14.00 07.00 11.15 14.00 18.00 07.00 12.00 14.00 18.00 07.00 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,37
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 38,9 38
Leukosit 4,0 - 11,0 % 10,9
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 43,1
Limfosit 12,0 - 44,0 % 45,7
Monosit 0,0 - 11,2 % 8,4
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 2,5
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,3
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 120/80 120/80 140/80 130/80 110/80 120/80 120/90 130/80 120/80 130/80 120/70 130/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36 36,5 36,4 36,6 37,2 36,5 37,7 36,9 36,7 38,5 38 36,4 36,4 36,5 36,5
Nadi 60-100 x/menit 88 83 80 84 85 84 80 76 88 96 85 84 84 85 84 82
Keluhan Nyeri Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® iv 1,5 gr 3x/hari, diberikan 70 menit sebelum operasi, dan dosis dihentikan 36 jam setelah operasi.
Assesment
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013), sehingga dapat digunakan sebagai
profilaksis pada SC.
Vicillin® (ampicilin) tidak dapat mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase dan menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotika ini. Karena itu, penggunaannya
perlu dikombinasi dengan antibiotika golongan inhibitor beta lactamase, misalnya sulbaktam atau klavulanat Butuh tambahan obat
Selain itu, penggunaan ampicillin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob,
seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Dosis Vicillin® normal sebagai profilaksis adalah 2 g dosis tunggal. Namun pasien memiliki BMI >35 dan perlu mendapat dosis ganda (ASHP, 2013; SOGC, 2010), yaitu 4 gram.
sedangkan pasien mendapat dosis berulang 1,5g 3x sehari. Selain itu, waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Rekomendasi
- Dosis Vicillin digandakan menjadi dosis tunggal 4 g dan dikombinasikan dengan sulbaktam dengan dosis 2 g (ASHP, 2013), dan azitromisin dengan dosis 500 mg iv (Doss, et al.,
2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai.
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 12
Subjektif
Usia 23 Tahun TB= 158 cm BB= 52,5 kg BMI=21,0 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 4/2/2014 (05.50 - 06.50)
Diagnosis Presbo premigravidagh aterm BDP 37 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 03/2/2014 - 6/2/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 3/2/2014 4/2/2014 5/2/2014 6/2/2014
laboratorium Rujukan 18.30 20.30 8.30 12.00 18.00 07.00 14.00 18.00 07.00 14.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,44
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 38,2 35
Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,8
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 59,9
Limfosit 12,0 - 44,0 % 30,6
Monosit 0,0 - 11,2 % 8,4
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,6
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,5
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 100/80 100/60 100/70 100/60 100/60
Suhu 36,6-37,5 °C 36,3 36,9 36 36 37 37,7 36,3 36
Nadi 60-100 x/menit 80 80 84 88 86 88 86 88
Keluhan Nyeri Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan 1 jam setelah operasi, dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin
generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g, sedangkan pasien mendapat dosis berulang 1g 2x sehari. Selain itu, waktu pemberian
terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Celocid® diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
- Monitoring efek samping
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 13
Subjektif
Usia 36 Tahun TB= 150 cm BB=65 kg BMI=28,9 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 24/4/2014 (11.50-12.55)
Diagnosis G2 P1 A0 37 Minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 23/04/2014 - 28/04/2014
Objektif
Nilai 23/4/2014 24/4/2014 25/4/2014 26/4/2014 27/4/2014 28/4/2014
Hasil laboratorium Satuan
Rujukan 18.49 07.00 11.00 14.00 23.30 04.00 07.00 14.00 07.00 14.00 18.00 21.00 08.10 14.00 21.00 05.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,78 3,12
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,8 33 30
Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,8 9,6
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 65,3 79,3
Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,8 15.0
Monosit 0,0 - 11,2 % 9,3 3,7
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,5 1,9
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 90/70 100/60 100/60 100/90 100/70 90/60 120/70 110/70 90/70 100/70
Suhu 36,6-37,5 °C 36,2 36,9 36,4 36,6 37,5 36,5 38 36,7 36,2 38 36,7 36,3 37,4 37 36,8 36,8 36,3
Nadi 60-100 x/menit 88 88 92 90 80 76 80 85 108 80 88 80 80 88
Keluhan Panas
Vicillin® 1,5 g 3x/hr, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi.
