Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR

1. Faktor mekanis, rangsangan berupa mengunyah makanan keras atau permen karet.
Beberapa cara dilakukan untuk mengurangi jumlah populasi bakteri di dalam mulut
yaitu dengan menyikat gigi yang teratur, kumur dengan menggunakan antiseptik,
membersihkan interdental dengan dental floss, menghindari konsumsi makanan yang
banyak mengandung sukrosa, membersihkan lidah dan mengunyah permen karet.
Mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa, xylitol, dan probiotik dapat
merupakan stimulus mekanis maupun kimiawi terhadap kelenjar saliva sehingga dapat
menambah volume, kecepatan aliran, menurunkan viskositas, menaikan pH dan
menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans saliva.
Sukrosa banyak dikonsumsi orang karena rasa manis dan bahan dasarnya mudah
diperoleh, biaya produksinya cukup murah. Hanya sukrosa disintesa lebih cepat dari
karbohidrat lainnya seperti glukosa, fruktosa dan laktosa sehingga di ubah menjadi
glukan dan fruktan. Glukan diperlukan pada proses glikolisis bakteri menghasilkan energi
dan asam laktat, yang ini akan menyebabkan pH turun dalam waktu 1 3 menit sampai pH
4,5 5,0, kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30 60 menit.
Jika penurunan pH ini terjadi secara terus menerus akan terjadi demineralisasi pada
permukaan gigi. Pertama kali akan terlihat bercak putih (white spot) pada permukaan
enamel dan lesi demineralisasi tersebut akan berkembang menjadi karies.
Xylitol bahan yang tidak dapat difermentasi oleh bakteri dan tidak diubah menjadi asam,
sehingga dapat mendorong keseimbangan asam basa di dalam mulut, juga mempunyai
efek merangsang kecepatan sekresi saliva dan menekan pertumbuhan Streptococcus
mutans.

2. Faktor kimiawi, berupa rasa manis, asin, asam, dan pahit. Mengunyah permen karet yang
mengandung sukrosa, xylitol, dan probiotik dapat merupakan stimulus mekanis maupun
kimiawi terhadap kelenjar saliva sehingga dapat menambah volume, kecepatan aliran,
menurunkan viskositas, menaikan pH dan menurunkan jumlah koloni Streptococcus
mutans saliva. pada rasa asam dapat meransang jumlah sekresi yang ssangat banyak.
3. Faktor psikis, seperti stress atau depresi dapat menghambat sekresi saliva. Berfikir
mengenai makanan atau melihat makanan yang asam atau makanan yang disukai pada saat
lapar akan meningkatkan aliran saliva (Almeida et al, 2008). Depresi berat yang
mengakibatkan kelenjar ludah tidak bisa mengalirkan ludah secara normal pada tiga
jaringan kelenjar secara bersamaan.

4. Faktor rangsangan, rasa sakit dapat merangsang sekresi saliva. Rangsangan rasa sakit,
misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi
saliva. Gigi tiruan tidak dapat bertahan dalam lingkungan mulut yang kering, misalnya
pada penderita diabetes melitus, pemakai obat-obatan tertentu, penderita berusia lanjut.
Menurunnya aliran saliva menyebabkan mukosa mulut menjadi kering dan tidak elastis,
bibir pecah-pecah, pembentukan fissure pada lidah dan mukosa oral, retensi gigi tiruan
buruk, serta kesulitan menelan, bicara, dan makan. Berkurangnya sekresi saliva akan
menyulitkan pemakaian gigi tiruan lepasan. Oleh karena itu dibutuhkan saliva dalam
jumlah yang cukup sebagai perantara penting antara gigi tiruan dan jaringan mulut
sehingga diperoleh retensi yang baik

5. Faktor waktu atau siklus sikardian,  pagi, siang, malam, musim panas,  dan  musim dingin

Terdapat peningkatan laju alir saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat maksimal
pada siang hari tepatnya pkul 12 siang, serta menurun ketika tidur. Derajat keasaman
(pH) saliva normal berkisar antara 6,7-7,3. Derajat keasaman dan kapasitas bufer
saliva akan naik segera setelah bangun, tetapi kemudian cepat turun, namun 15
menit setelah makan kapasitas bufer akan tinggi karena adanya rangsangan
mekanis, tetapi setelah 30-60 menit akan menjadi rendah. Pada malam hari,
derajat keasaman dan kapasitas bufer saliva akan naik, tetapi menjelang tengah
malam akan turun lagi.
pada musim panas volume saliva lebih rendah ssedangkan pada musim dingin
volume saliva mencapai puncaknya
6. Faktor usia, semakin tua semakin rendah laju aliran saliva, sedangkan pada anak dan
dewasa laju aliran saliva meningkat. Laju aliran saliva pada usia yang lebih tua akan
mengalami penurunan karena proses aging yang terjadi pada kelenjar saliva. Sel adiposa
akan menggantikan sel parenkim kelenjar saliva dan volum acini berkurang.

