Materi
Untuk memenuhi tugas Online Google Classroom matakuliah KMB I
yang dibina oleh ibu Dr. Nurul Hidayah, S.Kep, Ners, M.Kes
Oleh :
ROHMATUNNISA CAESARI
(P17220191020)
Indonesia sebagai negara beriklim tropis dihadapkan dengan beberapa penyakit endemik,
seperti DBD, malaria, hingga tuberkulosis. Penyakit endemik masih berdampak luas,
terutama pada masyarakat di negara berkembang.
Hal ini dikaitkan dengan pembangunan yang kurang merata, kepadatan penduduk yang sulit
dikontrol, kesulitan ekonomi, serta tindakan pencegahan dan pengobatan yang sulit untuk
dijangkau.
1. DBD
Salah satu penyakit endemik di Indonesia dengan kasus tertinggi adalah demam berdarah
dengue (DBD). Penyakit yang disebabkan virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti ini hampir selalu menjadi endemi saat Indonesia memasuki musim
penghujan.
Penyakit yang dapat menyerang siapa saja ini ditandai dengan beberapa gejala, mulai
dari demam tinggi, sakit kepala berat, nyeri pada bagian belakang mata, nyeri sendi dan otot,
kelelahan mual, muntah, dan ruam kulit. Gejala ini biasanya muncul setelah 6 hari terinfeksi
dan berlangsung selama 10 hari.
2. Malaria
Salah satu penyakit endemik yang kerap ditemukan di negara dengan iklim tropis seperti
Indonesia ini dapat menyerang semua kelompok umur, termasuk laki-laki maupun
perempuan. Gejala yang dikeluhkan saat terinfeksi malaria dapat meliputi demam, menggigil,
sakit kepala, mual atau muntah.
3. Hepatitis
Merupakan penyakit endemik yang juga terjadi di beberapa negara lain, misalnya Cina.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus hepatitis. Hepatitis terbagi menjadi 5 jenis, yaitu
hepatitis A, B, C, D, dan E. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita hepatitis
B terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Myanmar.
4. Kusta
Kusta atau dikenal juga sebagai lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae. Kusta menyerang beberapa bagian tubuh, seperti saraf dan
kulit. Daerah endemis kusta di Indonesia antara lain Jawa Timur dan Papua.
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kusta antara lain adalah bercak putih mati rasa pada
kulit dan rasa kesemutan hingga kelainan pada otot tangan atau kaki. Secara global, Indonesia
merupakan salah satu dari tiga negara dengan kasus penyakit kusta yang tinggi.
5. Tuberkulosis
Data yang dikeluarkan pada tahun 2016 menyebutkan bahwa ada 5 negara dengan kasus
tuberkulosis tertinggi, dan Indonesia menjadi salah satunya.
6. Filariasis
Filariasis dapat menyerang semua orang tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Filariasis
dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup dan rasa tidak nyaman akibat pembengkakan di
berbagai bagian tubuh. Edukasi yang kurang mengenai kondisi ini dapat menyebabkan
penderitanya kerap dikucilkan oleh lingkungan sekitar.
7. Leptospirosis
Selain itu, orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk dengan sanitasi yang kurang
terjaga juga cenderung lebih rentan terkena penyakit ini. Leptospirosis ditandai dengan
beberapa gejala, mulai dari demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, penyakit kuning, muntah,
diare hingga munculnya ruam pada kulit.
Cara Mencegah Penyakit Endemik
Namun, Anda tetap bisa melindungi diri dari penyakit-penyakit ini. Ini juga merupakan salah
satu langkah awal untuk membantu pemberantasan penyakit endemik. Berikut adalah
caranya:
Dengan menjaga daya tahan tubuh, Anda jadi tidak mudah terserang penyakit, termasuk
penyakit endemik yang ada di tempat Anda berada.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan cara mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang
cukup, menjaga berat badan ideal, olahraga secara teratur, berhenti merokok, mengelola stres
dengan baik, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
Jaga kebersihan lingkungan rumah Anda dengan baik agar terhindari dari kuman penyebab
penyakit maupun hewan-hewan pembawa penyakit. Caranya adalah dengan membersihkan
setiap ruangan di rumah secara rutin, terutama ruangan yang paling sering dipakai, misalnya
kamar tidur, dapur, dan kamar mandi.
Selain itu, bersihkan juga pekarangan rumah. Jika ada wadah yang dapat menampung
genangan air dan berpotensi menjadi sarang nyamuk, bersihkanlah agar nyamuk tidak
bertelur dan berkembang biak di sana.
Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang sakit. Salah satu caranya adalah dengan tidak
berbagi makanan atau minuman dari wadah yang sama dengan orang yang sedang sakit.
Selain cara-cara di atas, pemerintah juga melakukan berbagai langkah pencegahan meluasnya
penyakit endemik di Indonesia dengan melakukan penyuluhan dan bahkan pemberian obat
pencegah untuk penyakit tertentu.