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis
Metronidazol infus 3x1 plb (500mg) diberikan 8 jam setelah operasi hingga 72 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013), sehingga dapat digunakan sebagai profilaksis pada SC.
Trogyl® (metronidazole) dapat diberikan untuk mengatasi kelemahan sefalosporin generasi II pada bakteri anaerob (ASHP, 2013) Pemilihan kombinasi Vicillin ® dan metronidazole
sudah tepat.
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Dosis Vicillin® sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 2 g (ASHP, 2013), sedangkan pasien mendapat dosis berulang 1,5g 3x/hari Dosis kurang
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Dosis Vicillin® dijadikan dosis tunggal 2-4 g, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 14
Subjektif
Usia 27 Tahun TB= 158 cm BB= 56 kg BMI=22,4 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 27/5/2014 (00.30-01.30)
Diagnosis G1 39 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 26/05/2014 - 29/05/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 26/5/2014 27/5/2014 28/5/2014 29/5/2014
laboratorium Rujukan 23.00 05.00 07.00 11.00 14.00 21.00 05.00 07.00 11.30 14.00 18.00 07.00
6 3
Eritrosit 3,80 - 5,80 10 /mm 4,16
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,5
Leukosit 4,0 - 11,0 % 14,2
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 86,7
Limfosit 12,0 - 44,0 % 8,3
Monosit 0,0 - 11,2 % 4,0
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,9
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/70 130/80 100/70 120/70
Suhu 36,6-37,5 °C 37 36,4 37,8 37,8 36,3 37,2 37,5 37,5 37,8 36,4 36,7
Nadi 60-100 x/menit 80 80 88 88 84 88 88 80 80 88 80
Keluhan Nyeri, panas, menggigil Nyeri, panas
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 72 jam setelah operasi
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin
generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal, sedangkan pada kasus ini pasien mendapat dosis berulang 1 g
2x/hari. Selain itu, waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013). Dosis kurang
Durasi pemberian antibiotika profilaksis terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 15
Subjektif
Usia 22 Tahun TB= 158 cm BB=56 kg BMI=22,4 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 25/3/2014
Diagnosis G1P0A0 H.Aterm Tindakan SC eleksi Lama tinggal 25/03/2014 - 28/03/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 25/3/2014 26/3/2014 27/3/2014 28/3/2014
laboratorium Rujukan 18.30 22.00 05.00 07.00 14.00 07.00 11.30 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3
Hematokrit 37,0 - 47,0 %
Leukosit 4,0 - 11,0 %
Neutrofil 35,0 - 88,7 %
Limfosit 12,0 - 44,0 %
Monosit 0,0 - 11,2 %
Eusinofil 0,0 - 9,5 %
Basofil 0,0 - 2,5 %
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 120/80 - 130/80 - 90/70 100/70 100/80
Suhu 36,6-37,5 °C 37,3 - 37 36 36,7 37,8 37,8 36
Nadi 60-100 x/menit 80 - 80 72 84 88 100 84
Keluhan Nyeri Nyeri skala 5, panas
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan saat operasi dimulai dan dosis dilanjutkan hingga 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin
generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah 1,5 gram sebagai dosis tunggal, sedangkan pada kasus ini pasien mendapat dosis berulang 1 g
2x/hari. Selain itu, waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotik profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 16
Subjektif
Usia 31 Tahun TB= 142 cm BB= 46,5 kg BMI=23,1 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 25/2/2014 (05.50-06.45)
Diagnosis G1P0 39 minggu dengan KPD Tindakan SC emergensi Lama tinggal 24/02/2014 - 27/02/2014
Objektif
Hasil laboratorium Nilai Satuan 24/2/2014 25/2/2014 26/2/2014 27/2/2014
Rujukan 21.15 05.10 08.00 16.30 05.00 07.00 14.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,8
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 34,2 33
Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,0
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 64,5
Limfosit 12,0 - 44,0 % 24,2
Monosit 0,0 - 11,2 % 9,1
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 2,2
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/80 130/90 110/70 110/60 120/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36,6 36,8 36,5 36,2 37,8 37,8 36,7 37,7
Nadi 60-100 x/menit 80 80 88 88 100 92
Keluhan Nyeri, panas
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan saat operasi dan dosis dihentikan 60 jam setelah operasi.