7. Faktor jenis kelamin, pada laki laki memilik glandula  salivarius lebih bbesar
dbandingkan wanita. Pada wanita terjadi perubahan hormonal yang memengaruhi laju
aliran saliva juga. Pada saat hamil, terjadi perubahan hormonal yang membuat rasa mual
pada ibu hamil. Rasa mual inilah yang akan merangsang produksi liur dan juga membuat
Mama tidak ingin menelan ludah, sehingga air liur pun dikeluarkan

8. Faktor penyakit, pada penderita diabetes melitus dapat ditemukan xerostomia dan
hipofungsi kelenjar saliva. Keadaan yang umumnya terlihat pada penderita DM
menyebabkan urinasi yang berlebihan (poliurin). Kehilangan cairan tubuh yang terus-
menerus ini akan menyebabkan dehidrasi dan rasa haus yang berlebihan (polidipsi)
(Praptiwi. 2006, Sukminingrum, dkk 2012)
Penyakit sistemik dan nutrisi Pada beberapa penyakit kronis seperti: pancreatitis, diabetes
mellitus, insufisiensi ginjal, anoreksia, bulimia, dan penyakit celiac, tingkat amylase
tinggi. Perubahan pada keadaan psiko-emosional dapat mengubah komposisi biokimia
saliva. Depresi akan disertai dengan berkurangnya protein saliva. Selain itu, kekurangan
gizi juga dapat mempengaruhi fungsi dan komposisi saliva.

a. Faktor hidrasi, Ketika air dalam tubuh berkurang hingga 8%, aliran saliva berkurang
hingga hampir menjadi 0. sementara hiperhidrasi menyebabkan peningkatan aliran saliva.
Selama dehidrasi, kelenjar saliva berhenti mensekresi untuk menghemat air Ketika tubuh
kekurangan air, laju aliran saliva berkurang karena kelenjar saliva mengurangi sekresi
untuk mempertahankan jumlah air dalam tubuh. Laju saliva meningkat saat hiperhidrasi
(Dawes, 2004; Almeida, 2008) Merangsang untuk minum.
a. Faktor berpuasa, Puasa jangka pendek dapat mengurangi laju aliran saliva namun tidak
sampai menyebabkan hiposalivasi karena aliran saliva akan dikembalikan ke nilai normal
segera setelah periode puasa berakhir. maka darri itu kalau kita puasa merasa haus.
Laju aliran saliva yang terstimulasi meningkat ketika terjadi stimulasi gustatory yang
terjadi dalam waktu kurang dari satu jam sebelum pengumpulan saliva. Sekresi saliva
meningkat sebulum dan selama proses muntah.21

Faktor karakteristik kelenjar saliva salah satunya ukuran kelenjar, semakin besar kelenjar
saliva maka saliva yanng dihasilkan semakin banyak (Nila, Kusuma. 2015.)

9. Faktor cahaya, keaadaan gelap atau ketika mata tertutup, aliran saliva mengalami
penurunan sekitar 30% hingga 40%. Namun, kondisi aliran saliva ini tidak berkurang pada
tunanetra bila dibandingkan dengan individu dengan penglihatan normal. Aliran saliva
juga dipengaruhi oleh cahaya. Pada ruangan gelap, laju aliran saliva akan berkurang 30-
40%. Namun tidak berpengaruh pada orang buta (Almeida, 2008). Disugestikan pada
orang buta atau mata tertutup beradaptasi dengan kurangnya cahayayang diterima olah
mata.

