Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PELAKSANAAN PKPA

2.1 Tinjauan Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu


2.1.1 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu terletak di Jalan Bukit Jarian No. 40,
Bandung adalah rumah sakit milik Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Berdasarkan jenisnya Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu
termasuk dalam rumah sakit khusus, sedangkan berdasarkan kelas Rumah
Sakit Paru Dr.H.A Rotinsulu termasuk dalam rumah sakit khusus kelas A.
Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu (RSPR) beroperasi di bidang pelayanan
jasa kesehatan. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 Tanggal 26 Februari
2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
250/Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 mempunyai kedudukan
sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Medik dengan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan
terhadap penderita penyakit paru secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru. Tahun 2010, RSPR
mendapatkan Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dari TUV
SUD. Selain itu, Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu telah terakreditasi
untuk 16 pelayanan. Pada tahun 2015, RS Paru Rotinsulu berhasil lulus
akreditasi dari KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) dan memperoleh
predikat PARIPURNA.

2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu

a. Visi
Menjadi Rumah Sakit Paru dengan Kualitas Prima dalam Pelayanan,
Pendidikan, dan Penelitian yang unggul dalam Biomolekuler dan Invasif
Paru pada Tahun 2024
b. Misi
1. Memberikan Pelayanan Prima yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan dan keselamatan pasien.
2. Menyelenggarakan Pelayanan paru yang unggul dalam biomolekuler
dan invasif paru.
3. Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit.
4. Menyelenggarakan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan,
Pengembangan Ilmu di Bidang Kesehatan Paru.

2.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Paru Dr. H. A Rotinsulu

Struktur organisasi RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu tertera pada Lampiran 1


Gambar II.1.
2.1.4 Tim Farmasi dan Terapi

Apoteker kepala IFRS harus berperan dalam lintas profesi di rumah sakit
antara lain berperan dalam Tim Farmasi dan Terapi (TFT). Dalam
pengorganisasian rumah sakit di bentuk komite/tim farmasi dan terapi yang
merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan
rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya
apabila diperlukan. Di Rumah sakit Paru Dr.H.A. Rotinsulu Tim Farmasi dan
Terapi diketuai oleh dokter dan sekretaris seorang apoteker. Adapun kegiatan
TFT antara lain: kebijakan pemilihan obat, menyusun formularium rumah
sakit 1 tahun sekali, mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk
obat baru yang diusulkan oleh staf medik, membuat usulan pemilihan
penggunaan obat kepada pimpinan rumah sakit, mensosialisasikan semua
kebijakan yang melibatkan komite farmasi dan terapi kepada profesional
kesehatan, melakukan pengkajian secara terus menerus terhadap penggunaan
obat yang rasional. Peran apoteker dalam panitia ini sangat penting karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.

2.2 Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


2.2.1 Tugas dan Fungsi

Tugas dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu yaitu
melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta
penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru.
sedangkan Fungsi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H.A.
Rotinsulu yaitu menunjang pelayanan prima rumah sakit melalui pengelolaan
perbekalan farmasi yang efektif, efisien dan mendukung penggunaan obat
yang rasional. Menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara
paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan paru secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya
peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

2.2.2 Struktur Organisasi IFRS Paru Dr. H. A Rotinsulu

Struktur organisasi IFRS Paru Dr. H. A. Rotinsulu tertera pada Lampiran 2


Gambar II.2.

2.2.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H. A.


Rotinsulu terdiri dari 6 orang apoteker. 1 orang apoteker sebagai kepala
IFRS, 11 orang tenaga teknis kefarmasia dan 4 orang administrasi.
2.2.4 Sarana dan Peralatan

Sarana dan peralatan yang tersedia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr.
H. A. Rotinsulu diantaranya:
1. Ruang Kantor atau Administrasi yang terdiri atas : ruang pimpinan, ruang
staf, ruang kerja atau administrasi tata usaha, dan ruang pertemuan yang
dilengkapi dengan meja, kursi dan komputer;
2. Ruang pendaftaran bagi pasien baru;
3. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai;
4. Ruang depo farmasi untuk distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang dilengkapi dengan kotak obat dan kartu stok;
5. Ruang konsultasi atau konseling obat dilengkapi dengan meja dan kursi;
6. Fasilitas pemberian informasi obat dilengkapi dengan mikrofon;
7. Ruang penanganan sediaan sitostatika dilengkapi dengan Alat Pelindung
Diri (APD), Bio Safety Cabinet (BSC), Laminar Air Flow (LAF), tempat
sampah berwarna ungu.
8. Ruang peracikan dan penyiapan obat dilengkapai dengan lumpang dan
alu, blender, kertas perkamen dan peralatan racik lainnya.
9. Ruang Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) untuk
pengambilan obat tuberkulosis.

Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di instalasi farmasi, terdiri


dari:
1. Ruang tunggu pasien
2. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat (trolly)
3. Ruang penyimpanan dokumen atau arsip resep dan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang rusak.
4. Tempat penyimpanan obat di ruang perawatan.
5. Fasilitas toilet dan kamar mandi untuk staf.
2.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit Paru
Dr.H.A Rotinsulu dilakukan oleh instalasi farmasi, antara lain:

2.3.1 Pemilihan

Pemilihan merupakan proses kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
kebutuhan. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam
Tim Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta
jaminan purna transaksi pembelian. Pemilihan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit Paru Dr. H.A
Rotinsulu disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit berdasarkan
Formularium Nasional, pola penyakit di rumah sakit, budgeting (anggaran
rumah sakit), obat yang bermutu dan ketersediaan di pasaran untuk dapat
dimasukkan dalam Formularium Rumah Sakit.
2.3.2 Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan proses kegiatan untuk menentukan


jumlah dan periode Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu , dan efisien.
Dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode antara lain metode konsumsi,
metode epidemiologi, dan metode kombinasi konsumsi dan epidemiologi.
Metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. dilakukan oleh apoteker selaku kepala IFRS
di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu. Perencanaan kebutuhan perbekalan
farmasi dilakukan berdasarkan metode konsumsi dengan analisis VEN-ABC
dengan cara menghitung pemakaian waktu periode sebelumya,
mempertimbangkan anggaran yang tersedia, dan sisa persediaan.

2.3.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan


kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian,
produksi/pembuatan sediaan farmasi, maupun sumbangan/droping/hibah.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit Paru
Dr. H.A. Rotinsulu dilakukan dengan cara pembelian dan sumbangan.
Pengadaan dengan pembelian dilakukan oleh pejabat pengadaan baik
(PPK/PP/Pokja) dengan sumber anggaran dari ABPN dan BLU. Pengadaan
dilakukan dengan menggunakan RAB yang telah direncanakan dan disetujui.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit Paru
Dr. H.A. Rotinsulu dibedakan menjadi e-katalog dan non e-katalog, untuk
belanja e-katalog dengan menggunakan ID paket pada LPSE sedangkan
belanja non e-katalog dilakukan tender kepada perusahaan penyedia dengan
mempersyaratkan kriteria dan kemudian akan melakukan kontrak. Adapun
beberapa proses pengadaan di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu yaitu :
1. Pembelian kepada distributor atau pedagang besar farmasi (PBF).
Pemilihan pemasok dilakukan berdasarkan kriteria kualitas pelayanan
yang cepat dan baik, sistem pembayaran (tunai atau kredit), jangka waktu
pembayaran, besarnya potongan harga, kesediaan mengganti sediaan
farmasi yang kadaluwarsa serta kelegalitasan pemasok.
2. Obat-obatan yang termasuk narkotika, pemesanan dilakukan dengan
menggunakan surat pesanan khusus narkotika yang ditandatangani oleh
apoteker penanggung jawab yang ditujukan kepada PBF Kimia Farma
selaku distributor tunggal yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
melaksanakan pengolahan, impor, dan distribusi obat narkotika.
3. Pengadaan berdasarkan e-katalog. Apabila pada e-katalog terdapat sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang kosong, maka dapat mencari
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di luar e-katalog dengan harga
yang sesuai atau tidak melebihi harga dari e-katalog.
4. Pengadaan rencana anggaran biaya (RAB) yang merupakan hasil
perencanaan yang dibuat untuk pengadaan pada tahun yang akan datang
makasimal bulan Oktober.
5. Pengadaan berdasarkan formularium rumah sakit.