Pada kasus penyakit filarisis misalnya, pemerintah melakukan program eliminasi filariasis
dengan memberikan obat pencegahan secara massal di berbagai daerah endemis filariasis.
Upaya mengatasi penyakit endemik di Indonesia tidak bisa hanya terfokus pada pengobatan
saja. Kini, pemberantasan penyakit ini lebih ditekankan pada upaya meningkatkan promosi
gaya hidup sehat dan pemberian edukasi terkait pencegahan penyakit menular.
Hal ini banyak dilakukan melalui berbagai program penyuluhan puskesmas dan pos
pelayanan terpadu, sehingga masyarakat bisa lebih waspada terhadap berbagai penyebab
penyakit endemik. Dukungan seluruh anggota masyarakat tentu sangat dibutuhkan untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit endemik yang terjadi.
Coronavirus
Pengertian Coronavirus
Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius,
seperti:
Pneumonia.
SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara lain.
Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia,
Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan
2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan
nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.
Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:
HCoV-229E.
HCoV-OC43.
HCoV-NL63.
HCoV-HKU1.
Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. Akan tetapi, bayi dan anak kecil, serta orang dengan
kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan virus ini. Selain itu, kondisi
musim juga mungkin berpengaruh. Contohnya, di Amerika Serikat, infeksi virus corona lebih
umum terjadi pada musim gugur dan musim dingin.
Di samping itu, seseorang yang tinggal atau berkunjung ke daerah atau negara yang
rawan virus corona, juga berisiko terserang penyakit ini. Misalnya, berkunjung ke Tiongkok,
khususnya kota Wuhan, yang pernah menjadi wabah COVID-19 yang bermulai pada
Desember 2019.
Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan air liur
pengidap virus corona.
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti. Namun, rata-rata
gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping
itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus corona
jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus
yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar.
Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke
individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa
menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke manusia.
Gejala Infeksi Coronavirus :
Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul ini
bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang terjadi.
Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan:
Hidung beringus.
Sakit kepala.
Batuk.
Sakit tenggorokan.
Demam.
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah.
Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19),
yang mengakibatkan gejala seperti:
Sesak napas.
Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya, orang
dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi,
dan lansia.
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan mengawali dengan anamnesis atau
wawancara medis. Di sini dokter akan menanyakan seputar gejala atau keluhan yang dialami
pasien. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah
untuk membantu menegakkan diagnosis.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil sampel dari tenggorokan, atau
spesimen pernapasan lainnya. Untuk kasus yang diduga infeksi novel coronavirus, dokter
akan melakukan swab tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.
Komplikasi Infeksi Coronavirus
Virus corona yang menyebabkan penyakit SARS bisa menimbulkan komplikasi pneumonia,
dan masalah pernapasan parah lainnya bila tak ditangani dengan cepat dan tepat. Selain itu,
SARS juga bisa menyebabkan kegagalan pernapasan, gagal jantung, hati, dan kematian.
Hampir sama dengan SARS, novel coronavirus juga bisa menimbulkan komplikasi yang
serius. Infeksi virus ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
dan bahkan kematian.
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya pengidap akan
pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan
gejala infeksi virus corona. Contohnya:
Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan batuk. Namun,
jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak di
bawah empat tahun.
Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan sakit
tenggorokan dan batuk.
Perbanyak istirahat.
Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia layanan
kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS, MERS, atau
infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit yang diidap dan
kondisi pasien.
Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang
telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena
beberapa alasan, dokter akan melakukan:
Isolasi
Terapi simptomatik.
Terapi cairan.
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Namun, setidaknya
ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus ini. Berikut
upaya yang bisa dilakukan:
Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih.
Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor atau belum
dicuci.
Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah tisu dan
cuci tangan hingga bersih.
Selain itu, kamu juga bisa perkuat sistem kekebalan tubuh dengan konsumsi vitamin dan
suplemen sebagai bentuk pencegahan dari virus ini. Temukan berbagai produk pencegahan
Corona yang kamu butuhkan di Halodoc.
Jika gejala-gejala infeksi virus corona atau COVID-19 tak kunjung membaik dalam hitungan
hari, atau gejalanya semakin berkembang, segeralah tanyakan pada dokter di Halodoc untuk
mendapatkan penanganan yang tepat. Diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat, bisa
meningkatkan peluang kesembuhan infeksi virus tersebut.
Daftar Pustaka :
2. Tosepu, R., et al. (2018). Stigma and Increase of Leprosy Cases in South East
Sulawesi Province, Indonesia. African Health Sciences, 18(1), 29–31.
Minghui, R. World Health Organization (2016). Endemic Infectious Diseases: the
Next 15 Years.
6. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019 Novel
Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.
7. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. Frequently
Asked Questions About SARS.
8. IDI - Siaran Pers Ikatan Dokter Indonesia. Diakses pada 2020. Outbereak Pneumonia
Virus Wuhan.
9. Medscape. Diakses pada 2020. What is the role of coronavirus in the etiology of viral
pneumonia?