Anda di halaman 1dari 5

1.

Catur Marga (Catur Marga Yoga)

Catur Marga Yoga sendiri berasal dari kata catur berarti empat. Marga berarti jalan dan yoga
berarti penyatuan dengan Brahman. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu
untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sumber ajaran catur marga ada di ajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada
trayodhyaya tentang karma yogamarga.

2. Adapun bagian-bagian dari Catur Marga Yoga yakni sebagai berikut:

a) Bhakti Marga

Bhakti Marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukan Bhakti kita (berbakti, cinta
pada Tuhan dan sesama). Kata Kunci dari Bhakti Marga adalah "Love All". Sayangi Tuhanmu, sayangi
keluargamu, sayangi teman teman mu, bahkan kau harus menyayangi musuhmu, SAYANGI SEMUA.

Contoh Pelaksanaan Bhakti Marga: Melaksanakan Sembahyang pada Tuhan , menyanyikan nama
nama Ketuhanan, melaksanakan Japa, menyayangi SEMUA MAHLUK termasuk musuhmu sendiri.
Lakukan semua itu dengan dilandasi penuh rasa Bhakti kepada Tuhan, maka anda telah berhasil
melaksanakan Bhakti Marga.

B). Karma Marga

Kata Kunci dari Karma Marga adalah "Serve All". Karma Marga adalah jalan meuju Tuhan dengan
cara bekerja / melakukan pelayanan tampa pamrih. Lakukanlah semua pekerjaan / pelayanan itu
sebagai persembahan kepada Tuhan dan jangan pernah mengharapkan pabrih /hasilnya.

Contoh Pelaksanaan Karma Marga: Bila memberikan bantuan kepada seseorang, jangan
mengharapkan sesuatu. Yang kita harus lakukan adalah: memberi bantuan dengan tulus ikhlas.
Yakinlah, dengan cara itu Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih (pencerahan / kemajuan
spiritual) kepada kita.

C). Jnana Marga

Jnana Marga adalah cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab Suci Veda.

Jalan ini cukup sulit untuk dilakukan, karena tidak semua orang mampu untuk memahami
secara benar maksud yang terkandung dalam Veda. Bila kita ingin mempelajari Kitab Suci Veda, saya
sangat menyarankan untuk membaca Bhagawad Gita, karena Bhagawad Gita merupakan ajaran
Veda yang sudah disederhanakan, sehingga orang biasa pun bisa memahami maksud yang
terkandung dalam Bhagawad Gita. Selain Bhagawad Gita, anda juga bisa mempelajari Itihasa
(Mahabarata & Ramayana) dan Purana.

D). Raja Yoga

Raja Yoga adalah cara mencapai Tuhan denga cara Meditasi, Perenungan Tuhan,
Pengendalian (Tapa). Cara ini sulit dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Bila ingin melakukan Raja
Yoga saya sarankan carilah guru spiritual yang bisa membimbing meditasi anda, sehingga meditasi
anda akan berhasil dan anda bisa mencapai Tuhan denga cara ini.
3. Bhakti Marga (Bhakti Yoga) yaitu jalan menuju moksa dengan cara melakukan kebaktian yang
tekun Kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman) dengan landasan pengabdian yang tulus iklas,
pasra, penuh cinta kasih serta menyerahkan diri kepada Hyang Widhi sepenuhnya. Dalam
Bhagawata Purana VII.5.23, disebutkan ada sembilan cara memuja Tuhan yang disebut Nawa Widya
Bhakti.

Pengertian Nawa Widya Bhakti

Nawa widha bhakti adalah sembilan usaha dan upaya, pendekatan, pengetahuan atau jalan
berlandaskan cinta-kasih untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa beserta prabhawa-Nya guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat
manusia.

Bagian-Bagian Nawa Widya Bhakti dan Contohnya :

1. Srawanam

Srawanam adalah pengabdian dengan jalan mendengarkan wejangan yang baik dari orang yang lebih
tua, contohnya misalnya dapat menerima wangsit, senang menerima, mendengarkan dan
melaksanakannya yang diajarkan oleh orang tua kita di rumah, oleh guru di sekolah, oleh orang
suci, dan para pemimpin yang menjalankan pemerintahan. Berterima kasih kepada siapa saja yang
telah memberikan nasihat yang positif untuk kemajuan diri kita.

2. Wedanam

Wedanam adalah suatu jalan pengabdian dengan cara membaca kitab suci weda, contohnya
misalnya melantunkan slokas Bhagavad Gita, Membaca Mantra-Mantara Weda, Membaca Kitab Suci
Sarasamuccaya, membaca tatwa-tatwa Agama Hindu baik bersumberkan Sruti maupun Smrti,
melalui membaca ajaran suci akan dapat memberikan kesucian pikiran, ketenangan batin dan
pengetahuan rohani yang lebih luas.

3. Kirthanam

Kirthanam adalah menyanyikan lagu-lagu Tuhan seperti Contohnya mekidung pada saat hari raya
Hindu, Menyanyikan sloka-sloka weda, melantunkan Tembang-tembang suci/ kidung, wirama
rohani. Melantunkan Wirama dari Kitab Mahabharata dan Ramayana, menyanyikan tembang-
tembang yang berisi pitutur yang bijak, tuntunan hidup, dan masih banyak lainnya. Contoh
keseharian yang dapat kita lakukan yakni dengan menyanyikan tembang sekar Alit atau Sekar Agung.