2.3.4 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP Di Rumah Sakit Paru Dr. H.A.
Rotinsulu dilakukan oleh penanggung jawab penerimaan barang dalam hal
ini PPK. Barang yang datang akan diserahkan ke gudang induk dan akan
diperiksa oleh PPK dengan mengecek kesesuaian obat dengan surat pesanan
dan faktu. Pengecekkan barang yang meliputi nama, volume , nomor batch,
expired date, harga, potongan harga, kondisi fisik obat. Jika sudah sesuai obat
dapat diterima dan apabila tidak sesuai maka akan di kembalikan atau
diproses sesuai dengan kontrak yang berlaku.

2.3.5 Penyimpanan

Setelah barang diterima oleh penanggung jawab penerimaan sediaan farmasi,


alat kesehatan, dan BMHP dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP sesuai persyaratan kefarmasian
di Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu yang meliputi:
1. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang baru
datang di gudang induk sedangkan di instalasi farmasi akan disimpan di
gudang farmasi.
2. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan
sesuai spesifikasi obat tersebut (suhu dan kelembaban) untuk menjamin
stabilitas obat.
3. Penataan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan dengan
penggolongan antara lain berdasarkan jenis (obat dan BMHP). Untuk
sediaan obat disimpan berdasarkan bentuk sedian kemudian dipisah
antara generik dan dagang dan disusun secara alfabetis. Obat juga disusun
berdasarkan golongan misalnya obat high alert, termolabil dan lain-lain.
4. Metode FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP terdiri
dari obat padat, larutan, obat luar, injeksi dan parenteral, alat kesehatan
habis pakai.
6. Obat yang termolabil di simpan di lemari pendingin (2-8oC). dan
penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang tidak
termolabil pada suhu kamar (15-25oC) dan kelembaban 40-60% dan
dimonitor setiap hari.
7. Setiap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP tidak langsung
diletakkan di lantai tetapi menggunakan alas atau palet dan dicatat pada
kartu gantung yang disimpan pada masing-masing rak sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan BMHP.

Alur penyimpan obat dan alat kesehatan tertera pada Lampiran 3 Gambar
II.3.

2.3.6 Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem
distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara : sistem persediaan
lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem resep perorangan, sistem unit dosis
(UDD/ODD), dan sistem kombinasi. Adapun alur distribusi ke unit
pelayanan pasien dalam proses terapi di rumah sakit dapat dibagi menjadi :
1. Alur pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP diawali
dari permintaan bagian Instalasi farmasi rawat inap, dan Instalasi farmasi
rawat jalan ke bagian gudang. Barang yang tersedia akan dikirim ke Instalasi
bersama dengan surat permintaan barang.
2. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP untuk pasien rawat
jalan dan IGD. Sistem distribusi yang digunakan untuk pasien rawat jalan
adalah sistem resep individual yaitu berdasarkan resep yang ditulis dokter untuk
setiap pasien. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP disiapkan dan
diserahkan kepada pasien oleh apoteker. Pasien rawat jalan di Rumah Sakit Paru
Dr. H.A Rotinsulu terdiri dari Pasien umum, dan pasien BPJS.
3. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP untuk pasien rawat
inap dan ICU. Sistem distribusi yang digunakan untuk pasien rawat inap di
Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu adalah sistem kombinasi antara sistem Unit
Dose Dispensing (UDD) dan one daily dose (ODD).
4. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP untuk ruang operasi
dilakukan dengan cara Floor Stock di ruangan yang disediakan oleh depo
farmasi rawat inap.

2.3.7 Pemusnahan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu dilakukan pada
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu,
2. Telah kadaluwarsa,
3. Dicabut izin edarnya, bukan Rumah sakit yang melakukan pemusnahan
tetapi melalui distributor sediaan ditarik dan dilakukan pemusnahan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Tahap pemusnahan untuk narkotika dan psikotropika harus melaporkan
terlebih dahulu ke Dinas Kesehatan provinsi. Resep yang telah disimpan
jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnakan. Pemusnahan resep dilakukan
oleh apoteker disaksikan oleh petugas lain di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Tata cara pemusnahan resep dapat dihitung atau ditimbang, kemudian resep
dihancurkan lalu dikubur atau dibakar yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep menggunakain formulir sesuai peraturan dan selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

