Anda di halaman 1dari 5

Nama : Selvi Dwi Yolanda

Nim : 10011181924027
Kelas : IKM C (2019)
Mata Kuliah :Surveilans Kesehatan Masyarakat

Tugas
Carilah Indikator Surveilans untuk topik: KEP, Malaria, DHF, dan Tipus Abdonimalis.

Jenia Indikator ada 4, yaitu :


1) Indikator morbidity, mortality, disability.
2) Indikator faktor risiko penyakit : RR dan OR.
3) Indikator hasil laboratorium.
4) Indikator Program : Input, Proses, Output, Outcome.

1. Indikator Surveilans KEP dengan indikator program

a) Indikator input
Berikut ini adalah beberapa contoh dari indikator input yang akan menjadi input
untuk pengelolaan program:
a. Jumlah tenaga gizi di Puskesmas.
b. Jumlah dan jenis formulir pencatatan dan pelaporan.
c. Jumlah timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, pita lingkar lengan atas,
Buku KIA/KMS yang ada.
d. Jumlah dana yang tersedia untuk pelaksanaan program.
e. Jumlah distribusi dan persediaan vitamin A, tablet tambah darah, MPASI balita
dan ibu hamil, taburia.
b) Indikator proses
Berikut ini adalah beberapa contoh indikator proses untuk pelaksanaan program:
a. Frekuensi kegiatan pelatihan.
b. Frekuensi kegiatan analisis data, pelaporan dan diseminasi informasi.
c. Frekuensi kegiatan pemantauan garam beriodium.
d. Frekuensi kegiatan pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu.
e. Frekuensi kegiatan edukasi gizi.
f. Frekuensi kegiatan konseling ASI dan MP-ASI.
g. Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A.
h. Frekuensi kegiatan distribusi Tablet Tambah darah, dan lain-lain.
c) Indikator output
Berikut ini adalah beberapa indikator output dari pelaksanaan kegiatan, yaitu adanya:
a. Cakupan distribusi kapsul vitamin A, cakupan distribusi tablet tambah darah.
b. Persentase D/S, K/S, N/D, BGM/D, 2 T
c. Cakupan pemberian MP-ASI.
d. Jumlah Puskesmas yang memiliki konselor ASI
e. Jumlah kader posyandu yang telah dilatih.
d) Indikator outcome
Di bawah ini adalah beberapa indikator outcome yang dalam jangka panjang dapat
dilihat sebagai berikut.
a. Prevalensi gizi kurang
b. Prevalensi balita pendek
c. Prevalensi balita kurus.
d. Prevalensi anemia pada ibu hamil
e. Prevalesi Kekurangan Vitamin A.