Trogyl® tab 500 mg 3x/hr, diberikan 8 jam hingga 60 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II,
salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Trogyl® (metronidazole) dapat diberikan bila dicurigai ada risiko infeksi dari bakteri anaerob
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan kombinasi Celocid ® dan Trogyl ® sebagai antibiotika profilaksis sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg3x/hari Dosis kurang
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Trogyl® (metronidazole) dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis sebaiknya diberikan 30-60 menit belum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 17
Subjektif
Usia 39 Tahun TB= 155 cm BB=67 kg BMI=27,9 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 29/1/2014 (22.30-23.40)
Diagnosis G1P1 AH1 38 Minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 29/1/2014 - 01/2/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 29/1/2014 30/1/2014 31/1/2014 01/02/2014
laboratorium Rujukan 19.30 20.14 02.00 05.00 07.00 12.10 14.10 15.30 21.00 05.00 07.00 12.00 14.00 07.00 12.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,01
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,5
Leukosit 4,0 - 11,0 % 21,4
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 77,5
Limfosit 12,0 - 44,0 % 12,2
Monosit 0,0 - 11,2 % 8,3
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,1
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,9
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 140/100 110/80 110/80 140/90 120/90 110/80 140/80 120/70140/90 120/80 150/100 140/100
Suhu 36,6-37,5 °C 37,2 36,3 37 36,3
Nadi 60-100 x/menit 88 37 88 84 96 80
Keluhan Nyeri Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan 30 menit sebelum operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin
generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Pemilihan Celocid® sudah tepat. Waktu pemberian Celocid® juga sudah tepat
sesuai rekomendasi yaitu 30-60 menit sebelum pembedahan (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam.
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 18
Subjektif
Usia 20 Tahun TB= 148 cm BB=45 kg BMI=20,5 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 29/1/2014 (18.00-18.50)
Diagnosis G1P0AD0 UK 39 minggu + 6 dengan KPD Tindakan SC elektif Lama tinggal 28/5/2014 - 31/5/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 28/5/2014 29/5/2014 30/5/2014 31/5/2014
laboratorium Rujukan 09.00 20.00 07.00 12.00 14.00 07.00 12.05 14.00 18.30 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,90
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,6 38
Leukosit 4,0 - 11,0 % 9,8
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 76,6
Limfosit 12,0 - 44,0 % 17,2
Monosit 0,0 - 11,2 % 5,0
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,1
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/90 100/60 100/70 100/70 - 95/60 90/60 90/60 - 100/70
Suhu 36,6-37,5 °C 36,7 - 36,5 - 37,2 37,8 37 36 37,7 36,5
Nadi 60-100 x/menit 86 80 80 - 80 84 81 84 - 84
Keluhan Panas Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan 1 jam setelah operasi, dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin
generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari. Selain itu, waktu pemberian terlalu
lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Celocid® diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 19
Subjektif
Usia 38 Tahun TB= 162 cm BB=56,2 kg BMI=21,4 Riwayat SC 2 kali Waktu operasi 2/6/2014 (18.20-19.20)
Diagnosis G3P2A0 H.aterm Tindakan Re SC elektif Lama tinggal 2/6/2014-5/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 2/6/2014 3/6/2014 4/6/2014 5/6/2014
laboratorium Rujukan 13.05 15.00 21.30 04.30 07.00 14.00 07.00 12.05 7.10 11.50
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3
Hematokrit 37,0 - 47,0 %
Leukosit 4,0 - 11,0 %
Neutrofil 35,0 - 88,7 %
Limfosit 12,0 - 44,0 %
Monosit 0,0 - 11,2 %
Eusinofil 0,0 - 9,5 %
Basofil 0,0 - 2,5 %
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/80 100/70 110/70 110/70 110/70 100/60 100/70 110/70 110/70
Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,7 30 36,4 37,3 37 36,5 36,6
Nadi 60-100 x/menit 89 80 80 80 84 84 74 74 86
Keluhan Nyeri, panas
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hr, diberikan 30 menit setelah operasi dan dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu
sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan cefuroxime sudah tepat.