4. Smaranam

Pendekatan diri dengan cara Smaranam adalah penyebutan nama Tuhan secara berulang-ulang.
Smaranam dapat dilakukan dengan cara Melakukan japa mantra yaitu mengucapkan mantra-mantra
secara berulang-ulang dan terus menerus baik dalam batin maupun melalui ucapan. Ada pun
contohnya misalnya mengucapkan Mantra Om bhur bhuwah svah, tat savitur varenyam,bhargo
Devasyo dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat. Mengucapkan OM Nama Siwa, maupun mantra dan doa
yang lainnya.

5. Padasewanam

Bakti dalam bentuk Padasewanam adalah mengabdi atau melayani. Sedangkan nam artinya memuja.
Padasewanam dimaksudkan berbhakti kepada Tuhan dengan mengabdi pada padma kakinya. Ada
pun contohnya misalnya Menghormati dan melaksanakan ajaran orang suci seperti
Pendeta/Pedande, Pinandita/pemangku. Selain itu tugas kita membantu, memberikan pelayanan,
memberikan dana punia, untuk kesejahteraan hidup orang suci, sehingga beliau dapat melaksanakan
tugasnya untuk keselamatan umat manusia dan seisi alam semesta ini.

6. Sukhyanam

Sukhyanam artinya menjalin persahabatan. Menjalin persahabatan misalnya; Dalam ajaran Catur
Paramitha disebutkan Maitri yaitu: Manusia tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain karena
manusia adalah makluk sosial. Untuk itu kita harus mencari dan menpunyai banyak teman sebagai
sahabat. Bersahabatlah dengan orang-orang yang memiliki sifat mulia seperti: susila, pintar, dan
saling mengasihi dan menyayangi, suka menolong dan sifat-sifat baik lainnya. Sehingga dalam hidup
ini nyaman, damai, tenang.

7. Dahsyam

Dahsyam artinya berpasrah diri memuja kehadapan para dewa. Berpasrah diri dihadapan para
bhatara- bhatari sebagai pelindung dan para dewa sebagai sinar suci Tuhan untuk memohon
keselamatan dan sinarnya disetiap saat adalah sifat dan sikap yang sangat baik. Berpasrah diri adalah
wujud dari sikap percaya secara penuh kehadapan Tuhan

8. Arcanam

Arcanam artinya bhakti kepada Hyang widhi melalui simbol-simbol suci keagamaan. Bhakti kepada
Hyang widhi melalui simbol misalnya: Menghormati dan menjaga kesucian Pura sebagai
lambang/simbol perwujudan Sang Hyang Widhi, karena melalui simbol tersebut manusia lebih dekat
dengan Tuhan dan manifestasi-Nya. Melalui simbol melakukan pemujaan sebagai wujud rasa bhakti
kehadapan Sang Hyang Widhi, maka dibuatkanlah Pratima atau Patung-patung Deva, termasuk
sejajen/banten adalah perwujudan Tuhan.

9. Sevanam

Sevanam artinya memberikan pelayanan yang baik. Sevanam atau Atmanividanam adalah bhakti
dengan jalan berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan. Memberikan
pelayanan misalnya; Memberikan pelayanan dari masing-masing pribadi yang terbaik kepada
sesama. Sebagian orang menyebutnya bahwa hidup ini untuk pelayanan (sevanam). Dalam konteks
pelayanan ini, tugas kita adalah memberikan bantuan kepada sesama untuk meringankan bebannya,
baik pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Terwujudnya Doa yang diucapkan tentu
menjadi harapan kita bersama untuk meringankan sesama

4. Sapta Kanda

Balakanda

Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan Prabu
Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra
empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab Balakanda juga menceritakan
kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.

Ayodhyakanda

Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan Lakshmana
karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak
ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke
kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.

Aranyakanda

Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di tengah hutan selama masa
pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa yang diganggu oleh para
rakshasa. Kitab Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan pertarungan antara
Jatayu dengan Rawana.

Kiskindhakanda

Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang
Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali
terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk
menggempur Kerajaan Alengka.

Sundarakanda

Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang membangun jembatan Situbanda
yang menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman yang menjadi duta Sang Rama pergi ke
Alengka dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri dan
membakar ibukota Alengka.

Yuddhakanda

Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama dengan pasukan
rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi
lautan dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana karena terlalu banyak
memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang
Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.

Uttarakanda

Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama mendengar desas-
desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan
Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat
upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi
Walmiki.

Saya singgung dri pengertian catur yoga/catur marga yoga itu sendiri yaiitu 4 jalan menuju tuhan/
yang widhi wasa. Menurut saya sah sah saja seorang siswa melakukan keempat bagian dari catur
marga itu sendiri, karena catur marga itu bersifat universal yang maksudnya tidak diperuntukkan
hany orang orang tertentusaja, pengimplemintasian dalam konteks sekolah dari bhakti marga

Anda mungkin juga menyukai