PELAKSANAAN PKPA
Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu terletak di Jalan Bukit Jarian No. 40,
Bandung adalah rumah sakit milik Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Berdasarkan jenisnya Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu
termasuk dalam rumah sakit khusus, sedangkan berdasarkan kelas Rumah
Sakit Paru Dr.H.A Rotinsulu termasuk dalam rumah sakit khusus kelas A.
Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu (RSPR) beroperasi di bidang pelayanan
jasa kesehatan. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 Tanggal 26
Februari 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Paru sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
250/Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 mempunyai kedudukan
sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pelayanan Medik dengan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru. Tahun 2010,
RSPR mendapatkan Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008
dari TUV SUD. Selain itu, Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu telah
terakreditasi untuk 16 pelayanan. Pada tahun 2015, RS Paru Rotinsulu
berhasil lulus akreditasi dari KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) dan
memperoleh predikat PARIPURNA.
2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit Paru dengan Kualitas Prima dalam Pelayanan,
Pendidikan, dan Penelitian yang unggul dalam Biomolekuler dan Invasif
Paru pada Tahun 2024
b. Misi
1. Memberikan Pelayanan Prima yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan dan keselamatan pasien.
2. Menyelenggarakan Pelayanan paru yang unggul dalam biomolekuler
dan invasif paru.
3. Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit.
4. Menyelenggarakan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan,
Pengembangan Ilmu di Bidang Kesehatan Paru.
Apoteker kepala IFRS harus berperan dalam lintas profesi di rumah sakit
antara lain berperan dalam Tim Farmasi dan Terapi (TFT). Dalam
pengorganisasian rumah sakit di bentuk komite/tim farmasi dan terapi yang
merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan
rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya
apabila diperlukan. Di Rumah sakit Paru Dr.H.A. Rotinsulu Tim Farmasi
dan Terapi diketuai oleh dokter dan sekretaris seorang apoteker. Adapun
kegiatan TFT antara lain: kebijakan pemilihan obat, menyusun formularium
rumah sakit 1 tahun sekali, mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru yang diusulkan oleh staf medik, membuat usulan
pemilihan penggunaan obat kepada pimpinan rumah sakit,
mensosialisasikan semua kebijakan yang melibatkan komite farmasi dan
terapi kepada profesional kesehatan, melakukan pengkajian secara terus
menerus terhadap penggunaan obat yang rasional. Peran apoteker dalam
panitia ini sangat penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam
mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan
dalam panitia ini.
Tugas dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu yaitu
melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit
paru. sedangkan Fungsi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru Dr. H.A.
Rotinsulu yaitu menunjang pelayanan prima rumah sakit melalui
pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif, efisien dan mendukung
penggunaan obat yang rasional. Menyelenggarakan upaya penyembuhan
dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan paru secara serasi, terpadu dan
berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta
melaksanakan upaya rujukan.
Sarana dan peralatan yang tersedia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paru
Dr. H. A. Rotinsulu diantaranya:
1. Ruang Kantor atau Administrasi yang terdiri atas : ruang pimpinan, ruang
staf, ruang kerja atau administrasi tata usaha, dan ruang pertemuan yang
dilengkapi dengan meja, kursi dan komputer;
2. Ruang pendaftaran bagi pasien baru;
3. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai;
4. Ruang depo farmasi untuk distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang dilengkapi dengan kotak obat dan kartu stok;
5. Ruang konsultasi atau konseling obat dilengkapi dengan meja dan kursi;
6. Fasilitas pemberian informasi obat dilengkapi dengan mikrofon;
7. Ruang penanganan sediaan sitostatika dilengkapi dengan Alat Pelindung
Diri (APD), Bio Safety Cabinet (BSC), Laminar Air Flow (LAF), tempat
sampah berwarna ungu.
8. Ruang peracikan dan penyiapan obat dilengkapai dengan lumpang dan
alu, blender, kertas perkamen dan peralatan racik lainnya.
9. Ruang Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) untuk
pengambilan obat tuberkulosis.
2.3.1 Pemilihan
2.3.3 Pengadaan
2.3.4 Penerimaan
2.3.5 Penyimpanan
Alur penyimpan obat dan alat kesehatan tertera pada Lampiran 3 Gambar
II.3.
2.3.6 Pendistribusian
2.3.7 Pemusnahan
2.3.8 Pengendalian
2.3.9 Administrasi
2.4.5 Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Kriteria Pasien: 1) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi
ginjal, ibu hamil dan menyusui); 2) pasien dengan terapi jangka
panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan lain-lain); 3) pasien yang
menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off); 4) pasien yang menggunakan
Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin); 5) pasien yang
menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan 6) pasien yang mempunyai
riwayat kepatuhan rendah. Kegiatan konseling di Rumah Sakit Paru Dr. H.
A Rotinsulu meliputi:
2.4.6 Visite