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari. Selain itu, waktu
pemberian terlalu lama, seharusnya diberikan 30-60 sebelum operasi (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum
untuk mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 g, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 20
Subjektif
Usia 31 tahun TB= 155 cm BB=94 kg BMI=39,1 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 1/4/2014 (17.30-19.10)
Diagnosis Janis besar secundigravida H aterm 37 minggu Tindakan re SC elektif Lama tinggal 1/4/2014-3/4/2014
Objektif
1/4/2014 2/4/2014 3/4/2014
Hasil laboratorium Nilai Rujukan Satuan
13.15 20.30 04.45 07.00 14.00 7.00 12.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,09
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 35,6
Leukosit 4,0 - 11,0 % 6,9
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 67,9
Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,1
Monosit 0,0 - 11,2 % 6,6
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 2,3
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/80 150/100 120/70 120/80 140/100 130/80
Suhu 36,6-37,5 °C 37,6 36,7 37,8 37
Nadi 60-100 x/menit 84 72 88
Keluhan Nyeri, panas
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxime 1 g 2x/hari, diberikan 10 jam pasca operasi, dosis kedua diberikan 12 jam kemudian (30 menit setelah operasi), dosis
dilanjutkan lagi selama 48 jam.
Metronidazol oral 500 mg diberikan siang dan malam dalam 24 jam. Dosis pertama diberikan 6 jam sebelum operasi. Dosis kedua diberikan
30 menit sebelum operasi.
Assesment
Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Antibiotika profilaksis yan paling efektif untuk SC
adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif
Metronidazol dapat diberikan bila dicurigai ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazole sudah tepat.
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole oral dengan dosis yang sama 30 menit sebelum operasi. Pemberian dengan rute
oral memiliki kelemahan yaitu waktu absorbsi lebih lambat dibanding dengan rute iv, sehingga pada saat operasi berisiko tidak mencapai konsentrasi yang dibutuhkan Dosis kurang
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Cefotaxim diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan Trogyl® (metronidazole) dengan dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai dan dihentikan setelah 24 jam.
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 21
Subjektif
Usia 28 Tahun TB= 148 cm BB= 58 kg BMI=26,5 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 21/6/2014 (6.30-8.30)
Diagnosis H aterm 36 minggu Tindakan SC emergensi Lama tinggal 21/6/2014-23/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 21/6/2014 22/6/2014 23/6/2014
laboratorium Rujukan 01.20 05.00 10.00 11.00 14.00 21.00 07.00 14.00 21.00 07.00 12.00 14.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4.39
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 42,9
Leukosit 4,0 - 11,0 % 13,5
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 60,9
Limfosit 12,0 - 44,0 % 27,2
Monosit 0,0 - 11,2 % 8,0
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 4,0
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,4
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 100/70 100/70 90/60 110/70 100/70 90/60 100/60 90/60 100/70
Suhu 36,6-37,5 °C 37 36,4 36 37 36,3 36,6 36,5 36,7
Nadi 60-100 x/menit 88 88 78 80 79 80 100 80 84 81 80
Keluhan Nyeri, panas Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Ceftriaxon 2x1 g, diberikan 4 jam 30 menit sebelum operasi, dan dosis kedua diberikan 2 jam 30 menit setelah operasi.
Dosis diulang hingga 24 jam seteleh operasi.
Metronidazol infus 1 plb (500 mg) 3x/hari, diberikan 2 jam 30 menit pasca operasi, dihentikan 24 jam pasca operasi.
Assesment:
Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti ceftriaxon (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Antibiotika profilaksis untuk
yang paling efektif untuk SC adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif
Metronidazol dapat diberikan bila dicurigai ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazole sudah tepat
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih
Waktu pemberian antibiotika profilaksis ceftriaxone terlalu cepat, dan metronidazole terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam durasi pemberian sudah tepat.