2. Indikator Surveilans Malaria dengan indikator program

a) Indikator Input
a. Proporsi Puskesmas yang mempunyai peta strafikasi
b. Proporsi Puskesmas endemis malaria
c. Proporsi desa endemis malaria
d. Proporsi tenaga pengelola malaria yang sudah dilatih
e. Proporsi tenaga mikroskopis yang sudah dilatih
f. Proporsi tenaga Co. Ass. Entomologi yang sudah dilatih
g. Proporsi Puskesmas yang mempunyai mikroskop yang berfungsi
h. Proporsi Puskesmas dengan Reagen yang cukup
i. Proporsi Puskesmas yang mempunyai peralatan pemberantasan vektor yang
cukup
j. Proporsi Puskesmas yang mempunyai peralatan pengamatan vektor yang cukup
k. Proporsi Puskesmas yang sudah memperoleh pedoman ( Juknis dan Juklak)
l. Proporsi Puskesmas/Pustu yang mempunyai kebutuhan obat anti malaria yang
cukup
m. Proporsi Puskesmas dengan kebutuhan biaya operasional yang cukup.
b) Indikator Proses
a. Proporsi cakupan penemuan penderita
b. Proporsi Puskesmas yang melakukan diagnosa malaria dengan laboratorium
c. Proporsi penderita malaria klinis yang diperiksa secara laboratorium
d. Proporsi penderita yang memperoleh pengobatan klinis
e. Proporsi penderita malaria positif yang memperoleh pengobatan radikal
f. Proporsi penderita yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
g. Proporsi penderita malaria yang dilakukan follow-up
h. Proporsi lokasi yang dilakukan pemberantasan vektor yang didukung data
epidemiologi dan entomologi
i. Proporsi lokasi yang dilakukan pengamatan vektor.
j. Proporsi tenaga mikroskopis yang melakukan kesalahan pemeriksaan laboratorium
> 5%.
c) Indikator Output
a. Parasite Rate ( PR), kegunaannya adalah untuk mengetahui prevalensi malaria
pada satu daerah tertentu. Rumusnya : Jumlah malaria positif 0-9 tahun / Jumlah
anak 0-9 tahun yang diperiksa SD x 100%.
b. SPR (Slide Positif Rate), dari kegiatan PCD di sarana pelayanan kesehatan,
kegunaannya adalah untuk mengetahui proporsi ketepatan diagnosa. Rumusnya :
Jumlah malaria positif / Jumlah malaria klinis yang diperiksa SD x 100 %.
c. Parasit formula ( % P. f, Pv ), kegunaannya adalah menentukan kebijakan
pengobatan pada daerah tertentu, salah satu indikator KLB malaria. Rumusnya :
Jumlah malaria dgn P. falciparum + mix / Jumlah malaria positif X 100%.
d. Proporsi gagal obat
e. Kepadatan vektor (MBR)
f. Parity rate
g. Proporsi desa HCI/HPI, MCI/MPI,.LCI/LPI.
d) Indikator Outcome
 API ( Annual Parasite Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui Incidence
malaria pada satu daerah tertentu dalam satu tahun.
Berikut rumus menghitung Annual Parasite Incidence ( API ): Jumlah penderita
positif malaria/ jumlah penduduk x 1.000
 AMI (Annual Malaria Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui Incidence
malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu tahun.
Berikut rumus menghitung Annual Malaria Incidence (AMI ) / Jumlah Penderita
malaria klinis/jumlah penduduk x 1.000
 MOPI (Montly Parasite Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui
Incidence malaria pada satu daerah tertentu selama satu bulan.
Berikut rumus menghitung Montly Parasite Incidence (MoPI) : Jumlah penderita
positif malaria per bulan / jumlah penduduk x 1.000
 MoMI ( Monthly Malaria Incidence) kegunaannya adalah untuk mengetahui
incidence malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu bulan.
Berikut rumus menghitung Montly Malaria Incidence (MoMI) : Jumlah penderita
malaria klinis per bulan / jumlah penduduk x 1.000
 CFR ( Case Fatality Rate) Kegunaannya adalah untuk mengukur angka (kematian
disebabkan malaria) dibandingkan dengan jumlah penderita malaria, biasanya
digunakan pada saat KLB.
Berikut rumus menghitung Case Fatality Rate : Jumlah penderita meninggal karena
malaria / jumlah penderita malaria x 100%.

3. Indikator Surveilans Dengue Haemoragic Fever (DHF) dengan indikator program

a) Indikator Input
a. Man ( Tenaga )
 Jumlah tenaga surveilans DHF
 Ketersediaan tenaga terlatih dalam manajemen program teknis P2DDHF
b. Material - machine ( Sarana dan Prasarana)
 Ketersediaan Formulir Surveilans DHF
 Ketersediaan ATK
 Ketersediaan perangkat computer
 Ketersediaan alat komunikasi
 Ketersediaan perangkat surveilans lain.
c. Money ( pendanaan)
 Jumlah alokasi dana untuk program DHF
 Sumber dana surveilans DHF
d. Market ( sasaran)
 Penggunaan informasi hasil surveilans DHF
 Kebutuhan informasi hasil surveilans DHF
e. Methode ( metode)
 Ketersediaan pedoman evaluasi surveilans DHF
 Ketersediaan SOP surveilans DHF.
b) Indikator Proses
a. Pengumpulan Data : Sumber data
 Data demografi dan klimatologi
 Data kasus DHF perorangan
 Data kasus dah kematian DHF mingguan
 Data kasus kematian DHF bulanan
b. Pengolahan data
 Pemantauan situasi mingguan per kecamatan
 Menentukan stratifikasi Kec.DHF
 Menentukan musim penularan
c. Analisis Data
 Menganalisis distribusi penderita dan kematian DHF per kecamatan, menurut
tahun, umur, jenis kelamin.
 Kecenderungan situasi DHF
 Menghitung CFR dan IR
a. Penyebaran informasi
 Petugas surveilans mengirimkan informasi DHF menggunakan email maupun
jasa pengiriman.
c) Indikator Ouoput
 Laporan kegiatan surveilans DHF ( Dengue Haemoragic Fever):
 Buletin epidemiologi DHF
 Laporan bulanan form K-DHF
 Laporan Tibulanan DHF.
d) Indikator Outcome
a. Angka Kematian / Case fatality rate (CFR) adalah angka kematian yang
diakibatkan dari suatu penyakit dalam waktu tertentu dikalikan 100%. Berikut
rumus menghitung Case fatality rate (CFR) : Jumlah kematian / Jumlah kasus x
100%.
b. Insidence Rate ( IR ) adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan kejadian kasus
bwru penyakit populasi dalam suatu periode waktu tertentu. IR merupakan
proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam
resiko x lamanya ia dalam resiko. Berikut rumus menghitung Insidence ( IR) :
Jumlah kasus / Jumlah penduduk x 100.000.
c. Attack Rack ( AR ) adalah ukuran epidemiologi pada saat terjadi KLB, untuk
menghitung kaus berisiko di wilayah dan di waktu tertentu. Berikut rumus
menghitung Attack Rack ( AR ) : Jumlah kasus / Jumlah populasi beresiko pada
waktu tertentu.
d. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah proporsi jumlah rumah negatif jentik dengan
jumlah rumah terperiksa. Semakin rendah ABJ memperlihatkan semakin
besarnya kemungkinan penularan DBD di lokasi survei mengingat radius
penularan DBD adalah 100 meter dari tempat penderita. Untuk membatasi
penyebaran DHF Nilai ABJ minimal ,95%.