2.3.8 Pengendalian

Pengendalian di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu dilakukan terhadap


jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai (BMHP). Pengendalian di Rumah Sakit Paru
Dr. H.A. Rotinsulu dilakukan dengan cara:
1. Evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving), evaluasi dapat
dilakukan dengan melihat kartu stok dan data penggunaan sedian melalui
sistem. Jika sediaan jarang digunakan maka ditelusuri sebab sediaan
jarang digunakan dan perlu diperhatikaan saat akan melakukan
pengadaan sediaan dan apabila terdapat barang yang death stock (stok mati)
maka perlu dilakukan revisi formularium rumah sakit.
2. Stock opname yang dilakukan secara berkala, setiap tiga bulan sekali pada
akhir bulan. Proses ini biasanya dilakukan dengan menghitung semua
barang dan kondisi fisik barang secara periodik yang dilakukan setiap tiga
bulan yang dihitung adalah sisa fisik barang saat akhir bulan berjalan.
Tujuan mengadakan stock opname yaitu mengetahui modal dalam bentuk
barang (nilai stock barang pada periode tertentu) dan mengetahui adanya
barang yang hilang, rusak atau kadaluarsa.
3. Evaluasi stok terhadap obat-obat high price dan high volume dilakukan
setiap 2 minggu. Proses ini dilakukan dengan melihat jumlah fisik obat
dan dibandingkan dengan data sisa obat obat pada SIRS.

2.3.9 Administrasi

Admisitrasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu


meliputi pencatatan dan pelaporan. Sistem pelaporan yang dilakukan yaitu
pelaporan internal yang meliputi laporan harian, bulanan, pembelian
berdasarkan pemasok, pembelian bulanan, persediaan obat yang sudah habis,
dan laporan terhadap faktur yang telah dilunasi. Pelaporan eksternal meliputi
laporan penggunaan narkotika, psikotropika. Administrasi keuangan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr.H.A. Rotinsulu dilakukan pelaporan
yang terpisah antara rawat jalan dan rawat inap yang dilakukan setiap satu
bulan sekali ke bagian keuangan Rumah Sakit.

2.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu antara lain
meliputi:

2.4.1 Pelayanan dan Pengkajian Resep

Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat,


bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi
meliputi: a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter; c. tanggal Resep; dan d.
ruangan/unit asal Resep. Persyaratan farmasetik meliputi: a. nama Obat,
bentuk dan kekuatan sediaan; b. dosis dan Jumlah Obat; c. stabilitas; dan d.
aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi: a. ketepatan
indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat; b. duplikasi pengobatan; c. alergi
dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD); d. kontraindikasi; dan e.
interaksi Obat. Kegiatan pengkajian resep di Rumah Sakit Dr. H.A. Rotinsulu
meliputi :

a. Pelayanan resep di depo farmasi rawat jalan


Pelayanan resep pasien rawat jalan dilakukan berdasarkan sistem resep
perorangan. Pembayaran resep untuk pasien dibedakan dalam 2 kategori
yaitu secara tunai dan kredit yang ditanggung oleh BPJS, perusahaan atau
asuransi, Alur pelayanan resep rawat jalan tertera pada lampiran 4 Gambar
II.4.

b. Pelayanan resep di depo farmasi rawat inap


Pelayanan resep rawat inap dilakukan dengan sistem unit dosis. Pelayanan
pasien rawat inap meliputi pelayanan permintaan dan pengembalian.
Pelayanan di depo farmasi rawat inap dilakukan oleh perawat dari masing-
masing ruangan. Permintaan obat dari pasien rawat inap diberikan oleh
dokter berupa e-resep. Permintaan untuk pasien dilakukan secara kolektif
untuk setiap ruangan, Alur pelayanan resep rawat inap tertera pada
Lampiran 5 Gambar II.5.
2.4.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan


informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien. Di Rumah Sakit Paru
Dr. H.A Rotinsulu telah dilakukan penelusuran riwayat penggunaan obat
yang bertujuan untuk mendapat seluruh informasi mengenai obat-obat yang
pernah digunakan dan yang sedang digunakan oleh pasien. Riwayat
penggunaan obat diperoleh dari wawancara dengan pasien maupun keluarga
pasien atau dengan melihat data rekam medik.