Rekomendasi
- Ceftriaxon diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dan dikombinasikan dengan metronidazole dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 22
Subjektif
Usia 33 tahun TB= 156 cm BB=75 kg BMI=30,8 Riwayat SC 1 kali Waktu operasi 25/4/2014 (23.30-00.30)
Diagnosis G1P1Ao, gestasional hipertensi, KPD, H 38 Tindakan Re SC emergensi Lama tinggal 24/4/2014-26/4/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 24/4/2014 25/4/2014 26/4/2014 27/4/2014
laboratorium Rujukan 19.20 21.00 01.20 04.00 06.00 07.00 12.00 14.00 18.00 07.00 18.00 07.00 14.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,33
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 39,1
Leukosit 4,0 - 11,0 % 11,9
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 70,5
Limfosit 12,0 - 44,0 % 21,3
Monosit 0,0 - 11,2 % 6,3
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,7
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 150/100 160/120 100/70 130/90 140/80 140/80 140/90 130/80 120/70 150/90 130/90
Suhu 36,6-37,5 °C 36 36,8 36,5 36,3 37,2 36,5 36,8 37
Nadi 60-100 x/menit 100 120 116 80 90 75 96 84 80
Keluhan Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® 1g 2x/hari, diberikan 1 jam sebelum operasi. Dosis dihentikan 96 jam (4 hari) setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu
sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah
tepat. Waktu pemberian sudah tepat sesuai rekomendasi yaitu 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis Celocid® dijadikan dosis tunggal 1,5 g, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Pemberian antibiotika profilaksis dihentikan setelah 24 jam.
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 23
Subjektif
Usia 36 Tahun TB= 148 cm BB=55 kg BMI=25,1 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 9/1/2014 (16.00-17.35)
Diagnosis G1P0Ao H 40 minggu + 6 Tindakan SC elektif Lama tinggal 9/1/2014-12/1/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 9/1/2014 10/1/2014 11/1/2014 12/1/2014
laboratorium Rujukan 08.00 11.00 17.30 07.00 14.00 18.00 05.00 07.00 14.00 17.30 05.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,61 10,5
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 34
Leukosit 4,0 - 11,0 % 13,6
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 76
Limfosit 12,0 - 44,0 % 14,2
Monosit 0,0 - 11,2 % 8,5
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,6
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,7
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 0/70 120/70 120/70 100/70 110/60 110/60 110/60 120/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36 37 37 36,7 37,3 38 36,8 37 38,2 36 36,3
Nadi 60-100 x/menit 80 80 80 88 86 97 96 84 112 88 80
Keluhan Nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxime 1g 2x/hari, diberikan 3 jam 30 menit sebelum bedah, dosis dihentikan 60 jam pasca bedah.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin (ASHP, 2013). Golongan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai profilaksis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Obat tidak efektif
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Cefotaxim diganti dengan cefazolin iv dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 24
Subjektif
Usia 34 Tahun TB=142 cm BB=59 kg BMI=29,3 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 12/6/2014 (18.45-19.45)
Diagnosis G3P1AB1 H 37 +2 Tindakan SC emergensi Lama tinggal 12/6/2014-17/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 12/6/2014 13/6/2014 14/6/2014 15/6/2014 16/6/2014 17/6/2014
laboratorium Rujukan 17.00 6.00 7.00 14.00 07.00 07.00 14.00 12.00 14.00 07.00 12.00 14.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 3,92 12,2
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 34
Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,4
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 62,9
Limfosit 12,0 - 44,0 % 29
Monosit 0,0 - 11,2 % 6,8
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,2
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,3
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 130/80 130/90 130/70 130/90 120/80 110/80 130/90 120/90
Suhu 36,6-37,5 °C 36,7 37,4 37,2 36,5 37.2 36 39 37 3637 37 36
Nadi 60-100 x/menit 90 88 84 88 89 88 84 88 8388 88 80
Keluhan Nyeri, sakit Nyeri Sesak Sesak
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Cefotaxim 1g 2x/hari, diberikan 15 menit setelah operasi, dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin (ASHP, 2013). Golongan sefalosporin generasi III seperti cefotaxim tidak dianjurkan
untuk digunakan sebagai profilaksis (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Obat tidak efektif
Waktu pemberian terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Cefotaxim diganti dengan cefazolin iv dosis tunggal 2 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss,
et al, 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi, dan dihentikan setelah 24 jam.