1. Jalur saraf

a. Gangguan pada nervus yang termasuk dalam serabut aferen pembawa impuls pada
pembentukan saliva dapat menghambat produksi ataupun sekresi saliva, seperti pada
gangguan serebrovaskular.
b. Faktor-faktor yang mengaktivasi saraf simpatis ataupun parasimpatis seperti aktivitas,
suhu, dan obat-obatan yang bekerja pada reseptor adrenergic ataupu kolinergik. Obat-
obatan seperti obat antidepresan, antipsikotik, antihipertensi menginhibisi pada reseptor
adrenergic atau kolinergik sehingga menurunkan produksi saliva. Postur tubuh,
pencahayaan dan merokok Aliran saliva bervariasi sesuai dengan kondisi postur tubuhm
kondisi pencahayaan dan kebiasaan merokok. Misalnya pada saat berdiri atau berbaring,
aliran saliva lebih tinggi dan menjadi lebih rendah ketika duduk.
Pusat pengendalian sekresi saliva ada di medula, dimana akan mengontrol derajat
pengeluaran saliva melalui saraf-saraf otonom. Baik stimulasi simpatis maupun
parasimpatis berfungsi meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan
mekanisme yang berperan berbeda. parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva,
menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim, sedangkan
stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan
konsistensi kental dan kaya mukous. Pengendalian sekresi saliva pada saat istirahat akan
dipicu oleh penglihatan pada retina oleh cahaya. Reflex cahaya itu akan membiaskan sel
acini melalui saraf simpatis. Nah pada sekresi ini saliva banyak mengandung protein dan
alirannya lambat. Pengendalian sekresi saliva saat makan akan menyebabkan reflex
makan yang dipicu oleh reseptor pengecapan dan mekanis mekanis.reseptor mekanis ini
akan merangsang pergerakan otot-otot rongga mulut dan melibatkan saraf simpatis dan
parasimpatis.
c. Stimulasi olfaktif dan merokok menyebabkan kenaikan sementara aliran saliva tanpa
stimulasi. Pria yang merokok secara signifikan menstimulasi aliran saliva lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. Efek iritasi dari tembakau meningkatkan
sekresi kelenjar saliva.20 Nikotin menyebabkan perubahan murfologi dan fisiologis yang
parah pada kelenjar saliva.9
d. Indeks aliran saliva Faktor utama yang mempengaruhi komposisi saliva adalah indeks
aliran yang bervariasi sesuai dengan jenis, intensitas dan durasi stimulus. Meningkatnya
aliran saliva menyebabkan konsentrasi total protein, natrium, kalsium, klorida, dan
bikarbonat serta pH meningkat sedangkan konsentrasi fosfat anorganik dan magnesium
berkurang. Stimulus kimia atau mekanik dapat meningkatkan laju aliran saliva.21
e. Alkohol Mengonsumsi etanol dalam dosis yang tinggi secara signifikan menyebabkan
penurunan laju aliran saliva terstimulasi. Penurunan ini menghasilkan perubahan pada
pelepasan protein total dan amylase, serta elektrolit. Tikus yang terpapar etanol dalam
waktu yang lama menunjukkan penurunan sekresi saliva yang signifikan dan
berkurangnya pelepasan protein.21
b. Obat-obatan Obat-obatan dapat menyebakan xerostomia atau mulut kering. Kelenjar
saliva dikontrol oleh system saraf otonom yang fungsinya dapat dipengaruhi oleh
berbagai obat. Mulut kering menjadi keluhan umum yang sering dikeluhkan oleh pasien
utamanya yang mengonsumsi obat untuk hipertensi, 20 psikiatri atau gangguan urinaria
dan pada manusia lanjut usia sebagai konsekuensi dari sejumlah obat yang dikonsumsi.
Beberapa jenis obat yang berpengaruh terhadap kelenjar saliva yaitu, antidepresan,
antihistamin, antihipertensi.21
Penggunaan obat tertentu yang mempunyai aksi antikolinergik (antidepresan,
antihistamin, antihipertensi) dapat mengurangi laju aliran saliva dan mengubah
komposisinya (Almeida et al, 2008). Greenberg et al (2008) menyatakan bahwa obat2
antikonvulsan, agen sitotoksik, dan musle relaxants dapat menyebabkan hipofungsi
kelenjar saliva dan memengaruhi laju aliran saliva.

Penyebab melemahnya daya kerja kelenjar saliva pada rongga mulut adalah:
a. Karena mengkonsumsi obat obatan dalam jangka panjang yang memiliki kandungan
kimia sangat keras, seperti kandungan antihistamin, antipsikotik, sedatif dan diuretik.
b. Adanya infeksi yang diisebabkan oleh virus yang membuat kekebalan tubuh menurun
dan kelenjar ludah tidak mampu melindungi rongga mulut dari kekeringan.
c. Akibat terlalu sering menjalani kemoterapi kanker yang ada disekitar kepala, belakang
telinga dan leher. Radiasi yang ditinggalkan oleh kemoterapi tersebut akan mengumpul
dibagian salah satu kelenjar lalu menimbulkan peradangan dan pembengkakan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran ludah dari kelenjar kerongga mulut dan merusak
salah satu dari tiga kelenjar antara kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.
d. Terlalu sedikit minum air putih hingga timbul dehidrasi diseputar mulut yang
mengakibatkan mulut kering dan mudah infeksi ketika terluka.
f. Adanya Paramyxovirus, sebuah virus penyebab gondongan yang menyerang kelenjar
parotis, pembengkakan disekitar leher dan pipi bagian bawah.
g. Kebiasaan tidur dan bernafas melalui mulut. Hal ini tidak sehat karena mempermudah
masuknya berbagai macam bakteri dan mulut kering. Kelenjar ludah tidak mampu
membasahi seluruh bagian rongga mulut ketika manusia bersinggungan dengan udara
bebas dengan mulut terbuka.
h. Mempunyai sakit nyeri yang lama tidak sembuh pada bibir bagian dalam seperti
sariawan.
Almeida, P. D. et al. 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. The
Journal of Contemporary Dental Practice. 9(3): 1-11

Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burkets’s oral medicine. 11th ed., Hamilton: BC Decker Inc,
2008: 97.

Guyton & Hall. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall. Edisi 11. Jakarta: EGC,
p: 498.

Nila, Kusuma. Fisiologi dan patologi saliva. Padang; 2015.

Anda mungkin juga menyukai