net/publication/281614677
CITATIONS READS
0 1,456
2 authors, including:
Wiryanto Dewobroto
Universitas Pelita Harapan
28 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Wiryanto Dewobroto on 09 September 2015.
ABSTRAK
Perilaku keruntuhan baja adalah daktail, sifat penting untuk pembuatan konstruksi tahan gempa.
Meskipun demikian, tidak berarti setiap konstruksi baja pasti akan secara otomatis bersifat tahan
gempa. Gempa Northridge (1994) menunjukkan adanya kerusakan non-daktail atau getas pada
kontruksi baja dengan sistem las, yang memenuhi kriteria perencanaan saat itu. Penelitian pasca
gempa menyimpulkan, bahwa untuk menghasilkan konstruksi baja tahan gempa yang daktail dan
handal, perlu merubah kebiasaan praktis yang ada. Mulai dari tahapan desain, pemilihan bahan
material, fabrikasi, erection dan pengawasan mutu pekerjaan konstruksi baja yang dibuat. Akibat-
nya, perlu dibuat peraturan perencanaan struktur baja tahan gempa yang khusus (AISC 1999).
Tidak sembarang sistem struktur dapat dipilih, tiap sistem mempunyai prosedur perencanaan
berbeda. Maklum, perilaku keruntuhannya tidak sama, sehingga perlu penanganan yang sesuai.
Oleh sebab itu kemampuan mengenali karakter masing-masing sistem struktur yang tersedia,
sangat perlu, agar konstruksinya menjadi optimal. Untuk itu akan dibahas Portal Momen Rangka
Batang Khusus (PMRBK) pada bangunan bertingkat sedang, ditinjau beberapa konfigurasi untuk
direncanakan sesuai ketentuan. Karena prosedur perencanaan masih didasarkan pada analisis
elastis-linier, sehingga tidak diketahui perilaku keruntuhannya, maka dilakukan analisis non-linier
statik pushover. Itu diperlukan untuk mengetahui, apakah prosedur perencanaan yang dipakai
mampu menghasilkan perilaku struktur daktail pada berbagai konfigurasi. Untuk mempelajari
karakter khas sistem PMRBK, dipilih konfigurasi geometri tertentu dan diubah menjadi sistem
struktur Portal Momen Khusus (PMK). Antara keduanya lalu dievaluasi, ternyata untuk konfigurasi
bentang bangunan bertingkat tertentu, sistem PMRBK dapat memberikan kapasitas dukung lantai
yang lebih besar dibanding sistem PMK. Ini tentu informasi yang menarik bagi para insinyur untuk
menentukan sistem konstruksi baja tahan gempa yang paling ekonomis.
Kata kunci: struktur baja tahan gempa, Portal Momen Rangka Batang Khusus (PMRBK), Portal
Momen Khusus (PMK), keruntuhan daktail
1. Pendahuluan
Perilaku keruntuhan material baja adalah daktail, suatu perilaku material yang penting
bagi konstruksi tahan gempa. Meskipun demikian, itu tidak berarti konstruksi baja yang
sepenuhnya dari jenis material tadi, akan secara otomatis bersifat tahan gempa. Gempa
Northridge, USA (1994) telah menunjukkan bahwa kerusakan non-daktail atau getas
bisa saja terjadi pada kontruksi baja, yang telah memenuhi kriteria perencanaan saat itu,
khususnya dengan sistem sambungan las. Bentuk kerusakan yang banyak ditemui pada
bangunan baja akibat gempa Northridge sesuai laporan FEMA 350 (Hamburger 2000)
adalah sebagai berikut Gambar 1.
Gambar 1. Sambungan tipikal bangunan baja dan kerusakan akibat gempa Northridge (FEMA 2000)
Pada beberapa kasus, kerusakan fraktur juga berkembang menjadi retakan pada sayap
kolom di daerah belakang bagian yang dilas. Pada kasus tersebut, bagian sayap kolom
terlihat masih menyatu dengan sayap balok, tetapi tertarik lepas dari bagian kolom uta-
ma. Pola ini dikenal sebagai kerusakan “divot” atau “nugget” (Hamburger et. al 2000).
(a). Kerusakan pada transisi pengelasan (b). Kerusakan "divot" pada sayap kolom
Gambar 2. Kerusakan fraktur sambungan balok-kolom akibat gempa Northridge (Hamburger et. al 2000).
Sistem PMRBK ditujukan untuk Sistem Pemikul Beban Gempa, adalah hasil penelitian
Prof Subhash C. Goel, sejak 1988 di Universitas Michigan (Basha - Goel 1996). Inovasi-
nya adalah memperbaiki perilaku portal-rangka-batang, dari kolom lemah – balok kuat
menjadi berperilaku kolom kuat – balok lemah, dengan menempatkan segmen khusus.