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 25
Subjektif
Usia 24 Tahun TB=160 cm BB=76 kg BMI=29,7 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 4/3/2014 (13.00-14.10)
Diagnosis G1P1Ao 38+6 air ketuban pecah jam 6.00 Tindakan SC emergensi Lama tinggal 4/3/2014-7//3/2014
Objektif
Hasil Nilai Rujukan Satuan 4/3/2014 5/3/2014 6/3/2014 7/3/2014
laboratorium 6.45 09.30 7.00 13.00 14.00 23.59 06.00 07.00 14.00 18.00 21.00 7.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 11,6 4,53 3,67 3,41
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 37,2 31,0 28,5
Leukosit 4,0 - 11,0 % 8,1 17,6 17,6
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 70,4 - -
Limfosit 12,0 - 44,0 % 20,9 12,3 14,8
Monosit 0,0 - 11,2 % 7,3 - -
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,3 1,1 2,9
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,1 0,2 0,1
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 110/70 130/80
Suhu 36,6-37,5 °C 37 38,5 37,2 38 39 37,4 37 37 37,3 38,3 37,3
Nadi 60-100 x/menit 84 84 80 96 84 84 88 100 80
Keluhan Test tahan OK Kedinginan Pasien mendapat sanmol
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Vicillin® 1,5g 3x/hari, diberikan saat operasi, dan dihentikan 48 jam setelah operasi
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu sefalosporin generasi II
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Vicillin® memiliki efikasi yang sama dengan sefalosporin generasi I dan II (Hauser, 2013), sehingga dapat digunakan sebagai
profilaksis pada SC.
Vicillin® (Penicilin) tidak dapat mengatasi bakteri yang memproduksi enzim betalaktamase dan menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotika ini. Karena itu, penggunaannya
perlu dikombinasi dengan antibiotika golongan inhibitor beta lactamase Butuh tambahan obat.
Selain itu, penggunaan ampicillin sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk mengatasi bakteri anaerob,
seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Dosis Vicillin® sebagai profilaksis adalah dosis tunggal 2 g (ASHP, 2013), sedangkan pasca SC pasien mendapat dosis berulang 1,5g 3x/hari. Waktu pemberian terlalu lama,
seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam pasca operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Rekomendasi
- Dosis Vicillin® dijadikan dosis tunggal 2-4 g, dikombinasikan dengan sulbaktam 1 g dan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 26
Subjektif
Usia 28 tahun TB=155 cm BB=60 kg BMI=25,0 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 26/5/2014 (18.10-19.55)
Diagnosis Oligo primigravida H 38 minggu Tindakan SC elektif Lama tinggal 26/5/2014-29/5/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 26/5/2014 27/5/2014 28/5/2014 29/5/2014
laboratorium Rujukan 11.00 14.00 07.00 15.00 18.00 21.00 05.00 07.10 14.00 18.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,2
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 36,4 35
Leukosit 4,0 - 11,0 % 7,0
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 70,3
Limfosit 12,0 - 44,0 % 23,2
Monosit 0,0 - 11,2 % 5,4
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 0,9
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 90/60 120/70 110/70 110/70 100/80
Suhu 36,6-37,5 °C 36,4 36,4 36,8 38 37,3 36,1 37 37,1 35,8 35,7 36,3
Nadi 60-100 x/menit 80 80 83 92 80 80 80 84 80 68 84
Keluhan Panas, nyeri
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Celocid® iv 1g 2x/hari. Diberikan 30 menit sebelum operasi, dosis dihentikan 48 jam setelah operasi.
