Anda di halaman 1dari 14

HALUSINASI PENDENGARAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Jiwa

Yang di bina oleh Bapak Abdul Hanan, S.Kep,Ns.M.Kep

Disusun oleh :
Laila Firda Rahmawati
(P17220191002)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D-III KEPERAWATAN LAWANG

April 2021
HALUSINASI PENDENGARAN

 PENGERTIAN HALUSINASI PENDENGARAN

Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya
pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang
paling umum terjadi, yang menyebabkan seseorang mendengar suara-suara yang tidak didengar
orang lain. Anda mungkin mendengar seseorang berbicara kepada Anda atau memberi tahu Anda
untuk melakukan hal-hal tertentu. Suara itu bisa berupa suara marah, suara netral, suara mesra,
suara lantunan musik, percakapan, tawa, bahkan langkah kaki seseorang. Misalnya, Anda seolah
mendengar seseorang sedang berjalan di loteng, padahal tidak ada siapa-siapa di loteng. Kondisi
ini adalah gejala yang biasa terjadi pada skizofrenia, gangguan bipolar, atau demensia.

 PROSES HALUSINASI PENDENGARAN

Menurut Direja (2011), proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap, yaitu :

a. Tahap I (Comforting)

Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi merupakan suatu
kesenangan dengan karakteristik klien mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangan ansietas, pikiran dan
pengalaman masih dalam kontrol kesadaran. Perilaku klien yang mencirikan dari tahap I
(Comforting) yaitu tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

b. Tahap II (Condeming)

Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi menyebabkan rasa antisipasi
dengan karakteristik pengalaman sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman
sensori tersebut,

mulai merasa kehilangan control, menarik diri dari orang lain. Perilaku klien yang mencirikan
dari tahap II yaiu dengan terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah,
perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya,
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.

c. Tahap III (Controlling)

Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi dengan
karakteristik klien menyerah dan menerima pengalamansensorinya (halusinasi), isi halusinasi
menjadi atraktif, dan kesepian bila pengalaman sensori berakhir. Perilaku klien pada tahap III ini
adalah perintah halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap
lingkungan berkurang, hanya beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat,
tampak tremor dan berkeringat.

d. Tahap IV (Conquering)

Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak panik. Karakteristiknya yaitu suara
atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti. Perilaku klien pada tahap IV adalah
perilaku panik, resiko tinggi mencederai, agitasi atau kataton, tidak mampu berespon terhadap
lingkungan.

 KARAKTERISTIK HALUSINASI PENDENGARAN

• Karakterisitik dari halusinasi pendengaran menurut Stuart dan Laraia (2001), adalah
mendengar suara-suara kebisingan, paling sering suara orang.
• Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang
orang yang mengalami halusinasi .
• Halusinasi pendengaran Karakteristik ditandai dengan suara, terutama suara –suara
orang,biasanya klien mendengar suara orang sedang berbicara apa yang sedang
dipikirkan dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

 TANDA & GEJALA HALUSINASI PENDENGARAN

Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :

1)      Bicara, senyum dan tertawa sendiri.

2)      Menarik diri dan menghindar dari orang lain.

3)      Tidak dapat membedakan nyata/tidak nayta.

4)      Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.

5)      Curiga, bermusuhan, merusak diri.

6)      Ekpresi wajah tegang, sedih, mudah tersinggung

Halusinasi pendengaran bisa dirasakan berbeda oleh tiap orang yang mengalaminya. Suara yang
muncul bisa berupa:

 Suara orang terdekat yang familiar atau bahkan suara orang lain yang tak dikenal
 Suara perempuan atau laki-laki
 Pembicaraan dalam bahasa yang berbeda dari bahasa sehari-hari pengidapnya
 Bisikan atau berteriak
 Suara anak atau orang dewasa
 Suara yan sering terdengar atau hanya sesekali
 Lebih dari satu suara dan terdengar seperti sekumpulan orang yang mengomentari pasien

Suara-suara yang muncul dari halusinasi bisa berpengaruh negatif pada beberapa orang.
Terkadang, suara tersebut terdengar seperti mengancam dan akan menyakiti pendengarnya.
Suara-suara ini juga bisa terdengar menakutkan dan mengatakan berbagai hal menyakitkan
tentang Anda dan orang terdekat. Terkadang instruksi atau perintah untuk menyakiti orang lain
pun dapat terdengar.Di sisi lain, halusinasi pendengaran juga bisa memicu perasaan positif pada
pendengarnya. Suara tersebut bisa terdengar sebagai pengingat Anda untuk melakukan hal yang
perlu dilakukan.Di lain waktu, suara tersebut juga bisa terdengar memberikan dukungan dan
kenyamanan, sehingga membuat pendengarnya lebih memahami emosi yang sedang dialami.

 PENYEBAB HALUSINASI PENDENGARAN

Halusinasi pendengaran atau halusinasi audiotori banyak dikaitkan dengan penyakit mental.
Memang, kondisi ini bisa menjadi gejala beberapa penyakit yang menyerang jiwa manusia.
Namun tidak semua orang yang mengalami halusinasi ini pasti punya penyakit mental.Beberapa
penyakit fisik hingga kelelahan juga bisa membuat seseorang mendengar hal-hal yang
sebenarnya tidak nyata. Lebih lanjut, berikut berbagai penyebab halusinasi.

1. Penyakit mental

Halusinasi pendengaran seringkali menjadi gejala gangguan mental, terutama skizofrenia. Suara
tersebut bisa terdengar datang dari dalam maupun luar kepala, dan akan berpengaruh besar pada
kehidupan nyata pengidapnya.Sebab, suara yang muncul bisa saja menyuruh pengidapnya untuk
melakukan sesuatu yang membahayakan atau mengajak pendengarnya berdebat. Selain
skizofrenia, halusinasi suara juga bisa terjadi pada orang yang mengalami gangguan berikut ini.

 Gangguan bipolar
 Borderline personality disorder
 Post traumatic stress disorder
 Gangguan kecemasan
 Gangguan skizoafektif
 Stress berat

2. Gangguan tidur

Mendengar suara-suara tertentu sebelum dan saat baru bangun tidur adalah hal yang normal
terjadi. Namun pada orang yang mengalami narkolepsi atau insomnia, halusinasi pendengaran
jauh lebih mungkin terjadi.
3. Terlalu banyak mengonsumsi alkohol atau mabuk

Saat sedang mabuk, seseorang bisa mengalami berbagai halusinasi, termasuk halusinasi
pendengaran. Para pencandu alkohol juga bisa mengalami gangguan ini saat berusaha untuk
menghentikan kecanduannya setelah bertahun-tahun dialami.

4. Obat-obatan

Anda bisa mengalami halusinasi pendengaran setelah menggunakan obat-obatan terlarang.


Beberapa obat resep juga bisa menimbulkan efek samping serupa. Selain itu, halusinasi ini juga
bisa terjadi sebagai salah satu gejala putus obat, saat Anda berhenti mengonsumsi obat setelah
sekian lama rutin menggunakannya.

5. Gangguan pendengaran

Orang yang mengalami gangguan pendengaran pada salah satu atau kedua telinganya juga dapat
mendengar suara-suara tidak nyata. Pada tinitus atau gangguan telinga berdenging, penderitanya
juga bisa mendengar suara-suara tidak nyaman pada telinga. Namun dokter tidak
memasukkannya sebagai suara halusinasi.

6. Penyakit Alzheimer dan demensia

Pada pengidap Alzheimer dan demensia yang parah, halusinasi pendengaran bisa menjadi salah
satu gejala yang umum terjadi. Bahkan bagi beberapa penderitanya, suara yang terdengar begitu
jelas sehingga tampak nyata dan mereka akan membalas perkataan tersebut secara tidak sadar.

7. Tumor otak

Jika tumor muncul di bagian otak yang berperan untuk mengatur pendengaran, maka
pengidapnya bisa saja mendengar hal-hal yang tidak nyata. Suara yang didengar pun bisa
bermacam-macam, mulai dari suara acak hingga suara orang berbicara.

8. Trauma

Seseorang bisa mengalami halusinasi pendengaran saat trauma akibat kekerasan yang
diterimanya atau baru saja kehilangan orang yang dicintai. Kondisi ini sering dialami oleh para
korban bully. Mereka mendengar suara pelaku bullying mengancam dan menakuti meski orang
tersebut tidak berada di tempat. Sementara pada orang yang baru saja ditinggal orang yang
dicintai, halusinasi suara tidak sepenuhnya dilihat sebagai hal yang negatif. Terkadang, mereka
masih bisa mendengar suara ibu atau ayah yang baru meninggal dunia, dan itu bisa menjadi
sesuatu yang menenangkan dan mengobati rasa rindu maupun kesedihan.

9. Penyakit lainnya

Beberapa penyakit lain juga bisa memicu seseorang mengalami halusinasi pendengaran. Kondisi
demam, penyakti tiroid, migrain, atau penyakit Parkinson adalah contohnya.
 KONTRIBUSI HALUSINASI PENDENGARAN

a. Faktor predisposisi ( Menurut Ermawati, s.kp 2009 hal 24 )

1)      Biologis

Abnormalitas yang menyebabkan respon neoro biologi yang maladaptip termaksud hal-hal

berikut

a)      Penelitian pencitraan otak yang menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan limbic

b)      Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizoprenia seperti dopamine, neorotransmiter yang

berlebihan dan masalah pada respon dopamine.

2)      Psikologis

Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak

sadar yang masuk alam sadar sebagai suatu respon terhadap komplik psikologis dan kebutuhan

yang tidak terpenuhi, sehingga halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan keinginan dan

ketakutan yang di alami oleh klien,

3)      Sosial budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik

klien tetapi di yakini sebagai penyebab utama gangguan.

b.Faktor presipitasi

1)Biologis

Stressor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiology yang mal adaptif , termasuk

gangguam dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses impormasi dan abnormalisasi

pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk selektip

menghadapi rangsangan.
2)Stres lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berintraksi terhapap sressor

lingkungna untuk menentukan terjadinya perilaku.

3)Pemicu gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neorobiolagi yang maladaptif berhubungan dengan

kesehatan (gizi buruk, infeksi) lingkungan yang bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik,

gangguan dalam hubungan interpersonal, sikap dan perilaku (keputusan, kegagalan.

 POHON MASALAH HALUSINASI PENDENGARAN

Perubahan Pola Pikir :Waham Somatik

Perubahan Persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran

Resiko Regimen Terapi Inefektif  ISOS  Gangguan Proses Pikir

Respon Pasca Trauma

Koping Individu Kerusakan


komunikasi

 MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

DS : Klien mengatakan ingin marah bila mendengar suara-suara

Klien mengatakan takut dengan apa yang dilihatnya

DO : Klien bicara sendiri

Klien merusak diri sendiri

Klien gelisah dan merasa ketakutan


Muka merah

Sering memaksakan kehendak

Menyalahkan diri sendiri

Nada suara tinggi

2. Perubahan sensori persepsi :


halusinasi dengar

DS : Klien mengatakan mendengar suara bisikan

DO : Klien sering bicara, tersenyum dan tertawa sendiri

Ekspresi wajah tegang

Tidak dapat memusatkan perhatian

Bibir komat kamit

3. Isolasi social : menarik diri

DS: Klien mengatakan tidak cocok dengan orang lain

Klien tidak mau bergaul dengan orang lain

Klien mengatakan apa yang mau diomongkan

DO: Klien sering menyendiri

Bicara klien lambat

Klien berbicara sambil menunduk

MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d halusinasi dengar

2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi dengar b.d menarik diri

3. Isolasi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah


 STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI PENDENGARAN

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari

individu, keluarga, atau masyarakat terhapat masalah kesehatan atau proses kehidupan. Rumusan

diagnosa dapat berupa PE, yaitu permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan

keduanya berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Rumusan PES sam dengan PE hanya di

tambah singtom (S) kegiatan atau perilaku perawat yang di butuhkan dalam merumuskan

diagnosis adalah mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan keadaan adaptif

menganalisis dan mensintesis data, mengidentipikasi kebutuhan atau masalah klien, mempalidasi

dan menyusun masalah dengan klien, membuat pohon masalah, merumuskan diagnosis

keperawatan.

Adapun diagnosa keperawtan pada klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Pendengaran yaitu :

a.       Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

b.      Isolasi sosial

c.       Reiko perilaku kekerasan

Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan

rencana tindakan keperawatan. Tujuan umumberfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari

diagnosa tertentu.

Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu. Tujuan

khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu di capai dan di miliki klien. Rencana

tindakan keperawatan merupakan serangkai tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri perawat, kerjasa dengan klien, kerja sama

dengan keluarga, kerja sama dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lain.

Rencana tindakan keperawatan:

a.                   Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 kali interaksi, klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat :

1)      Ekspresi wajah bersahabat

2)      Menunjukan rasa senang

3)      Ada kontak mata

4)      Mau berjabat tangan

5)      Mau menyebutkan nama

6)      Mau menjawab salam

7)      Mau duduk berdampingan dengan perawat

8)      Bersedia mengungkapkan masalah yang di hadapi

Intervensi

1)      Bina hubungan saling percaya

a)      Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b)      Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan

c)      Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan di sukai klien

d)     Buat kontrak yang jelas

e)      Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f)       Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya

g)      Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

h)      Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien

i)        Dengarkan dengan penuh perhatian akspresi perasaan klien

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 kali interaksi klien menyebutkan :

Isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

Intervensi

1)      Adakan kontak sering singkat secara bertahap

2)      Observasi tingkah laku klien terkait tingkah laku klien (Bicara dan tertawa tanpa stimulus,

memandang ke kiri atau kenan, kedepan seolah-olah ada teman bicara).

a)      Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang

sedang di alaminya, katakana bahwa perawat percayaklien mengalami hal tersebut, namun

perawat tidak mengalaminya, katakana perawat akan membantu klien.

b)      Diskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan

mengungkapkan perasaan klien.

c)      Diskusikan dengan klien apa yang di lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.

d)     Diskusikan tentang dampak yang akan di alaminya bila klien menikmatinya.

TUK 3 : Klien dapat mengonrtol halusinasi

Kreteri Evaluasi
Setelah 4 kali klien menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan untuk mengendalikan

halusinasi, klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi, klien dapat melaksanakan

cara yang telah di pilih untuk mengen dalikan halusinasi, klien dapat mengikut terapi aktivitas

kelompok.

Intervensi

1)      Mengidentifikasi bersama klien cara atu tindakan yang di lakukan jika terjadi halusinasi

2)      Diskusi kan manpaat cara yang di gunakan klien, jika bermanpaat berikan pujian

3)      Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya halusinasi, katakana

pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata, menemui orang lain untuk menceritakan yang

membuatnya halusinasi, melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari, meminta teman, perawat,

keluarga menyapa jika sedang berhalusinasi.

4)      Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi yang sudah yang sudah di

anjurkan dan di latih.

5)      Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah di latih

6)      Pantau pelaksanaan yang telah di pilih, jika berhasil beri pujian

7)      Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok,orientasi realita, stimulus persepsi.

TUK 4 : Klien dapat dapat dukungan darikeluarga dalam mengontrol halusinasinya.

Kriteria Evalusi

Setelah 2 kali pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan

dengan perawat, keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakannya dalam

mengendalikan halusinasinya.

Intervensi
1)      Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (wakru, tempat dan topi)

2)      Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga /kunjungan rumah)

a)      Pengertian halusinasi

b)      Tanda dan gejala halusinasi

c)      Proses terjadi halusinasi

d)     Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi

e)      Obat-obat halusinasi

f)       Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan biarkan

sendirian, maka bersama, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya

untuk mengatasi halusinasi).

g)      Beri informasi waktu control kerumah sakit dan bagai man cara mencari bantuan jika

halusinasi tidak dapat di atasi di rumah.

TUK 5 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Kriteria Evaluasi

Setelah 2 Kali interaksi klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum

obat, nama,warna, dosis, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, klien dapat

mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi dokter.

Intevensi

1)      Diskusikan dengan klien tentang manpaat minum obat dan kerugian tidak minum obat,

nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan samping penggunaan minumobat.

2)      Pantau klien saat penggunaan obat


3)      Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

4)      Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5)      Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika terjadi hal--hal yang

tidak di inginkan.

Anda mungkin juga menyukai