Delia Rifdah Basuni - LP Post Partum
Delia Rifdah Basuni - LP Post Partum
Delia Rifdah Basuni - LP Post Partum
POST PARTUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Klinik Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Wiwi M. Wijaya, S.Kep., Ners
Disusun Oleh :
Delia Rifdah Basuni
10119016
2A
2. Etiologi
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia internal maupun eksternal akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Winknjosastro, 2006). Setelah bayi
lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi
keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan
post partum (Manuaba, 1998).
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 - 3
menit, dengan durasi 50 – 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah
pada pembukaan mendekati lengjap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik
ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setlah kedua bahu lahir ketiak di
ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5-10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebih 400-500 cc (Manuaba, 1989).
5. Patofisiologi
1) Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai
2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil
penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500
gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu
minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa
pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2) Adaptasi Psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir
pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase
ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat
istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.
Pathway Post Partum
6. Kemungkinan Data Fokus Hasil Wawancara
A. Identitas Pasien
- Identitas pasien meliputi : Nama pasien, tempat dan tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, nama orang tua, pekerjaan, alamat, suku/bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, diagnosa medis.
- Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama,
Suku/Bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
B. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang respons klien
terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum.
Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :
1) Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan.
2) Lamanya ketuban pecah dini.
3) Adanya episiotomi dan laserasi.
4) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR).
5) Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran.
6) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum.
7) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
uteri, retensi plasenta.
Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang signifikan
yang merupakan faktor predisposisi terjadinya komplikasi post partum.
C. Pengkajian Status Nutrisi
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data ibu
saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang
memadai (misal : konjungtiva) dan riwayat diat yang adekuat atau penampilan.
Perawat juga perlu mengkaji beberapa faktor komplikasi yang memperburuk
status nutrisi, seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan.
D. Pengkajian Tingkat Energi dan Kualitas Istirahat
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur serta menanyakan apa yang
dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di
rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah
persalinan.
7. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum nifas normal biasanya baik.
b. Keadaan Emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi
post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas
normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda-Tanda Vital
- Tekanan darah, normal yaitu <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagaian besar wanita mengalami peningkatan TD sementara waktu.
Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila TD menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila TD
tinggi merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa
timbul pada masa nifas. Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
- Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38˚C. Pada hari ke-4 setelah
persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38˚C pada hari ke-2 sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
- Nadi, nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yaitu pada waktu habis persalinan karena
ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 100 x/menit.
Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai
peningkatan suhu tubuh.
- Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-26 x/menit. Pada umumnya respirasi
lambat atau bahkan normal. Namun demikian, tidak lain karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post
partum (30 x/menit) mungkin karena adanya ikatan dari tanda-tanda syok.
d. Kepala dan Wajah
1) Rambut
Melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan rambut.
2) Wajah
Adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3) Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena perdarahan saat
persalinan.
4) Hidung
Kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi
pada ibu post partum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
5) Mulut dan Gigi
Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa
beredar secara sistematik.
6) Leher
Kaji adanya pembesaran limfe dan pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar limfe
yang membesar dapat menunjukkan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya
data yang lain seperti hipertermi, nyeri, dan bengkak.
7) Telinga
Kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.
e. Pemeriksaan Thorak
1) Inspeksi Payudara
- Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi ASI, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simteris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,
retraksi atau luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya
tumor.
- Warna kulit, kaji adanya kemeran pada kulit yang dapat menunjukkan adanya
peradangan.
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, dan kesimetrisan serta palpasi apakah adanya nyeri tekan guna
menemukan status laktasi. Pada 1-2 hari pertama post partum, payudara tidak
banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika
menyusui, perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan
aerola apakah ada tanda-tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu
apakah ada nyeri tekan.
f. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi Abdomen
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukkan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan.
Abdomen yang lembek menunjukkan sebaliknya dan dapat dimasase untuk
merangsang kontraksi.
2) Palpasi Abdomen
- Tinggi Fundus Uteri
Segera setelah persalinan TFU 2 cm di bawah pusat, 12 jam kemudian kembali
1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
Hari ke-2 post partum TFU 1 cm di bawah pusat
Hari ke 3-4 post partum TFU 2 cm di bawah pusat
Hari ke 5-7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
Hari ke-10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi
Kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukkan kontraksi uterus kurang
maksimal sehingga memungkinan terjadinya perdarahan.
- Posisi
Posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasnaya terdorong oleh
bladder yang penuh.
- Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah kelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurnanya berkurang oleh involusi (Martin, Reeder, G. Koniak, 2014).
- Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urin di kandung kemih.
g. Ekstremitas Atas dan Bawah
1) Verises
Melihat apakah ibu mengalami verises atau tidak. Pemeriksaan varises sangat
penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan untuk
mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh
perubahan hormonal.
2) Edema
Tanda human positif menunjukkan adanya tromboflebitis sehingga dapat
menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda human adalah
memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika
nyeri maka tanda human positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini
agar siklus lancer. Rabalah tendon di bawah lutut/patella. Dengan
menggunakan hammer ketuklah rendon pada lulut bagian depan. Tungkai
bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bilah reflek lutut negatif
kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya
berlebihan dan cepat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamasi.
3) Perineum
Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum menunjang
penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil
dan pasca persalinan.
- REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi
episiotomy atau laserasi perineum. REEDA singkatan dari
(Redness/kemerahan, Edema, Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran,
dan Approximate/perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap
normal pada episiotomy dan luka namun jika ada rasa sakit yang
signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema
berlebihan dapat memperlambat penyembuhan luka. Penggunaan kompres
es (icepacks) selama periode pasca melahirkan umumnya disarankan.
- Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi, dan bau lochia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai, misalnya ibu post partum hari ke-7 harus
memiliki lochia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika
warna lochia masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum.
Lochia yang berbau busuk yang dinamakan lochia purulenta menunjukkan
adanya infeksi di saluran reproduksi dan harus segera ditangani.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ump.ac.id/2650/3/SUGESTI
%2520LARASATI%2520BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjmjN2NrtPwAhVt_XMBHcc-
BN8QFjACegQIEhAC&usg=AOvVaw1szjM0YUre04FPx7C8IK_v
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unimus.ac.id/download.php%3Fid
%3D8251&ved=2ahUKEwjQq9zCstPwAhX_7nMBHU5OAVAQFjACegQIDBA
C&usg=AOvVaw0wWMSE6AoDzj_gWw20X1YQ
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1364/3/3.%252
0BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjTtbj7-
dXwAhWI63MBHYrnAjMQFjAAegQIBBAC&usg=AOvVaw11KhXqbMJuY4
VeLTmujFDh
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/393/1/Untitled.pdf&ved=2ahUKEwjX3vTemdjwAhVEbn0KHSXG
DjgQFjADegQIBxAC&usg=AOvVaw1N_rv2zl8kQIFC4rsLS5vV