Assesment:
Antibiotika profilaksis yang paling efektif pada SC adalah cefazolin yang merupakan sefalosporin generasi I (ASHP, 2013). Rekomendasi lainnya yaitu
sefalosporin generasi II, salah satunya cefuroxime (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Penggunaan cefuroxime sebagai antibiotika profilaksis sudah
tepat. Waktu pemberian sudah tepat sesuai rekomendasi yaitu 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Dosis Celocid® (Cefuroxim) sebagai antibiotika profilaksis adalah dosis tunggal 1,5 g. Pasien mendapat dosis berulang 1 g 2x/hari Dosis kurang
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Penggunaan sefalosporin generasi I dan II sebagai antibiotika profilaksis untuk SC perlu dikombinasi dengan antibiotika lain untuk memperluas spektrum untuk
mengatasi bakteri anaerob, seperti metronidazol, doxycycline, atau azitromisin (ASHP, 2014) Butuh tambahan obat
Rekomendasi
- Dosis celocid dijadikan dosis tunggal 1,5 gram, dikombinasikan dengan azitromisin dengan dosis tunggal 500 mg secara iv (ASHP, 2013; Doss, et al., 2012).
- Pemberian antibiotika profilaksis dihentikan setelah 24 jam.
90
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kasus No: 27
Subjektif
Usia 31 tahun TB= 168 cm BB= 78 kg BMI=27,6 Riwayat SC Tidak ada Waktu operasi 22/6/2014 (02.45-03.05)
Diagnosis G3P2Ao H 40+6 dengan ketuban pecah Tindakan SC emergensi Lama tinggal 22/6/2014-24/6/2014
Objektif
Hasil Nilai Satuan 22/6/2014 23/6/2014 24/6/2014
laboratorium Rujukan 01.00 07.00 14.00 21.00 07.00 05.00 07.00
Eritrosit 3,80 - 5,80 106/mm3 4,39
Hematokrit 37,0 - 47,0 % 40,4
Leukosit 4,0 - 11,0 % 11,6
Neutrofil 35,0 - 88,7 % 73,0
Limfosit 12,0 - 44,0 % 19,3
Monosit 0,0 - 11,2 % 5,6
Eusinofil 0,0 - 9,5 % 1,9
Basofil 0,0 - 2,5 % 0,2
Tanda vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 90/70 110/60 110/70 110/70
Suhu 36,6-37,5 °C 36,1 36,2 36,6 36,4 36,5 36,3 36,5
Nadi 60-100 x/menit 80 80 84 88 80 80 83
Keluhan
Penatalaksanaan antibiotika profilaksis Ceftriaxon 2x1 g, diberikan 45 menit sebelum operasi, dosis diulang hingga 48 jam seteleh operasi.
Metronidazol infus 1 plb (500 mg) /8 jam, diberikan 5 jam pasca operasi, dihentikan 48 jam pasca operasi.
Assesment:
Untuk profilaksis bedah, tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III seperti ceftriaxon (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Lini pertama sebagai
antibiotika profilaksis untuk bedah sesar adalah cefazolin (ASHP, 2013) Obat tidak efektif
Metronidazol dapat diberikan bila ada risiko infeksi dari bakteri anaerob (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Pemilihan metronidazole sudah sesuai indikasi
Rekomendasi dosis metronidazole adalah dosis tunggal 500 mg iv (Lyimo, et al., 2013). Pasien mendapat metronidazole dosis berulang 500 mg 3x/hari Dosis berlebih
Durasi pemberian terlalu lama, durasi maksimal pemberian antibiotika profilaksis adalah 24 jam setelah operasi (ASHP, 2013) Dosis berlebih
Waktu pemberian metronidazol terlalu lama, seharusnya 30-60 menit sebelum operasi (ASHP, 2013) Dosis kurang
Penggunaan sefalosporin generasi III dapat meningkatkan risiko resistensi bakteri (McEvoy, 2005) Efek samping obat (potensial)
Metronidazol dapat menimbulkan mutagenitas dan karsinogenisitas pada bayi melalui ASI (Permenkes, 2011) Efek samping obat (potensial)
Rekomendasi
- Ceftriaxon diganti dengan cefazolin dosis tunggal 2 g, dikombinasikan dengan metronidazole dosis tunggal 500 mg iv.
- Metronidazole diganti dengan azitromisin dosis tunggal 500 mg iv yang lebih efektif dan aman (Doss, et al.., 2012).
- Antibiotika profilaksis diberikan 30-60 menit sebelum operasi dimulai, dan dihentikan setelah 24 jam.
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
93
94
BIOGRAFI PENULIS