Perilaku inelastis saat gempa dan tipe segmen khusus yang tersedia, lihat Gambar 4.
Portal Momen Rangka Batang Khusus (PMRBK), menurut draft SNI 1729.2, atau Special
Truss Moment Frame (STMF), menurut AISC (2010b), adalah sistem struktur yang saat
gempa besar dapat mengalami deformasi inelastis hanya pada segmen khusus yang te-
lah disiapkan. Adapun bagian struktur yang lain, harus tetap berperilaku elastis.
Adanya elemen struktur khusus yang berperilaku inelastis dan elemen lain tetap elastis
menyebabkan prosedur perencanaan struktur menjadi tidak biasa. Apalagi diketahui
bahwa keruntuhan struktur baja, tidak hanya terjadinya leleh (yield), juga fraktur (retak)
yang bersifat non-daktail. Oleh sebab itu AISC (2010b) memberikan persyaratan ketat.
Panjang bentang rangka dibatasi ≤ 20 m, tinggi rangka batang ≤ 1.8 m. Pembatasan ini
diberikan karena PMRBK masih tergolong baru, hanya ukuran yang sesuai dengan hasil
percobaan yang boleh digunakan. Kolom-kolom dan segmen lain selain segmen khusus
harus direncanakan agar tetap dalam keadaan elastis ketika segmen khusus mengalami
pelelehan penuh hingga tahap strain-hardening.
Segmen khusus (special segment), dipasang di tengah-tengah bentang rangka batang,
panjangnya 0.1 ∼ 0.5 kali panjang bentang. Perbandingan panjang (L) terhadap tinggi
segmen khusus (d), adalah 0.67 ≤ L/d ≤ 1.5. Adapun konfigurasi panel segmen khusus
dengan h1 tinggi kolom bawah; V' gaya geser dasar ekivalen satu bentang saja, yaitu
dari membagi gaya geser dasar dengan jumlah bentang desain yang menahan gempa;
Mpc momen plastis perlu kolom bawah. Faktor 1.1 adalah faktor kuat lebih untuk mem-
perhitungkan adanya strain-hardening dan ketidak-pastian pada kekuatan material.
Gambar 5. Satu bentang portal dengan mekanisme soft-story (Leelataviwat et al., 1999)
Kuat perlu untuk batang tepi pada segmen khusus pada tingkat ke-i adalah
⎛ n ⎞ ⎛ L n ⎞
βi M pbr = βi ⎜ ∑ Fi hi − 2M pc ⎟ ⎜ 4 ∑ βi ⎟ ............................................................................. (2)
⎝ i =1 L
⎠ ⎝ s i =1 ⎠
Desain untuk batang tepi pada segmen khusus dilakukan dengan memakai
βi M pbr ≤ φ Mnci , dimana φ Mnci = φ Z i F y ............................................................................... (3)
dengan βi adalah rasio gaya geser tingkat i dengan gaya geser tingkat paling atas.
Setelah gaya geser maksimum profil dicari, struktur dipisah menjadi diagram free body
bentang eksterior (Gambar 6a dan 6b) dan interior (Gambar 6c).
(a) gaya lateral ke kanan, (b) gaya lateral ke kiri (c) kedua arah sama
Gambar 6. Diagram free body bentang eksterior dan interior (Chao-Goel 2006)
Gambar 6a, gaya geser maksimum, Vne, pada tengah segmen khusus dianggap tercapai
di saat kolom lantai 1 mencapai kapasitas maksimum, Mpc. Tahap ini, gaya lateral peng-
imbang pada struktur free body dianggap tetap didistribusikan sama seperti sebelumnya,
besarnya dihitung dari keseimbangan gaya yang terjadi. Untuk bentang eksterior kondisi
beban lateral ke arah kanan, maka jumlah total gaya tersebut adalah:
⎛L n L2 n
⎞ ⎛ n ⎞
( FR )ext = ⎜ ∑ (Vne )i − ∑w iu + M pc ⎟ ⎜ ∑ α i hi ⎟ .................................................................... (5)
⎝ 2 i =1 8 i =1 ⎠ ⎝ i =1 ⎠
Pada kondisi beban lateral ke arah kiri, jumlah total gaya tersebut adalah:
⎛L n L2 n
⎞ ⎛ n ⎞
( FL )ext = ⎜ ∑ (Vne )i + ∑w iu + M pc ⎟ ⎜ ∑ α i hi ⎟ ................................................................... (6)
⎝ 2 i =1 8 i =1 ⎠ ⎝ i =1 ⎠
Untuk bentang interior, gaya lateral ke arah kanan dan kiri memberikan hasil yang sama:
⎛ n ⎞ ⎛ n ⎞
( FR )int = ⎜ L ∑ (Vne )i + 2 M pc ⎟ ⎜ ∑ α i hi ⎟ ................................................................................ (7)
⎝ i =1 ⎠ ⎝ i =1 ⎠
Setelah semua gaya perlu untuk mencapai keseimbangan telah diberikan pada struktur
free body, elemen-elemen pada struktur free body (selain segmen khusus) dapat mulai
didesain dengan analisis elastis yang biasa.