Indikator Surveilans DHF secara umum yaitu persentase kelengkapan laporan (


K.DHF, DP, DHF).80% persentase ketepatan laporan ( K.DHF,D DP, DHF, W2 DHF
) 80 % , tersedia data endemitas dan distribusi kasus per . kecamatan ( tabel, grafik,
mapping), dapat menentukan saat terjadinya musim penularan di kabupaten/kota
berdasarkan analisis data yang tersedia , tersedia data demografi dan geografi
kabupaten/kota, DNA dapat melihat kecenderungan penyakit DHF di kabupate/kota,
dan dapat melihat kecenderungan penuakit DHF di kabupaten/kota berdasarkan
analisis data yang tersedia ( Dirjen PP dan PL, 2011).

4. Indikator Surveilans Tipus Abdonimalis dengan indikator program

1. Surveilans aktif demam tifoid


Merupakan surveilans dengan intensitas tinggi yang menuntut adanya protocol
yang jelas dengan tujuan mendapatkan data insidens yang representatif danreliable,
biasanya dilakukan observasi jangka pendek, serta paling sering dalambentuk
penelitian.
a. Surveilans aktif berdasarkan populasi
Diperlukan perkunjungan di rumah-rumah setiap minggu atau setiap bulan
oleh pekerja surveilans yang sudah terlatih yang menanyakan jika di rumah tersebut
ada demam 3 hari atau lebih sejak kunjungan terakhir.
b. Surveilans aktif berdasarkan fasilitas
Bisa mencakup seluruh populasi jika terdapat fasilitas surveilans yang
mendata seluruh populasi dengan stabil, misalnya surveilans tifoid
berdasarkan rumah sakit.
c. Surveilans aktif berdasarkan laboratorium
Metode ini merupakan metode yang paling direkomendasikan di
manalaboratorium yang melakukan surveilans di suatu daerah bisa lebih dari satu.
Laboratorium memastikan bahwa setiap orang yang datang padamereka dengan gejala
demam lebih dari tiga hari , diskrining dan dilakukankultur darah, dengan catatan jika
ada pasien dengan ciri demikian tidakdatang ke laboratorium maka surveilans tetap
dilanjutkan.
Sasaran variabel data surveilans terpadu yakni:
1. Variabel Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan umur, setiap kasus digolongkan pada golongan umur 0 –7 hari, 8
– 28 hari, > 1 tahun, 1-4 tahun, 5- 9 tahun, 10 - 14 tahun, 15- 19 tahun, 20 - 44 tahun,
45 – 54 tahun, 55 – 59 tahun, 60 – 69 tahun, 70 tahun lebih dan total menurut jenis
kelamin.
2. Variabel Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kematian
Selain berdasarkan pengelompokan golongan umur dan jenis kelamin,
surveilans di Rumah Sakit dikelompokkan lagi menurut rawat jalan dan rawat inap.
Variabel rawat inap ditambahkan dengan total kematian.
3. Variabel Waktu Kunjungan Kasus
Setiap kasus dikelompokkan menurut periode waktu mingguan dan bulanan.
4. Variabel Total Kunjungan
Setiap laporan disertakan data total kunjungan berobat setiap jenis penyakit
dan total kunjungan berobat atau total kunjungan pelayanan.
5. Variabel Kelengkapan dan Ketepatan Laporan
Setiap laporan disertai data kelengkapan dan ketepatan waktu laporan sumber
data surveilans. Kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans Kabupaten/Kota terdiri
dari kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas, Rumah Sakit dan
Laboratorium. Kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans Propinsi dan Nasional
terdiri dari kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas, Rumah
Sakit dan Laboratorium serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai