Selvi Dwi Yolanda - 10011181924027 - Tugas Indikator Surveilans
Selvi Dwi Yolanda - 10011181924027 - Tugas Indikator Surveilans
Nim : 10011181924027
Kelas : IKM C (2019)
Mata Kuliah :Surveilans Kesehatan Masyarakat
Tugas
Carilah Indikator Surveilans untuk topik: KEP, Malaria, DHF, dan Tipus Abdonimalis.
a) Indikator input
Berikut ini adalah beberapa contoh dari indikator input yang akan menjadi input
untuk pengelolaan program:
a. Jumlah tenaga gizi di Puskesmas.
b. Jumlah dan jenis formulir pencatatan dan pelaporan.
c. Jumlah timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, pita lingkar lengan atas,
Buku KIA/KMS yang ada.
d. Jumlah dana yang tersedia untuk pelaksanaan program.
e. Jumlah distribusi dan persediaan vitamin A, tablet tambah darah, MPASI balita
dan ibu hamil, taburia.
b) Indikator proses
Berikut ini adalah beberapa contoh indikator proses untuk pelaksanaan program:
a. Frekuensi kegiatan pelatihan.
b. Frekuensi kegiatan analisis data, pelaporan dan diseminasi informasi.
c. Frekuensi kegiatan pemantauan garam beriodium.
d. Frekuensi kegiatan pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu.
e. Frekuensi kegiatan edukasi gizi.
f. Frekuensi kegiatan konseling ASI dan MP-ASI.
g. Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A.
h. Frekuensi kegiatan distribusi Tablet Tambah darah, dan lain-lain.
c) Indikator output
Berikut ini adalah beberapa indikator output dari pelaksanaan kegiatan, yaitu adanya:
a. Cakupan distribusi kapsul vitamin A, cakupan distribusi tablet tambah darah.
b. Persentase D/S, K/S, N/D, BGM/D, 2 T
c. Cakupan pemberian MP-ASI.
d. Jumlah Puskesmas yang memiliki konselor ASI
e. Jumlah kader posyandu yang telah dilatih.
d) Indikator outcome
Di bawah ini adalah beberapa indikator outcome yang dalam jangka panjang dapat
dilihat sebagai berikut.
a. Prevalensi gizi kurang
b. Prevalensi balita pendek
c. Prevalensi balita kurus.
d. Prevalensi anemia pada ibu hamil
e. Prevalesi Kekurangan Vitamin A.
a) Indikator Input
a. Proporsi Puskesmas yang mempunyai peta strafikasi
b. Proporsi Puskesmas endemis malaria
c. Proporsi desa endemis malaria
d. Proporsi tenaga pengelola malaria yang sudah dilatih
e. Proporsi tenaga mikroskopis yang sudah dilatih
f. Proporsi tenaga Co. Ass. Entomologi yang sudah dilatih
g. Proporsi Puskesmas yang mempunyai mikroskop yang berfungsi
h. Proporsi Puskesmas dengan Reagen yang cukup
i. Proporsi Puskesmas yang mempunyai peralatan pemberantasan vektor yang
cukup
j. Proporsi Puskesmas yang mempunyai peralatan pengamatan vektor yang cukup
k. Proporsi Puskesmas yang sudah memperoleh pedoman ( Juknis dan Juklak)
l. Proporsi Puskesmas/Pustu yang mempunyai kebutuhan obat anti malaria yang
cukup
m. Proporsi Puskesmas dengan kebutuhan biaya operasional yang cukup.
b) Indikator Proses
a. Proporsi cakupan penemuan penderita
b. Proporsi Puskesmas yang melakukan diagnosa malaria dengan laboratorium
c. Proporsi penderita malaria klinis yang diperiksa secara laboratorium
d. Proporsi penderita yang memperoleh pengobatan klinis
e. Proporsi penderita malaria positif yang memperoleh pengobatan radikal
f. Proporsi penderita yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
g. Proporsi penderita malaria yang dilakukan follow-up
h. Proporsi lokasi yang dilakukan pemberantasan vektor yang didukung data
epidemiologi dan entomologi
i. Proporsi lokasi yang dilakukan pengamatan vektor.
j. Proporsi tenaga mikroskopis yang melakukan kesalahan pemeriksaan laboratorium
> 5%.
c) Indikator Output
a. Parasite Rate ( PR), kegunaannya adalah untuk mengetahui prevalensi malaria
pada satu daerah tertentu. Rumusnya : Jumlah malaria positif 0-9 tahun / Jumlah
anak 0-9 tahun yang diperiksa SD x 100%.
b. SPR (Slide Positif Rate), dari kegiatan PCD di sarana pelayanan kesehatan,
kegunaannya adalah untuk mengetahui proporsi ketepatan diagnosa. Rumusnya :
Jumlah malaria positif / Jumlah malaria klinis yang diperiksa SD x 100 %.
c. Parasit formula ( % P. f, Pv ), kegunaannya adalah menentukan kebijakan
pengobatan pada daerah tertentu, salah satu indikator KLB malaria. Rumusnya :
Jumlah malaria dgn P. falciparum + mix / Jumlah malaria positif X 100%.
d. Proporsi gagal obat
e. Kepadatan vektor (MBR)
f. Parity rate
g. Proporsi desa HCI/HPI, MCI/MPI,.LCI/LPI.
d) Indikator Outcome
API ( Annual Parasite Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui Incidence
malaria pada satu daerah tertentu dalam satu tahun.
Berikut rumus menghitung Annual Parasite Incidence ( API ): Jumlah penderita
positif malaria/ jumlah penduduk x 1.000
AMI (Annual Malaria Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui Incidence
malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu tahun.
Berikut rumus menghitung Annual Malaria Incidence (AMI ) / Jumlah Penderita
malaria klinis/jumlah penduduk x 1.000
MOPI (Montly Parasite Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui
Incidence malaria pada satu daerah tertentu selama satu bulan.
Berikut rumus menghitung Montly Parasite Incidence (MoPI) : Jumlah penderita
positif malaria per bulan / jumlah penduduk x 1.000
MoMI ( Monthly Malaria Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui
incidence malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu bulan.
Berikut rumus menghitung Montly Malaria Incidence (MoMI) : Jumlah penderita
malaria klinis per bulan / jumlah penduduk x 1.000
CFR ( Case Fatality Rate) Kegunaannya adalah untuk mengukur angka (kematian
disebabkan malaria) dibandingkan dengan jumlah penderita malaria, biasanya
digunakan pada saat KLB.
Berikut rumus menghitung Case Fatality Rate : Jumlah penderita meninggal karena
malaria / jumlah penderita malaria x 100%.
a) Indikator Input
a. Man ( Tenaga )
Jumlah tenaga surveilans DHF
Ketersediaan tenaga terlatih dalam manajemen program teknis P2DDHF
b. Material - machine ( Sarana dan Prasarana)
Ketersediaan Formulir Surveilans DHF
Ketersediaan ATK
Ketersediaan perangkat computer
Ketersediaan alat komunikasi
Ketersediaan perangkat surveilans lain.
c. Money ( pendanaan)
Jumlah alokasi dana untuk program DHF
Sumber dana surveilans DHF
d. Market ( sasaran)
Penggunaan informasi hasil surveilans DHF
Kebutuhan informasi hasil surveilans DHF
e. Methode ( metode)
Ketersediaan pedoman evaluasi surveilans DHF
Ketersediaan SOP surveilans DHF.
b) Indikator Proses
a. Pengumpulan Data : Sumber data
Data demografi dan klimatologi
Data kasus DHF perorangan
Data kasus dah kematian DHF mingguan
Data kasus kematian DHF bulanan
b. Pengolahan data
Pemantauan situasi mingguan per kecamatan
Menentukan stratifikasi Kec.DHF
Menentukan musim penularan
c. Analisis Data
Menganalisis distribusi penderita dan kematian DHF per kecamatan, menurut
tahun, umur, jenis kelamin.
Kecenderungan situasi DHF
Menghitung CFR dan IR
a. Penyebaran informasi
Petugas surveilans mengirimkan informasi DHF menggunakan email maupun
jasa pengiriman.
c) Indikator Ouoput
Laporan kegiatan surveilans DHF ( Dengue Haemoragic Fever):
Buletin epidemiologi DHF
Laporan bulanan form K-DHF
Laporan Tibulanan DHF.
d) Indikator Outcome
a. Angka Kematian / Case fatality rate (CFR) adalah angka kematian yang
diakibatkan dari suatu penyakit dalam waktu tertentu dikalikan 100%. Berikut
rumus menghitung Case fatality rate (CFR) : Jumlah kematian / Jumlah kasus x
100%.
b. Insidence Rate ( IR ) adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan kejadian kasus
bwru penyakit populasi dalam suatu periode waktu tertentu. IR merupakan
proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam
resiko x lamanya ia dalam resiko. Berikut rumus menghitung Insidence ( IR) :
Jumlah kasus / Jumlah penduduk x 100.000.
c. Attack Rack ( AR ) adalah ukuran epidemiologi pada saat terjadi KLB, untuk
menghitung kaus berisiko di wilayah dan di waktu tertentu. Berikut rumus
menghitung Attack Rack ( AR ) : Jumlah kasus / Jumlah populasi beresiko pada
waktu tertentu.
d. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah proporsi jumlah rumah negatif jentik dengan
jumlah rumah terperiksa. Semakin rendah ABJ memperlihatkan semakin
besarnya kemungkinan penularan DBD di lokasi survei mengingat radius
penularan DBD adalah 100 meter dari tempat penderita. Untuk membatasi
penyebaran DHF Nilai ABJ minimal ,95%.