Struktur benchmark ini adalah salah satu konfigurasi PMRBK pada penelitian Chao-Goel
(2006). Tumpuan kolom bawah berupa jepit, dengan cara memberikan balok pengikat.
Semua rangka batang memakai profil kanal-ganda back-to-back, selain bagian segmen
khusus ditambahkan juga cover-plate. Itu untuk menjamin kondisi inelastis hanya terjadi
pada bagian yang dianggap lemah, yaitu segmen khusus. Kolomnya memakai profil-I,
dan pada bagian bawah dichek untuk menghindari terjadinya mekanisme soft-story.
Selain tersedianya data konfigurasi geometri PMRBK benchmark yang lengkap, juga ter-
dapat perilaku struktur sampai kondisi inelastis, yaitu terbentuknya sendi-plastis yang
diharapkan. Itu semuanya diperlukan sebagai benchmark untuk :
• Kalibrasi terhadap prosedur perencanaan sebagaimana diuraikan di depan. Ini diper-
lukan untuk merencanakan berbagai konfigurasi struktur PMRBK yang nantinya akan
dievaluasi secara parametrik perilaku keruntuhannya masing-masing (Wijaya 2015).
• Kalibrasi terhadap prosedur analisis non-linier pushover, dengan cara membanding-
kan kurva beban-lendutan dan pola keruntuhan (Gambar 9), sekaligus mengevaluasi
ulang tingkat daktilitas struktur, apakah sesuai dengan rencana (code yang berlaku).
Untuk evaluasi daktilitas, dihitung nilai R atau "faktor reduksi gempa" (SNI 1729-2002)
atau "koefisien modifikasi respons" (SNI 1726-2012, ASCE 7-10), yang mewakili ratio
gaya akibat gempa jika struktur berperilaku elastis, terhadap gaya rencana pada kondisi
kuat batasnya (mengalami pelelehan). Nilai R > 1 berarti struktur berperilaku daktail, se-
makin besar nilai R-nya maka tingkat daktilitas struktur adalah semakin besar. Menurut
ATC-19 nilai R ditentukan tiga faktor, dan dinyatakan dalam persamaan R = Rs.Rμ .Rr .
e) 2.5H f) 3.0H
Gambar 10. Skema Parametrik Sistem PMRBK dengan Variasi Bentang (Wijaya 2015)
Studi parametrik memakai bentuk dasar sama seperti struktur benchmark, kecuali jarak
antar kolom yang bervariasi. Tentu saja ukuran profil disesuaikan sampai diperoleh rasio
Karena "segmen khusus" telah direncanakan menjadi bagian terlemah, maka dari hasil
analisis pushover bagian tadi mengalami sendi plastis. Adapun PMRBK dengan bentang
terpendek, yaitu STMF 1 (0.5H), terjadi mekanisme soft-story pada kolom lantai 2, tanpa
terlebih terjadi terlebih dahulu sendi plastis pada ujung kolom bawah. Skenario kerun-
tuhan seperti ini tentu saja harus dihindari.
Gambar 12. Kurva pushover (gaya-deformasi) dan tingkat daktilitasnya (Wijaya 2015)
Kecuali tipe STMF 1 (bentang pendek), semua hasil analisis pushover struktur PMRBK
menghasilkan R ≥ 7, sesuai ketentuan code yang berlaku (ASCE 2010, SNI 2012). Itu
berarti, tingkat daktilitas dari struktur tahan gempa rencana, sudah sesuai harapan.
Tentang penulis
Dr. Ir. Wiryanto Dewobroto, MT., dosen di Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Tangerang.
Bidang keahlian rekayasa struktur. Pendidikan S1-UGM (1989), S2-UI (1998), S3-UNPAR (2009) promotor
Prof. Moh. Sahari Besari. Aktif menulis dan mengelola blog di http://wiryanto.wordpress.com. Tiga buku
karyanya terbaru, adalah "Bridge Engineering in Indonesia", in : Chapter 21 of the Handbook of Inter-
national Bridge Engineering, by Wai-Fah Chen , Lian Duan, CRC Press (October, 2013); "Komputer
Rekayasa Struktur dengan SAP2000", LUMINA Press, Jakarta (April 2013), dan "STRUKTUR BAJA -
Perilaku, Analisis dan Desain - AISC 2010", LUMINA Press, Jakarta (April 2015).