2.4.3 Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan


dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Rekonsiliasi obat dilakukan untuk membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien di Rumah Sakit Paru Dr. H.A
Rotinsulu. Rekonsiliasi obat dilakukan terhadap pasien baru masuk rumah
sakit, pasien pindah ruang rawatan dan pasien yang akan pulang. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan, seperti duplikasi
obat, dan interaksi obat. Rekonsiliasi obat yang dilakukan di Rumah Sakit
Paru Dr. H.A Rotinsulu di dokumentasikan kedalam buku formulir
rekonsiliasi obat berwarna biru. Adapun tahapan rekonsiliasi obat di Rumah
Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu meliputi:
1. Mengumpulkan data dengan cara mencatat data pada formulir rekonsiliasi
obat dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien
meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan atau dihentikan, riwayat alergi pasien, serta efek samping obat
yang pernah terjadi.
2. Komparasi dengan menbandingkan data obat yang pernah, sedang, dan
akan digunakan.
3. Komunikasi dengan pasien dan/ atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab
terhadap informasi obat yang diberikan.

2.4.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan


pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit. Kegiatan pelayanan informasi obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu meliputi memberikan informasi obat
baik kepada pasien, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya, menjawab
pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan lainnya melalui tatap muka
maupun telepon, bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan,
menerbitkan leaflet yang ditujukan untuk pasien rawat jalan dan disimpan di
setiap depo yaitu depo farmasi rawat inap dan depo farmasi rawat jalan.

2.4.5 Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Kriteria Pasien: 1)
pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui); 2) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB,
DM, epilepsi, dan lain-lain); 3) pasien yang menggunakan obat-obatan
dengan instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tappering
down/off); 4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin); 5) pasien yang menggunakan banyak Obat
(polifarmasi); dan 6) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
Kegiatan konseling di Rumah Sakit Paru Dr. H. A Rotinsulu meliputi:

1. Konseling dilakukan pada pasien yang memerlukan pengobatan dan cara


penggunaan obat yang khusus, seperti inhaler, insulin, dan suppositoria.
Konseling dilakukan oleh apoteker penanggung jawab apotek rawat jalan.
2. Konseling dilakukan kepada pasien penderita penyakit tuberkulosis yang
akan pulang dari ruang rawat inap untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap pengobatan tuberkulosis yang dilakukan oleh apoteker rawat
inap.

2.4.6 Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan


Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah
terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan
informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite yang dilakukan oleh Apoteker di Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu
terdiri dari Visite mandiri dan Visite bersama tim. Visite mandiri adalah
bentuk Visite yang dilakukan Apoteker secara mandiri, sedangkan Visite
bersama tim dilakukan Apoteker bersama dengan dokter atau tenaga
kesehatan lain. Visite mandiri di Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu
dilakukan setiap hari dimana setiap bangsal memiliki satu Apoteker
penanggung jawab untuk Visite. di Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu
Visite dilakukan kepada pasien di ruang perawatan intensif menggunakan
metode Subjective, Objective, Assessment, Plan (SOAP). Pada saat Visite,
Apoteker dapat memberikan masukan secara langsung kepada Dokter atau
menuliskan rekomendasi pada formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT).

2.4.7 Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup


kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Pemantauan terapi obat di Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu
dilakukan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien khususnya pasien dengan diagnosa tuberkulosis yang mempunyai
penyakit gangguan fungsi hati. Tujuan yang lain dari PTO adalah untuk
meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang
tidak diinginkan, mencegah terjadinya masalah terkait obat.

2.4.8 Monitoring Efek Samping Obat

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan


setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi. Kegiatan MESO dilakukan memantau
setiap respon obat terhadap reaksi yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada
dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa
dan terapi. Hal ini dilakukan untuk menemukan efek samping obat sedini
mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang, dan efek
samping obat yang baru saja dikenal. Pelaporan informasi efek samping obat
dilakukan dengan mengisi lembar kuning yang berisi informasi mengenai
pasien terkait setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping obat yang
perlu dilaporkan.

2.4.9 Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan


Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu telah melakukan evaluasi penggunaan
obat untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan
obat, membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu,
memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat dan menilai
pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat yang dilakukan tiap bulan.

2.4.10 Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik


aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan;
b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
Dispensing sediaan steril di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu juga telah dilakukan
untuk obat-obat sitostatika menggunakan alat BSC (Biological System
Cabinet) dengan system ruangan menggunakan HEPA Filter.

Anda mungkin juga menyukai